Anda di halaman 1dari 13

Lampiran 1

FORMAT SAP EDUKASI KESEHATAN

FORMAT
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

Tema/Topik : Kesehatan Lingkungan (PHBS)


Waktu : 10.00-10.30 WIB
Sasaran : Penduduk Desa A
Tempat : Puskesmas
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah mengikuti ceramah dan tanya jawab selama 30 menit diharapkan peserta
mampu mengerti, memahami dan menjelaskan tentang kesehatan lingkungan (PHBS).

Tujuan Instruksional Khusus :


Setelah mengikuti ceramah dan Tanya jawab selama 30 menit diharapkan peserta
mampu:
1. Menyebutkan Pengertian kesehatan lingkungan
2. Menyebutkan Tujuan program kesehatan lingkungan
3. Menyebutkan sasaran kesehatan lingkungan
4. Menyebutkan upaya pencapaian kesehatan lingkungan
5. Menyebutkan ruang lingkup kesehatan lingkungan

Kegiatan Belajar Mengajar :


No Wakt Kegiatan
Tahap
. u Pemateri Audiens
1. Pembukaan 5 Pembukaan :  Menjawab
menit
salam
1. Membuka kegiatan
dengan mengucapkan  Mendengarkan

salam  Memperhatikan

2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan.
5. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
6. Apersepsi

2. Pelaksanaa 20 Pelaksanaan : - Memperhatikan


n menit
- Bertanya dan
1. Penyuluh
menjawab
menyampaikan
pertanyaan
materi :
yang diajukan
a. Menjelaskan
pengertian
kesehatan
lingkungan
b. Menjelaskan
tujuan program
kesehatan
lingkungan
c. Menjelaskan
sasaran kesehatan
lingkungan
d. Menjelaskan upaya
pencapaian
kesehatan
lingkunga
e. Menjelaskan
manfaat ruang
lingkup kesehatan
lingkunga
2. Sasaran menyimak
materi
3. Sasaran mengajukan
pertanyaan
4. Penyuluh menjawab
pertanyaan
3. Penutup 5 Evaluasi : a. Mendengarkan
menit
Menanyakan kepada peserta b. Menerima leaflet
tentang materi yang telah c. Menjawab salam
diberikan,dan reinforcement
kepada peserta yang dapat
menjawab

Terminasi :
a. Mengucapkan
terimakasih atas
perhatian yang
diberikan
b. Membagikan Leaflet
Mengucapkan salam

Metode : Ceramah dan Tanya Jawab


Media :Leaflet, PPT dan LCD
Materi :
1. Pengertian kesehatan lingkungan
2. Tujuan program kesehatan lingkungan
3. Sasaran kesehatan lingkungan
4. Upaya pencapaian kesehatan lingkunga
5. Manfaat ruang lingkup kesehatan lingkunga

Evaluasi :
a. Standar Persiapan
1. Peserta hadir ditempat penyuluhan di ruangan
2. Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP
3. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan
4. Kesimpulan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan digunakan
5. Kesiapaan audiensi meliputi kesiapaan menerima penyuluhan

b. Standar Proses
1. Peserta antusias dan berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh penyuluh
2. Peserta mendengarkan materi penyuluhan dengan baik dan ada respon positif dari
peserta.
3. Peserta mengikuti kegiatan penyuluhan sampai selesai dan tidak meninggalkan tempat
4. Peserta mengajukan pertanyaan dan mampu menjawab pertanyaan secara benar.
5. Penyuluh menjelaskan atau menyampaikan materi dengan jelas dan dengan suasana
rileks.
c. Standar Hasil
Peserta mampu menjawab 50 % dari pertanyaan penyuluh dengan benar meliputi:
1. Peserta mampu menjelaskan pengertian kesehatan lingkungan
2. Peserta mampu menjelaskan tujuan program kesehatan lingkungan
3. Peserta mampu menyebutkan sasaran kesehatan lingkungan
4. Peserta dapat menyebutkan upaya pencapaian kesehatan lingkungan
5. Peserta dapat menyebutkan ruang lingkup kesehatan lingkungan

