Anda di halaman 1dari 21

Nama : Indah Pramudya Wardani

Nim : 2018.A.09.0760

Matkul : Etika Dan Hukum Kesehatan

Dosen : Riyanti,M.Keb.,M.Kes

Tanggal : 29 Maret 2020

TUGAS RESUME PERTEMUAN IX DAN X

1. Pengantar Hukum Kesehatan

Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan


perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur hak dan kewajiban individu,
kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan pada satu pihak,
hak dan kewajiban tenaga kesehatan dan sarana kesehatan sebagai penyelenggara
pelayanan kesehatan di pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah
perjanjian terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan lainnya yang berlaku secara lokal, regional, nasional
dan internasional.

1. Kelompok masalah yang menyangkut asas umum, meliputi hak menentukan diri
sendiri, hak atas pemeliharaan kesehatan , fungsi undang – undang dan hukum dan
pemeliharaan kesehataan , hubungan hukum kesehatan dengan etika kesehatan.
2. Kelompok masalah tentang kedudukan indifidu dalam hukum kesehatan, antara
lain : hak atas tubuh sendiri, kedudukan material tubuh, hak atas kehidupan,
genetika, reproduksi, status hukum hasil pembuahan, Perawatan yang dipaksakan
dalam RS.
3. Kelompok masalah dengan aspek- aspek pidana antara lain : tanggung jawab
pidana, tindakan medis dan hukum pidana, hak untuk tidak membuka rahasia.
4. Kelompok masalah dakam pelayanan kuratif, antara lain kewajiban memberika
pertolongan medis, menjaga mutu, eksperimen – eksperimen medis, batas – batas
pemberiaan pertolongan medis, penyakit menular. Dokumentasi medis dan lain –
lain.
5. Kelompok tentang pelaksanaan profesi dan kepentingan pihak ketiga antara lain
kesehatan industry, pelaksanaan medis skrining, keterangan medis, saksi ahli,
asuransi kesehatan social.

2. Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan Pada Praktik Mandiri,Praktik


Kolaborasi Dan Praktik Komunitas
Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan
membantu melayani apa yang dibutuhkan oleh seseorang, selanjutnya  menurut
kamus besar Bahasa Indonesia, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan diartikan
pelayanan yang diterima oleh seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan,
diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu.

Menurut Pasal. 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009, dalam Ketentuan Umum,


terdapat pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek
pelayanan. Yaitu  pelayanan kesehatan  yang ditujukan pada jenis upaya, meliputi
upaya peningkatan (promotif)  pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan
pemulihan  (rehabilitatif). 

Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes RI


Nomor: 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, Pelayanan
Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.

Dari beberapa pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat


disimpulkan pelayanan kebidanan adalah kegiatan membantu memenuhi
kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam upaya kesehatan (meliputi
peningkatan, pencegahan,  pengobatan  dan pemulihan) yang sesuai dengan
wewenang  dan tanggung jawabnya. Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari
kata leggal (bahasa Belanda) yang artinya adalah sah menurut undang-undang.
Atau menurut Kamus  Bahasa Indonesia, legal diartikan sesuai dengan undang-
undang atau hukum.

Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan, pengertian Aspek


Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan Norma hukum yang telah
disahkan oleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang paling
utama dan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

Pelayanan Kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan yang difokuskan pada


pelayanan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab
bidan mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana,
termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat untuk
mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia sumber daya manusia yang
berkualitas di masa depan.

3. Legislasi,Registrasi,Lisensi Praktik Kebidanan


1. Legislasi
a. Pengertian legislasi
Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi
(pengaturan kompetensi), registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi
(pengaturan penyelenggaraan kewenangan).
b. Tujuan Legislasi
Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
terhadap pelayanan yang telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah
meliputi :
 Mempertahankan kualitas pelayanan
 Memberi kewenangan
 Menjamin perlindungan hukum
 Meningkatkan profesionalisme
STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan
oleh Majlis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) atas nama Kementrian
Kesehatan menyatakan bahwa bidan berhak menjalankan pekerjaan
kebidanan.

