Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.D DENGAN STEMI DI INSTALASI GAWAT


DARURAT (IGD)

Disusun Oleh;

Toto Wahyono (1910206142)


Dwi Novitasari (1910206009)
Anita Candra Pramaisela (1910206040)
Prillia Dirgantari (1910206013)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn.D DENGAN STEMI DI INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD)

Disusun Oleh;

Toto Wahyono (1910206142)


Dwi Novitasari (1910206009)
Anita Candra Pramaisela (1910206040)
Prillia Dirgantari (1910206013)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

2
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA Tn.D DENGAN STEMI DI INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD)

Disusun Oleh;

Toto Wahyono (1910206142)


Dwi Novitasari (1910206009)
Anita Candra Pramaisela (1910206040)
Prillia Dirgantari (1910206013)

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Melengkapi Tugas Profesi Ners
pada Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Pada tanggal:

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Dwi Prihatiningsih, M. Ng.

3
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
STEMI terjadi karena sumbatan yang komplit pada arteri koroner.Jika tidakdilakukan
pengobatan dapat menyebabkan kerusakan miokardium yang lebih jauh.Padafase akut
pasien beresiko tinggi untuk mengalami fibrilasi ventrikel atau takhikardi yangdapat
menyebabkan kematian.Bantuan medis harus segera dilakukan.Infark miokard akut
dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak
akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.Trombus
arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan
oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010 dalam
Sofyan 2016).
B. Etiologi
Terdapat dua faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit arteri koroner yaitu
faktor risiko yang dapat dimodifikasi (modifiable) dan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi (nonmodifiable). Faktor risiko modifiable dapat dikontrol dengan mengubah
gaya hidup dan kebiasaan pribadi, sedangkan faktor risiko yang nonmodifiable
merupakan konsekuensi genetic yang tidak dapat dikontrol. Terdapatlima faktor risiko
yang dapat diubah (modifiable) yaitumerokok, tekanan darah tinggi, hiperglikemia,
kolesterol darah tinggi, dan pola tingkah laku.
1. Merokok
Merokok dapat memperparah dari penyakit koroner diantaranya
karbondioksida yang terdapat pada asap rokok akan lebih mudah mengikat
hemoglobin dari pada oksigen, sehingga oksigen yang disuplai ke jantung
menjadi berkurang. Asam nikotinat pada tembakau memicu pelepasan
katekolamin yang menyebabkan konstriksi arteri dan membuat aliran darah dan
oksigen jaringan menjadi terganggu. Merokok dapat meningkatkan adhesi
trombosit yang akan dapat mengakibatkan kemungkinan peningkatan
pembentukan thrombus.

2. Tekanan darah tinggi

4
Tekanan darah tinggi merupakan juga faktor risiko yang dapat
menyebabkan penyakit arteri koroner. Tekanan darah yang tinggi akan dapat
meningkatkan gradien tekanan yang harus dilawan ileoh ventrikel kiri saat
memompa darah. Tekanan tinggi yang terus menerus menyebabkan suplai
kebutuhan oksigen jantung meningkat.

3. Kolesterol darah tinggi

Tingginya kolesterol dengan kejadian penyakit arteri koroner memiliki


hubungan yang erat.Lemak yang tidak larut dalam air terikat dengan lipoprotein
yang larut dengan air yang memungkinkannya dapat diangkut dalam system
peredaran darah.Tiga komponen metabolisme lemak, kolesterol total, lipoprotein
densitas rendah (low density lipoprotein) dan lipoprotein densitas tinggi (high
density lipoprotein). Peningkatan kolestreol low density lipoprotein (LDL)
dihubungkan dengan meningkatnya risiko koronaria dan mempercepat proses
arterosklerosis. Sedangkan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang
tinggi berperan sebagai faktor pelindung terhadap penyakit arteri koronaria
dengan cara mengangkut LDL ke hati, mengalami biodegradasi dan kemudian
diekskresi (Price, 1995)

4. Hiperglikemia

Pada penderita diabetes mellitus cenderung memiliki prevalensi


aterosklerosis yang lebih tinggi, hiperglikemia menyebabkan peningkatan
agregasi trombosit yang dapat menyebabkan pembentukan thrombus.

