PENGANTAR
JURNAL ILMIAH MEDIS DAN KESEHATAN Politeknik Piksi Ganesha
ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, berisi tulisan ilmiah
dalam bentuk hasil penelitian, kajian analisis, aplikasi teori dan pembahasan
tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan Informasi Medis, Kesehatan
dan masalah Kesehatan Populer.
Penasehat
DR. H. K. Prihartono AH, Drs., S.Sos., MM
Pimpinan Redaksi
Wahyudi, SH., MH. Kes
Reviewer
dr. Evi Novitasari
Emylia Fiskasari, S.Si., MM., APT
Santy Christinawati, SS., M.Hum (Bahasa)
Mitra Bestari
Akasah, S.Sos., MM
Aris Susanto, S.ST., MM
Administrasi Naskah
Ria Khoirunnisa, S.Si., M.Si
Tedy Hidayat, S.ST., MM
Alamat Redaksi/Penerbit
POLITEKNIK PIKSI GANESHA
JalanJend. GatotSubroto no.301 Bandung 40274
Telp.022 87340030 Fax. 022 87340086
Email :jurnal_medkes@yahoo.co.id
www.piksi-ganesha-online.ac.id
JURNAL ILMIAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
ILMU MEDIS DAN KESEHATAN
POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG
PENGANTAR REDAKSI
Jurnal Ilmiah ini memuat karya ilmiah yang membahas tentang Analisis Proses
Rekrutmen Dan Seleksi Tenaga Keperawatan Guna Meningkatkan Kualitas Sumber
Daya Manusia Di Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Kabupaten Bandung Oleh
Anita Putri Wijayanti, Analisis Kandungan Vitamin C,Vitamin A Danβ-Karotenubi
Jalar Ungu (Ipomoea Batatas (L.) LAMK.) Dari Desa Cilembu-Sumedang Oleh Ela
Melani Ms, Analisis Kelengkapan Pengisian Informed Consent Kasus Bedah Pasien
Rawat Inap Guna Menunjang Kepentingan Hukum Di Rumah Sakit Bhayangkara
Sartika Asih Bandung Oleh Nurul Dwi Ariyani, Analisis Kelengkapan Pengisian
Resume Medis Pasien Pulang Rawat Inap Guna Menunjang Penilaian Akreditasi Kars
Versi 2012 Standar Apk 3.2.1 Di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung
Oleh Sali Setiatin, Tanggungjawab Hukum Komite Medik Rumah Sakit Terhadap Mutu
Pelayanan Medis Dan Keselamatan Pasien Oleh Wahyudi, Analisis Kuantitatif
Parasetamol Dan Fenilpropanolamin Hcl Dalam Campuran Dengan Menggunakan
Metode Spektrofotometri Derivatif Peak To Peak Oleh Wempi Eka Rusmana.
Semoga dengan terbitnya Jurnal Ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran
serta perkembangan keilmuan, terutama di bidang biomedis dan kesehatan.
Judul. Judul naskah hendaknya dibuat seringkas mungkin, dan mencerminkan isi naskah secara
keseluruhan.
Data Penulis Tuliskan nama para penulis (nama lengkap tanpa gelar atau jabatan lainnya),
Fakultas/Departemen,dan Universitas/Institusinya.
Abstrak. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris apabila tulisan dalam Bahasa Indonesia sedangkan
apabila tulisan menggunakan bahasa Inggris abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia, tidak berisikan
rumus atau referensi. Abstrak harus meringkas permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian,
hasil utama, dan kesimpulan. Panjang abstrak maksimum 200 kata.
Kata kunci: terdiri dari maksimal 5 kata, tiap kata dipisahkan dengan titik koma (;).
Naskah. Naskah ditulis dengan sistematika yang terstruktur, konsisten, dan lugas. Naskah ditulis
dengan menggunakan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar atau bahasa Inggris dengan tata
bahasa (grammar) yang benar. Adapun format penulisan sebagai berikut;
1. Naskah ditulis pada kertas ukuran A4 (210x297mm), dengan marjin kiri 3, kanan 3, atas 3, dan
bawah 2 cm.
2. Naskah di tulis dalam format satu kolom untuk isi, sedangkan judul dan abstrak dalam satu
halaman.
3. Halaman naskah terdiri dari 10-13 halaman.
4. Huruf yang digunakan adalah Times New Roman 12 petunjuk judul, dan 10pt untuk abstrak dan
isi naskah, naskah ditulis dalam spasi satu.
5. Naskah minimal berisi bagian sebagai berikut:
A. Pendahuluan
B. Kajian Pustaka
C. Metode Penelitian
D. Pembahasan
E. Kesimpulan
F. Daftar Pustaka
Rumus. Setiap rumus diletakkan di tengah halaman dan diberi nomor pemunculan di sisi kanan
dengan menggunakan angka arab di dalam kurung.