2. Registrasi
a. Pengertian Menurut Permenkes No 1464/Menkes/X/2010,
registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan
terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau
standar penampilan minimal yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental
mampu melaksanakan praktik profesinya.
b. Tujuan Registrasi
1. Meningkatkan kemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat.
2. Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam
penyelesaian kasus mal praktik.
3. Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik
c. Syarat Registrasi
1. Fotokopi ijasah bidan
2. Fotokopi transkrip nilai akademik
3. Surat keterangan sehat dari dokter
4. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak2 (dua) lembar.
5. Sertifikat Uji kompetensi.

3. Lisensi
a. Pengertian Lisensi
adalah proses administrasi yang dilakukan oleh pemerintah atau yang
berwenang berupa surat ijin praktik yang diberikan kepada tenaga profesi yang
telah teregistrasi untuk pelayanan mandiri.
b. Tujuan
 Tujuan umum lisensi adalah melindungi masyarakat dan pelayanan profesi.
 Tujuan khusus lisensi adalah:
Memberikan kejelasan batas wewenang. Menetapkan sarana dan prasarana.
Aplikasi Lisensi dalam praktik kebidanan adalah dalam bentuk SlPB (Surat
Ijin Praktik Bidan). Menurut Permenkes No. 1464/ MENKES/X/2010 SIPB
berlaku sepanjang STR belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui
kembali.

4. Standar pelayanan kebidanan pada praktik mandiri,praktik kolaborasi, dan


praktik komunitas
Melalui Permenkes Nomor 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada
pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas lain. Selanjutnya,
Permenkes Nomor 363/IX/1980 yang kemudian diubah menjadi Permenkes
Nomor 623/1989, wewenang bidan dibagi menjadi wewenang umum dan khusus,
untuk melaksanakan tindakan tertentu bidan harus di bawah pengawasan dokter.

Hal ini tidak selalu dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, dikeluarkan Permenkes
Nomor 572/VI/1996 yang mengatur registrasi dan praktik bidan. Dalam
permenkes tersebut, bidan dalam melaksanakan prakteknya diberikan kewenangan
yang mandiri. Kewenangan disertai dengan kemampuan dalam melaksanakan
tindakan. Kewenangan mencakup pelayanan kebidanan pada ibu dan anak,
pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam
melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi dan merujuk
sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan kemampuannya. Kewenangan
bidan yang terkait dengan ibu dan anak misalnya tindakan kuretasi digital untuk
sisa jaringan konsepsi, vakum ekstraksi dengan kepala bayi di dasar panggul,
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfeksia dan hipotermia dan sebagainya.
Pelayanan kebidanan dalam bidang keluarga berencana, bidan diberi wewenang
antara lain memberikan alat kontrasepsi melalui oral, suntikan, Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim (AKDR), memasang dan mencabut Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
(AKBK), kondom, tablet serta tisu vaginal.

Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang
ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa
bidan dalam menjalankan praktek harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan,
pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standar profesi. Bidan diwajibkan
merujuk kasus yang tidak dapat ditangani, menyimpan rahasia, meminta
persetujuan tindakan yang akan dilaksanakan, memberikan informasi serta
melakukan rekam medis dengan baik. Untuk memberikan petunjuk pelaksanaan
yang lebih rinci mengenai kewenangan bidan, dikeluarkan Juklak yang dituangkan
dalam Lampiran Keputusan Dirjen Binkesmas Nomor 1506 Tahun 1997.
Pencapaian kemampuan bidan sesuai dengan Permenkes 572/1996 tidaklah mudah
karena kewenangan yang diberikan Departemen Kesehatan mengandung tuntutan
akan kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri.

standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai


berikut:

Standar Pelayanan Umum (2 standar)


Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
Standar Pertolongna Persalinan (4 standar)
Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)
24 Standar Asuhan Kebidanan

a. STANDAR PELAYANAN UMUM


STANDAR 1 : PERSIAPAN UNTUK KEHIDUPAN KELUARGA SEHAT
Tujuan:

