PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keluarga Berencana
2
3
1. Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Program keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan untuk mengurangi tingkat
pertumbuhan penduduk sehingga dapat dicapai dengan program keluarga berencana ini yaitu :
➢ Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak,
➢ Meningkatkan harapan hidup,
➢ Mengurangi angka kematian bayi,
➢ Mengurangi angka kematian ibu hamil
Dengan program keluarga berencana ini kita dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia
Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraaan masyarakat.
4
Perempuan memiliki lebih dari empat anak beresiko menghadapi kematian akibat
pendarahaan hebat dan kelainan-kelainan lainnya. Tidak ada paksaan dan tidak ada yang
boleh memaksa Anda untuk mengikuti program KeluargaBerencana ataupun tidak. Namun
pekerja kesehatan akan menyarankan Anda untuk mengikuti program ini jika terjadi
sesuatu yang dapat membahayakan diri Anda. Dibutuhkan kesadaran dalam diri sendiri,
mengenai pentingnya mengikuti program Keluarga Berencana, baik untuk kebaikan diri
sendiri, anak, juga kesejahteraan keluarga. Tidak ada yang boleh memaksa Anda mengikuti
program Keluarga Berencana, dan tidak ada paksaan untuk Anda mengenakan alat KB
tertentu. Namun jika alat KB yang Anda pilih dapat membahayakan diri sendiri, maka
konsultasikan terlebih dahulu hal tersebut pada dokter kandungan.
3. Metode KB
5
Pil KB (obat oral) ada 2 jenis, yaitu pil KB biasa dan pil KB untuk ibu menyusui. Selain
itu tersedia juga jenis paketan yang diminum setiap hari. Pil KB ini memiliki beberapa
keuntungan memiliki :
➢ Dapat mencegah kanker indung telur dan endometrium
➢ Mengurangi gangguan menstruasi
➢ Pengembalian kesuburan cepat (hanya 3 bulan)
6
Selain dengan menggunakan keempat cara di atas, pencegahan kehamilan juga dapat
dilakukan dengan metode alamiah, yaitu perhitungan masa subur dengan menggunakan
sistem kalender.
➢ Kurangi 18 hari dari panjang siklus terpendek (misal 25 hari = 7).
➢ Kurangi 11 hari dari panjang siklus yang terpanjang (misal 30 hari = 19).
➢ Abstain (tidak berhubungan) dari siklus hari ke 7 sampai hari ke 19 karena saat itu
wanita sedang dalam masa suburnya.
Kelmahan sistem kalender ini adalah hanya bisa digunakan oleh wanita dengan siklus
menstrusi yang teratur.
B. Corona Virus
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak kasus,
virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam kelompok ini
adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab Middle-
East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama,
yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara
lain dalam hal kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
7
8
9
1. Gejala Virus Corona (COVID-19)
Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala flu, yaitu demam, pilek,
batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu, gejala dapat hilang dan sembuh atau
malah memberat. Penderita dengan gejala yang berat bisa mengalami demam tinggi, batuk
berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul
ketika tubuh bereaksi melawan virus Corona.
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu:
Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
penderita terpapar virus Corona.
10
Bila Anda memerlukan pemeriksaan langsung oleh dokter, jangan langsung ke rumah sakit karena
itu akan meningkatkan risiko Anda tertular atau menularkan virus Corona ke orang lain. Anda
bisa membuat janji konsultasi dengan dokter di rumah sakit melalui aplikasi Alodokter agar bisa
diarahkan ke dokter terdekat yang dapat membantu Anda.
Alodokter juga memiliki fitur untuk membantu Anda memeriksa risiko tertular virus Corona
dengan lebih mudah. Untuk menggunakan fitur tersebut, silakan klik gambar di bawah ini.
• Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat penderita COVID-19
batuk atau bersin
• Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh benda
yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
• Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan fatal
bila terjadi pada orang lanjut usia, orang yang memiliki penyakit tertentu, atau orang yang daya
tahan tubuhnya lemah, perokok, dan ibu hamil.
11
Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang dapat
dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
• Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani perawatan dan karatina di
rumah sakit rujukan
• Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
• Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi mandiri dan istirahat yang
cukup
• Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga kadar
cairan tubuh
• Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan
jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak.
• Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
• Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung alkohol
minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
• Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
• Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
• Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif terinfeksi virus
Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
• Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke tempat
sampah.
• Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang dalam
pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan
agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
12
• Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara
waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda
dengan yang digunakan orang lain.
• Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
• Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi dulu pihak rumah
sakit untuk menjemput.
• Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda
benar-benar sembuh.
• Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang sakit.
• Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan tidur
dengan orang lain.
• Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang bersama
orang lain.
• Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera buang
tisu ke tempat sampah.
13
14
15
16
C. Kaitan KB Terhadap Covid19
Di kala wabah COVID-19, bila pasangan suami istri ingin memasang alat kontrasepsi, sebaiknya
janjian dulu dengan bidan di fasilitas kesehatan yang dituju. Hal tersebut sebagai upaya bidan
dapat mempersiapkan diri dengan perlengkapan alat pelindung diri (APD). Adanya kesiapan
pelayanan alat kontrasepsi dan konseling kepada bidan sebagai antisipasi terhadap penularan
Corona.
Ini karena seseorang yang tanpa gejala atau yang disebut Orang Tanpa Gejala (OTG) bisa saja
membawa virus Corona, yang dapat menularkan kepada orang lain. Apalagi bila daya tahan tubuh
orang lain sedang lemah.
