Anda di halaman 1dari 28

DRYING

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

“DRYING”

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Operasi Teknik
Kimia I ini dengan judul “Drying”.
Laporan Resmi ini merupakan salah satu tugas mata kuliah praktikum
Operasi Teknik Kimia I yang diberikan pada semester IV. Laporan ini disusun
berdasarkan pengamatan hingga perhitungan dan dilengkapi dengan teori dari
literatur serta petunjuk asisten pembimbing yang dilaksanakan pada tanggal 17
Februari 2020 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan. Maka dengan rendah hati, kami selalu mengharapkan kritik dan
saran, seluruh asisten dosen yang turut membantu dalam pelaksaan kesempurnaan
laporan ini. Akhirnya penyusun mengharapkan semua laporan praktikum yang
telah disusun ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Fakultas Teknik khususnya
jurusan Teknik Kimia.

Surabaya, 17 Februari 2020

Penyusun

PRAKTIKUM OPERASI 1
TEKNIK KIMIA I
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan .................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................iii
Intisari…………………………………………………………………………….iv
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ............................................................................................1
I.2 Tujuan Percobaan........................................................................................1
I.3 Manfaat........................................................................................................1
Bab II Tinjauan Pustaka
II.1 Secara Umum.............................................................................................2
II.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi...........................................................6
II.3 Sifat Bahan ................................................................................................6
II.4 Hipotesa......................................................................................................8
Bab III Pelaksanaan Praktikum
III.1 Bahan Yang Digunakan............................................................................9
III.2 Alat Yang Digunakan................................................................................9
III.3 Gambar Alat..............................................................................................9
III.4 Rangkaian Alat .......................................................................................10
III.5 Diagram Alir...........................................................................................10
Bab IV Hasil dan Pembahasan
IV.1 Tabel Hasil Perhitungan .........................................................................11
IV.2 Grafik......................................................................................................13
IV.3 Pembahasan............................................................................................15
Bab V Simpulan Saran
V.1 Simpulan……………………………………………………………...…17
V.2 Saran.........................................................................................................17
Daftar Pustaka……………………………………………………………………18
Lampiran 1……………………………………………………………………….19
Lampiran 2………………………………………………………………………2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

Drying merupakan proses pemisahan sejumlah kecil air atau zat lainnya
dari bahan padatan, sehingga mengurangi kandungan air yang terikat pada zat
padat tersebut. Pengeringan ini merupakan proses yang tidak merusak zat atau
senyawa yang dikeringkan. Dasar terjadinya proses pengeringan adalah terjadinya
penguapan air ke udara karena perbedaan suhu oleh kandungan uap air dari bahan
yang dikeringkan. Lalu perpindahan kandungan dari air dalam bahan tersebut.
Proses pengeringan dilakukan dengan cara alami ataupun buatan dengan memakai
alat pengering oven salah satunya .Pada umumnya petani atau produser lebih
memilih pengeringan alami dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari
dibandingkan dengan pengeringan oven keuntungan dari dibawah sinar matahari
adalah murah karena tidak membutuhkan bahan bakar. Dalam industry drying
digunakan dalam mengeringkan kandungan suatu cairan yang terdapat dalam
bahan agar dapat di proses lebih lanjut sehingga drying merupakan proses yang
penting dalam industry sehingga percobaan drying penting dilakukan.
I.2 Tujuan
1. Untuk menentukan laju pengeringan pada bahan yang diuji
2. Untuk menentukan kadar air pada bahan uji dalam proses pengeringan
3. Untuk menentukan pengaruh luas permukaan terhadap laju pengeringan

I.3 Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui factor factor yang mempengaruhi proses
pengeringan
2. Agar praktikan dapat mengaplikasikan pengeringan dalam dunia industri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengeringan

Pada umumnya pengeringan atau drying zat padat berarti pemisahan sejumlah
kecil air atau zat cair lain dari padatan. sehingga mengurangi kandungan sisa zat
cair didalam padatan itu sampai suatu nilai rendah yang dapat di
terima.Pemisahan lain dari zat cair dalam zat padat dapat dilakukan dengan
memeras zat cair secara mekanik hingga keluar atau dengan pemisahan
sentrifugal.Pemisahan zat cair secara mekanik biasanya lebih murah harganya
.Pada zat padat biasanya di dalam berbagai bentuk misalnya serpih (flake) biji-
bijian (granule) kristal (Cristal) serbuk (powder) lempeng (slab) atau lembaran
senambung (continuous sheet) dan masih banyak lagi.

