Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA TODDLER

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 3/KELAS A

1. Fadila Nur Fitriana 20181660003

2. Lestari Puji Rahayu 20181660012

3. Irham Imam Baihaqi 20181660028

4. Bela Syafariyah 20181660030

5. May Kurnyantini S 20181660036

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020

1
Lembar Pernyataan Orisinalitas

Dengan ini kami menyatakan bahwa:

Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang
lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun
yang membuatkan ringkasan ini untuk kami.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sanksi sesuai peraturan akademik yang berlaku.

Kami mempunyai kopi dari ringkasan ini yang bisa kami reproduksi jika
ringkasan yang dikumpulkan hilang atau rusak

Surabaya, 25 Maret 2020

Nama Nim Tanda tangan mahasiswa


Fadila Nur Fitriana 20181660003
Lestari Puji Rahayu 20181660012
Irham Imam Baihaqi 20181660028
Bella Syafariyah 20181660030
May Kurnyantini 20181660036
Sutomo

2
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah “ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA TODDLER”,
dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi
dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-
teman serta bimbingan dari dosen pembimbing, sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat
membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan doa.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 15 Maret 2020

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………i

DAFTAR ISI ……….......….....……………………………………………..ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................5

1.1 Latar belakang……………............………………………….....5

1.2 Tujuan Penulisan.………........………………………………....5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6

2.1 ASKEP SEHAT JIWA PADA TODDLER...............................6

2.1.1 Definisi toddler…………………………………....……….6

2.1.2 Tugas perkembangan usia toddler…………………………6

2.1.3 Ciri sehat jiwa pada toddler………....……………………..6

2.1.4 Masalah kejiwaan/penyimpangan perkembangan toddler....7

2.1.5 Konsep asuhan keperawatan ….........………………………7

BAB 3 PEMBAHASAN ARTIKEL JURNAL TERKAIT..........................12

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16

LEMBAR BUKTI CEK PLAGIASI............................................................17

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatau kondisi dimana seseorang individu dapat


berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu
tersebut dapat menyadari kemampuan sendiri dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (Undang-undang Republik Indonesia,2014). Kesehatan jiwa
merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dan menjadi unsur terpenting
dalam kehidupan manusia adalah sejahtera yang meliputi kebahagiaan,
kepuasan, penerimaan, rasa optimis da adanya harapan yang dimiliki oleh
seseorang.

Manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan di mulai dari lahir,


bayi tumbuh mennjadi anak, remaja, melalui masa dewasa,tua sampai akhir
meninggal dunia.selama perjalanan bayi seseorang anak akan melalui titik
kritis perkembangan yang timbul di setiap tahap perkembangan pada tahap
yang bersangkutan.titik kritis menentukan apakah mampu bertahan dan
melanjutkan perkembangan secara progresif atau anak akan mengalami
stagnasi perkembangan

1.2 Tujuan Penulisan


1. mampu memahami definisi toddler
2. mampu memahami ciri sehat jiwa pada toddler
3. mampu memahami tugas perkembangan pada toddler
4. mampu mamahami asuhan keperawatan pada toddler

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Toddler

Toddler dalam bahasa inggris berarti anak kecil yang barus belajar
berjalan (John M Echols & Hassan Shadlity,2009). Toddler merupakan anak-
anak yang berusia 1-3 tahun yang bisa dilihat peningkatan ukuran tubuh yang
terjadi secara bertahap yang menunjukan karakteristik percepatan.

