Anda di halaman 1dari 4

PENGENDALIAN INFEKSI SILANG

“CONTOH KEJADIAN KASUS INFEKSI NONSOKOMIAL”

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

1. Anis Rizqi Sulistiowati (P07125219004) 6. M. Yudo Prabowo (P07125219024)


2. Anita Maulidya Sari (P07125219005) 7. Noor Helmiah (P07125219025)
3. Annisa Diyani (P07125219006) 8. Novi Sarita (P07125219026)
4. Ika Puspita Sari (P07125219015) 9. Syarifah Amini (P07125219038)
5. Irhaminnisa Azzahra (P07125219016) 10. Yuanita Amalia (P07125219039)

Dosen Pengajar:
Rasuna Ulfah, S.ST, M.Kes
NIP. 19820821 200312 2002

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM STUDI TERAPI GIGI
T.A. 2019-2020
A. INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang
dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau menjalani
perawatan di rumah sakit.
Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau
pengunjung rumah sakit. Kasus infeksi penyakit (infeksi nosokomial) di rumah sakit (RS)
masih kerap terjadi di Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan di 11 RS di Jakarta
menunjukkan terdapat 9,8% pasien rawat inap di rumah sakit yang terserang infeksi baru
terkait pelayanan kesehatan.

B. PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL


Infeksi nosokomial paling sering disebabkan oleh bakteri. Infeksi bakteri ini lebih
berbahaya karena umumnya disebabkan oleh bakteri yang sudah kebal (resisten) terhadap
antibiotik. Infeksi nosokomial akibat bakteri ini bisa terjadi pada pasien yang sedang
mendapatkan perawatan di rumah sakit atau pasien dengan sistem imun atau daya tahan tubuh
yang lemah
Selain bakteri, infeksi nosokomial juga dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan parasit.
Penularan infeksi nosokomial dapat terjadi lewat udara, air, atau kontak langsung dengan
pasien yang ada di rumah sakit.

C. CONTOH KASUS INFEKSI NOSOKOMIAL


Beberapa contoh kasus penyakit yang paling sering terjadi akibat infeksi nosokomial,
yaitu:
• Infeksi aliran darah,
• Infeksi luka bedah/operasi (ILO),
• Infeksi saluran pernapasan bagian bawah (pneumonia), dan
• Infeksi saluran kemih (ISK).

Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah, ortopedi,
serta pelayanan obstetri (seksio sesarea). Menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) Akmal Taher, kasus infeksi nosokomial pada pasien menyebabkan
waktu rawat inap semakin lama dan bahkan menimbulkan kematian.
“Rerata pasien terpapar infeksi di RS di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pasalnya,
peluang pasien terkena infeksi nosokomial di RS bisa mencapai sekitar 10%”, ujar Akmal
dalam seminar kemitraan strategis Persi dan PT Unilever Indonesia Tbk. dalam meningkatkan
kesadaran praktisi medis demi kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Sementara dosen mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI) Anis Kurniawati juga mengamini hal itu. Kejadian infeksi nosokomial rentan terjadi
pada pasien yang baru mengalami operasi melalui alat seperti kateter dan selang infus.
Selain dari alat yang tidak steril, pasien bisa terinfeksi dari pengunjung atau petugas
RS yang tengah sakit. Menurut dia, infeksi nosokomial biasanya terjadi setelah 48 jam (dua
hari).
Contoh kasus: Ada pasien anak dirawat karena diare, kemudian pada hari ketiga tiba-tiba
muncul infeksi baru, seperti infeksi paru.
Berkaca dari seriusnya masalah tersebut, Anis berpendapat setiap RS harus memiliki
tim pengontrol infeksi yang secara regular yang melakukan kontrol terhadap keamanan ruang
operasi/bedah, rawat inap, alat, dan sebagainya. Selain itu, pengaturan soal kunjungan pasien
dan kebersihan RS juga harus dijaga.

D. PENGOBATAN INFEKSI NOSOKOMIAL


Jika dicurigai penyebab infeksi adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik
secara empiris. Terapi antibiotic secara empiris adalah pemberian antibiotik di awal, sebelum
jenis bakteri penyebab infeksi diketahui dengan pasti.
Harapannya, antibiotik tersebut dapat mengontrol atau membunuh bakteri penyebab
infeksi sambal menunggu hasil kultur keluar. Setelah hasil kultur keluar, pemberian antibiotik
dan obat lain akan disesuaikan dengan jenis bakteri atau kuman yang menyebabkan infeksi
nosokomial.
Jika infeksi nosokomial disebabkan oleh infeksi luka operasi atau ulkus decubitus,
akan dilakukan operasi debridement. Prosedur ini berguna untuk mengangkat jaringan yang
terinfeksi dan rusak agar infeksi tidak menyebar.
Terapi suportif, seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi gejala,
akan diberikan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi suportif dilakukan untuk
memastikan agar kondisi pasien tetap stabil.
Bila memungkinkan, seluruh alat yang meningkatkan risiko terjadinya infeksi akan
dicabut atau diganti.

E. PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL


Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh
orang yang berada di rumah sakit, termasuk petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat,
pasien, dan orang yang berkunjung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran infeksi ini adalah:
- Cuci tangan,
- Jaga kebersihan lingkungan di rumah sakit,
- Gunakan alat medis sesuai dengan prosedur,
- Tempatkan pasien berisiko di ruang isolasi,
- Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) sesuai dengan SOP.

Anda mungkin juga menyukai