Anda di halaman 1dari 15

Referat

Gizi Buruk
Penyusun:
Ni Nyoman Pipit Trivitha (19360127)

Preseptor:
dr. Aspri Sulanto, M.Sc, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Anak


Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
Bandar Lampung 2020
Definisi
Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang nutrisinya di bawah rata-rata. Hal ini
merupakan suatu bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi
menahun. Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur
(BB/U) < -3 SD. Keadaan balita dengan gizi buruk sering digambarkan dengan
adanya busung lapar.
Epidemiologi
Secara global, pada tahun 2014 terdapat 50 juta anak di bawah umur lima
tahun mengalami kekurangan gizi, sebanyak 16 juta diantaranya
mengalami gizi buruk. Diperkirakan satu dari setiap 13 anak di dunia
mengalami gizi buruk. Di Indonesia kejadian kekurangan gizi terlihat
meningkat pada tahun 2013 yakni sebesar 19,6% mengalami kekurangan
gizi dengan kejadian gizi buruk sebesar 5,7% dibandingkan dengan tahun
2010 yakni sebesar (17,9%) dengan 4,9% berstatus gizi buruk. Sulawesi
Selatan menduduki peringkat ke-10 tertinggi untuk kejadian gizi buruk
pada balita dengan prevalensi kekurangan gizi sebesar 25,6% dan 6,6%
diantaranya gizi buruk.
Etiologi

Faktor utama
01  Diet
 Penyakit/infeksi

Faktor lain
02  Sosial ekonomi
 Kepadatan penduduk
Patogenesis
Kurangnya protein dalam diet akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino
essensial yang dibutuhkan untuk sintesis albumin, sehingga terjadi hipoalbuminemia
dan edema. Anak dengan marasmus kwashiorkor juga sering menderita infeksi
multipel, seperti tuberkulosis dan gastroenteritis. Infeksi akan mengalihkan
penggunaan asam amino ke sintesis protein fase akut, yang semakin memperparah
berkurangnya sintesis albumin di hepar. Penghancuran jaringan akan semakin lanjut
untuk memenuhi kebutuhan energi, memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit
essensial lainnya seperti asam amino.
Kurangnya kalori dalam diet akan meningkatkan kadar kortisol dan menurunkan kadar
insulin. Hal ini akan menyebabkan atrofi otot dan menghilangnya lemak di bawah
kulit. Pada awalnya, kelainan ini merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan
hidup, jaringan tubuh memerlukan energi yang dapat dipenuhi oleh makanan yang
diberikan, jika hal ini tidak terpenuhi maka harus didapat dari tubuh sendiri sehingga
cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi. Tubuh akan
mengandung lebih banyak cairan sebagai akibat menghilangnya lemak dan otot
sehingga tampak edema.
Klasifikasi Gomez

Klasifikasi % BB/U
Wellcome
Normal >90
Trust
Grade I (Malnutrisi 75-89.9

% BB/U Dengan Tanpa Ringan)

edema edema
Grade II (Malnutrisi 60-74.9
60-80 Kwashiorkor Kurang Gizi Sedang)

<60 Marasmus- Marasmu


Grade III (Malnutrisi <60
kwashiorkor s
Berat)
Klasifikasi

WHO-NHCHS Departemen Kesehatan RI


Klasifikasi KEP BB/U BB/TB Klasifikasi BB/TB TB/U

(berat menurut (tinggi menurut


Ringan 70-80% 80-90%
tinggi) umur)

Sedang 60-70% 70-80%


Mild 80 – 90 % 90 – 94%

Moderate 70 – 79 % 85 – 89 %
Berat <60% <70%
Severe < 70 % <85 %
Manifestasi Klinis
Gejala dari malnutrisi tipe marasmus adalah Gejala dari malnutrisi tipe kwashiorkor adalah
● kegagalan tumbuh kembang ● penurunan berat badan dibawah 60%
● penurunan aktifitas fisik berat badan normal seusianya
● keterlambatan perkembangan ● Edema
psikomotorik ● kelainan rambut (rambut menjadi lebih
● suara tangisan anak yang monoton, mudah dicabut tanpa reaksi sakit dari
lemah, dan tanpa air mata penderita, warna rambut menjadi lebih
● berat badan turun menjadi kurang dari merah, ataupun kelabu hingga putih)
60% berat badan menurut usianya ● kelainan kulit (kulit menjadi tampak bercak
● suhu tubuh rendah karena lapisan menyerupai petechiae yang lambat laun
penahan panas hilang menjadi hitam dan mengelupas di
● cengeng dan rewel tengahnya, menjadikan daerah sekitarnya
● diare kronik atau konstipasi, serta kemerahan dan dikelilingi batas-batas
penyakit kronik yang masih hitam)
● tekanan darah, detak jantung dan
pernafasan berkurang
Faktor Risiko

Asupan Status sosial Pendidikan Penyakit


makanan ekonomi ibu penyerta

Berat badan Kelengkapan ASI


lahir rendah imunisasi
Diagnosis
Anak didiagnosis gizi buruk apabila:
 BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
 Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor: BB/TB >-
3SD atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD
Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak
sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan lemak bawah
kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat dan paha; tulang iga terlihat jelas,
dengan atau tanpa adanya edema.

Anamnesis Anamnesis Pemeriksaan


awal lanjutan fisik
Penatalaksanaan

dibagi dalam 4 fase yang harus


dilalui yaitu fase stabilisasi
(Hari 1-7), fase transisi (Hari 8
– 14), fase rehabilitasi (Minggu
ke 3 – 6), fase tindak lanjut
(Minggu ke 7 – 26)
Komplikasi
1. Noma/stomatitis gangraenosa
2. Xeroftalmia
3. Tuberkulosis
4. Sirosis hepatis
5. Hipotermia
6. Hipoglikemia
7. Infeksi traktus urinarius
8. Penurunan kecerdasan
Pencegahan
 Pola makan
 Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara
berkala
 Faktor sosial
 Faktor ekonomi
 Faktor infeksi
Prognosis
Prognosis pada penyakit ini buruk karena
banyak menyebabkan kematian dari
penderitanya akibat infeksi yang menyertai
penyakit tersebut, tetapi prognosisnya dapat
dikatakan baik apabila malnutrisi tipe
marasmus ini ditangani secara cepat dan tepat
Thanks!
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icon by Flaticon, and infographics & images from Freepik

Anda mungkin juga menyukai