𝑛𝑛
(𝑥𝑥 + 𝑎𝑎)𝑛𝑛 = � �𝑛𝑛𝑘𝑘�𝑥𝑥 𝑘𝑘 𝑎𝑎𝑛𝑛−𝑘𝑘 …………………………………….(1)
𝑘𝑘=0
Tabel. Huruf yang digunakan Times New Roman 10pt untuk isi tabel, judul tabel, dan sumber. Tabel
diberi nomor menggunakan angka arab, dengan menggunakan garis horisontal tanpa garis vertikal
untuk memisahkan kolom. Nomor dan judultabel diletakkan diatas, sumber diletakan di bawah sejajar
dengan garis tabel paling kiri. Judul tabel di Bold.
6000
20
4000 10
2000
20
0 11
20
12
Daftar Pustaka.
Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan abjad nama belakang mulai dari penulis pertama. Unsur-
unsur daftar pustaka meliputi: nama pengarang, tahun terbit publikasi, judul publikasi, tempat terbit,
dan penerbit. Judul buku atau jurnal ditulis miring (italic) sementara judul artikel pada jurnal ditulis
dengan huruf tegak. Apabila terdapat lebih dari satu artikel rujukan yang ditulis oleh penulis yang
sama, maka diurutkan berdasarkan tahun penerbitan terbaru. Seluruh pustaka yang tercantum dalam
daftar pustaka harus dirujuk atausesuaidalam isi naskah, demikian pula sebaliknya.
Jurnal
Alfanura, F., Arai. T., danPutro. U.S. (2010). System Dynamics Modelling for E-Government
Implementation: a Case Study in Bandung City, Indonesia. Jurnal Manajemen Teknologi, Vol9
No 2, hal: 121-145.
Buku
Husnan S, 2000, Dasar-dasar Manajemen Kauangan, Edisi keempat, Yogyakarta, UPP AMP
YKPN.
-----------.2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi keempat.
Yogyakarta. UPP AMP YKPN.
Internet
Howard, N. (1995). Confrontation Analysis: How to Win Operations Other than War. CCRP
Publication. Washington DC: Departement of Defence. Available at www.dodccrp.org.
[diunduhpadatanggal 20 Oktober 2011]
ANALISIS KANDUNGAN VITAMIN C,VITAMIN A DANβ-KAROTENUBI
JALAR UNGU (Ipomoea batatas (L.) Lamk.) DARI DESA CILEMBU-SUMEDANG
Ela Melani MS
Prodi Analis KesehatanPoliteknik Piksi Ganesha Bandung
Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
elamelani29@gmail.com
ABSTRACT
Purpose – The Aim of this research is to the content analysis of vitamin C, vitamin A and β-carotene of sweet
potatoes (ipomoea batatas (l.) lamk.) from the village cilembu-sumedang, in the form dry sample (SK) and
liquid sample (SC), and to determine the effect of processing sample in the content of
vitamin C, vitamin A and β-carotenefrom purple sweet potato.
Design/methodology/approach - The research method is by direct experiment. With two purple sweet
potato test samples are Dry Samples (SK) in the form of powder, and Liquid Sample (SC).
Findings –The contents of vitamin C, vitamin A and β-carotene varies based on test sample of purple sweet
potato, both Samples Liquid (SC) and Dry Samples (SK). The Result of analysis contents vitamin C that using
titration method, shows that Dry Samples (SK) purple sweet potato has the greatestamount that is 22.88%.
The same, vitamin A content analysis result by using spectrophotometry methods and the result of
analisyscontent of β-carotene by using HPLC methods, both show that the greatest amount produced by Dry
Samples (SK). The greatest amount of vitamin A that is 1.20 ppm and contain the most of β-carotene that is
0.176 ppm. The content of vitamin C, β-carotene and vitamin A will be reduced even none at all ifhave the
dissolving process. That is because the nature of vitamin C, vitamin A and β-carotene is easily oxidized.
A. PENDAHULUAN
Ubi jalar dipromosikan sebagai salah satu bahan makan sumber karbohidrat setelah
jagung dan ubi kayu. Ubi jalar juga mengandung kadar vitamin A dan C. Umumnya, setiap
100 gram ubi jalar mengandung air antara 50-81 gram, pati 8-29 gram, protein 0,95-2,4
gram, karbohidrat sekitar 31,8 gram, lemak 0,1-0,2 gram, serat 0,1 gram, kalsium 55 mg,
zat besi 0,7 mg, fosfor 51 mg, dan energi 135 kalori(Onwueme, 1978).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam
yang besar.Anugerah seperti ini harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena
mengingat kebutuhan pangan masyarakat meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk.Salah satu contoh bahan pangan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi dan
berpotensi besar di Indonesia adalah ubi jalar. Varietas ubi jalar bila dilihat dari warna
umbinya terdiri dari ubi jalar putih, ubi jalar kuning dan ubi jalar ungu (Amin, dkk., 2008).
