Anda di halaman 1dari 6

PEMBERHENTIAN DAN CUTI

Disusun Oleh :
Anwar Muhamad Sidiq

KELAS C PROGRAM STUDI TRANSPORTASI DARAT


POLITEKNIK TRANSPORTASI DARAT BALI
TAHUN 2019-2020
PEMBERHENTIAN PNS

A. Pengertian Pemberhentian PNS


Pemberhentian terdiri menjadi 2, yaitu :
1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil
Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil adalah pemberhentian yang menyebabkan
yang bersangkutan tidak lagi berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil.
2. Pemberhentian dari jabatan negeri.
Pemberhentian dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang menyebabkan yang
bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan organisasi Negara, tetapi masih berkedudukan
sebagai Pegawai Negeri Sipil.
B. Dasar Hukum/Referensi
 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
sebagaimana telah diubah ketiga kalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2011.
 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri
Sipil.
 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda
Pegawai.
C. Jenis-Jenis Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil terdiri atas :

1. Pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Pegawai Negeri Sipil


Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
menerima hak-hak kepegawaiannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
antara lain hak atas pension

Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Pemberhentian dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil meliputi :

1) Pemberhentian Atas Permintaan Sendiri


Permintaan berhenti sebagai Pegawai Negeri dapat ditunda untuk paling lama 1 (satu)
tahun, apabila ada kepentingan dinas yang mendesak. Permintaan berhenti dapat ditolak
apabila Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja pada
Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2) Pemberhentian Karena Mencapai Batas Usia pensiun


Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 1969, pensiun adalah jaminan hari tua dan
sebagai penghargaan atas jasa-jasa Pegawai Negeri Sipil yang telah bertahun-tahun
mengabdikan dirinya kepada Negara. Batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 adalah 56 (lima puluh enam) tahun.

3) Pemberhentian Karena Adanya Penyederhanaan Organisasi


Apabila ada penyederhanaan suatu satuan organisasi Negara yang mengakibatkan
adanya kelebihan Pegawai Negeri Sipil, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu
disalurkan kepada satuan organisasi lainnya. Kalau penyaluran dimaksud tidak mungkin
dilaksanakan, maka Pegawai Negeri Sipil yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat
sebagai Pegawai Negeri Sipil atau dari Jabatan Negeri dengan mendapat hak-hak
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4) Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Atau Rohani


Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan apabila berdasarkan Surat
Keterangan Tim Penguji Kesehatan dinyatakan :
 Tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena kesehatannya.
 Menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan atau
lingkungan kerjanya.
 Setelah berakhirnya cuti sakit, belum mampu bekerja kembali.
5) Pemberhentian Karena Meninggal Dunia Atau Hilang
 Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap diberhentikan
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
 Pegawai Negeri Sipil yang hilang dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke
12 (dua belas)

2. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.


Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil,
kehilangan hak-hak kepegawaiannya antara lain ha katas pensiun. Pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil meliputi :
 Melanggar Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil, Sumpah/Janji Jabatan Negeri atau Peraturan
Disiplin Pegawai Negeri Sipil;
 Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah mempunyai
 kekuatan hukum yang tetap, karena dengan sengaja melakukan suatu tindak pidana kejahatan
yang diancam dengan pidana penjara setinggi-tingginya 4 (empat) tahun, atau diancam
dengan pidana yang lebih berat.
 Melakukan usaha atau kegiatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan atau Undang-
Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam gerakan atau melakukan kegiatan yang menentang
Negara dan atau Pemerintah.
 Tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih.
 Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik tanpa mengundurkan diri sebagai Pegawai
Negeri Sipil
3. Diberhentikan sementara
Jenis ketiga diatur dalam Pasal 88 UU ASN berikut ini :
1. PNS diberhentikan sementara, apabila:
a. Diangkat menjadi pejabat negara;
b. Diangkat menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau
c. Ditahan karena menjadi tersangka tindak pidana.
2. Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.

CUTI
A. Pengertian Cuti

Pengertian cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.

B. Tujuan cuti

Tujuan cuti adalah untuk memberikan kesempatan istirahat bagi para Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dalam rangka menjamin kesegaran jasmani dan rohaninya. Jadi, cuti ini bertujuan secara
umum demi kepentingan PNS yang bersangkutan.