5. Pola perilaku

Pola hidup yang kurang aktivitas serta stressor psikososial juga ikut
berperan dalam menimbulkan masalah pada jantung. Rosenman dan Friedman
telah mempopulerkan hubungan antara apa yang dikenal sebagai pola tingkah
laku tipe A dengan cepatnya proses aterogenesis. Hal yang termasuk dalam
kepribadian tipe A adalah mereka yang memperlihatkan persaingan yang kuat,

5
ambisius, agresif, dan merasa diburu waktu. Stres menyebabkan pelepasan
katekolamin, tetapi masih dipertanyakan apakah stres memang bersifat aterogenik
atau hanya mempercepat serangan.

Sedangkan faktor unmodified yaitu:

1. Faktor penyebab :

a. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard yang disebabkan oleh tiga faktor:

- Faktor pembuluh darah :Aterosklerosis, spasme, arteritis


- Faktor sirkulasi: hipotensi, stenosis aorta, insufiensi
- Faktor dara: anemia, hipoksemia, polisitemia

b. Curah jantung yang meningkat:


- Aktivitas yang berlebihan
- Makan terlalu banyak
- Emosi
- Hipertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miokard meningkat, pada:
- Kerusakan miokard
- Hipertropimiokard
- Hipertensi diastolik
C. Manifestasi klinis
Pada infark miokard dikenal istilah TRIAS, yaitu:
1. Nyeri :
a. Gejala utama adalah nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan
terusmenerustidak mereda, biasanya dirasakan diatas region sternal bawah
danabdomen bagian atas.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidaktertahankan
lagi.

6
c. Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar kebahu dan
terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau
gangguanemosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak
hilangdengan bantuan istirahat atau nitrogliserin.
e. Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebatkarena
neuropati yang menyertai diabetes dapat menggangguneuroreseptor.
2. Laboratorium
Pemeriksaan enzim jantung :
a. CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam,memuncak
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembalinormal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata / khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncakdalam 24
jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggidan
simetris.Setelah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadikemudian
adalah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.

D. Pathofisiologi dan pathway


STEMI umumnya disebabkan penurunan atau berhentinya aliran darah secaratiba-tiba akibat
oklusi trombus pada arteri koroner yang sudah mengalamiarterosklerosis. Pada kebanyakan
kasus, proses akut dimulai dengan ruptur ataupecahnya plak aterotoma pembuluh darah
koroner, dimana trombus mulai timbulpada lokasi ruptur dan menyebabkan oklusi arteri
koroner, baik secara total atauparsial. Hal ini berkaitan dengan perubahan komposisi plak

7
atau penipisan fibrouscap yang menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses
agregasitrombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Faktor-faktor seperti usia, genetik,
diet,merokok, diabetes mellitus tipe II, hipertensi, dan inflamasi menyebabkandisfungsi dan
aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atasmenyebabkan injury bagi sel
endotelial.Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidakdapat lagi memproduksi molekul vasoaktif
seperti nitric oxide.Pasokan oksigenyang berhenti selama kira-kira 20 menit dapat
menyebabkan nekrosis pada miokardium.

