Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PEMELIHARAAN 2

MOTOR INDUKSI 3 PHASE

DISUSUN OLEH
Nama : Reza Fahlevi
NIM :1820403027
Jurusan : Teknik Listrik

Dosen : Muhammad Irsan B,S.T.,M.Eng

JURUSAN TEKNIK LISTRIK

POLITEKNIK KOTABARU

2020

MOTOR INDUKSI 3 PHASE


1
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3

PENDAHULUAN........................................................................................................................3

1.1. Latar belakang..........................................................................................................3

1.2. Tujuan......................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................4

PEMBAHASAN..........................................................................................................................4

2.1. Pengenalan Motor lnduksi 3 Fasa.................................................................................4

2.2. Direct Torque Control (DTC)..........................................................................................7

2.3. Kontrol PI......................................................................................................................7

2.4. Keuntungan motor induksi 3 fasa.................................................................................7

2.5. Kerugian penggunaan motor induksi 3 fasa..................................................................8

2.6. Prinsip kerja motor induksi 3 fasa.................................................................................8

2.7. Konstruksi Motor Induksi 3 fasa...................................................................................9

2.7.1. Stator.........................................................................................................................9

2.7.2. Rotor........................................................................................................................10

2.8. Parts lainnya................................................................................................................15

2.9. Aplikasi Motor Induksi Pada Elevator atau Lift............................................................16

2.10. Perawatan.................................................................................................................21

BAB III.....................................................................................................................................23

PENUTUP................................................................................................................................23

3.1. Kesimpulan..................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (AC) yang paling luas
digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan
induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor ini bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan
relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh
arus stator. Motor induksi sangat banyak digunakan di dalam kehidupan sehari-hari baik di
industri maupun di rumah tangga. Hal ini disebabkan karena motor induksi memiliki berbagai
keunggulan dibanding dengan motor listrik yang lain, yaitu diantaranya karena harganya
yang relatif murah, konstruksinya yang sederhana dan kuat serta karakteristik kerja yang
baik.
Motor induksi yang umum dipakai adalah motor induksi 3-fase dan motor induksi 1-
fase. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan banyak digunakan di
dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang besar. Motor induksi 1-fase
dioperasikan pada sistem tenaga 1-fase dan banyak digunakan terutama untuk peralatan
rumah tangga seperti kipas angin, lemari es, pompa air, mesin cuci dan sebagainya karena
motor induksi 1-fase mempunyai daya keluaran yang rendah.

1.2. Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengerti dan memahami konsep untuk analisis motor induksi 3 fasa
2. Dapat memahami tentang aplikasi motor induksi 3 fasa di dalam dunia industri
3. Dapat memahami prinsip kerja dan kontruksi dari motor listrik 3 fasa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengenalan Motor lnduksi 3 Fasa

Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi
gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip antara medan stator
dan medan rotor. Motor induksi 3-fase dioperasikan pada sistem tenaga 3-fase dan
banyak digunakan di dalam berbagai bidang industri dengan kapasitas yang besar.
Bentuk gambaran motor induksi 3 fasa diperlihatkan padagambar 2.1, dan contoh
penerapan motor induksi ini di industri diperlihatkan pada gambar 2.2.

a) bentuk fisik b. motor induksi dilihat ke dalam

Gambar 2.1 Motor induksi 3-fasa


Gambar 2.2 Penerapan motor induksi di dunia industri

Data-data motor induksi mengenai daya, tegangan dan data lain yang berhubungan
dengan kerja motor induksi dibuatkan pada plat nama (name plate) motor induksi.
Contoh data yang ditampilkan pada plat nama motor induksi ini diperlihatkan pada
gambar 2.3