2.2.Tugas Perkembangan Usia Toddler

1. Belajar melihat dan mendengar


2. Belajar berjalan
3. Belajar makan makanan keras
4. Belajar berbicara
5. Belajar untuk mengatur dan mengurangi gerak-gerik tubuh yang tdak perlu
6. Belajar mengenal perbedaan-perbedaan jenis kelamin dengan ciri-cirinya

2.3 Ciri Sehat Jiwa pada toddler

Anak yang memiliki kesehatan jiwa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Anak dengan sehat jiwa dapat melakukan aktivitas yang produktif seperti
bermain dan belajar sesuai dengan kapasitas intelektual dan usianya
2. Anak yang sehat jiwa memiliki berkembangan secara kognitif yang bisa
memadai dan memunculkan kemauan untuk mempelajari hal baru di
sekitarnya
3. Memiliki kreativitas
4. Memiliki kemampuan bahasanya pun berkembang
5. Anak yang sehat mental memiliki kedekatan dalam hubungan dengan
orang tua dan merasa aman berada di lingkungan sekitar tempat tinggal

6
2.4 Masalah kejiwaan dalam perkembangan toddler

Masalah kejiwaan yang biasanya terjadi pada usia anak lebih banyak
berbentuk gangguan perilaku akibat gangguan pertumbuhan dan
perkembangan berikut beberapa masalah yang biasanya sering terjadi pada
masa anak :

1. Retardasi mental
2. Gangguan ketrampilan motoric
3. Gangguan hiperaktif
4. Austisme
2.5 Konsep Asuhan keperawatan

2.5.1 Pengkajian

 Mengenal dan mengetahui namanya


 Banyak bertanya tentang hal/benda yang baru diketahuinya
 Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah
(minum sendiri, makan sendiri)
 Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain di luar
 Menunjukan rasa suka dan tidak suka
 Mampu manyatakan keingingan untuk buang air besar/kecil
 Mampu membuat garis lurus
 Mampu menyatakan keinginannya

2.5.2 Analisis data

1. Data subjektif
 Klien mengenal dan mengetahui namanya
 Klien banyak bertanya tentang hal/benda yang baru
diketahuinya
 Klien mampu manyatakan keinginan untuk buang air
besar/kecil
2. Data objektif
 Klien mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah

7
 Klien mau berpisah dengan orang tuanya hanya sebentar
 Klien suka membantah dan tidak menuruti perintah

2.5.3 Diagnosa
 Resiko Harga Diri rendah
 Isolasi social

2.5.4 Intervensi
a. Risiko Harga Diri Rendah

Tujuan dan Kriteria Intevensi Rasional


Hasik
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan  Beri  Untuk
selama....x24 jam kesempatan mengetahui
diharapkan Risiko anak untuk nilai
Harga Diri Rendah mecoba kemampuan
meningkat dengan Teraupetik anak
kriteria hasil :  Bina  Untuk
1. Anak mampu hubungan membangun
membina saling percaya kepercayaan
hubungan kepada anak dirinya dengan
saling percaya  Diskusikan orang lain
meningkat kemampuan  Untuk
2. Anak dapat yang dimiliki mengetahui
menilai anak level
kemampuan  Beri pujian kemampuan
yang yang tinggi anak pada usia
digunakan Kolaborasi  Untuk
meningkat  Beri meningkatkan
3. Anak dapat informasi rasa percaya
melakukan yang positif diri
kegiatan yang yang sudah  Untuk melatih

8
semestinya dilakukan anak terhadap
meningkat oleh anak inormasi yang
benar

b. Isolasi Sosial

Tujuan dan Kriteria Intevensi Rasional


Hasik
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan  Identifikasi  Untuk
selama....x24 jam penyebab memberikan
diharapkan Isolasi kurangnya pelatihan
Sosial menurun keterampilan kemampuan
dengan kriteria hasil : Teraupetik keterampilan
1. Verbalisasi  Motivasi  Untuk
isolasi anak untuk berlatih memberikan
menurun keterampilan semangat
2. Verbalisasi sosial berlatih
ketidakamana  Beri umpan kemampuan
n ditempat balik yang  Untuk
umum positif menumbuhkan 
menurun  Libatkan rasa percaya
3. Perilaku keluarga diri
menarik diri dalam  Untuk
menurun berinteraksi membantu
sosial dalam proses
Edukasi interaksi sosial
 Anjurkan  Untuk
mengungkap mengidentifika
kan perasaan si penyebab
akibat yang dialami
masalah yang  Untuk