Ubi jalar (Ipomoea batatas) adalah sejenis tanaman yang akarnya dapat dimakan
(Suparman, 2007).Dari komposisi gizinya, ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan
sumber kalori (energi) yang cukup tinggi.Ubi jalar juga mengandung mineral seperti Zat
besi (Fe), Fosfor (P), Kalsium (Ca), dan Natrium (Na). Kandungan gizi lain dari dari ubi
jalar adalah protein dan lemak (Erawati, 2006). Selain mengandung karbohidrat, protein,
lemak dan mineral, ubi jalar juga mengandung vitamin (Rose dan Vasanthakaalam, 2011).
Beberapa vitamin yang terdapat pada ubi jalar antara lain vitamin A (terdapat dalam bentuk
β-karoten) dan vitamin C (K’osambo, dkk., 1999; Meludu, 2010). Vitamin-vitamin tersebut
mewakili vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A) dan vitamin yang larut dalam air
(vitamin C).
β-karoten (prekursor vitamin A) dapat berperan sebagai antioksidan yang
melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas (American Accreditation
Health Care Commission, 2011).Vitamin C merupakan vitamin alam yang mempunyai
peranan penting dalam mencegah oksidasi akibat radikal bebas dalam tubuh manusia
(Alamsah, 2008).Sebagai antioksidan β-karoten dan vitamin C sangat mudah teroksidasi
oleh udara dan pemanasan (Erawati, 2006; Poedjadi, 1994).Penelitian ini dilakukan untuk
mempelajari dan menganalisiskandungan β-karoten dan vitamin C dari berbagai varietas
ubi jalar serta untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan terhadap kandungan β-
karoten dan vitamin C pada ubi jalar.Sehingga diharapkan kedepannya, pemanfaatan ubi
jalar sebagai bahan makanan dapat lebih dimaksimalkan dan istilah one day no rice dapat
diterapkan karena ubi jalar mempunyai nilai gizi yang tinggi, metode penanaman yang
mudah dan berlimpah di Indonesia.
B. KAJIAN PUSTAKA
14
Ubi Jalar Ungu
Ubi jalar (Ipomoea batatas ) merupakan tanaman palawija yang cukup penting di
Indonesia sebagai sumber karbohidrat utama keempat setelah padi, jagung, dan ubi kayu
(Dirjen Tanaman dan Hortikultura, 1999). Sebagian besar ahli botani sepakat, tanamam ubi
jalar berasal dari daerah tropis Amerika. Wilayah penyebarannya meliputi Panama, bagian
utara Amerika Selatan, dan Kepulauan Karibia. Sebelum dikenal oleh bangsa Eropa pada
abad ke-16, jauh sebelumnya ubi jalar telah dibudidayakan oleh suku Maya di Amerika
Tengah, Inka di Peru, dan Maori di Selandia Baru. Buktinya, ditemukan Fosil ubi jalar di
sejumlah gua di Peru yang diperkirakan telah berumur 8.000 tahun. Bangsa Spanyol dan
Portugis kemudian menyebar luaskan tanaman ubi jalar ke luar Amerika, di antaranya ke
Filipina, Indonesia, Malaysia, Jepang, dan India.
Kini tanaman tersebut telah dibudidayakan hampir diseluruh wilayah sekitar
khatulistiwa, yaitu antara 40° LU dan 32° LS. Di wilayah tersebut ubi jalar sangat penting
sebagai bahan sumber pangan dan pakan alternatif bagi negara-negara Asia dan pulau-
pulau di pasifik. Negara-negara produsen ubi jalar terkemuka diantaranya Cina, Vietnam,
Uganda, Indonesia, Jepang, India, Rwanda, Filipina, Kenya, dan Brasilia.Karena bentuk
umbinya mirip kentang dan rasanya manis sehingga ubi jalar di Eropa disebut sweet potato
(kentang manis). Sementara di Indonesia ubu jalar di kenal dengan nama ketela rambat, tela
nedri (Jawa), atau boled (Sunda).