1. Memberikan penyuluh kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan


kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang tua yang
bertanggung jawab.
2. Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga
dan masyarakat terhadap segala hal yag berkaitan dengan kehamilan,
termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, KB dan kesiapan dalam
menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari
kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik.
3. Masyarakat dan perorangan ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan
yang sehat, ibu, keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya
tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.
4. Bidan bekerjasama dengan kader kesehatan dan sektor terkait sesuai
dengan kebutuhan 
STANDAR 2 : PENCATATAN DAN PELAPORAN

Tujuan:

1. Mengumpulkan, mempelajari dan menggunakan data untuk pelaksanaan


penyuluhan, kesinambungan pelayanan dan penilaian kinerja.
2. Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya dengan
seksama seperti yang sesungguhnya yaitu, pencatatan semua ibu hamil di
wilayah kerja, rincian pelayanan yang telah diberikan sendiri oleh bidan
kepada seluruh ibu hamil/ bersalin, nifas dan bayi baru lahir semua
kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu,
bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu
hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu hamil,
ibu dalam proses melahirkan,ibu dalam masa nifas,dan bayi baru lahir.
Bidan meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan
menyusun rencana kegiatan pribadi untuk meningkatkan pelayanan.
3. Terlaksananya pencatatan dan pelaporan yang baik.
4. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri.
5. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan, kelahiran bayi
dan pelayanan kebidanan.
6. Adanya kebijakan nasional/setempat untuk mencatat semua kelahiran dan
kematian ibu dan bayi.
7. Sistem pencatatan dan pelaporan kelahiran dan kematian ibu dan bayi
dilaksanakan sesuai ketentuan nasional atau setempat.
8. Bidan bekerja sama dengan kader/tokoh masyarakat dan memahami
masalah kesehatan setempat.
9. Register Kohort ibu dan Bayi, Kartu Ibu, KMS Ibu Hamil, Buku KIA,
dan PWS KIA, partograf digunakan untuk pencatatan dan pelaporan
pelayanan. Bidan memiliki persediaan yag cukup untuk semua dokumen
yang diperlukan.
10. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menggunakan format pencatatan
tersebut diatas.
11. Pemerataan ibu hamil.
12. Bidan memiliki semua dokumen yang diperlukan untuk mencatat jumlah
kasus dan jadwal kerjanya setiap hari.
13. Pencatatan dan pelaporan merupakan hal yang penting bagi bidan untuk
mempelajari hasil kerjanya.
14. Pencatatan dan pelaporan harus dilakukan pada saat pelaksanaan
pelayanan. Menunda pencatatan akan meningkatkan resiko tidak
tercatatnya informasi pentig dalam pelaporan.
15. Pencatatan dan pelaporan harus mudah dibaca, cermat dan memuat
tanggal, waktu dan paraf

b. STANDAR PELAYANAN ANTENATAL


STANDAR 3 : IDENTIFIKASI IBU HAMIL

Tujuannya :
1. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat
secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami
dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur
2. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan
kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat pemeriksaan
hamil
3. Meningkatnya cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum
kehamilan 16 minggu
4. Bidan bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan kader untuk
menemukan ibu hamil dan memastikan bahwa semua ibu hamil telah
memeriksakan kandungan secara dini dan teratur
5. Melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan masyarakat secara teratur
untuk menjelaskan tujuan pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil,
suami, keluarga maupun masyarakat

STANDAR 4 : PEMERIKSAAN DAN PEMANTAUAN ANTENATAL

Tujuannya :

1. Memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi


kehamilan
2. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan
meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk
menilai apakah perkembangan berlangsung normal
3. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/ kelainan khususnya anemia,
kurang gizi, hipertensi, PMS/infeksi HIV ; memberikan pelayanan
imunisasi, nasehat, dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya
yang diberikan oleh puskesmas
4. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama
kehamilan
5. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan
komplikasi kehamilan
6. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya
kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan
7. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi
kegawatdaruratan
8. Bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas, termasuk
penggunaan KMS ibu hamil dan kartu pencatatan hasil pemeriksaan
kehamilan (kartu ibu )
9. Bidan ramah, sopan dan bersahabat pada setiap kunjungan
 