Gambar 2.3 Contoh data yang ada di plat nama motor induksi
Motor induksi 3 phase memiliki keunggulan diantaranya handal, tidak ada kontak
antara stator dan rotor kecuali bearing, tenaga yang besar, daya listrik rendah dan hampir
tidak ada perawatan. Akan tetapi motor induksi 3 phase memiliki kelemahan pada
pengontrolan kecepatan. Kecepatan putar motor induksi bergantung pada frekuensi input,
sedangkan sumber listrik memiliki frekuensi konstan. Untuk mengubah frekuensi input lebih
sulit daripada mengatur tegangan input. Dengan ditemukannya teknologi inverter maka hal
tersebut menjadi lebih mudah dan mungkin dilakukan.
Dalam beberapa tahun yang lalu F. Blaschke telah mempublikasikan mengenai field
oriented control (FOC) untuk motor induksi. Teori ini telah lengkap dikembangkan dan
banyak digunakan dalam proses industri. Kemudian teknik baru telah dikembangkan yaitu
teknik kontrol torsi dari motor induksi oleh I. Takahashi yang dikenal dengan Direct Torque
Control (DTC). Dengan DTC dimungkinkan mengontrol torsi dengan performi yang baik
tanpa menggunakan tranduser mekanik pada poros motor, sehingga DTC dapat dikatakan
sebagai teknik kontrol “type sensorless” . Dengan menggunakan sensor putaran rotor motor
akan mengakibatkan stabilitas yang rendah dan ada noise, sehingga dalam pengemudian
motor induksi dengan pemakaian khusus menggunakan sensor mekanik akan menyulitkan.
Untuk mengontrol kecepatan motor induksi 3 phase menggunakan metode Direct Torque
Control memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah :
1. Tidak membutuhkan transformasi koordinat.
2. Tidak membutuhkan pembangkit pulsa PWM.
3. Tidak membutuhkan regulator arus.
4. Kurang bergantung pada parameter mesin.
Metode Direct Torque Control merupakan tipe kontrol close loop. Kontrol close loop umum
digunakan di dalam pengaturan kecepatan motor induksi karena memberikan respon
kecepatan yang lebih baik dari pada open loop. Kontrol close loop disebut juga kontrol
umpan balik yang menjadikan output sebagai perbandingan dengan input (referensi) untuk
memperoleh suatu error. Didalam suatu sistem yang handal, adanya error merupakan suatu
kerugian. Oleh karena itu, digunakan control PI yang diharapkan dapat menekan error
sampai nilai minimal. Namun hal ini membutuhkan perhitungan matematik yang rumit dan
komplek dalam menentukan Kp dan Ki yang sesuai, agar diperoleh kinerja motor yang bagus.
2.2. Direct Torque Control (DTC)
Direct Torque Control (DTC) adalah kontrol berdasarkan fluks stator dalam
kerangka seferensi stator menggunakan kontrol langsung dari switching inverter. Ide dasar
dari DTC adalah perubahan torsi sebanding dengan slip antara fluk stator dan fluk rotor pada
kondisi fluk bocor stator tetap. Hal ini banyak dikenali untuk pengaturan torsi dan fluk cepat
dan robust. Pada motor induksi dengan rotor sangkar untuk waktu tetap rotor menjadi sangat
besar, fluk bocor rotor berubah perlahan dibanding dengan perubahan fluk bocor stator. Oleh
karena itu, pada keadaan perubahan yang cepat fluk rotor cenderung tidak berubah.
Perubahan cepat dari torsi elektromagnetik dapat dihasilkan dari putaran fluk stator, sebagai
arah torsi. Dengan kata lain fluk stator dapat seketika mempercepat atau memperlambat
dengan menggunakan vektor tegangan stator yang sesuai. Torsi dan fluk kontrol bersama-
sama dan decouple dicapai dengan pengaturan langsung dari tegangan stator, dari error
respon torsi dan fluk. DTC biasanya digunakan sesuai vektor tegangan dalam hal ini untuk
memelihara torsi dan fluk stator dengan dua daerah histerisis, yang menghasilkan perilaku
bang bang dan variasi prosedur frekuensi pensaklaran dan ripple fluk, torsi dan arus yang
penting.