Ubi jalar yang dikenal saat ini umumnya lebih banyak dipasarkan dalam bentuk ubi
segar, meskipun sebagian telah diolah menjadi bahan baku pembuatan saus dan makanan
kecil seperti keripik(Sarwono, 2005). Di beberapa negara maju, misalnya Jepang, Taiwan,
Korea, Cina, dan Amerika, penggunaan ubi jalar sebagai bahan pangan sudah dilakukan
secara optimal. Ubi jalar diolah menjadi berbagai produk makanan, misalnya mie instant,
tepung granula, saos, kremes, kue, roti, sirup, makanan bayi, dan manisan yang semuanya
disajikan dalam kaleng atau bungkusan yang menarik. Selain itu, ubi jalar juga dapat diolah
menjadi gula fruktosa yang dapat digunakan sebagai pemanis dalam industri minuman.
Bahkan, ubi jalar juga dapat digunakan sebagai bahan baku industri makanan dan
minuman, industri tekstil, industri kosmetik dan industri lem (Juanda, 2000).
Namun, ubi jalar juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penutup karena
pertumbuhannya cepat dan tahan kekeringan. Sebagai tanaman penutup atau Cover crops,
ubi jalar berfungsi untuk mencegah penguapan air tanah yang terlalu banyak pada musim
kemarau sehingga tanaman pokok akan terselamatkan dari kekeringan. Selain itu, tanaman
ubi jalar berfungsi sebagai pembasmi alang-alang. Ubi jalar tersebut tumbuh menutupi
permukaan alang-alang sehingga alang-alang dengan sendirinya mati karena rentan
terhadap naungan.Ubi jalar dapat dibudidayakan di berbagai tempat, baik di dataran rendah
(0 m dpl) maupun dataran tinggi (1.700 m dpl). Adapun ubi Cilembu akan tumbuh optimal
pada daerah dengan ketinggian 800-1000 dpl. Daerah paling ideal untuk mengembangkan
ubi jalar yaitu daerah bersuhu 21-27º C, mendapat sinar matahari sekitar 11-12 jam per
hari, kelembapan udara 50-60 %, dan curah hujan 750-1.500 mm per tahun. Umur panen
ubi jalar didataran rendah sekitar 16 minggu atau 3,5 bulan setelah tanam, sedangkan di
dataran tinggi 20-24 minggu atau 4,5-6 bulan setelah tanam (Sarwono, 2005).
Salah satu jenis ubi jalar berdasarkan warnanya adalah ubi jalar ungu. Ubi jalar ungu
merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang memiliki warna daging umbi yang ungu dan
memiliki nutrisi yang baik bagi tubuh.Warna ungu pada umbi dipengaruhi oleh keberadaan
antosianin. Ubi jalar ungu memiliki antosianin yang berkisar antara 51,50 sampai dengan
174,70 mg/100 gram (Steed dan Truong, 2008). Menurut Rumbaoa, Cornago dan
Geronimo (2008), ubi jalar yang berwarna ungu memiliki kandungan fenolik dan aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan ubi yang memiliki daging umbi berwarna
kuning maupun putih. Ubi jalar ungu juga mengandung senyawa kimia seperti vitamin C,
β-karoten, thiamin, niacin, riboflavin, dan mineral (Mano, Ogasawara, Sato, Higo, dan
Minobe, 2007).
Ubi jalar ungu biasa disebut Ipomoea batatas blackie karena memiliki kulit dan
daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu pekat). Ubi jalar ungu mengandung
pigmen antosianin yang lebih tinggi daripada ubi jalar jenis lain. Pigmennya lebih stabil
bila dibandingkan antosianin dari sumber lain seperti kubis merah, eldeberries, blueberris
dan jagung merah. Kandungan nutrisi ubi jalar ungu lebih tinggi dibandingkan dengan ubi
jalar varietas lain. Total kandungan antosianin bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar
antara 20 mg/100 g sampai 600 mg/100 g berat basah. Total kandungan antosianin ubi jalar
ungu adalah 519 mg/100 g berat basah(Anonimous, 2008). Setiap 100 gram ubi jalar
mengandung air antara 50-81 gram, pati 8-29 gram, protein 0,95-2,4 gram, karbohidrat
15
sekitar 31,8 gram, lemak 0,1-0,2 gram, serat 0,1 gram, kalsium 55 mg, zat besi 0,7 mg,
fosfor 51 mg, dan energi 135 kalori(Onwueme, 1978). Ubi jalar juga mengandung mineral
seperti Zat besi (Fe), Fosfor (P), Kalsium (Ca), dan Natrium (Na).(Erawati,2006).
β-Karoten dan Vitamin A
Selain mengandung karbohidrat, protein, lemak dan mineral, ubi jalar juga
mengandung vitamin (Rose dan Vasanthakaalam, 2011). Beberapa vitamin yang terdapat
pada ubi jalar antara lain vitamin A (terdapat dalam bentuk𝛽𝛽-karoten) dan vitamin C
(K’osambo, dkk., 1999; Meludu, 2010). Vitamin terbanyak dalam ubi jalar adalah β-
caroten (pro-vitamin A) dan asam askorbat (vitamin C).Vitamin-vitamin tersebut mewakili
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A) dan vitamin yang larut dalam air (vitamin C).