9
dialami membantu
 Jelaskan meningkatkan
respon rasa ingin
keterampilan berinteraksi
sosial yang
dilakukan

2.5.5 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK)


“Menjelaskan pentingnya interaksi sosial pada usia toddler yang
baik”

Tahap Orientasi
Selamat pagi Bu, Saya May mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Nama ibu siapa ya? Oh Ibu Siska.
Gimana kondisi kesehatan si anak bu? Bagaimana bu kalau kita
mengobrol sebentar tentang kesehatannya anak ibu, usianya 2
tahun ya bu? Saya kontrak waktu mengobrol dengan ibu hanya 30
menit bagaimana ibu setuju? Baik kita akan mengobrol kurang
lebih selama 30 menit.

Tahap Kerja
Apakah ibu tahu pentingnya interaksi sosial pada usia 2 tahun?,
ini brosur tentang pentingnya interaksi sosial usia 2 tahun bu.
Saya akan jelaskan satu persatu. Anak usia 2 tahun yang normal
mempunyai kemampuan untuk bergaul dengan temannya,mengatur
kemampuan yang dimiliki tetapi tahu batasanya sehingga anak
tidak merasa dirinya tidak dihargai. Jadi kalau anak ibu masih
tidak mau bergaul dengan teman sebayanya atau kurang percaya
diri itu menjadi tugas kita dalam membantu mencapai kemampuan
tersebut. Sesuai dengan brosur yang tertulis disitu bisa dengan

10
cara memberikan motivasi dan dukungan yang lebih. Apakah ada
sesuatu yang ingin ibu tanyakan ?

Tahap Terminasi
Nahh, bu Siska diskusi kita sudah selesai, bagaimana perasaan ibu
sekarang? Apakah ada yang bisa diserap? Syukurlah kalau begitu.
Apakah ibu masih ingat bagaimana supaya anak ibu bisa
melakukan interaksi sosial dengan baik? Betul sekali pintar. Kalau
begitu minggu depan kita akan mempraktikan cara-cara yang
sudah kita diskusikan pada anak ibu. Baiklah... saya permisi dulu
bu, Selamat Pagi.

BAB 3

PEMBAHASAN ARTIKEL JURNAL TERKAIT

Artikel AsliSari Pediatri, Vol. 14, No. 5, Februari 2013

11
288

Hubungan Ibu Bekerja dengan Keterlambatan


Bicara pada Anak
Aries Suparmiati, Djauhar Ismail, Mei Neni Sitaresmi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada/RSUP. Dr. Sardjito, Yogyakarta
Latar belakang. Akhir-akhir ini, terjadi peningkatan jumlah ibu bekerja.
Prevalensi keterlambatan bicara pada anak juga meningkat. Salah satu
faktor risiko terjadinya keterlambatan bicara pada anak adalah faktor
lingkungan termasuk ibu bekerja.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara ibu bekerja dengan
keterlambatan bicara pada anak.
Metode. Rancangan penelitian kasus kontrol, dengan jumlah sampel 45 anak
pada kelompok kasus, dan 45 kelompok kontrol dengan matching sesuai
umur dan jenis kelamin. Kriteria inklusi adalah anak usia 12 sampai dengan
36 bulan, yang mengalami keterlambatan bicara. Kriteria eksklusi adalah
anak dengan gangguan pendengaran, global developmentan delay, retardasi
mental, dan autisme. Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan uji statistik Chi-square.
Hasil. Tidak ada hubungan antara ibu bekerja dengan keterlambatan bicara
pada anak, dengan OR 1,93 (IK95%;0,81–4,58;p=0,13). Sedangkan faktor
lain, yang diuji hanya faktor riwayat keluarga terlambat bicara, yang
hasilnya bermakna dengan nilai OR 7,81 ( IK 95% 1,636 – 37,36; p=0,04).
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan antara ibu bekerja dengan
keterlambatan bicara pada anak. Terdapat hubungan antara riwayat
keluarga terlambat bicara dengan keterlambatan bicara pada anak.
Sari Pediatri 2013;14(5):288-91.