Buku Sumber :

 Syaugi Al-Fanjari Dr, Ahmad. Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, Bumi Aksara;
Desember 1996.
 Budihardjo Ir, Eko, Prof. M.S.C, Kota dan Lingkungan, United Nation, University
Pers Jakarta, LP3ES, 2003.
 https://www.scribd.com/doc/93482164/Sap-Kesehatan-Lingkungan

 https://www.academia.edu/34938107/SATUAN_ACARA_PENYULUHAN_SAP_Perilaku_hidup
_bersih_dan_sehat_PHBS

 https://pendidikan.co.id/kesehatan-lingkungan/

Lampiran Materi

LAMPIRAN MATERI PENDIDIKAN


KESEHATAN LINGKUNGAN (PHBS)

A. Definisi Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi lingkungan yang mendasar yang
dapat mempengaruhi kesejahteraan manusia (Notoadmojo, 2003).
Menurut WHO (2007), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan
lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

B. Tujuan Program Kesehatan Lingkungan


1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan
dan kesejahteraan hidup manusia.
2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.
3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan
institusi pemerintah serta lembaganonpemerintah dalam menghadapi bencana alam atau
wabah penyakit menular (Chandra, 2012).

C. Sasaran Kesehatan Lingkungan


Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan
lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan tempat usaha yang sejenis
2. Lingkungan pemukiman : rumah tempat tinggal
3. Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis
4. Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum
5. Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang berada
dalam keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk secara besar-besaran.
D. Upaya Pencapaian Lingkungan Sehat
1. Rumah sehat
2. Pemeliharan rumah sakit
3. Sarana Pembangunan Air Limbah (SPAL) sederhana
4. Pemberantasan sarang nyamuk Aedes Aegypti (penularan demam berdarah)
5. Lindungi makanan dan minuman dari pengotoran oleh lalat, kecoa dan tikus
6. Biasakan makan dan minum secara sehat
7. Cara membuang sampah yang sehat
8. Sarana air bersih
9. Menampung air hujan untuk kepentingan umum
10.Jarak sumber air dengan sumber pencemaran
11.Pemeliharaan air bersih
12.Cara memperoleh air bersih dan sehat
13.Cara menjernihkan air
14.Penggunaan racun serangga yang salah
15.Jamban/ WC yang sehat

E. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Menurut World Health Organization (2007) ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :
a. Rumah Sehat
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. (Notoatmodjo,
2007). Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan cukup luas bagi seluruh
pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap penghuninya dapat berjalan
dengan baik. Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tempat
untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial (Sanropie, dkk, 1989).
Kriteria rumah sehat menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002, secara
umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan
penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari
pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan
dan penghawaan yang cukup.
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garissempadan jalan,
konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Dalam pemenuhan kriteria rumah sehat, ada beberapa variabel yang harus
diperhatikan :
1. Bahan bangunan
 Lantai yang kedap air dan mudah dibersihkan. Lantai dari tanah lebih baik tidak
digunakan lagi, sebab bila musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan
gangguan/penyakit terhadap penghuninya. Oleh sebab itu, perlu dilapisi dengan lapisan
yang kedap air seperti disemen, dipasang tegel, keramik, teraso dan lain-lain.
(Notoatmodjo, 2010).
 Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan
rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin, serta melindungi dari pengaruh panas
dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah bahan yang tahan api yaitu
dinding dari batu. (Sanropie, 1989) .
 Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
 Atap berfungsi untuk melindungi isi ruangan rumah dari gangguan angin, panas dan
hujan, juga melindungi isi rumah dari pencemaran udara seperti debu, asap dan lain-
lain. Atap yang paling baik adalah atap dari genteng karena bersifat isolator, sejuk
dimusim panas dan hangat di musim hujan (Sanropie, 1989).
2. Ventilasi
 Menurut Sanropie (1989), ventilasi sangat penting untuk suatu rumah tinggal. Hal ini
karena ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama adalah sebagai lubang masuk
udara yang bersih dan segar dari luar ke dalam ruangan dan keluarnya udara kotor dari
dalam keluar (cross ventilation). Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya
gerak udara yang lancar dalam ruangan. Fungsi kedua dari ventilasi adalah sebagai
lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari, sehingga di dalam rumah
tidak gelap pada waktu pagi, siang hari maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu
rumah yang memenuhi syarat kesehatan, ventilasi mutlak ada.
 Berdasarkan Notoatmodjo (2007), ada dua macam cara yang dapat dilakukan agar
ruangan mempunyai sistem aliran udara yang baik, yaitu : (i) Ventilasi alamiah, dimana
aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu,
lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan sebagainya. Di pihak lain ventilasi
alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya nyamuk dan
serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus ada usaha-usaha lain untuk
melindungi penghuninya dari gigitan serangga tersebut. (ii) Ventilasi buatan,yaitu
dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya
kipas angin, dan mesin pengisap udara.
3. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang
masuk ke dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit
penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan
akhirnya dapat merusak mata.
Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i) Cahaya alamiah yaitu
matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang
cukup. Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20%
dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu
menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik
dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2007).
4. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
kepadatan penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan
kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit
infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang
optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m 2 untuk setiap orang (tiap anggota
keluarga).