8
PATHWAY

9
10
E. Pemeriksaan penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG) Adanya elevasi segmen ST pada sadapan tertentu
a. Lead II, III, aVF : Infark inferior
b. Lead V1-V3 : Infark anteroseptal
c. Lead V2-V4 : Infark anterior
d. Lead 1, aV L, V5-V6 : Infark anterolateral
e. Lead I, aVL : Infark high lateral
f. Lead I, aVL, V1-V6 : Infark anterolateral luas
g. Lead II, III, aVF, V5-V6 : Infark inferolateral
h. Adanya Q valve patologis pada sadapan tertentu.
2. Ekokardiogram
Digunakan untuk mengevaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantungkhususnya fungsi
vertrikel dengan menggunakan gelombang ultrasoouns
3. Laboratorium- Peningkatan enzim CK-MB, CK 3-8 jam setelah sernaganpuncaknya
10-30 gram dan normal kembali 2-3 hari- Peningkatan LDH setelahserangan
puncaknya 48-172 jam dan kembali normal 7-14 hari- Leukositmeningkat 10.000 –
20.000 kolesterol atau trigliserid meningkat sebagai akibat aterosklerosis
4. Foto thorax roentgenTampak normal, apabila terjadi gagal jantung akan terlihatpada
bendungan paru berupa pelebaran corakan vaskuler paru dan hipertropiventrikel
5. Percutaneus Coronary Angiografi (PCA)Pemasangan kateter jantung
denganmenggunakan zat kontras dan memonitor x-ray yang mengetahui sumbatan
padaarteri koroner
6. Tes TreadmillUji latih jantung untuk mengetahui respon jantung terhadapaktivitas
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan STEMI dimulai sejak kontak medis pertama, baik untukdiagnosis
dan pengobatan. Yang dimaksud dengan kontak medis pertamaadalah saat pasien
pertama diperiksa oleh paramedis, dokter atau pekerjakesehatan lain sebelum tiba di
rumah sakit, atau saat pasien tiba di unit gawatdarurat, sehingga seringkali terjadi dalam
situasi rawat jalan.Diagnosis kerja infark miokard harus telah dibuat berdasarkan riwayat
nyeridada yang berlangsung selama 20 menit atau lebih yang tidak membaikdengan
pemberian nitrogliserin.Adanya riwayat PJK dan penjalaran nyeri keleher, rahang bawah

11
atau lengan kanan memperkuat dugaan ini.PengawasanEKG perlu dilakukan pada setiap
pasien dengan dugaan STEMI.DiagnosisSTEMI perlu dibuat sesegera mungkin melalui
perekaman dan interpretasiEKG 12 sadapan, selambat-lambatnya 10 menit dari saat
pasien tiba untukmendukung penatalaksanaan yang berhasil.Gambaran EKG yang
atipikal pada pasien dengan tanda dan gejala iskemia miokard yang sedang
berlangsungmenunjukkan perlunya tindakan segera.
1. Istirahat total, Tirah baring, posisi semi fowler.
2. Monitor EKG
3. Diet rendah kalori dan mudah dicerna ,makanan lunak/saring serta rendah garam (bila
gagal jantung)
4. Pasang infus dekstrosa 5% untuk persiapan pemberian obat intravena.
5. Atasi nyeri :
a. Morfin 2,5-5 mg iv atau petidin 25-50 mg im, bisa diulang-ulang.
b. Lain-lain : nitrat, antagonis kalsium, dan beta bloker.
c. oksigen 2-4 liter/menit.
d. sedatif sedang seperti diazepam 3-4 x 2-5 mg per oral
6. Antikoagulan :
a. Heparin 20.000-40.000 U/24 wad iv tiap 4-6 wad atau drip ivdilakukan atas
indikasi
b. Diteruskan asetakumoral atau warfarin
c. Streptokinase / trombolisis
7. Bowel care : laksadin
8. Pengobatan ditujukan sedapat mungkin memperbaiki kembali aliranpembuluh darah
koroner. Bila ada tenaga terlatih, trombolisis dapatdiberikan sebelum dibawa ke rumah
sakit. Dengan trombolisis, kematiandapat diturunkan sebesar 40%.
9. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