Penelitian yang dilakukan oleh K’osambo, dkk. (1999) pada 17 umbi dari ubi jalar di
Kenya yang mempunyai intensitas warna dari putih, kuning hingga oranye menunjukkan
bahwa kadar𝛽𝛽-karoten dalam ubi jalar tersebut berada pada range 0,1mg – 8,8mg/100
gram ubi jalar. Dimana ubi jalar oranye mempunyai kadar𝛽𝛽-karoten paling tinggi
dibandingkan ubi jalar putih dan kuning.
Penelitian mengenai kandungan𝛽𝛽-karoten pada ubi jalar juga dilakukan olehRose dan
Vasanthakaalam (2011) pada dua varietas ubi jalar di Rwanda dan hasil penelitian mereka
menunjukkan bahwa pada ubi jalar yang umbinya berwarna putih sama sekali tidak
mengandung 𝛽𝛽-karoten sedangkan pada ubi jalar yang umbinya berwarna kuning
mengandung 1,68mg – 1,85mg 𝛽𝛽-karoten pada 100 gram ubi jalar Referensi lain
menunjukkan bahwa pada 100 gram ubi jalar mentah mengandung 14187 IU vitamin A
dan 2,4 mg vitamin C (USDA Nutrient Data Laboratory, 2011). Pada 100 gram ubi jalar
ungu terkandung 7700 SI vitamin A dan 22 mg vitamin C. Sedangkan pada 100 gram ubi
jalar putih terdapat 60 SI vitamin A dan 22 mg vitamin C (Poedjadi, 1994). Intensitas
warna beta karoten pada ubi jalar telah diperkirakan sebagai indikator nilai provitamin A
bahan pangan tersebut (Meludu,2010).Kandungan karoten tergantung jenis varietas dan
lokasi penanaman. Ubi jalar berdaging umbi oranye lebih kaya akan karoten dibanding
yang putih. (Bradbury, 1989).
𝛽𝛽-karoten (prekursor vitamin A) dapat berperan sebagai antioksidan yang
melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas (American
Accreditation Health Care Commission, 2011). β-karoten adalah salah satu dari sekitar
400 jenis gugus karotenoid yang telah ditemukan di alam. Konsentrasi β-karoten dapat
dipengaruhi oleh kepekatan warna pigmen. Semakin warna-warna itu hijau, kuning, atau
merah maka konsentrasi β-karoten semakin tinggi. β-karoten mempunyai sifat tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam lemak, dan pelarut organik lainnya. Hal ini disebabkan karena
karoten mempunyai struktur nonpolar. β-karoten mempunyai sejumlah keistimewaan
diantaranya sebagai antioksidan yang dapat menyerang radikal bebas.
β-karoten berfungsi sebagai prekursor vitamin A yang disebut sebagai provitamin A
yang mempunyai kemampuan untuk dikonversikan menjadi vitamin A dua kali lebih besar
daripada jenis karoten lainnya. β-karoten stabil pada pH netral maupun alakali, tetapi tidak
stabil pada pH asam, O 2 (udara), sinar dan panas. β-karoten stabil pada pemanasan sampai
temperatur sedang, disimpan tertutup dan tidak tembus cahaya, tetapi labil bila ada oksigen
atau bila terkena sinar ultraviolet (Hidayat, 2006).Struktur dari 𝛽𝛽-karoten dapat dilihat
pada gambar berikut.
Vitamin A pertama kali dikenal sebagai faktor nutrisi esensial oleh Elmer McCollum
pada tahun 1915. Vitamin ini terdiri dari alkohol dengan 20 karbon yang terbentuk dari
unit-unit isopren. Vitamin A sendiri tidak terdapat di dalam tumbuhan tetapi banyak
tanaman yang mengandung isoprenoid, dikenal sebagai karotenoid yang dapat diubah
secara enzimatik menjadi vitamin A oleh kebanyakan hewan (Lehninger, 1982).Vitamin A
tahan terhadap panas cahaya dan alkali, tetapi tidak tahan terhadap asam dan oksidasi.
