Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cybernetic adalah sistem yang sangat luas, tetapi tujuan penting dari
cybernetika adalah untuk memahami dan menentukan fungsi dan proses dari
sistem yang memiliki tujuan sebab akibat yang bergerak dari aksi/tindakan
menuju ke pengindraan lalu membandingkan dengan tujuan yang diinginkan,
dan kembali lagi kepada tindakan. Sistem teori dalam proses komunikasi ini
saling berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat mempengaruhi dan
mengendalikan satu yang lain melalui komunikasi dan saran atau masukan
sirkulasi timbal balik. Selama perang dunia dua, teori sosial menjadi tertarik
dengan sistem pengertian sebagai cara konseptualisasi keduanya makroskopik
dan fenomena microspic.

Program yang diimplementasikan pada bagian keperawatan memerlukan


evaluasi. Program tersebut dapat berbentuk administrative seperti sistem
evaluasi performa yang baru atau pun struktur kekuasaan yang baru. Dapat
juga program klinis seperti manajemen kasus untuk kegagalan kongestif pada
jantung ataupun pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien yang baru
saja didiagnosis menderita diabetes. Veney Kaluzny (1991) menyarankan
model cybernetic untuk proses evaluasi program pelayanan kesehatan. Pada
model ini, keputusan diambil berdasarkan informasi mengenai masalah yang
harus diatasi oleh program tersebut dan informasi mengenai pengaruh dari
program tersebut kepada massalah yang dihadapi. Informasi disediakan lewat
umpan balik secara terus menerus sehingga evaluasi program dan
modivikasinya dapat dilakukan pada kegiatan yang berjalan. Oleh karena itu,
model cybernetic dapat digunakan kapanpun selama jangka waktu (timeline)
suatu program ditetapkan, yang perhitungan nya melalui tiga fase yaitu:
penentuan kebutuhan, implementasi, dan penemuan hasil.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan model cybernatic
2. Apa saja fase didalam cybernatic

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu model cybernatic
2. Untuk mengetahui fase-fase cybernatic

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model Cybernetik

Cybernetic adalah sistem yang sangat luas, tetapi tujuan penting dari
cybernetika adalah untuk memahami dan menentukan fungsi dan proses dari
sistem yang memiliki tujuan sebab akibat yang bergerak dari aksi/tindakan
menuju ke pengindraan lalu membandingkan dengan tujuan yang diinginkan,
dan kembali lagi kepada tindakan. Sistem teori dalam proses komunikasi ini
saling berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat mempengaruhi dan
mengendalikan satu yang lain melalui komunikasi dan saran atau masukan
sirkulasi timbal balik. Selama perang dunia dua, teori sosial menjadi tertarik
dengan sistem pengertian sebagai cara konseptualisasi keduanya makroskopik
dan fenomena microspic.

Program yang diimplementasikan pada bagian keperawatan memerlukan


evaluasi. Program tersebut dapat berbentuk administrative seperti sistem
evaluasi performa yang baru atau pun struktur kekuasaan yang baru. Dapat
juga program klinis seperti manajemen kasus untuk kegagalan kongestif pada
jantung ataupun pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien yang baru
saja didiagnosis menderita diabetes. Veney Kaluzny (1991) menyarankan
model cybernetic untuk proses evaluasi program pelayanan kesehatan. Pada
model ini, keputusan diambil berdasarkan informasi mengenai masalah yang
harus diatasi oleh program tersebut dan informasi mengenai pengaruh dari
program tersebut kepada massalah yang dihadapi. Informasi disediakan lewat
umpan balik secara terus menerus sehingga evaluasi program dan
modivikasinya dapat dilakukan pada kegiatan yang berjalan. Oleh karena itu,
model cybernetic dapat digunakan kapanpun selama jangka waktu (timeline)
suatu program ditetapkan, yang perhitungan nya melalui tiga fase yaitu:
penentuan kebutuhan, implementasi, dan penemuan hasil.

3
Veney dan kaluzny (1991) menjelaskan bahwa pembuatan keputusan
cybernetic dapat digunakan sebagai kontrol yang didasarkan pada komunikasi
informasi ataupun umpan balik dalam suatu sistem. Sistem yang dimaksud
termasuk input, proses, dan output yang berupa tujuan yang diinginkan. Oleh
karena itulah umpan balik digunakan untuk merubah/memodifikasi input
ataupun proses kapan pun dirasa dibutuhkan atau apabila hasil yang digunakan
tidak tercapai. Model cybernetic untuk evaluasi program dapat digunakan lewat
beberapa langkah bertahap (veney dan kaluzny, 1991 ) yang digali mulai dari
awal hingga akhir sebuah program untuk memulai program baru.