12
G. Nursing Care Plan

Diagnosa NOC NIC


Nyeri akut Pain level, pain control, comfort level Manajemen nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Mampu mengenali nyeri 3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang menemukan dukungan
5. TTV dalam rentang normal 4. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
6. Tidak mengalami gangguan tidur 5. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
6. Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
7. Berikan informasi tentang nyeri
8. Monitor TTV
Penurunan curah jantung Circulation status, tissue perfusion perifer 1. Monitor TTV
1. TTV dalam rentang normal 2. Evaluasi adanaya nyeri dada
2. Tidak ada edema paru 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
3. AGD dalam batas normal 4. Montir balance cairan
4. Tidak ada distensi vena leher 5. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
5. Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan kelelahan
6. Monitor adanya dyspnea
7. Monitor TD saat duduk, bebaring, dan berdiri
8. Meminimalkan stres

Intoleransi aktivitas Self care: ADLs, tolerance activity 1. Kaji penyebab kelelahan
1. Beraktivitas tanpa dehidras, peningkatan TD, nadi, dan 2. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
RR 3. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
2. Mampu melakukan aktivitas sehari-hari 4. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medic
3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat 5. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
6. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

13
ASUHAN KEPERAWATAN
A. DATA DEMOGRAFI
Nama : Tn. D
Usia : 69 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Muntilan
Pendidikan :SMA
Pekerjaan : Buruh
Status perkawinan : Kawin
No. Rekam Medik : 01.88.43.xx
Tanggal Masuk RS : 23/03/2019 pukul 15.00
Tanggal Pengkajian : 23/03/2019 pukul 15.00
B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri dada dan sesak nafas
C. TRIASE
ESI Level 1
ESI Level 2
ESI Level 3
V
ESI Level 4
ESI Level 5

D. PENGKAJIAN PRIMER

kategori Hasil

Airway Bebas, hidung bersih dan mulut tampak bersih, tidak terdapat

14
obstruksi jalan nafas, tidak ada sianosis disekitar mulut dan
mukosa/kuku.

Breathing Tidak terdapat sianosis, tidak ada suara tambahan, suara paru
vesikuler, RR: 20x/Menit, SPO2: 96% menggunakan nasal canul
3 liter/Menit.

Circulation Nadi teraba kuat dan teratur, TD: 96/60 mmHg, N:70x/Menit, S:
36,8oC, MAP: (96 + 2x60) : 3 = 70,6 mmHg, tidak terdapat
perdarahan, Capillary Refil >2 detik, akral teraba dingin.

Disability Kesadaran : Composmentis, GCS: E: 4, V: 5, M: 6, pupil isokor,


Laterasi Motorik T.A.K

Pada monitor tampak nadi 70 dan sinus rhythm dan irama


Equipment (EKG regular, saturasi oksigen 96%
Monitor

E. PENGKAJIAN SEKUNDER
Keterangan Hasil

Alasan Utama Di Bawa Nyeri dada dan sesak napas


Ke RS

Riwayat Kesehatan Sehari sebelumnya saat shalat jum’at pasien mengalami pingsan
Sekarang dan dibawa pulang. Ketika malam hari pasien mengalami nyeri
dada, sesak nafas dan disertai muntah lalu dibawa ke RSUD
Muntilan dan didiagnosa STEMI Anteroseptal. Sebelumnya di
RSUD Muntilan mendapatkan terapi Clopidogrel 4mg tab,
Aspilet 4mg tab, Simvastatin 1x20mg, Inj. Ranitidin 50mg/12
jam dan, Inj. Ondansenton 4mg/8 jam. Kemudian dirujuk ke
RSUP Dr. Sardjito, di RSUP Dr. Sardjito pasien mengeluh nyeri
dada skala 8, tidak ada keringat dingin, tidak ada mual atau
muntah, pasien gelisah.

Riwayat Kesehatan Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit diabetes, hipertensi dan
Keluarga jantung

Riwayat Kesehatan Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat


Dahulu hipertensi, stroke ataupun diabetes

Symptomp Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke bahu kiri tidak menembus
punggung, terasa seperti tertindih.