2.3. Kontrol PI
Kontrol PI merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan pada kontrol
loop tertutup. Selain itu sistem ini mudah digabungkan dengan metoda pengaturan yang lain
seperti Fuzzy dan Robust, Sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur yang semakin baik.
Kontrol PI terdiri dari 2 jenis cara pengaturan yang saling dikombinasikan, yaitu Kontrol P
(Proportional) dan Kontrol I (Integral). Masing-masing memiliki parameter tertentu yang
harus diset untuk dapat beroperasi dengan baik, yang disebut sebagai konstanta. Setiap jenis,
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

2.4. Keuntungan motor induksi 3 fasa :

 Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan rotor sangkar.
 Harganya relatif murah dan kehandalannya tinggi.
 Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat sehingga rugi gesekan
kecil.
 Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir tidak diperlukan.

2.5. Kerugian penggunaan motor induksi 3 fasa

 Kecepatan tidak mudah dikontrol


 Power faktor rendah pada beban ringan
 Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal

2.6. Prinsip kerja motor induksi 3 fasa

 Bila sumber tegangan tiga fasa dipasang pada kumparan stator, maka pada kumparan
stator akan timbul medan putar dengan kecepatan, ns = 120f/P , ns = kecepatan
sinkron, f = frekuensi sumber, p = jumlah kutup
 Medan putar stator akan memotong konduktor yang terdapat pada sisi rotor,
akibatnya pada kumparan rotor akan timbul tegangan induksi ( ggl ) sebesar E2s =
44,4fnØ. Keterangan : E = tegangan induksi ggl, f = frekkuensi, N = banyak lilitan, Q
= fluks
 Karena kumparan rotor merupakan kumparan rangkaian tertutup, maka tegangan
induksi akan menghasilkan arus ( I ).
 Adanya arus dalam medan magnet akan menimbulkan gaya ( F ) pada rotor.
 Bila torsi awal yang dihasilkan oleh gaya F pada rotor cukup besar untuk memikul
torsi beban, maka rotor akan berputar searah dengan arah medan putar stator.
 Untuk membangkitkan tegangan induksi E2s agar tetap ada, maka diperlukan adanya
perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan putar
rotor (nr).
 Perbedaan antara kecepatan nr dengan ns disebut dengan slip ( S ) yang dinyatakan
dengan Persamaan S = ns-nr/ns (100%)
 Jika ns = nr tegangan akan terinduksi dan arus tidak mengalir pada rotor, dengan
demikian tidak ada torsi yang dapat dihasilkan. Torsi suatu motor akan timbul
apabila ns > nr.
 Dilihat dari cara kerjanya motor tiga phasa disebut juga dengan motor tak serempak
atau asinkron.
2.7. Konstruksi Motor Induksi 3 fasa
Sebagaimana mesin pada umumnya menunjukkan bahwa motor induksi juga
memiliki konstruksi yang sama baik motor DC maupun AC. Konstruksi dimaksud terdiri dari
2 bagian utama yaitu stator dan rotor. Secara lengkap dan detail dari kedua konstruksi dapat
dilihat pada gambar 1 berikut :

Gambar 2. 4. Kostruksi utama Stator dan Rotor

2.7.1. Stator
Stator pada motor induksi adalah sama dengan yang dimiliki oleh motor sinkron dan
generator sinkron. Konstruksi stator terbuat dari laminasi-laminasi dari bahan besi silikon
dengan ketebalan (4 s/d 5) mm dengan dibuat alur sebagai tempat meletakan
belitan/kumparan, secara detail ditunjukan pada gambar 2 berikut.
Gambar 2. 5. Konstruksi stator dengan alur-alurnya

Dalam alur-alur stator diletakkan belitan stator yang posisinya saling berbeda satu
dengan lainnya, sesuai dengan fase derajat listrik yaitu 120° antar fase (motor 3 fase). Jumlah
gulungan pada stator dibuat sesuai dengan jumlah kutub dan jumlah putaran yang diinginkan
atau ditentukan. Khusus untuk Stator pada motor-motor listrik dengan ukuran kecil dibentuk
dalam potongan utuh. Sedangkan untuk motor-motor dengan ukuran besar adalah tersusun
dari sejumlah besar segmen-segmen laminasi.