Vitamin A hilang bila dipanaskan pada suhu tinggi, oksidasi minyak tengik, pengeringan
sinar matahari, dan dehidrasi (Almatsier, 2004)
16
CH2OH
Beta karoten
Oksidasi
O
O
CH
HC
Retinin Reduksi
CH2OH CH OH
2
Vitamin A
Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin alam yang mempunyai peranan penting dalam
mencegah oksidasi akibat radikal bebas dalam tubuh manusia (Alamsah, 2008).Vitamin C
tersebar luas di alam, kebanyakan dalam produk buah-buahan. Vitamin C adalah vitamin
yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan dan
penyimpanan (Deman, 1997). Vitamin C berbentuk kristal putih, merupakan suatu asam
organik dan terasa asam, tetapi tidak berbau. Dalam larutan, vitamin C mudah rusak karena
oksidasi oleh oksigen dari udara, tetapi lebih stabil bila terdapat dalam bentuk kristal
kering. Vitamin C dapat larut dalam air dan tidak dapat larut di dalam minyak dan zat-zat
pelarut lemak (Sediaoetama, 2006).
Vitamin C atau asam askorbat terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam
askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi
bolak balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidroaskorbat terjadi bila bersentuhan
dengan tembaga, panas atau alkali. Kedua bentuk vitamin C aktif secara biologik tetapi
bentuk tereduksi adalah yang paling aktif. Oksidasi lebih lanjut L-asam dehidroaksorbat
menghasilkan asam L-diketogulonat yang tidak dapat direduksi kembali artinya tidak
memiliki keaktifan vitamin C lagi (Alamtsigner, 2004). Struktur dari vitamin C dapat
dilihat pada gambar berikut
CH2OH
H OH
O
O
HO OH
Gambar 2.35 Struktur Vitamin C
Sumber: Poedjadi, 1994
17
Vitamin C juga berlebih dengan jumlah sekitar 20-50 mg per 100 gram.Sedangkan
thiamin, riboflafin dan niasin sedikit sekali. Untuk vitamin C kehilangan lebih tinggi lagi
pada pemanggangan yaitu sekitar 50%, sedangkan pada perebusan sama sebesar 20%.
(Bradbury, 1989).Sebagai antioksidan β-karoten dan vitamin C sangat mudah teroksidasi
oleh udara dan pemanasan (Erawati, 2006; Poedjadi, 1994).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan menganalisis kandungan β-karoten,
vitamin A dan vitamin C dari ubi jalar ungudalam bentuk sampel kering (SK) dan sampel
cair (SC). Diharapkan hasi penelitian ini memberikan informasi mengenai nilai gizi dari ubi
jalar ungu,sehingga diharapkan kedepannya, pemanfaatan ubi jalar sebagai bahan makanan
dapat lebih dimaksimalkan .
C. METODE PENELITIAN
Diagram Alir Penelitian
-Kadar Vitamin C
-Kadar Vitamin C
-Kadar Vitamin A
-Kadar Vitamin A
-Kadar Beta Karoten
-Kadar Beta Karoten
(HPLC)
(HPLC)
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ubi jalar ungu, Akuades, Asam
sitrat,amilum 1%, iodium 0,01N, n-butanol, CHCl 3 dalam aseotonitril, etanol, metanol, dan
kertas saring.
Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pisau ,Nampan lebar untuk
menjemur, Blender, Toples kaca untuk tempat sampel yang sudah jadi, Cawan porselen,
Gelas ukur, Termometer, Pembakar bunsen, Kaki tiga, Penangas air, Kawat kasa, Corong,
Batang pengaduk, Gelas kimia, labu ukur, Erlenmeyer, Neraca analitik, Pipet (tetes, volum,
ball pipet), Spatulla, Kaca arloji, Buret, pH universal,Evaporator, Krus Porselain, Krustang,
Alat Refluks, Soxhlet extractor, Spectronic 20 mKain Saring dan HPLC.