B. Fase-Fase Model Cybernatic


1. Fase 1 : Penentuan Kebutuhan

Langkah ke 1

Menentukan tujuan. Sebagai contoh dapat dilihat pada kasus berikut


ini, staff perawat pada suatu pusat kesehatah berkapasitas 600 orang
menyuarakan ketidak puasan nya akan sistem dokumentasi keperawatan
yang digunakan saat ini karena memakan waktu berganda dan tidak sesuai
dari komisi bersama ( join commision )

Unit kerja perawat dari komite peraktek klinis di kumpulkan bersama


unttuk menentukan revisi sistem yang di perlukan dan mengembangkan
tujuan untuk proses revisi sistem dokumentasi yang ada. Komite tersebut
kemudian mengembangkan 4 tujuan untuk proses revisi yaituuntuk:

 Menyediakan sistem pendokumentasian tunggal


 Menyediakan sistem yang konsisten dan terintegrasi
 Memenuhi standar yang dibuat oleh profesional dan badan pengatur
 Menyiapkan departemen untuk program komputerisasi dimasa datang

4
Langkah ke 2

Melibatkan proses dari ciri masalah yang akan diatasi oleh dan
penenrtuan tingkat pencapain bagi beberapa tujuan yang dapat dicapai.
Komite kemudian memutuskan 4 macam variabel yakni;

 Kepuasan perawat dengan sistem dokumentasi


 Kepuasan dokter dengan sistem dokumentasi
 Panjang dan isi dari dokumentasi
 Kesesuaian dan kualitas dokumentasi untuk standar yang diarah pada
setiap aspek yang diarahkan pada setiap aspek dari keperawatan

Langkah ke 3

Meliputi penentuan atau program strategi. Unit kerja memutuskan


untuk merevisi format yang memuat riwayat dan kondisi fisik, flowsheet,
format dari catatan perkembangan perawat, dan mengadaptasi bentuk bagan
pemfokusan untuk catatan perkembangan (progres note) sebagai suatu
strategi yang menjadi tujuan dari sistem pendokumentasian.

Langkah ke 4

Adalah mengkhususkan suatu kriteria untuk menilai pencapaian tujuan

Langkah ke 5

Membentuk suatu rantai hubungan timbal balik yang menyatakan


perkembangan dari suatu program untuk mempengaruhi hasil yang
diinginkan. Rantai timbal balik ini terdiri dari diagram,termasuk di
dalamnya hubungan program yang membawa pada suatu hasil tertentu.

Langkah ini membantu untuk memastikan suatu hubungan timbal


balik yang logis antara proses program dan hasil yang di capai.jangka untuk
pengembangan,mencetak,inservicing dan implementasi dari form yang
baru,dikembangkan oleh project director.tujuan tujuan program dan data
untuk fariable dasar dihubungkan dengan tiap elemen dari timeline sehingga

5
suatu rantai kuasai dapat dibentuk dan pencapaian tujuan akan dapat lebih
mudah di evaluasi pada fase 3 dari proses evaluasi.

2. Fase 2 : Proses Implementasi Dari Keputusan


Langkah ke 6

Pada tahap ini akan ditentukan apakah program yang sudah berjalan
berada pada tempatnya dan berlangsung sesuai dengan rencana waktu
semula.

Proses pembuatan keputusan pada tahap ini mencakup pemeriksaan


segala sumber daya atau input yang di butuhkan untuk melaksanakan
program telah tersedia dan menentukan apakah autput yang diinginkan
berhasil di ciptakan oleh program.pada contoh dalam kasus ini,implementasi
program terdiri dari peninjawan terhadap program oleh pimpinan perawat
danoleh pertemuan bulanan yang di hadiri oleh direktur perawat,ketua
program yang di tunjuk,dan partisipan yang terlibat di dalamnya untuk
memastikan program ini berjalan sesuai rencana kesulitanya yang ada
kemudian di jabarkan dan perubahan dilakukan baik ke
format,prosedur,serta kebijakan dan perencanaan di buat sesuai dengan yang
di perlukan.