15
Allergy Pasien tidak mempunyai riwayat alergi baik obat ataupun
makanan.

Medication Sebelumnya di RSUD Muntilan mendapatkan terapi Clopidogrel


4mg tab, Aspilet 4mg tab, Simvastatin 1x20mg, Inj. Ranitidin 50
mg/12 jam dan, Inj. Ondansenton 4 mg/8 jam.

Past Ilness Pasien tidak memiliki riwayat penyakit

Last Meal Nutrisi diberikan pukul 12.00 melalui NGT

Event Tidak ada hal-hal yang dialami pasien/cidera yang menyebabkan


adanya keluhan utama. Tidak mempunyai riwayat DM dan
hipertensi.

Kepala Kepala simetris, tidak ada laserasi, fraktur, luka, ruam,


perdarahan, warna rambut putih, distribusi rambut rata, rambut
bersih.

Wajah Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera berwarna putih,


pupil isokor, refleks cahaya (+), tidak terdapat penurunan
penglihatan, kelopak mata tampak cekung, hidung dan telinga
simetris, tidak terdapat luka, warna sama dengan kulit lain, bersih
tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda
infeksi, tidak ada bengkak, tidak ada nyeri tekan, warna mukosa
bibir kering, lembab, tidak tampak adanya lesi dan stomatitis,
tidak ada sariawan, mulut bersih dan tepasang nasal kanul O 2 3
liter/menit.

Leher Pada leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, bentuk leher
simetris , tidak tampak adanya lesi, JVP 5+2cmH20

Dada PARU
I : tampak simetris, tak tampak jejas/memar, tidak ada tarikan
dinding dada, napas normal, pengembangan dada tampak
simetris.
P : tidak teraba adanya benjolan, fremitus teraba normal.
P : Suara sonor di kedua lapang paru
A : suara nafas vesikuler
JANTUNG
I : ictus cordis tampak di midclavicula costa ke-5
P : kanan ics2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2
sternal kanan dan ics 5 axilla anterior kanan. Tidak terjadi
kardiomegali
P : suara redup
A: Suara jantung normal terdengar suara S1, S2 tidak terdengar
suara tambahan

Abdomen I : tidak tampak distensi, tidak ada lesi atau jejas.


A: bising usus (+). 15x/Menit, tidak terdapat luka post operasi
P : Timpani
P : Tidak ada nyeri tekan

16
Gastrointestinal Tidak hematemesis, tidak melena, tidak konstipasi, tidak diare.

Sistem Saraf Pasien dapat menggerakan tangan dan kakinya saat diminta untuk
melaporkan nyeri

Sistem Muskuloskeletal
Kekuatan otot
4 4
4 4
Ekstremitas atas (tangan kanan dan kiri) pergerakan melawan
tahanan, namun kurang dari normal.
Ekstremitas bawah (kaki kanan dan kiri) pergerakan melawan
tahanan, namun kurang dari normal.
Tangan kiri terpasang iv cath no. 22 sejak 22 maret 2019 dengan
cairan infus Nacl 0,9%, kecepatan 20 tetes/Menit.
Tidak ada oedem, tidak ada luka.

Sistem Integumen Tidak ada lesi, warna kulit sawo matang dan keriput, turgor kulit
kembali segera, tidak ada memar, tidak dekubitus, tidak ada area
penekanan, capillary refill kembali >2 detik

Sistem Endokrin Tak tampak pembesaran kelenjar tiroid

Sistem Perkemihan Pasien terpasang DC no. 14 sejak tanggal 22 Maret 2019, urine
berwarna kuning.