b. Pengolahan Sampah
 Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan dan pemusnahan sampah
yang dilakukan sedemikian rupa sehingga sampah tidak mengganggu kesehatan
masyarakat dan lingkungan hidup.
1. Penyimpanan
Penyimpanan sampah adalah tempat sampah sementara sebelum sampah tersebut
dikumpulkan, untuk kemudian diangkut serta dibuang (dimusnahkan) dan untuk ini
perlu disediakan tempat yang berbeda untuk macam dan jenis sampah tertentu.
Syarat tempat sampah yang baik, antara lain:
 Konstruksinya kuat agar tidak mudah bocor, untuk mencegah berseraknya sampah,
 Mempunyai tutup, mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat
dianjurkan afar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan
 Ukuran tempat sampah sedemikian rupa, sehingga mudah diangkut oleh satu orang.
2. Pengumpulan sampah
Setiap rumah tangga harus mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah. Kemudian dari masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus
diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) sampah, dan selanjutnya ke
Tempat Penampungan Akhir (TPA). Mekanisme, sistem atau cara pengangkutannya
untuk daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat, yang
didukung oleh partisipan masyarakat produksi sampah, khususnya dalam hal
pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan pada umumnya sampah dapat dikelola
oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPS maupun TPA.Sampah rumah
tangga daerah pedesaan umumnya dibakar atau dijadikan pupuk (Notoatmodjo, 2003).
3. Pemusnahan sampah
Pemusnahan atau pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara
lain :
 Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang diatas
tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan sampah;
 Dibakar (incenerator) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di
dalam tungku pembakaran;
 Dijadikan pupuk (composting) yaitu pengelolaan sampah menjadikan pupuk,
khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan dan sampah lain
yang dapat membusuk.
 Berbagai Macam Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan
menurut UU no 18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk
sampah dengan mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan
sampah merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah,
disamping memanfaatkan nilai yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri
(bahan daur ulang, produk lain, dan energi). Pengolahan sampah dapat dilakukan
berupa: pengomposan, daurulang, pembakaran (insinersi), dan lain-lain.
4. Pengelolaan Air Limbah
 Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana
Pengolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan hidup
terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya lingkungan
mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan yang timbul karena
pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam mempunyai kemampuan
yang terbatas dalam daya dukungnya, sehingga air limbah perlu diolah sebelum
dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:
1. Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Akan tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk yang berarti meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah
air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan diperlukan air pengenceran terlalu
banyak pula, maka cara ini tidak dapt dipertahankan lagi, disamping itu cara ini
menimbulkan kerugian lain, diataranya: bahaya kontaminasi terhadap badan-badan
air bersih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutya dapat
menimbulkan banjir.
2. Kolam oksidasi (oxidation ponds)
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaaatan sinar matahari,
ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air
limbah dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk segiempat dengan kedalaman
antara 1-2m. dinding dan dasar kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Lokasi
kolam harus jauh dari lokasi pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga
memungkinkan sirkulasi air dengan baik.
Cara kerjanya antara lain: Empat unsur yang berperan dalam proses