Kata kunci: ibu bekerja, keterlambatan bicara T


jumlah wanita bekerja dari tahun ke tahun. 1 Ibu merupakan tokoh
erdapat peningkatan

penting dalam perkembangan anak, termasuk dalam perkembangan


bicara.2 Keterlambatan bicara adalah istilah yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan hambatan pada kemampuan bicara, dan
perkembangan bahasa pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan
aspek perkembangan lainnya. Pada umumnya, mereka mempunyai
perkembangan intelegensi dan sosial-emosional yang normal. 3,4 Selain
itu, menurut Lyen,5 keterlambatan bicara pada anak adalah suatu
kondisi anak tidak dapat bicara sesuai umur yang diharapkan.
Keterlambatan bicara pada anak semakin hari tampak semakin
meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian
gangguan bicara dan bahasa berkisar 2,3%-24,6%. 6 Di Indonesia,
Alamat korespondensi:
Dr. Aries Suparmiati. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada/RSUP.Dr.Sardjito, Jalan Kesehatan No. 1 Sekip Yogyakarta 55284, Indonesia. Telp. (0274) 561616,
Fax. (0274)583745. E-mail: aries_ppdsugm@yahoo.co.id

12
Aries Suparmiati dkk: Hubungan ibu bekerja dengan keterlambatan bicara
289
Sari Pediatri, Vol. 14, No. 5, Februari 2013disebutkan
prevalensi
keterlambatan bicara pada anak adalah antara 5%–10% pada anak
sekolah.7Salah satu faktor risiko yang menyebabkan keterlambatan
bicara adalah faktor lingkungan, termasuk peran ibu. 8 Penelitian
sebelumnya menyimpulkan, bahwa ibu bekerja dapat mempengaruhi
keterlambatan bicara pada anak.9 Namun, beberapa penelitian lain
menyebutkan tidak ada hubungan atau pengaruh ibu bekerja terhadap
keterlambatan bicara pada anak.8,10 Sehingga hal tersebut masih
menjadi perdebatan di antara para ahli.
MetodeRancangan penelitian kasus kontrol dilaksanakan pada bulan
Januari 2009 sampai Januari 2010 di Poliklinik Tumbuh Kembang RS Dr
Sardjito, Yogyakarta. Subyek adalah anak usia 2-3 tahun mengalami
keterlambatan bicara tanpa gangguan perkembangan lainnya, dan
tidak terdapat kelainan organik lain pada kelompok kasus, serta
dilakukan matching sesuai umur dan jenis kelamin pada anak normal
sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah anak usia 12-
36 bulan, anak yang mengalami keterlambatan bicara. Kriteria eksklusi
adalah anak dengan gangguan pendengaran yang sudah dilakukan tes
BERA, global developmental delay setelah dilakukan tes DENVER, dan
autism. Besar sampel penelitian dihitung dengan menggunakan rumus
uji hipotesis untuk uji analitik tidak berpasangan ditetapkan jumlah 45
subyek untuk tiap kelompok11Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi
Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada, dan setiap subyek yang terlibat telah
dimintakan informed consent yang ditandatangani orang tua masing-
masing. Data dianalisis dengan uji non parametrik Chi square.
Karakteristik sampel penelitian menggunakan analisis deskriptif.
Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang dicurigai berpengaruh terhadap lua
ran.