Anamnesa Nyeri
O (onset) : 3 jam
P (provokasi) : tanpa pencetus dan tiba-tiba (mendadak)
Q (quality) : seperti terbakar
R (ragio) : dada menjalar ke bahu kiri.
S (severity) : 8
T (time) : nyeri dirasakan >20 menit

Riwayat Psikososial
- Hubungan pasien dengan istri, anak dan cucu sangat baik,
pasien juga berhubungan baik dengan masyarakat sekitar dan
lingkungannya. Keluarga ingin pasien cepat sembuh,
hubungan dengan petugas kesehatan juga baik, pasien
mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi sakitnya.
Pasien mengikuti anjuran dokter dan perawat, pasien juga
mengikuti program pengobatan yang dilakukan.
- Pasien tampak gelisah

Riwayat Spiritual
Pasien beragama islam, sebelum sakit pasien menjalankan shalat
5 waktu tetapi selama sakit tidak melaksanakan shalat

17
- Dilakukan rujukan rawat inap yang intensif
- Mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter
- Kontrol kembali ke pelayanan terdekat sesuai rujukan
- Menganjurkan pada pasien dan keluarga, jika sewaktu-waktu
pasien muntah, nyeri dada harus segera di bawa ke pelayanan
kesehatan terdekat untuk diambil tindakan selanjutnya
- Memilih aktifitas dan makanan yang tepat saat dirumah

F. TES DIAGNOSTIK
Hasil tes laboratorium tanggal 22/03/19
Pemeriksaan Hasil

EKG STEMI anterior Kilip 1V

Lab pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan interpretasi

Hemoglobin 13.6 13-18 g/dL Normal

Leukosit 13,89 4,5-11 /µl Tinggi

Thrombosit 177 150-450 /µl Normal

Hematokrit 39,4 40,0-54,0 % Rendah

GDS 140 70-120 g/dL Tinggi

BUN 40 6,00-20,00 mg/dL Tinggi

Creatinin 2,24 0,6-1,3 mg/dL Tinggi

Natrium 140 136-145 Mmol/l Normal

Kalium 4,30 3,5-5,1 Mmol/l Normal

Chloride 96 98-107 Mmol/l Rendah

PTT 18,4 12,3-15,3 Detik Tinggi

APTT 43,8 27,9-37,0 Detik Tinggi

Albumin 3,33 3,97-4,94 g/dL Rendah

Troponin I >40000.0 <2: negative Ng/l Tinggi

CK/CPK 2935 26-192 U/L Tinggi

CKMB 897 <25 U/L Tinggi

HBSAG Non reaktif ECLIA Non Normal


reaktif

SGOT 482 15-37 - Tinggi

SGPT 251 12-78 - Tinggi

18
19
G. TERAPI SAAT INI

20
Dosis &
Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
Frekuensi
NACl 0,9% / 2 jam mengatasi atau mencegah hipersensitif detak jantung cepat, demam,
kehilangan sodium yang gatal-gatal atau ruam, suara
disebabkan dehidrasi serak, iritasi, nyeri sendi,
kaku, atau bengkak dan dada
sesak

Aspilet 320 mg oral mengencerkan darah dan riwayyat alergi, asma, tukak - Perut terasa sakit, panas atau
mencegah penggumpalan di lambung, perdarahan, kelaian kram, sembelit, diare, masalah
pembuluh darah. bekuan darah dan koagulan pencernaan

Clopidogrel 300 mg lanjut Mengurangi kejadian hipersensitif, pasien dengan riwayat Lebam dan perdarahan bawah
75 mg/hari aterosklerosis pendarahan kulit, Mimisan, Nyeri perut,
Konstipasi atau diare,
Gangguan pencernaan
Dopamine 9 mcg/kg BB/ Syok Kardiogenik, Syok pada pasien dengan Sakit kepala, Gelisah, Mual
menit Sepsis, Bradikardia pheochromocytoma yaitu tumor dan muntah, Menggigil
Simtomatik kelenjar adrenal yang
mensekresikan katekolami
Donbutamin 5 Membantu meningkatkan pada pasien dengan riwayat Demam, Sakit kepala, Mual
mchg/Kg/BB/ volume darah yang hipersensitivitas terhadap obat ini dan muntah, Kram kaki,
menit dipompa jantung Nyeri dada
atau komponen lainnya

