Disusun Oleh:
KELOMPOK 2
Dosen Pengajar:
Rasuna Ulfah, S.ST, M.Kes
NIP. 19820821 200312 2002
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
PROGRAM STUDI TERAPI GIGI
T.A. 2019-2020
A. INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit. Seseorang
dikatakan mengalami infeksi nosokomial jika infeksinya didapat ketika berada atau menjalani
perawatan di rumah sakit.
Infeksi nosokomial bisa terjadi pada pasien, perawat, dokter, serta pekerja atau
pengunjung rumah sakit. Kasus infeksi penyakit (infeksi nosokomial) di rumah sakit (RS)
masih kerap terjadi di Indonesia. Berdasarkan riset yang dilakukan di 11 RS di Jakarta
menunjukkan terdapat 9,8% pasien rawat inap di rumah sakit yang terserang infeksi baru
terkait pelayanan kesehatan.
Tingkat paling tinggi terjadi di unit perawatan khusus, ruang rawat bedah, ortopedi,
serta pelayanan obstetri (seksio sesarea). Menurut Dirjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) Akmal Taher, kasus infeksi nosokomial pada pasien menyebabkan
waktu rawat inap semakin lama dan bahkan menimbulkan kematian.
“Rerata pasien terpapar infeksi di RS di Indonesia tergolong cukup tinggi. Pasalnya,
peluang pasien terkena infeksi nosokomial di RS bisa mencapai sekitar 10%”, ujar Akmal
dalam seminar kemitraan strategis Persi dan PT Unilever Indonesia Tbk. dalam meningkatkan
kesadaran praktisi medis demi kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Sementara dosen mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(FKUI) Anis Kurniawati juga mengamini hal itu. Kejadian infeksi nosokomial rentan terjadi
pada pasien yang baru mengalami operasi melalui alat seperti kateter dan selang infus.
Selain dari alat yang tidak steril, pasien bisa terinfeksi dari pengunjung atau petugas
RS yang tengah sakit. Menurut dia, infeksi nosokomial biasanya terjadi setelah 48 jam (dua
hari).
Contoh kasus: Ada pasien anak dirawat karena diare, kemudian pada hari ketiga tiba-tiba
muncul infeksi baru, seperti infeksi paru.
Berkaca dari seriusnya masalah tersebut, Anis berpendapat setiap RS harus memiliki
tim pengontrol infeksi yang secara regular yang melakukan kontrol terhadap keamanan ruang
operasi/bedah, rawat inap, alat, dan sebagainya. Selain itu, pengaturan soal kunjungan pasien
dan kebersihan RS juga harus dijaga.