13
HasilSembilanpuluh subyek penelitian, 51,1% di antaranya anak usia
12–24 bulan, dan 77,8% berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik dasar
yang lain tertera pada Tabel 1. Hasil analisis bivariat menunjukkan
tidak terdapat hubungan antara ibu bekerja dengan keterlambatan
bicara pada anak. Demikian juga, pada faktor-faktor lain, tidak
berpengaruh terhadap keterlambatan bicara pada anak kecuali faktor
riwayat keluarga yang mengalami keterlambatan bicara. Anak dengan
riwayat keluarga terlambat bicara mempunyai faktor risiko 7,8 untuk
terjadi keterlambatan bicara (OR 7,81 IK 1,636 – 37,36; p=0,04) (Tabel
2). Kami menemukan riwayat keluarga terlambat bicara mempunyai
faktor risiko untuk terjadi keterlambatan bicara pada anak.
PembahasanHasil penelitian kami sama dengan penelitian
sebelumnya, yaitu Cheuk dan Wong, 10 Sylvestre dan Merette,8 yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara ibu bekerja dengan
keterlambatan bicara pada anak. Hal yang memengaruhi luaran pada
ibu bekerja dengan keterlambatan bicara pada anak adalah kualitas
pengasuh anak, alokasi waktu yang diberikan ibu, dan kualitas
pengasuhan ibu sendiri.9 Kualitas pengasuh yang baik dapat
memberikan dampak positif terhadap perkembangan anak, seperti
kemampuan komunikasi yang lebih baik, kemampuan mengingat, dan
memecahkan masalah dengan lebih.
KesimpulanTidak terdapat hubungan yang bermakna antara ibu
bekerja dengan keterlambatan bicara pada anak. Terdapat hubungan
yang bermakna antara riwayat keluarga terlambat bicara dengan
keterlambatan bicara pada anak.

14
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMUPULAN
Toddler merupakan anak-anak yang berusia 1-3 tahun yang bisa
dilihat peningkatan ukuran tubuh yang terjadi secara bertahap yang
menunjukan karakteristik percepatan. Anak yang memiliki kesehatan jiwa
memiliki ciri-ciri Anak dengan sehat jiwa dapat melakukan aktivitas yang
produktif seperti bermain dan belajar sesuai dengan kapasitas intelektual
dan usianya, anak yang sehat jiwa memiliki berkembangan secara
kognitif yang bisa memadai dan memunculkan kemauan untuk
mempelajari hal baru di sekitarnya, memiliki kreativitas, memiliki
kemampuan bahasanya pun berkembang, Anak yang sehat mental
memiliki kedekatan dalam hubungan dengan orang tua dan merasa aman
berada di lingkungan sekitar tempat tinggal
Masalah kejiwaan yang biasanya terjadi pada usia anak lebih
banyak berbentuk gangguan perilaku akibat gangguan pertumbuhan dan
perkembangan

3.2 SARAN
a. Makalah ini adalah makalah yang membahas tentang asuhan
keperawatan sehat jiwa pada toddler, sehingga diharapkan bermanfaat
bagi pembaca yang membutuhkan.
b. Makalah ini belum memenuhi kesempurnaan, oleh karena itu
dibutuhkan perbaikan makalah ini agar lebih baik dan lengkap.
c. Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat menerapkan asuhan
keperawatan sehat jiwa pada toddler.

15
DAFTAR PUSTKA

Yusuf,Fitryasari risky & Nihayati ending hanik,2014, Keperawatan kesehatan


jiwa, Jakarta: Salemba Medika

Aziz Alimul Hidayat,2008, Ilmu kesehatan anak, Jakarta: Salemba Medika

Gunarsa & D Singgih ,2006, Dasar dan teori perkembangan anak, Jakarta:
Gunung Mulia

Ririn nasriati,2017, Kesehatan jiwa anak dan remaja

16
Lembar Bukti Cek Plagiasi

Similarity Found: 3%

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Toddler Toddler dalam bahasa


inggris berarti anak kecil yang barus belajar berjalan (John M Echols & Hassan
Shadlity,2009). Toddler merupakan anak-anak yang berusia 1-3 tahun yang bisa
dilihat peningkatan ukuran tubuh yang terjadi secara bertahap yang menunjukan
karakteristik percepatan. 2.2.Tugas Perkembangan Usia Toddler Belajar melihat
dan mendengar Belajar berjalan Belajar makan makanan keras Belajar berbicara
Belajar untuk mengatur dan mengurangi gerak-gerik tubuh yang tdak perlu
Belajar mengenal perbedaan-perbedaan jenis kelamin dengan ciri-cirinya 2.3