Heparin 4,5 cc/jam antikoagulan pada pasien dengan risiko perdarahan


perdarahan dan hipertensi berat
yang tidak terkontrol

Isdn

ISDN 5 mg ( 1 kali kardiak dan non-kardiak pada pasien dengan sakit kepala
pemberian) hipersensitivitas, pasien yang
mengonsumsi fosfodiestrase, dan
21
pasien yang mengensumsi guanilat
siklase riociguat
Antrovastatin 40 mg/24 jam hiperlipidemia pada anak usia di bawah 10 tahun, rhabdomiolisis
wanita hamil, dan menyusui
H. Analisa Data

DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

23 Maret 2019 Perubahan irama jantung Penurunan curah jantung (00240)


Ds: - pasien mengeluh sesak napas
Do: - Tanda-tanda vital
 TD: 92/60 mmHg
 N: 70x/Menit
 S: 36,8oC
 Capillary Refil >2 detik.
 Hasil EKG: STEMI anterior

Ds: - pasien mengatakan nyeri dada Agen cedera biologis Nyeri akut (00132)
O (onset) : 3 jam (iskemia)
P (provokasi) : tanpa pencetus dan tiba-tiba (mendadak)
Q (quality) : seperti terbakar
R (ragio) : dada menjalar ke bahu kiri.
S (severity) : 7
T (time) : nyeri dirasakan >20 menit

Do: - N:100x/Menit

I. PRIORITAS DIAGNOSA
1. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iskemia)

22
J. RENCANA INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Resiko penurunan curah Setelah dilakukan tindakan selama 1x8 jam, Cardiac care (4044) dengan aktifitas:
jantung b.d perubahan irama diharapkan tidak terjadi penurunan curah jantung - Evaluasi nyeri dada
jantung pada pasien dengan kriteria hasil: - Monitor status kardiovaskular
- Perfusi jaringan kardiak (0405) dengan kriteria - Lakukan pencatatan EKG 12 LEAD
hasil: - Monitor respon klien terhadap pengobatan
- Temuan elektrokardiogram normal skala 4 ke - Monitor kecenderungan tekanan darah
5 - Kelola obat-obatan untuk membebaskan atau
- Enzim jantung skala 2 ke 4 mencegah nyeri dan iskemia sesuai kebutuhan
- Tekanan darah sistolik skala 2 ke 4 - Monitor nilai laboratorium enzim jantung
- Tekanan darah diastolik 2 ke 4 - Monitor tanda-tanda vital secara rutin
- Tidak ada nyeri dada skala 2 ke 3
Shock management (4254) dengan aktifitas:
Keefektifan pompa jantung (0400) dengan - Monitor tanda gejala penuruan cardiac output
kriteria hasil: - Berikan oksigen tambahan
- Nadi perifer kuat dan simetris skala 2 ke 3 - Monitor dan evaluasi indikator hipoksia
- Dyspnea saat istirahat skala 4 ke 5 - Kolaborasi dalam pemberian penurunan
afterload dengan vasodilator (aspirin) ACE
inhibitor bila diperlukan
Berikan oksigen sesuai kebutuhan

Nyeri akut b,d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 Manajemen Nyeri (1400)
biologis (iskemia) menit diharapkan pasien dapat melakukan Kontrol - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Nyeri (1605) dengan kriteria hasil: - Observasi adanya petunjuk nonverbal
a. Menggunakan tindakan pengurang nyeri non mengenai ketidaknyamanan
farmaklogi skala 2 ke 4 - Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan

23
b. Melaporkan nyeri yang terkontrol skala 3-4 tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
Tingkat Nyeri (2102) dapat berkurang dengan mengimplementasikan tindakan penurun nyeri
krteria: nonfarmakologi sesuai kebutuhan
a. Nyeri yang dilaporkan skala 3 ke 4 - Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
b. Ekspresi nyeri wajah skala 3 ke 4 membantu penurunan nyeri
c. Frekuensi nafas skala 5 ke 5 - Berikan informasi mengenai nyeri
d. Denyut nadi Radial skala 5 ke 5 - Kolaborasi pemberian obat-obatan
e. Tekanan darah skala 2 ke 4 - Libatkan keluarga
f. Berkeringat skala 3 ke 4 Monitor TTV
Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan status
pernafasan dengan tepat.

K. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

KASUS 1
Diagnosa Keperawatan

Resiko Penurunan curah 23 Maret 2019 Jam


jantung 15.00 wib - Melakukan anamnesa dan melakukan triase
- Melakukan pengkajian primary dan secondary survey
- Memonitor vital sign, tingkat kesadaran, memonitor kecenderungan GCS
- Mengkaji nyeri dada pasien secara komprehensif
- Pemasangan monitor untuk memantau vital sign
- Memberikan 02 3 L/menit
- Melakukan pemeriksaan EKG
- melakukan pencatatan EKG 12 LEAD
- Memonitor status kardiovaskular
- Memberikan terapi oksigen
- mengelola obat-obatan untuk membebaskan atau mencegah nyeri dan iskemia sesuai

24
kebutuhan
- Kolaborasi pemberian CPG 300mg Kolaborasi pemberian aspilet 320mg.
- Memonitor respon klien terhadap pengobatan
- Mengambil sample darah melalui vena
- Memonitor nilai laboratorium enzim jantung
- Memonitor tanda tanda vital dan kecenderungan tekanan darah
- Memonitor tanda-tanda vital
- mengevaluasi nyeri dada
- Mengantar pasien ke ruang cath lab
Nyeri akut 15.00 - Mengkaji nyeri
- Memberikan posisi tirah baring
- Memberikan 02 3 L/menit
- memasang infus NACL 20 TPM
- Memonitor tanda-tanda vital dan SPO2 secara rutin
- memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai nyeri
yang dirasakan
- kolaborasi pemberian ISDN 5 mg
- Melakukan manajemen nyeri non farmakologi dengan teknik
relaksasi otot progesif

25
L. EVALUASI KEPERAWATAN

DIAGNOSA EVALUASI
KEPERAWATAN

Resiko penurunan curah Jam 17.00 WIB


jantung b.d cidera miokard, S: - pasien mengatakan masih sesak napas
penurunan kontraktilitas
jantung O : pasien tampak tenang, terpasang monitor
KU : CM, GCS: E4V6M5
- TD 130/54 mmHg Nadi : 70 x/menit , RR 22x/menit
- Suhu 36,0 ºC, O2 3 lpm VAS: 4, SPO2 99 %
- Kolaborasi pemberian obat.
- Tidak terdapat respon berbahaya dari terapi yang diberikan
A: Penurunan curah jantung belum teratasi
P: - Lanjutkan Intervensi
Pemantauan TTV
Kolaborasi perawatan selanjutnya

Nyeri akut b.d Agen cedera Jam 17.00 WIB


biologis (iskemia) S : Pasien mengatakan nyeri dada berkurang (VAS 4) dan pasien
mengatakan nyeri hilang timbul
O : pasien tampak tenang, terpasang monitor
KU : CM, sedang
- TD 130/54 mmHg, Nadi : 70 x/menit , RR 22x/menit
- Suhu 36,0 ºC, O2 3 lpm VAS: 4, SPO2 99 %
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Manajemen nyeri
- Kolaborasi pemberian farmako untuk mengurangi nyeri

26
27
DAFTAR PUSTAKA

Humaira; 2016; unand; Hubungan Keberhasilan Terapi Trombolitik pada


Pasien STEMI Anterior dengan atau tanpa Distorsi QRS

Perbandingan clinical pasien stemi pasca terapi intervensi coroner perakutan


primer dan terapi fibrilotik di RSUP Dr. Karyadi Semarang; itsnaini almira
sofyan; unismus; 2016

Pedoman tatalaksana simdrom coroner akut; perhimpunan dokter spesialis


kardiovaskular Indonesia; 2015; edisi ketiga; irmalita

NANDA (2018-2020)

NOC & NIC

28

Anda mungkin juga menyukai