2.7.2. Rotor
Ini adalah bagian yang berputar dari motor. Seperti dengan stator atas, rotor terdiri
dari satu set laminasi baja beralur ditekan bersama dalam bentuk jalur magnetik silinder dan
sirkuit listrik. Rangkaian listrik dari rotor dapat berupa :

Menurut jenis rotor pada motor induksi dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
a. Rotor Sangkar Tupai (Squirrel Cage Rotor)
Rotor yang terdiri dari sejumlah lilitan yang berbentuk Batang tembaga yang
dihubungkan singkat pada setiap ujungnya kemudian disatukan (di cor) menjadi satu
kesatuan sebagaimana gambar 2.6.
Gambar 2.6. Rotor sangkar Tupai

Jenis rotor sangkar tupai, yang terdiri dari satu set tembaga atau potongan aluminium
yang dipasang ke dalam slot, yang terhubung ke sebuah akhir-cincin pada setiap akhir rotor.
Konstruksi gulungan rotor ini menyerupai 'kandang tupai'. Potongan aluminium rotor
biasanya dicor mati ke dalam slot rotor, yang membuat konstruksinya sangat kasar. Meskipun
potongan rotor aluminium berada dalam kontak langsung dengan laminasi baja, hampir
semua arus rotor melalui jeruji aluminium dan tidak di laminasi. Sejumlah motor induksi
yang beredar dipasaran maupun yang banyak digunakan sekitar 90% adalah motor induksi
dengan ”Rotor Sangkar”. Alasan umum yang diperoleh adalah karena konstruksi yang
sederhana dan juga lebih murah harganya. Konstruksi rotor sebagaimana gambar 2.7. berikut
ini, menunjukkan konstruksi batang-batang konduktor dari bahan tembaga atau alumunium
yang dihubungkan singkat.
Gambar 2.7. Konstruksi dan bagian dari rotor sangkar

Sejumlah batang-batang konduktor tersebut dimasukkan ke dalam laminasi-laminasi


yang terbuat dari bahan besi silikon serta menjadi satu dengan poros rotor. Sebagaimana
konstruksi tersebut di atas terutama batang-batang konduktor yang terhubung singkat, maka
tidak dimungkinkan untuk menambah ”Tahanan Luar” (yang dipasang secara seri) dengan
rotor guna keperluan ”Pengasutan”. Selain itu pula posisi dari batang-batang
konduktor/tembaga posisinya dibuat tidak paralel (tidak segaris) dengan poros rotor. Posisi
batang konduktor agak dimiringkan sebagaimana terlihat pada gambar 4 di atas.
Alasan diletakan posisi miring dari konduktor terhadap poros adalah :
 Memperhalus suara pada saat motor berputar (memperkecil dengungan
magnetis/suara bising)
 Menghilangkan kecenderungan ”Lock atau mengunci” yang disebabkan karena
interaksi langsung antara medan magnit stator dan rotor.
Pada motor-motor dengan kapasitas kecil, batang-batang konduktor di cor menjadi satu
bagian dengan alumunium alloy. Selain itu pula contoh lainnya adalah ada juga yang rotornya
hanya berupa besi masip tanpa satupun konduktor. Jenis seperti ini biasanya disebut sebagai
”Motor Arus Eddy”.
b. Rotor Belitan (Wound Rotor)
Rotor yang terbuat dari laminasi-laminasi besi dengan alur-alur sebagai tempat
meletakkan belitan (kumparan) dengan ujung-ujung belitan yang juga terhubung singkat
seperti gambar 2.8.