17
Fenomena yang berkembang pada situasi COVID-19, yakni terjadi pengurangan kunjungan
masyarakat kepada fasilitas kesehatan jika tidak dalam kondisi emergensi atau adanya
indikasi/kecurigaan terinfeksi penularan COVID-19.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi dalam situasi apapun, termasuk pada
situasi bencana. Demikian halnya dengan kesehatan reproduksi yang merupakan bagian dari
kesehatan. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan reproduksi harus selalu ada dan tersedia pada
situasi bencana. Agar hak kesehatan reproduksi dapat tetap terpenuhi pada saat bencana, penduduk
yang terdampak harus memiliki akses informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Akan tetapi, pada pandemi covid-19 dapat timbul krisis kesehatan, termasuk kebutuhan akan
kesehatan reproduksi yang seringkali terabaikan. Ada kemungkinan suatu fasilitas kesehatan tidak
maksimal membantu persalinan karena fokus penanganan penularan covid-19. Terlihat dari
penanganan covid-19 melibatkan hampir semua profesi tenaga kesehatan baik dokter, dokter gigi,
bidan, perawat, apoteker, dll.
Meskipun sampai saat ini belum ada data dan laporan berapa jumlah ibu hamil di wilayah bencana
di Indonesia, namun dari pengalaman bencana sebelumnya diketahui bahwa dalam situasi bencana,
selalu ada ibu yang melahirkan atau mengalami komplikasi kehamilan karena terganggunya sistem
pelayanan kesehatan.
Stigma takut tertular covid-19, semakin membuat pasangan usia subur (PUS) enggan mendapatkan
pelayanan kontrasepsi di mana faskes tersebut digunakan tempat pengambilan sampel. Tentunya
PUS yang ingin melakukan kunjungan ulang, tidak jadi mengakses pelayanan KB ke faskes
sedangkan kebutuhan biologis tetap berjalan.
18
19
1. Akibat Yang Bisa Terjadi
Jika pasangan tersebut tidak menggunakan kontrasepsi, kemungkinan besar akan terjadi kehamilan
yang tidak diinginkan. Seyogianya, kehamilan harus direncanakan dengan mempertimbangkan
aspek kesehatan, ekonomi, sosial maupun agama.
Bila pertimbangan-pertimbangan tersebut diterima, maka kehamilan akan dilanjutkan. Jika tidak,
maka ada upaya untuk aborsi yang dapat mengancam keselamatan ibu maupun anak.
2. Solusi meminimalkan risiko tertular covid19
Oleh karena itu, menjawab permasalahan ini, diperlukan KIE (Komunikasi, Informasi dan
Edukasi) tentang kontrasepsi darurat yang disingkat Kondar. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kehamilan yang tidak diinginkan segera setelah hubungan seksual karena tidak menggunakan alat
kontrasepsi.
20
Stay at home mengurangi interaksi kita dengan orang lain, akan tetapi meningkatkan interaksi
dalam keluarga. Kebijakan ini mengajak masyarakat untuk membatasi aktivitas di luar rumah
dalam rangka mencegah penularan covid-19.
Penekanan Kondar dapat digunakan pada keadaan dan masa yang tidak boleh ditunda, yaitu setelah
melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi. Cara ini lebih baik dibandingkan tidak
menggunakan KB sama sekali. Jika metode ini diterapkan, maka banyak kehamilan yang tidak
diinginkan dapat dicegah sehingga menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
21
22
23
3. Jenis Kondar
Jenis Kondar yang dimaksud yaitu pil dan IUD copper T. Pil bekerja dengan cara menghalangi sel
telur agar tidak dilepaskan indung telur dan mengganggu kerja hormon progesteron yang berperan
mempersiapkan rahim sebagai tempat tumbuh janin. Efektifitas pil diminum sebelum 72 jam
pascahubungan seks.
IUD bekerja dengan cara menghalangi sperma masuk ke tuba fallopi. Efektifitas IUD dipasang
sebelum 5 hari pascahubungan seksual. Semakin jauh jangka waktu konsumsi pil atau pemasangan
IUD dari pascahubungan seksual, efekivitasnya juga semakin berkurang. Untuk itu, segeralah
gunakan salah satu kontrasepsi tersebut setelah mengingatnya.
Namun, pada situasi pandemi covid-19 sebaiknya PUS dapat mencegah kehamilannya dengan
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) misalnya IUD, implant, MOW
(tubektomi) dan MOP (vasektomi) agar aman dan nyaman dalam jangka waktu yang lama. Kita
tidak tahu kapan wabah ini berakhir, tapi cegahlah kehamilan yang tidak diinginkan menggunakan
MKJP. (*)
24
25
Bab III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dipenuhi dalam situasi apapun, termasuk pada
situasi bencana. Demikian halnya dengan kesehatan reproduksi yang merupakan bagian dari
kesehatan. Oleh karena itu, pelayanan kesehatan reproduksi harus selalu ada dan tersedia pada
situasi bencana. Agar hak kesehatan reproduksi dapat tetap terpenuhi pada saat bencana, penduduk
yang terdampak harus memiliki akses informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Namun,
pada situasi pandemi covid-19 sebaiknya PUS dapat mencegah kehamilannya dengan
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) misalnya IUD, implant, MOW
(tubektomi) dan MOP (vasektomi) agar aman dan nyaman dalam jangka waktu yang lama. Kita
tidak tahu kapan wabah ini berakhir, tapi cegahlah kehamilan yang tidak diinginkan menggunakan
MKJP.
26
DAFTAR PUSTAKA
Green, M. J., & Phillips, M. L. (2004). Social threat perception and the evolution of
Raihani, N. J., & Bell, V. (2019). An evolutionary perspective on paranoia. Nature human
behaviour,
Scott James R. Dkk. 2002. Danforth buku saku obstetri dan ginekologi, Jakarta : Widya Media.
Prawihardjo, Sarwono. 2003. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka.
27