STANDAR PELAYANAN 5 : PALPASI ABDOMINAL

Tujuannya :

1. Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin,


penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin
2. Pernyataan standar :
3. Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan
partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamialn
bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke
dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan
tepat waktu
4. Hasilnya :
5. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik
6. Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan
7. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya
sesuai dengan kebutuhan
Persyaratannya :

Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar


Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik

Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat

Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan

Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan

Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal

 STANDAR 6 : PENGELOLAAN ANEMIA PADA KEHAMILAN

Tujuan :

Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut
yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung

Pernyataan standar :

Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan

Bidan mampu :

1. Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan


2. Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia
3. Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik
4. Tersedia tablet zat besi dan asam folat
5. Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
6. Obat cacing
7. Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA , kartu ibu
8. Proses yang harus dilakukan bidan :
9. Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada
minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia ,
dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya
wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat,
segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya.
Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi
sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
STANDAR 7 : PENGELOLAAN DINI HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Tujuan :

Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan


melakukan tindakan yang diperlukan

Pernyataan standar :

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada


kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta
mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

Hasilnya:

Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai


dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi

Persyaratannya :

Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran


tekanan darah.

Bidan mampu :

Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda


preeklmpsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak
lanjut sesuai dengan ketentuan.

STANDAR 8 PERSIAPAN PERSALINAN

Pernyataan standar:

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta
keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di
rencanakan dengan baik

Prasyarat:

1. Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester


terakhir kehamilan
2. Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi
persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3. Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang
aman dan bersih
4. Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia
5. Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan
persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril
6. Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika
terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
7. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf
8. Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi
selama kehamilan

c. STANDAR PERTOLONGAN PERSALINAN


STANDAR 9 : ASUHAN PERSALINAN KALA SATU

Tujuan :

Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung


pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

Pernyataan standar:

Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian


memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan
kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung
Hasilnya :

1. Ibu bersalin mendapatkan pertolongan darurat yang memadai dan tepat


waktu bia diperlukan
2. Meningkatkan cakupan persalinan dan komplikasi lainnya yang ditolong
tenaga kesehatan terlatih
3. Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu atau bayi akibat partus lama.

STANDAR 10: PERSALINAN KALA DUA YANG AMAN

Tujuan :

Memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi

Pernyataan standar :

Menggunakmengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,


memperpendek dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan
selaput ketuban secara lengkap

Persyaratan:

1. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mulas/ ketuban pecah


2. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih
dan aman
3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan
steril
4. Perlengkapan alat yang cukup

STANDAR 11: PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA III

Tujuan :
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara
lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan,
memperpendek kala 3, mencegah atoni uteri dan retensio plasenta

Pernyataan standar :

Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu


pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap

STANDAR 12 : PENANGANAN KALA II DENGAN GAWAT JANIN


MELALUI EPISIOTOMY

Tujuan :

Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda-


tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum.

Pernyataan standar :

Bidan mengenali secara tepat tanda tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum

d. STANDAR PELAYANAN MASA NIFAS


STANDAR 13 : PERAWATAN BAYI BARU LAHIR

Tujuan :

Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta
mencegah hipotermi, hipokglikemia dan infeksi

Pernyataan standar:

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan
spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan
tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah
dan menangani hipotermia

STANDAR 14: PENANGANAN PADA 2 JAM PERTAMA SETELAH


PERSALINAN

Tujuan :

Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersi dan aman selama kala
4 untuk memulihkan kesehata bayi, meningkatkan asuhan sayang ibu dan
sayang bayi, memulai pemberian IMD

Pernyataan standar :

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi


dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang di perlukan

STANDAR 15: PELAYANAN BAGI IBU DAN BAYI PADA MASA


NIFAS

Tujuan :

Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah


persalinan dan penyuluhan ASI ekslusif

Pernyataan standar :

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah


pada hari ketiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan,
untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat
yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang
mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan
bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB

 
 

e. STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN


NEONATAL
STANDAR 16: PENANGANAN PERDARAHAN DALAM KEHAMILAN
PADA TRIMESTER III

Tujuan :

Mengenali dan melakukan tindakan cepat dan tepat perdarahan dalam


trimester 3 kehamilan

Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan,
serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya

STANDAR 17: PENANGANAN KEGAWATAN DAN EKLAMSI

Tujuan :

Mengenali secara dini tanda-tanda dan gejala preeklamsi berat dan


memberiakn perawatan yang tepat dan segera dalam penanganan
kegawatdaruratan bila ekslampsia terjadi

Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta
merujuk dan atau memberikan pertolongan pertama.