C. Pejabat yang Berwenang Memberikan Cuti

Bagi para Pegawai Negeri Sipil untuk mendapatkan cuti ini, diperlukan izin tertulis
dari pihak pejabat yang berwenang memberikan cuti. Tanpa adanya izin, maka kondisi
tidak masuk kerja tidak bisa disebut cuti. Karenanya, sebelum mengambil hak cuti, PNS
harus mengajukan surat permohonan cuti kepada pejabat yang berwenang. Pejabat yang
berwenang memberikan cuti tersebut adalah :

1. Pimpinan Lembaga Tertinggi/ Tinggi Negara bagi Pimpinan Kesekretariatan Lembaga


Tertinggi/ Tinggi Negara. Menteri, Jaksa Agung, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Tertinggi Negara/Lembaga Tinggi Negara dan
Pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden bagi PNS dalam lingkungan kekuasaannya.
2. Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri
3. Kewenangan tersebut dapat didelegasikan (kecuali bila ditentukan lain menurut perundangan).
C. Jenis Jenis Cuti

Cuti yang bisa diperoleh para PNS ada banyak jenisnya. Jenis jenis cuti tersebut
meliputi : Cuti Tahunan; Cuti Besar; Cuti Sakit; Cuti Bersalin; Cuti karena Alasan Penting;
Cuti di Luar Tanggungan Negara.

1. Cuti Tahunan

Setiap Pegawai Negeri Sipil yang sudah bekerja sekurang-kurangnya selama 1 (satu)
tahun secara terus – menerus berhak untuk menerima cuti tahunan. Lama cuti tahunan
yang dapat diperoleh adalah 12 (dua belas) hari kerja. Akan tetapi, setiap kali mengambil
cuti tahunan tidak boleh kurang dari 3 (tiga) hari kerja. Artinya, setiap cuti tahunan yang
diambil tidak dapat dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 (tiga) hari
kerja.
2. Cuti Besar

Cuti besar dapat diambil oleh para PNS yang telah bekerja sekurang - kurangnya
selama 6 (enam) tahun terus menerus tanpa terputus. Cuti besar ini lamanya adalah 3
(tiga) bulan termasuk cuti tahunan dalam tahun yang bersangkutan. Pegawai Negeri
Sipil yang menjalani cuti besar tidak berhak lagi atas hak cuti tahunannya yang ada di
dalam tahun yang bersangkutan.

3. Cuti Sakit

PNS yang sakit selama 1 (satu) atau 2 (dua) hari, maka ia harus memberitahukan
pada atasannya. Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari 2 (dua) hari sampai dengan
14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa Pegawai Negeri
Sipil yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat
yang berwenang memberikan cuti, dengan melampirkan surat keterangan dokter yang
ditunjuk oleh Menteri Kesehatan.
4. Cuti Bersalin
Hak atas cuti bersalin dapat diberikan untuk persalinan anak yang pertama, kedua,
dan ketiga, bagi para Pegawai Negeri Sipil wanita.

Untuk persalinan anak yang keempat dan seterusnya, maka kepada Pegawai Negeri
Sipil wanita dapat diberikan cuti di luar tanggungan Negara. Lamanya cuti-cuti bersalin
yang diberikan adalah 1 (satu) bulan sebelum dan 2 (dua) bulan sesudah persalinan.
5. Cuti Karena alasan Penting

Cuti karena alasan penting didasarkan pada PP No. 24 Tahun 1976

Yang dimaksud dengan cuti karena alasan penting adalah cuti karena yang dikarenakan :
 Ibu, bapak, isteri/ suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu yang sakit keras

atau meninggal dunia.

 Melangsungkan perkawinan yang pertama.

Lamanya cuti karena alasan penting dapat ditentukan oleh pejabat yang berwenang
memberikan cuti, untuk waktu paling lama 2 (dua) bulan.
6. Cuti di Luar Tanggungan Negara

Kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya selama 5


(lima) tahun secara terus-menerus, disebabkan karena alasan-alasan pribadi yang penting
dan mendesak maka dapat diberikan cuti di luar tanggungan Negara. Cuti di luar
tanggungan Negara dapat diberikan paling lama 3 (tiga) tahun. Jangka waktu cuti di luar
tanggungan Negara dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun apabila ada alasan-
alasan penting untuk memperpanjangnya.

Anda mungkin juga menyukai