3. Fase 3 : Peneilaian Hasil


Langkah ke 7

Pada tahap ini dilakukan penilaian hasil yang di gunakan untuk


mengukur tingkat efektifitas,efesiensi dan dampak dari program yang di
lakukan dengan cara menilai apakah tujuan utama proyek yang
tercapai.langkah ini cukup mudah bagi partisipan,seperti pada kasus kali ini
dimana tujuan untuk melakukan proses refisi telah di hubungkan secara
langsung dengan interfensi yang spesifik pada timeline dan data awal yang
telah di kumpulkan data paska implementasi yang telah di kumpulkan dari
semua unit yang terlibat mengenai keputusan dokter dan perawat,panjang

6
dan isi dokumentasi,maupun serta kesesuaian dokumentasi dengan standar
yang ada kemudian di arahkan ke setiap aspek proses perawatan.format
yang telah di refisi kemudian di bahas kembali untuk mencegah terjadinya
repetisi dan data berlebih pada dokumentasi proses perawatan
(tujuan1),memasukan perencanaan perawatan kedalam aktivitas harian
dengan menggunakan bantuan tabel focus (tujuan 2) data yang ada dan
ditunjukan untuk standar menunjukan perbaikan proses dokumentasi dalam
segala aspek proses perawatan (tujuan 3),serta untuk menyiapkan agar
format terakhir yang telah di refisi dapat di adaptasi/di sesuaikan dengan
rencana komputerisasi dimasa yang akan datang.sebagai tambahan,tingkat
kepuasan baik perawat maupun dokter terhadap sistem dokumentasi
meningkat.perubahan waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan dokumen
memang tidak signifikan namun perawat merasakan perbedaan karena
beberapa format yang baru di isi saat mereka menemani pasien,sehingga
perawat akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk melibatkan pasien
dan keluarganya dalam proses perencanaan perawatan.

Langkah ke 8

Pada tahap ini dilakukan penentuan efesiensi dengan cara menilai


apakah output yang di hasilkan oleh program mencukupi bila di banding
dengan biaya yang di keluarkan. Biaya yang di keluarkan, ketua program,
pengadaan format dan waktu yang di habiskan partisipan akan di
bandingkan dengan pencapaian tujuan,perbaikan tingkat kepuasan
staff,kesesuaian ataupun kualitas dokumentasi dibandingkan dengan standar
yang ada, dan waktu yang di gunakan untuk melibatkan pasien beserta
keluarganya dalam perencanaan perawatan ; keuntungan keuntungan non-
finansial ini jelas sesuai dan jauh lebih berharga dibanding dengan biaya
yang dikeluarkan. Staff merasa bahwa sistem dokumentasi yang baru jelas
lebih efisien ketika mereka diminta membandingkan keuntungan dan biaya
yang dikeluarkan .

Langkah ke 9

7
Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap dampak jangka panjang
untuk program klinis yang dibuat, dinilai dari perbaikan yang ada pada
proses administrative ataupun dari perbaikan tingkat kesehatan dan kualitas
hidup pasien . Venei dan kaluzny (1991) mengakui bahwa evaluasi pada
langkah ini akan lebih baik dilakukan oleh para sejarawan ataupun
akademisi dibandingkan para evaluator program. Pada kasus ini contohnya,
sistem dokumntasi perawatan adalah bagian dari tujuan krusial departemen
yang akan dibahas berkala selama proses perencanaan strategis. Oleh karena
itu, masalah dapat saja muncul pada sistem dokumentasi yang baru dimasa
yang akan datang dan memerlukan diadakannya proses pengambilan
keputusan dengan model cybernetik yang berikutnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cybernetic adalah sistem yang sangat luas, tetapi tujuan penting dari
cybernetika adalah untuk memahami dan menentukan fungsi dan proses
dari sistem yang memiliki tujuan sebab akibat yang bergerak dari aksi /
tindakan menuju ke pengindraan lalu membandingkan dengan tujuan yang
diinginkan, dan kembali lagi kepada tindakan. Sistem teori dalam proses
komunikasi ini saling berkaitan dengan bagian-bagian yang dapat
mempengaruhi dan mengendalikan satu yang lain melalui komunikasi dan
saran atau masukan sirkulasi timbal balik. Selama perang dunia dua, teori
sosial menjadi tertarik dengan sistem pengertian sebagai cara
konseptualisasi keduanya makroskopik dan fenomena microspic.

B. Saran
Sebagai mahasiswa perawat sebaiknya kita harus lebih jelas
memahami tentang model cybernatic.

9
DAFTAR PUSTAKA

Putra Syah Candra. (2017) . BUKU AJAR MANAJEMEN KEPERAWATAN.


Bogor: IN MEDIA.

10

Anda mungkin juga menyukai