STANDAR 18: PENANGANAN KEGAWATDARURATANAN PADA


PARTUS LAMA

Tujuan :
mengetahui dengan segera dan penanganan yang tepat keadaan
kegawatdaruratan pada partus lama/macet

Pernyataan standar:

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama serta melakukan
penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya

STANDAR 19: PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN VACUM


EKSTRATOR

Tujuan :

untuk mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan


vakum ekstraktor

Pernyataan standar :

Bidan mengenali kapan di perlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara


benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan
keamanannya bagi ibu dan janin / bayinya

STANDAR 20: PENANGAN RETENSIO PLASENTA

Tujuan :

mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio


plasenta total / parsial

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan


pertama termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan
kebutuhan

STANDAR 21: PENANGANAN PERDARAHAN POST PARTUM


PRIMER
Tujuan :

mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang


tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer / atoni uteri

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam


pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera
melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan perdarahan

STANDAR 22: PENANGANAN PERDARAHANPOST PARTUM


SEKUNDER

Tujuan :

mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta


melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu

Pernyataan standar :

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala
perdarahan post partum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk
penyelamatan jiwa ibu, atau merujuknya

STANDAR 23 : PENANGANAN SEPSIS PUERPERALIS

Tujuan :

mengenali tanda-tanda sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengamati secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis,
serta melakukan pertolongan pertama atau merujuknya

STANDAR 24: PENANGANAN ASFIKSIA NEONATURUM


Tujuan :

mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum,


mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan
bayi baru lahir yang mengalami asfiksia neonatorum

Pernyataan standar:

Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta
melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang di
perlukan dan memberikan perawatan lanjutan

5. Otonomi Dalam Pelayanan Kebidanan

Profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, adalah


pertanggung jawaban dan tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan
yang dilakukannya. Sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh bidan harus
berbasis kompetensi dan didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat
dengan satu landasan hukum yang mengatur batas-batas wewenang profesi yang
bersangkutan. Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonomi dan mandiri untuk bertindak secara profesional yang
dilandasi kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar
profesi dan etika profesi.
Praktik kebidanan merupakan inti dan berbagai kegiatan bidan dalam 
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya
melalui:
1. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan.
2. Penelitian dalam bidang kebidanan.
3. Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan.
4. Akreditasi.
5. Sertifikasi.
6. Registrasi.
7. Uji Kompetensi.
8. Lisensi.

Beberapa dasar dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait
dengan pelayanan kebidana antara lain sebagai berikut:
1. Kepmenkes Republik Indonesia 900/ Menkcs/SK/ VII/ 2002 Tentang
registrasi dan praktik bidan.
2. Standar Pelayanan Kebidanan, 2001.
3. Kepmenkes Republik Indonesia Nomor 369/Menkes/SK/III/ 2007 Tentang
Standar Profesi Bidan.
4. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. PP No 32/Tahun 1996 Tentang tenaga kesehatan.
6. Kepmenkes Republik Indonesia 1277/Menkes/SK/XI/2001 Tentang
organisasi dan tata kerja Depkes.
7. UU No 22/ 1999 Tentang Otonomi daerah.
8. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
9. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi.
10. KUHAP, dan KUHP, 1981.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 585/ Menkes/ Per/
IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medik.
12. UU yang terkait dengan Hak reproduksi dan Keluarga Berencana:
a. SUU No.10/1992 Tenstang pengembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera.
b. UU No.23/2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
di Dalam Rumah Tangga.

6. Kode etik bidan pada setiap tatanan pelayanan kebidanan

Anda mungkin juga menyukai