Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Perempuan dan


Perencanaan Keluarga

DOSEN: Jumrah,S.Pd.,SST

DISUSUN OLEH :

INDAH PRAMUDYA WARDANI

NIM : 2018.A.09.0760

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)” ini dengan lancar.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah


Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat diselesaikannya makalah ini dengan
baik.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang  jauh  lebih baik.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), khususnya bagi penulis.

Palangka Raya , Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................6
2.1 Pengertian AKDR………………….………….………..…….……………….7
2.2 Jenis-jenis AKDR................................................................................................8
2.3 Cara kerja AKDR…………………………………………………………......10
2.4 Kelebihan dan Kekurangan AKDR………………………………...................12
2.5 Efek Samping…………………………………………………........................14
2.6 Kontra Indikasi…………………………………………………......................16
2.7 Prosedur Pemasangan AKDR……………………………………...................20
2.8 Prosedur Pencabutan AKDR.............................................................................21
BAB III PENUTUP...............................................................................................22
3.1 KESIMPULAN................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu intervensi


kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat, serta merupakan hak asasi manusia.

Telah terjadi perkembangan yang berarti dalam tekhnologi kontrasepsi,


misalnya transisi dari estrogen dosis tinggi ke dosisi rendah pada pil
kombinasi, atau dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan
levonorgestrel. Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak
tentang metode kontrasepsi yang lebih aman dan efektif.

Salah satu alat kontrasepsi yang akan di bahas pada makalah ini adalah
tentang IUD / AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim). Kontrasepsi berasal dari
kata kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinyakehamilan sebagai akibat pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian AKDR/IUD ?
2. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi AKDR/IUD ?
3. Apa kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi
4. Apa efek samping dan kontara indikasi AKDR/IUD ?
5. Bagaimana cara pemasangan AKDR/IUD ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang AKDR/ IUD

4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian AKDR/IUD
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kontrasepsi AKDR/IUD
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi
4. Untuk mengetahui efek samping dan kontara indikasi AKDR/IUD
5. Untuk mengetahui cara pemasangan AKDR/IUD

5
BAB II

TINJAUAN PUSAKA

2.1 PENGERTIAN AKDR/IUD

Pengertian IUD adalah salah satu alat kontrasepsi modern yang telah
dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan, dan masa aktif
fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum uteri sebagai usaha
kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan menyulitkan telur
berimplementasi dalam uterus (Hidayati, 2009).

Pengertian AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil
yang terbuat dari plastic yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga
mengandung hormone dan di masukkan ke dalam rahim melalui vagina
dan mempunyai benang (Handayani, 2010).

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang


dipasang dalam rahim yang lebih efektif dibandingkan dengan metode pil,
suntik dan kondom (Setyaningrum, 2014). Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) adalah suatu alat yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat
efektif, reversible dan jangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan
usia reproduktif untuk tujuan kontrasepsi (Handayani, 2016).

IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim


yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polythyline),
ada yang dililit tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang
dililit dengan tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang
batangnya berisi hormon progesterone. (Kusmarjati, 2011).

Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan


konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur dengan sel sperma yang
mengakibatkan kehamilan, sehingga kontrasepsi adalah upaya untuk
mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mengusahakan agar tidak
terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma atau menghalangi pertemuan sel
telur dengan sel sperma (Wiknjosastro, 2003).

6
Menurut Saifudin (2010), pemakaian IUD adalah:

1. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10


tahun: cut-380A)
2. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak
3. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan
4. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
5. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi
Menular Seksual (IMS)

2.2 JENIS-JENIS AKDR/IUD

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :


a. Copper-T 

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian


vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini
mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik
(Imbarwati, 2009).

b. Copper-7     

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan


pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm
dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200 mm2,
fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T
(Imbarwati, 2009).

7
c. Multi load    

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas ke ujung
bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas. Ada tiga
jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini (Imbarwati, 2009).

d. Lippes loop 

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya
Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang
bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D
berukuran 30 mm dan tebal (benang putih). Lippes loop mempunyai angka
kegagalan yang rendah. Keuntungan dari pemakaian IUD jenis ini adalah

8
bila terjadi perforasi, jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus,
sebab terbuat dari bahan plastic (Imbarwati, 2009). Spiral bisa bertahan
dalam rahim dan menghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya.
Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti.

Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic
bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan tembaga
dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine System). IUD
tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk mencegah
kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin (Kusmarjadi,
2010).    
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan
dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga rahim
dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD (melepaskan
progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat digunakan untuk
kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).

2.3 CARA KERJA AKDR/IUD

Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu     :

a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii


b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit
masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi.
d. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi (Muhammad, 2008).

2.4 KELEMAHAN DAN KELEBIHAN AKDR/IUD


2.4.1 Intra uterine device (IUD) memiliki keuntungan yaitu:
1. Sangat efektif mencegah kehamilan.

9
2. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
3. Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10
tahun
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual
5. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
8. Dapat digunakan sampai menopouse
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Relatif tidak mahal
12. Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)
13. Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)
14. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi
15. Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah
pemasangan)
16. Efek samping yang rendah
17. Dapat menyusui dengan aman
18. Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi,
2010).
19. Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah
pemakaian selama satu tahun)
20. Tidak terganggu faktor lupa
21. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan
menggunakan Tembaga T 380A)
22. Mengurangi kunjungan ke klinik
23. Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum,
2009).

10
2.4.2 AKDR/IUD baik untuk wanita yang:
Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan
jangka panjang
1. Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak
2. Memberikan ASI
3. Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI
4. Berada dalam masa pasca aborsi
5. Mempunyai resiko rendah terhadap PMS
6. Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari
7. Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau
yang memang tidak boleh menggunakannya.
8. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat
(Kusumaningrum, 2009).
2.4.3 Kelemahan kontrasepsi AKDR/IUD yaitu:
1. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi
menular
2. Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih
lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih
sakit
3. Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau
diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi
dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
4. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
5. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang
sering berganti pasangan
6. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
7. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR
8. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari

11
9. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
terlatih yang dapat melepas (Muhammad, 2008).
10. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
11. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke
waktu (Imbarwati, 2009).
Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang
sesaat sampai beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita
mengalami perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu
setelah pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga
(Kusmarjadi, 2010).

Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular


melalui hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja,
spiral akan memperparah penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-
komplikasi serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat
Anda kehilangan kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).

2.4.4 Penggunaan AKDR/IUD sebaiknya dilakukan pada saat :


1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak
hamil.
2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan
metode amenorea laktasi (MAL).
4. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
apabila tidak ada gejala infeksi.
5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Imbarwati, 2009).
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol
kembali untuk memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu kontrol IUD yang harus diperhatikan adalah :
1. 1 bulan pasca pemasangan
2. 3 bulan kemudian

12
3. Setiap 6 bulan berikutnya
4. Bila terlambat haid 1 minggu

2.5 EFEK SAMPING


1. Spotting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan
muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami
spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.
2. Perubahan siklus menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek.
Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata
yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid berubah
menjadi 21 hari.
3. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.
4. Dismenore
Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.
5. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau  haid yang lebih
banyak.
6. Fluor albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu
keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya
pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus
yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
7. Pendarahan Post seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR
yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan
pendarahan.

2.6 KONTRAINDIKASI
2.6.1 Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu :

13
1. Usia reproduktif         
2. Keadaan nulipara       
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang    
4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui        
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya
infeksi            
7. Risiko rendah dari IMS         
8. Tidak menghendaki metoda hormonal          
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
11. Perokok         
12. Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008). 
2.6.2 Jangan memakai spiral jika:    
1. Sedang hamil atau kemungkinan hamil          
2. Berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan
seks (bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila
suami/pasangan punya pasangan lain)      
3. Pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau
infeksi sesudah persalinan/sesudah aborsi    
4. Pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)
5. Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak)
diserat rasa sakit yang hebat        
6. Sangat kekurangan darah merah (anemia)      
7. Belum pernah hamil (Zahra, 2008).

2.6.3 Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:     


1. Hamil atau diduga hamil       
2. Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita
penyakit kelamin       
3. Pernah menderita radang rongga panggul    

14
4. Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal    
5. Riwayat kehamilan ektopik  
6. Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).

2.7 PROSEDUR KERJA PEMASANGAN IUD

Kebijaksanaan :

1. Petugas harus siap ditempat.


2. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

A. Alat-alat :
1. Gyn bed
2. Timbangan berat badan
3. Tensimeter dan stetoskop
4. IUD set steril
5. Bengkok
6. Lampu
7. Kartu KB (kl, K IV)
8. Buku-buku administrasi dan registrasi KB
9. Meja dengan duk steril Speculum
10. Sonde Rahim
11. Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya
12. Busi / dilatator hega
13. Kogel tang
14. Pincet dan gunting
B. Langkah-langkah :
1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.
3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.