Ciri Sehat Jiwa pada toddler Anak yang memiliki kesehatan jiwa memiliki ciri-
ciri sebagai berikut : Anak dengan sehat jiwa dapat melakukan aktivitas yang
produktif seperti bermain dan belajar sesuai dengan kapasitas intelektual dan
usianya Anak yang sehat jiwa memiliki berkembangan secara kognitif yang bisa
memadai dan memunculkan kemauan untuk mempelajari hal baru di sekitarnya
Memiliki kreativitas Memiliki kemampuan bahasanya pun berkembang Anak
yang sehat mental memiliki kedekatan dalam hubungan dengan orang tua dan
merasa aman berada di lingkungan sekitar tempat tinggal 2.4

Masalah kejiwaan dalam perkembangan toddler Masalah kejiwaan yang biasanya


terjadi pada usia anak lebih banyak berbentuk gangguan perilaku akibat gangguan
pertumbuhan dan perkembangan berikut beberapa masalah yang biasanya sering
terjadi pada masa anak : Retardasi mental Gangguan ketrampilan motoric
Gangguan hiperaktif Austisme Konsep Asuhan keperawatan 2.5.1 Pengkajian
Mengenal dan mengetahui namanya Banyak bertanya tentang hal/benda yang baru
diketahuinya Mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah (minum

17
sendiri, makan sendiri) Mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain di
luar Menunjukan rasa suka dan tidak suka Mampu manyatakan keingingan untuk
buang air besar/kecil Mampu membuat garis lurus Mampu menyatakan
keinginannya 2.5.2

Analisis data Data subjektif Klien mengenal dan mengetahui namanya Klien
banyak bertanya tentang hal/benda yang baru diketahuinya Klien mampu
manyatakan keinginan untuk buang air besar/kecil Data objektif Klien mulai
bergaul dengan orang lain tanpa diperintah Klien mau berpisah dengan orang
tuanya hanya sebentar Klien suka membantah dan tidak menuruti perintah
Diagnosa Resiko Harga Diri rendah Isolasi social Intervensi Risiko Harga Diri
Rendah Tujuan dan Kriteria Hasik _Intevensi _Rasional _ _Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama....x24 jam diharapkan Risiko Harga Diri Rendah
meningkat dengan kriteria hasil : Anak mampu membina hubungan saling percaya
meningkat Anak dapat menilai kemampuan yang digunakan meningkat
Anak dapat melakukan kegiatan yang semestinya meningkat _Observasi Beri
kesempatan anak untuk mecoba Teraupetik Bina hubungan saling percaya kepada
anak Diskusikan kemampuan yang dimiliki anak Beri pujian yang tinggi
Kolaborasi Beri informasi yang positif yang sudah dilakukan oleh anak _ Untuk
mengetahui nilai kemampuan anak Untuk membangun kepercayaan dirinya
dengan orang lain Untuk mengetahui level kemampuan anak pada usia Untuk
meningkatkan rasa percaya diri Untuk melatih anak terhadap inormasi yang benar
_ _ Isolasi Sosial Tujuan dan Kriteria Hasik _Intevensi _Rasional _
_Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama....x24 jam diharapkan Isolasi
Sosial menurun dengan kriteria hasil : Verbalisasi isolasi anak menurun
Verbalisasi ketidakamanan ditempat umum menurun Perilaku menarik diri
menurun _Observasi Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan Teraupetik
Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial Beri umpan balik yang positif
Libatkan keluarga dalam berinteraksi sosial Edukasi Anjurkan mengungkapkan
perasaan akibat masalah yang dialami Jelaskan respon keterampilan sosial yang
dilakukan _ Untuk memberikan pelatihan kemampuan keterampilan Untuk
memberikan semangat berlatih kemampuan Untuk menumbuhkan rasa percaya