N I2
fp × V I 2 × × 0,88
Kadar vitamin C (%) =
0,01 × 100 % …….………………(1)
Berat Sampel (g)
2,3 × A …….………………(2)
C=
b×k
19
10. Integrator :-
11. Speed : 5 mm/menit
Standar
1. Standar ditimbang sebanyak 0,0010 g
2. Ditambahkan 10 mL etanol (larutkan)
3. Ambil 1 mL larutan standar, evaporasi pada suhu 60 °C
4. Setelah kering larutkan dengan Asetonitril
5. Encerkan sebanyak 5 kali
6. Injeksi 20 µL pada HPLC
Perhitungan :
h
× e ( µg)
f ( µL )
K ( µg/µL) = …….………………(3)
g
Keterangan : K = Konsentrasi standar
h = Volum injeksi (µL)
f = Volum pelarut (µL)
e = Berat standar (µL)
g = Pengenceran
Sampel
1. Sampel ditimbang sebanyak (SC = 3,0146) dan (SK = 3,0149)
2. Di tambahkan 10 mL metanol (larutkan)
3. Ambil 5 mL sampel, evaporasi pada suhu 60 °C
4. Setelah kering larutkan dengan Asetonitril 5 mL
5. Injeksikan 20 µL pada HPLC
Perhitungan :
AS
Cs(µg/µL) = × CStd × c …….………………(4)
A Std
Keterangan : C S = Konsentrasi sampel
A S = Rata-rata tinggi puncak kurva sampel
A Std = Rata-rata tinggi puncak kurva standar
C Std = konsentrasi standar atau injeksi (µg/µL)
c = pengenceran
100 b ( µL)
× ×C S
% b/b = a d …….………………(5)
6
10
D. PEMBAHASAN
Hasil dan Perhitungan Penentuan Kadar Vitamin C
Penentuan kadar vitamin C pada ubi jalar ungu dilakukan pada dua jenis sampel
yaitu Sampel Kering (SK) dan Sampel Cair (SC). Berikut adalah hasil yang diperoleh:
Kadar Vitamin C Ubi jalar Ungu Sampel Cair (SC)
W = 5 gram
VI 2 = 0,3 mL
NI 2 = 0,01 N
Perhitungan:
N I2
fp × V I 2 × × 0,88
Kadar vitamin C (%) =
0 , 01 × 100 % …….………………(6)
Berat Sampel (g)
20
Keterangan : fp = faktor pengenceran
NI 2 = Normalitas iodium.
0,01
1 × 0,3 mL × × 0,88
Kadar vitamin C (%) =
0,01 × 100 %
5 gram
= 5,28 %
Perhitungan:
N I2
fp × V I 2 × × 0,88
Kadar vitamin C (%) =
0,01 × 100 % …….………………(7)
Berat Sampel (g)
= 22,88 %
PembahasanKadar Vitamin C
Kadar vitamin C pada SK lebih besar dari pada SC , hal ini dikrenakan pada SC
mengalami pelarutan dalam air dimana vitamin C akan larut dalam air , sehingga akan
menyebabkan asam L-askorbatnya teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat. Selain itu juga
sebagian L-askorbat pada SC larut dalam uap air. Dengan demikian, hal tersebut akan
mengakibatkan hilangnya keaktifan askorbatnya.
Perhitungan :
2,3 × A …….………………(8)
Kadar Vitamin A (ppm)=
b×k
2,3 × 0,036
Kadar vitamin A=
1 cm × 0,16632
= 0,50 ppm
Kadar vitamin A sampel ubi jalar ungu cair (SC) = 0,50 ppm
21
Kadar Vitamin A Ubi Jalar Ungu Sampel Kering (SK)
Perhitungan :
2,3 × A …….………………(9)
Kadar Vitamin A (ppm)=
b×k
Keterangan : C = Pigmen sebagai karotenoid (ppm)
A = Absorbans
b = tebal sel (1 cm)
k = 0,16632 untuk karotenoid yaitu pada panjang gelombang
436 nm dalam n-butanol dengan penggunaan sel yang diameternya 1 cm.
Kadar vitamin A=
2,3 × 0,086
= 1,20 ppm
1 cm × 0,16632
Kadar vitamin A sampel ubi jalar ungu kering (SK) = 1,20 ppm
Perhitungan:
h
× e ( µg)
f ( µL )
K ( µg/µL) = …….………………(10)
g
22
h
× e ( µg)
f ( µL )
K ( µg/µL) =
g
20
× 0,0008 g
5 mL
=
250
20
× 800 µg
5000 µ L
=
250
= 0,0128 µg/µL
Sampel
A Spl
Cspl(µg/µL) = × CStd × c …….………………(11)
A Std
6834
= × 0,0128 µg/µL
8245
= 0,0106 µg/µL
100 b ( µL)
× × Cspl
a d
% b/b =
6
10
100 1 mL
× × 0,0106 µg/µL
3,0146 20 µ L
=
6
10
100 1000 µ L
× × 0,0106 µg/µL
3,0146 20 µL
=
6
10
= 0,0000176 %
0,0000176 % = ........ppm
0,0000176 x
=
100 1.000.000
100 x = 17,6
x = 0,176 ppm
23
Kadar β-karoten sampel ubi jalar ungu kering atau padat = 0,176 ppm
Sampel Cair
A Spl
Cspl(µg/µL) = × C Std × c
A Std
5216
= × 0,0128 µg/µL
8245
= 0,008097 µg/µL
100 b ( µL)
× × Cspl
a d
% b/b =
6
10
100 0,5 mL
× × 0,008097 µg/µL
3,0149 20 µ L
=
6
10
100 500 µ L
× × 0,008097 µg/µL
3,0149 20 µL
=
6
10
= 0,000006714 %
0,000006714 % = ........ppm
0,000006714 x
=
100 1.000.000
100 x = 6,714
x = 0,06714 ppm
E. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sampel ubi
jalar ungu yang mengandung vitamin C paling besar adalah Sampel Kering (SK) yaitu
22,88% dan yang memiliki kadar vitamin C paling kecil adalah Sampel Cair (SC) yaitu
5,28%. Sedangkan sampel ubi jalar ungu yang mengandung vitamin A paling besar adalah
Sampel Kering (SK) yaitu 1,20 ppm, sedangkan sampel yang mempunyai kandungan
vitamin A paling kecil adalah Sampel Cair (SC) yaitu 0,50 ppm . Untuk kadar β-karoten,
Sampel Cair (SC) memiliki kadar yang rendah yaitu 0,06174 ppm, sedangan pada Sampel
Kering(SK) memiliki kadar β-karoten paling besar yaitu 0,176 ppm. Kadar vitamin C,
Vitamin A dan β-karoten paling banyak dimiliki Sampel Kering (SK) ubi jalar ungu,
24
sedangkan pada Sampel Cair (SC) kadar vitamin C, vitamin A dan β-karoten sangat kecil
hal ini dikarenakan pengaruh dari proses pengolahan sampel yaitu pelarutan dengan air
sehingga menyebabkan terjadinya proses oksidasi. Hal tersebut menimbulkan kadar vitamin
C, vitamin A dan β-karoten pada Sampel Cair (SC) Ubi jalar Ungu berkurang.
F. DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
K’osambo, L. M., Carey, E. E., Misra, A. K., Wilkes, J., and Hagenimana, V., 1999, Influence of Age,
Farming Site, and Boiling on Pro-Vitamin A Content in Sweet Potato (Ipomoea batatas
(L.)Lam.), Storage Roots, J. Food Tech. Afr., Vol4, hal:3.
Dokumen
Pusat Standardisasi Industri Departemen Perindustrian., 1992, SNI Cara Uji Makanan dan Minuman,
SNI 01-2891-1992, UDC 663/664,hal: 3-4, 23-24.
Buku
Almatsier, S., 2004, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal:29-36, 220,
153,151,
Amyanto, E.A., Kumpulan Prosedur Analisa Kimia Bahan Makanan, Departemen Kesehatan Balai
Laboratorium Kesehatan Bandung, hal:7-9, 15-18, 20, 23.
Bassett, J dkk., 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Alih Bahasa Pudjaatmaka,
A Hadyana, Penebit Buku Kedokteran EGC, Jakarta , hal:163.
Deman, J. M., 1997, Kimia Makanan, Edisi Kedua, ITB, Bandung,hal: 1-2, 273, 210, 393, 409.
Dirjen Tanaman dan Hortikultura., 1999, Penanganan Panen, Pasca Panen, dan Pengolahan Hasil
(Komoditas Ubi Jalar), Direktorat Bina Hortikultura, hal1-2.
Fessenden, R.J., 1997, Dasar-dasar Organik. Binarupa Aksara, Jakarta, hal:555, 621.
Herborne, J. B.,1987, Metode Fitokimia: Penuntun cara Modern Menganalisis Tumbuhan, Terbitan
Kedua, Terjemahan Padmawinata, K .,soedirjo, I., ITB. Bandung, hal:76.
Hart, Craine, Hart., 1997, Dasar-dasar Kimia Organik. Erlangga. Jakarta, hal:486, 534.
Iswari, Retno S, Ari Yuniastuti., 2006, Biokimia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal:63-65.
Juanda,JS, Dede., 2000, Ubi Jalar, Kanisius, Yogyakarta, hal:9-23.
Lehninger, Maggy Thenawijaya., 1982., Dasar-dasar Biokimia, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, hal: 298-300.
Lingga, P., dkk. Bertanam Ubi-ubian . Penebar Swadaya, Jakarta
Poedjadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia Press. Jakarta, hal:371-423.
Sarwono, B., 2005, Ubi Jalar, Penebar Swadaya, Jakarta, hal: 13-31.
Sediaoetama, A.D., 2006, Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi, Jilid 1, Dian Rakyat, Jakarta, hal:
31-167.
Underwood,A.L, R.A. Day., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, hal: 553.
Pusat Standardisasi Industri Departemen Perindustrian., 1992, SNI Cara Uji Makanan dan Minuman,
SNI 01-2891-1992, UDC 663/664, hal: 3-4, 23-24.
Winarno, F.G., 1992, Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia, Jakarta, hal:3, 50, 150, 173-179,189-196.
25
FORMULIR BERLANGGANAN
1. Nama : ............................................................................................
2. Alamat : ............................................................................................
3. Telepon/HP : ............................................................................................
4. e-mail : ............................................................................................
Pemohon,
(....................................)