Gambar 2.8. Rotor berlian

Motor dengan jenis rotor belitan biasanya diperlukan pada saat pengasutan atau pengaturan
kecepatan dimana dikehendaki torsi asut yang tinggi

Gambar 2.9. Jenis rotor sangkar dan belitan pada motor induksi 3 fasa
Belitan-belitan yang terpasang pada rotor telah diisolasi sebagaimana belitan yang
terdapat pada stator. Belitan yang ada pada rotor diletakkan juga pada alur-alur rotor dan
pada setiap ujungnya dihubungkan secara langsung pada cincin (slipring) yang posisinya
dibagian depan dari rotor serta menjadi satu dengan poros (gambar 2.6.). Belitan rotor ini di
desain sama dengan kutub yang dimiliki belitan statornya dan selalu dalam bentuk belitan 3
fasa sekalipun statornya hanya 2 fasa. Pengaturan belitan/gulungan/kumparan dilakukan
untuk masing- masing fase adalah sama. Sedangkan pada ujung-ujung dari masing
kumparan/fase yang keluar dihubungkan ke 3 buah cincin (slipring) berdasarkan jumlah
fasenya. Konstruksi slip ring terhubung secara langsung dengan masing-masing sikat.
Dengan demikian, maka pada jenis ini dapat dihungkan secara langsung ke ”Tahanan luar”
guna keperluan pengasutan. Pada gambar 2.7 dan 2.8 di bawah ini menunjukkan detail dari
konstruksi motor induksi dengan rotor sangkar dan rotor belitan termasuk bagian-bagiannya

Gambar 2.10. Konstruksi detail motor induksi dengan ”rotor sangkar”


Gambar 2.11. Konstruksi detail motor induksi dengan ”rotor belitan”

2.8. Parts lainnya


Bagian lain, yang dibutuhkan untuk melengkapi motor induksi adalah:

 Dua flensa di ujung untuk mendukung dua bantalan, satu di drive-end (DE) dan yang
lainnya di non drive-end (NDE)
 Dua bantalan untuk mendukung berputarnya poros, pada DE dan NDE
 Poros baja untuk transmisi torsi ke beban
 Kipas pendingin yang terletak di NDE untuk memberi pendinginan yang kuat untuk
stator dan rotor
 Kotak terminal di atas atau kedua sisi untuk menerima sambungan listrik eksternal
Gambar 2.12. Komponen lainnya pada motor induksi

2.9. Aplikasi Motor Induksi Pada Elevator atau Lift


Salah satu jenis pesawat pengangkat yang berfungsi untuk membawa barang maupun
penumpang dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi ataupun sebaliknya.
Adapun jenis mesin lift dibagi menjadi dua yaitu mesin lift penumpang dan lift barang. Gerak
kerja dari mesin lift ini adalah dengan cara menaik turunkansangkar pada sebuah lorong lift
dimana gerakannya berasal dari putaran motor listrik. Konstuksi umum mesin lift/elevator
berupa sebuah sangkar yang dinaik turunkan oleh mesin pengangkat, dimana yang akan
direncanakan disini adalah dua sangkar tanpa penyeimbang(Counter Weight) yang mana
apabila salah satu sangkar naik maka sangkar yang satu lagi harus turun begitu pula untuk
sebaliknya. Sangkar tersebut dijalankan pada rel-rel dengan menggunakan alat penuntun
sangkar yang terpasang tetap, hal ini dimaksudkan agar lift tersebut tidak bergoyang pada
saat berjalan.
Gambar 2.13. Bagian- bagian elevator
1. Control System
2. Geared Machine
3. Primary Velocity Tranducer
4. Governor
5. Hoisting Ropes
6. Roller Guide/ Guide Shoe
7. Secondary Possition Tranducer
8. Door Operator
9. Entrance Protection System
10. Load Weighing Tranducers
11. Car Safety Device
12. Traveling Cable
13. Elevator Rail
14. Counterweight
15. Compesation Ropes
16. Governor Tension Sheave
17. Counterweight Buffer
18. Car Buffer

Bagian-bagian diatas belum termasuk system control pada rangkaian elecktro penggatur arus
listrik pada elevator. Bagian-bagian rangkaian elektro pengatur arus listriknya adalah :
1. Motor Penggerak

Gambar 2.14. Motor penggerak


Mesin penggerak ini menggunakan motor listrik tiga phase yang putarannya
diteruskan dengan transmisi roda gigi. Motor penggerak ini dilengkapi dengan rem
magnet (magnetic brake) yang berfungsi menahan motor ketika kereta elevator telah
sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur oleh
PLC (Programable Logic Control) . Motor penggerak dalam menarik dan
menurunkan elevator menggunakan tali baja ( rope ) yang melingkar pada puli mesin
( sheave ).