pembersihan alamiah ini adalah: sinar matahari, ganggang, bakteri, dan oksigen.
Ganggang dengan butir klorofilnya dalam air limbah melakukan proses fotosintesis
dengan bantuan sinar matahari, sehingga tumbuh dengan subur. Pada proses sintesis
untuk pembentukan karbohidrat dari H 2O dan CO2 oleh klorofil dibawah pengaruh
sinar matahari sehingga terbentuk oksigen. Kemudian oksigen ini digunakan oleh
bakteri aerobic untuk melakukan dekomposisi zat-zat organic yang terdapat dalam
air buangan. Disamping itu, terjadi pengendapan. Sebagai hasilnya nilai BOD dari
air limbah tersebut akan berkurang, sehingga relative aman bila dibuang dalam
badan-badan air (kali, danau,dan sebagainya).
3. Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan
merembes masuk dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam
keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan lading pertanian atau
perkebunan dan sekaligus berfungsi sebagai pemupukan. Hal inni terutama dapat
dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong
hewan, dan lain-lainnya dimana kandunga zat organic cukup tinggi yang diperlukan
oleh tanaman.
5. Pembuangan kotoran manusia (Jamban)
1. Syarat Jamban Sehat
Kementerian Kesehatan (2004) telah menetapkan syarat dalam membuat jamban
sehat.
Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan :
1. Tidak mencemari air
 Letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih
 Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding
dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
 Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
 Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai, dan laut
2. Tidak berbau dan nyaman digunakan
 Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai
digunakan
 Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup
rapat oleh air
 Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran
 Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodik
3. Tidak mencemari tanah
 Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai,
dekat mata air, atau pinggir jalan.
 Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau
dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian.
4. Bebas dari serangga
 Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap
minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
 Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang
nyamuk.
 Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi
sarang kecoa atau serangga lainnya
 Lantai jamban harus selalu bersih dan kering
 Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup
5. Aman digunakan
Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran
dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain
yang terdapat di daerah setempat
6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan
 Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran
 Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran
karena dapat menyumbat saluran
 Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban
akan cepat penuh
 Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa
berdiameter minimal 4 inci.
7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan
 Jamban harus berdinding dan berpintu
 Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari
kehujanan dan kepanasan

Lampiran 2
FORMAT PENILAIAN EDUKASI
FORMAT PENILAIAN EDUKASI KESEHATAN

Nama Mahasiswa : Ayu Novita Sari


Judul Materi Edukasi : Kesehatan Lingkungan (PHBS)

No. Aspek Penilaian Nilai maks Nilai


1. Rancangan SAP + Materi 20
1. Rancanagan edukasi tersusun rapi.
2. Literatur yang digunakan 5 tahun
terakhir. Minimal 3 buah.
3. Lampiran Materi sesuai tema edukasi.
2. Media Edukasi Leaflet 30
1. Media menarik
2. Media sesuai dengan tema edukasi.
3. Isi media berisi informasi singkat dan
tepat bagi sasaran
3. Pelaksanaan Edukasi: 50
1. Presentasi edukasi sesuai tahapan :
pembukaan, isi, penutup.
2. Presentasi edukasi menarik
3. Inti edukasi tersampaikan dengan baik
ke sasaran.
4. Sasaran paham terhadap materi
edukasi yang disampaikan edukator.
Nilai Total 100

Palangka Raya, _______________.2020

Penguji

(____________________________)

Anda mungkin juga menyukai