15
4. Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung
kemih.
5. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
6. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithotomi.
7. Petugas cuci tangan
8. Pakai sarung tangan kanan dan kiri
9. Bersihkan vagina dengan kapas first aid
10. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan
posisi uterus.
11. Pasang speculum sym.
12. Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.
13. Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi
dan bentuk rahim.
14. Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke
dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR
masuk ke dalam inserter dikeluarkan.
15. Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm
16. Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping
mulut rahim.
17. Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit
18. Alat-alat dibersihkan
19. Petugas cuci tangan
20. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus
kontrol
21. Membuat nota pelayanan
22. Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke
bagian administrasi pelayanan.
23. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk
dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

16
Catatan :
1. Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa
(hentikan) konsultasi dengan dokter.
2. Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak
terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan
konsultasikan ke dokter.
3. Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah
panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.
4. Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan
dipasang (Imbarwati, 2009).

2.8 PROSEDUR PENCABUTAN IUD


A. Tujuan umum :
Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat,
puas, dan sesuai dengan kebutuhan.
B. Tujuan khusus :
Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan
AKDR.

Kebijaksanaan :

1. Petugas harus siap ditempat


2. Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.
3. Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.
4. Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang
ditentukan :

A. Alat-Alat :
1. Meja dengan alas duk steril.
2. Sarung tangan kanan dan kiri
3. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.
4. Cocor bebek / speculum
5. Tampon tang.

17
6. Tutup duk steril
7. Bengkok
8. Lampu
9. Timbangan berat badan
10. Tensimeter dan
11. Stetoskop
B. Langkah-langkah :
1. Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,
efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
2. Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan
3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,
mengukur tensimeter.
4. Siapkan alat-alat yang diperlukan.
5. Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi
dengan posisi Lithomi.
6. Bersihkan vagina dengan Lysol
7. Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan
posisi uterus.
8. Pasang speculum sym.
9. Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang
10. Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.
11. Pasien dirapikan kembali
12. Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin
terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus control
13. Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai
dengan nota
14. Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB
untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

18
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat


kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila
dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi dalam
rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran tembaga dengan
perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan waktu penggunaan
dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode kerja mencegah masuknya
sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba. Pemasangan dan pencabutan alat
kontrasepsi ini harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter atau bidan terlatih),
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai
oleh perempuan yang terpapar infeksi menular seksual. Jenis-jenis IUD yaitu :
Copper-T, Copper-7, Multi load, lippes loap

19
DAFTAR PUSTAKA

Handayani Sri. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka


Rihama.

Hidayati, R. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan

Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Handayani, Go, dkk. 2016. pengaruh aktivitas berlari terhadap tekanan darah
dan suhu pada pria dewasa normal. Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi: Manado.

Setyaningrum, H.D., dan Saparinto, C. (2014). Gaharu. Jakarta: Penebar


Swadaya. Halaman 6-10, 36-38.

Kusmarjadi, D. 2011. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant).


http://www.drdidispog.com/2011/01/alat-kontrasepsi-bawah-kulit-
implant.html . Diakses 3 Oktober 2011

Wiknjosastro. 2003. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Saifudin, A Bari, 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Tridasa


Printer

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan degan Penggunaan KB IUD


pada Peserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang
[Tesis]. Semarang : UNDIP.

Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi.


Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta.
Saroha, Dkk. 2009. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Trans Info Media.

20
Suratun, Dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Trans Info Media.
Moehqadri.2009. Repitulasi Laporan Bulanan Pengendalian
Lapangan, http://www.waspada.com. Diakses oleh Indah Pramudya
Wardani, 18 Maret. 14.08 wib
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Humaniraya. 2009. Penduduk Indonesia, http://jurnalnet.com. Diakses oleh Indah
Pramudya Wardani, 18 Maret. 14. 20 wib
  Mochtar (1998), Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta
Stratfield . 2002. Pelaksanaan KB, http://bataviase.co.id. Diakses oleh oleh Indah
Pramudya Wardani, 18 Maret. 14. 28 wib
. Saifuddin (2003),Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP,
Jakarta 

21

Anda mungkin juga menyukai