2. Pulley
Sistem pulley dalam konstruksi mesin lift terdiri atas sistem tunggal dan
majemuk.

3. Tali Baja
Tali baja berfungsi untuk meneruskan gerakan dari putaran puli ke gerakan
naik turun sangkar pertama dan sangkar kedua. Jumlah dan diameter tali baja
ditentukan dari besarnya beban yang akan diangkat.

4. Sangkar / Kereta
Sangkar adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengangkut penumpang
maupun barang. sangkar elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail
di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail ( sliding guide ) yang
berfungsi memandu atau menapaki rail. Selain pemandu rail ( sliding guide ) juga
terdapat karet peredam ( silencer rubber ) yang berfungsi untuk mengurangi kejutan
ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain itu pula terdapat pendeteksi beban
( switch overload ) yang terdapat dibawah kereta elevator. Pada pintu kereta elevator
juga terdapat sensor gerak ( safety ray ) dan sensor sentuh (safety shoe) yang
terpasang pada pintu kereta dan berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak
terjepit pintu elevator, didalam kereta elevator juga terdapat tombol-tombol
pemesanan lantai ( floor button ) yang akan dituju oleh pengguna elevator. Kereta
elevator memiliki pintu
otomatis yang digerakkan oleh motor stepper yang bekerja berdasarkan sinyal digital
yang asalnya dari sensor kedekatan ( proximity ) yang berfungsi menentukan level
atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan level atau rata maka motor stepper akan
membuka pintu secara otomatis.

5. Bobot Penyeimbang (Counter Weight)


Penyeimbang (Counter Weight) dimaksudkan untuk mengimbangi dari berat
sangkar sehingga mesin tidak menahan beban yang tinggi. Pada umumnya berat
penyeimbang sama dengan berat maksimum sangkar ditambah 40% - 50% .

6. Rem
Mesin lift dilengkapi dengan rel elektromagnetik tertutup. Yang paling umum
adalah rem lift terdiri dari perakitan kompresi pegas , sepatu rem dengan lapisan, dan
perakitan sebuah solenoida . Bila solenoida tidak berenergi, kekuatan pegas sepatu
rem untuk mencengkeram drum rem yang menimbulkan torsiatau tekanan
pengereman. Magnet dapat mengerahkan gaya horizontal untuk menahan rem terbuka
dan kembali menutup saat tidak digunakan. Hal ini dapat dilakukan secara langsung
di salah satu lengan operasi atau melalui sistem linkage. Dalam kedua kasus, hasilnya
adalah sama. Saat diaktifkan pegas sepatu rem ditarik magnet menjauh dari poros
drum rem bersamaan dengan putaran mesin elevator tersebut.