18
diri Untuk membantu dalam proses interaksi sosial Untuk mengidentifikasi
penyebab yang dialami Untuk membantu meningkatkan rasa ingin berinteraksi _ _
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) “Menjelaskan pentingnya
interaksi sosial pada usia toddler yang baik” Tahap Orientasi Selamat pagi Bu,
Saya May mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya. Nama ibu siapa ya?
Oh Ibu Siska.

Gimana kondisi kesehatan si anak bu? Bagaimana bu kalau kita mengobrol


sebentar tentang kesehatannya anak ibu, usianya 2 tahun ya bu? Saya kontrak
waktu mengobrol dengan ibu hanya 30 menit bagaimana ibu setuju? Baik kita
akan mengobrol kurang lebih selama 30 menit. Tahap Kerja Apakah ibu tahu
pentingnya interaksi sosial pada usia 2 tahun?, ini brosur tentang pentingnya
interaksi sosial usia 2 tahun bu. Saya akan jelaskan satu persatu. Anak usia 2
tahun yang normal mempunyai kemampuan untuk bergaul dengan
temannya,mengatur kemampuan yang dimiliki tetapi tahu batasanya sehingga
anak tidak merasa dirinya tidak dihargai.

Jadi kalau anak ibu masih tidak mau bergaul dengan teman sebayanya atau kurang
percaya diri itu menjadi tugas kita dalam membantu mencapai kemampuan
tersebut. Sesuai dengan brosur yang tertulis disitu bisa dengan cara memberikan
motivasi dan dukungan yang lebih. Apakah ada sesuatu yang ingin ibu tanyakan ?
Tahap Terminasi Nahh, bu Siska diskusi kita sudah selesai, bagaimana perasaan
ibu sekarang? Apakah ada yang bisa diserap? Syukurlah kalau begitu.

Apakah ibu masih ingat bagaimana supaya anak ibu bisa melakukan interaksi
sosial dengan baik? Betul sekali pintar. Kalau begitu minggu depan kita akan
mempraktikan cara-cara yang sudah kita diskusikan pada anak ibu. Baiklah... saya
permisi dulu bu, Selamat Pagi.

19
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH
Skor Ket.
No Komponen Bobot
0 1 2
1. Latar belakang sistematis menjelaskan masalah tujuan 15
penyusunan dan deskripsi singkat makalah
2.  Penjelasan teori konsep dasar 30
keperawatan/fisiologi/patofisiologi terkait
 Analisis peran perawat dalam intervensi serta kaitan
intervensi dengan proses keperawatan
 Ide logis dan ringkas
 Terdapat sumber referensi pada setiap kutipan, baik
text book, hasil penelitian dan artikel jurnal
 Terdapat pembahasan hasil telaah artikel jurnal sesuai
dengan topik makalah yang dibuat

3. Kesimpulan dan saran disusun secara ringkas dan relevan 20


dengan topik bahasan
4. Daftar referensi yang digunakan terkini; (Minimal 10 th 20
terakhir), berasal dari text book (70 %), artikel
ilmiah/penelitian (15 %), dan lainnya (15%)
5. Melampirkan bukti cek plagiasi, dengan nilai; 15
 Minimal 85% dan max 100% Unique skor = 2
 70-80% Unique, skor 1
 < 70%, skor 0
TOTAL 100

Nilai akhir : Total Skorx 100


10
Surabaya, 25 Maret 2020
KRITERIA SKORING
Nama Kelompok (Kelas A)
2 = Baik
1. Fadilah Nur Fitriana
1 = Cukup 2. Lestari Puji Rahayu
0 = Kurang 3. Irham Imam Baihaqi
4. Bella Syafariyah
5. May Kurnyantini S

20

Anda mungkin juga menyukai