7. Governor
Governor ini dihubungkan ke kereta dengan menggunakan tali baja
pengaman. Tali pengaman ini meneruskan gerakan dari kereta ke governer dan
memutar roda governor. Apabila kecepatan kereta melebihi kecepaan aman yang
diijinkan, maka governor akan bekerja dengan cara sebagai berikut :
a. Memutus jalur kontrol melalui saklar pembatas kecepatan.
b. Menjepit tali governor dan membuat rem pengaman bekerja
2.10. Perawatan
Hampir semua inti motor dibuat dari baja silikon atau baja gulung dingin yang
dihilangkan karbonnya, sifat-sifat listriknya tidak berubah dengan usia. Walau begitu,
perawatan yang buruk dapat memperburuk efisiensi motor karena umur motor dan
operasi yang tidak handal. Sebagai contoh, pelumasan yang tidak benar dapat
menyebabkan meningkatnya gesekan pada motor dan penggerak transmisi peralatan.
Kehilangan resistansi pada motor, yang meningkat dengan kenaikan suhu. Kondisi
ambien dapat juga memiliki pengaruh yang merusak pada kinerja motor. Sebagai
contoh, suhu ekstrim, kadar debu yang tinggi, atmosfir yang korosif, dan kelembaban
dapat merusak sifat-sifat bahan isolasi; tekanan mekanis karena siklus pembebanan
dapat mengakibatkan kesalahan penggabungan. Perawatan yang tepat diperlukan
untuk menjaga kinerja motor. Sebuah daftar periksa praktek perawatan yang baik
akan meliputi sebagai berikut.
1. Pemeriksaan motor secara teratur untuk pemakaian bearings dan rumahnya (untuk
mengurangi kehilangan karena gesekan) dan untuk kotoran/debu pada saluran
ventilasi motor (untuk menjamin pendinginan motor)
2. Pemeriksaan kondisi beban untuk meyakinkan bahwa motor tidak kelebihan atau
kekurangan beban. Perubahan pada beban motor dari pengujian terakhir
mengindikasikan suatu perubahan pada beban yang digerakkan, penyebabnya yang
harus diketahui.
3. Pemberian pelumas secara teratur. Fihak pembuat biasanya memberi rekomendasi
untuk cara dan waktu pelumasan motor. Pelumasan yang tidak cukup dapat
menimbulkan masalah, seperti yang telah diterangkan diatas. Pelumasan yang
berlebihan dapat juga menimbulkan masalah, misalnya 90 minyak atau gemuk
yang berlebihan dari bearing motor dapat masuk ke motor dan menjenuhkan bahan
isolasi motor, menyebabkan kegagalan dini atau mengakibatkan resiko kebakaran.
4. Pemeriksaan secara berkala untuk sambungan motor yang benar dan peralatan
yang digerakkan. Sambungan yang tidak benar dapat mengakibatkan sumbu as
dan
bearings lebih cepat aus, mengakibatkan kerusakan terhadap motor dan peralatan
yang digerakkan.
5. Dipastikan bahwa kawat pemasok dan ukuran kotak terminal dan pemasangannya
benar. Sambungan-sambungan pada motor dan starter harus diperiksa untuk
meyakinkan kebersihan dan kekencangnya.
6. Penyediaan ventilasi yang cukup dan menjaga agar saluran pendingin motor bersih
untuk membantu penghilangan panas untuk mengurangi kehilangan yang
berlebihan. Umur isolasi pada motor akan lebih lama: untuk setiap kenaikan suhu
operasi motor 10oC diatas suhu puncak yang direkomendasikan, waktu
pegulungan ulang akan lebih cepat, diperkirakan separuhnya.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Motor induksi 3 fasa merupakan motor yg paling banyak d gunakan dalam
bidang industri, karena memiliki keunggulan yang handal, tidak ada kontak antara
rotor dan stator kecuali bearing, tenaga yang besar, daya listrik yang rendah dan
perawatan yang minim.selain itu kontruksinya sangat sederhana sehingga tidak terlalu
sulit dalam perbaikannya apabila terjadi kerusakan pada motor sehingga tidak
menggangu jalannya produksi pada industri.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Jose Antonio Barrado., Robert Grino., Analysis Of Voltage Control For A
Selfexcited Induction Generator Using A Three-Phase Four-Wire Electronic
Converter. Espana.(2007)
[2]. Drs. Yon Rijono., Dasar Teknik Tenaga Listrik, Edisi Revisi,Penerbit Andi
Yogyakarta.(2002)
[3]. Budiyant, Studi Pemanfaatan Motor Induksi Sebagai Generator Induksi, FT
UI.(2003).
[4]. Teguh Tri Lusijarto dan Anjar Susatyo, Mengubah Motor Induksi 3 Phasa
Rotor sangkar menjadi generator Induksi, kedeputian Ilmu Pengetahuan Teknik,
LIPI.(2003).

Anda mungkin juga menyukai