II.1.1 Prinsip-Prinsip Pengeringan

Prinsip-prinsip pengeringan ada beberapa dengan variasi dan bentuk ukuran


pada bahan, keseimbangan basah nya (moisture) serta mekanisme aliran bahan
pembasah itu di dalam zat padat serta metode pemberian kalor yang diperlukan
untuk penguapan semuanya menyebabkan prinsip yang digunakan secara
semikuantitatif:

1. Pola suhu dalam pengering


Gejala perubahan suhu, di dalam pengering bergantung pada sifat
bahan umpan dan bergantung pada sifat zat cair nya suhu medium pemanas ,
waktu pengeringan serta suhu akhir yang diperbolehkan dalam pengeringan zat
padat yang ada di dalamnya.

2. Satuan Perpindahan Kalor


Beberapa pengering adiabatik dinilai menurut jumlah satuan
perpindahan kalor yang terdapat didalamnya. satu-satuan perpindahan kalor
adalah bagian peralatan di mana melibatkan suhu dalam satu fase sama dengan
gaya dorong rata-rata dalam bagian itu.
II.1.2 Peralatan Pengeringan

1. Pengering Talam
Pengeringan ini terdiri dari sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi
2 buah titik yang mendukung itu. Setiap rak mempunyai talam dangkal titik
pengeringan talam sangat bermanfaat bila laju produksi kecil. alat ini dapat
digunakan untuk segala macam bahan, tetapi memerlukan tenaga kerja untuk
pemuatan dan pengosongan serta biaya operasional mahal. pengering talam
beroperasi dalam vakum.

2. Pengering Konveyor-tabir
Pengeringan di mana bahan diangkut melalui terowongan pengering.
keadaan sederetan terpisah yang masing-masing memiliki kipas dan pemanas
udara tersendiri. pada tahap masuk udara mengalir keatas melalui tabir dan zat
pada di dekat ujung keluar dimana bahan yang sudah kering dan mendebut , udara
di alirkan melalui tabir .

3. Pengering Menara
Sederetan talam bundar tersusun dalam suatu proses dengan bentuk poros.
umpan pada dijatuhkan pada talam teratas dan dikenakan pada arus udara panas
atau gas yang melintas talang kemudian dikikis keluar dan dijatuhkan dalam
berikutnya.

4. Pengering Putar
Sebuah selongsong yang berputar horizontal atau agak miring ke bawah ke
arah keluar umpan masuk dari ujung silinder kemudian bahan kering keluar dari
ujung satu lagi.

5. Pengering Konveyor Sekrup


Pengering kontinu kalor tak langsung terdiri dari sebuah conveyor sekrup
horizontal yang terletak dalam selongsong bermantel berbentuk silinder. Suatu zat
padat yang diumpankan di satu ujung diangkut melalui area panas dan dikeluarkan
di ujung lain titik laju putar conveyor biasanya rendah. Antara 2 sampai 30
putaran/menit . Pengering ini dapat menangani zat padat terlalu halus atau lengket.
6. Pengering Hamparan Fluidisasi
Suatu zat padat yang di fluidisasi kan dengan gas pengering banyak
digunakan dalam berbagai masalah pengeringan fluidisasi dalam gas unit
hamparan. Pencampuran dan pemindahan kalor yang berlangsung sangat cepat.
Pengeringan seperti ini dapat dioperasikan secara tumpak.

II.1.3 Mekanisme Pengeringan

Suatu perpindahan kalor dan massa terdapat sekaligus bersama-sama.


Mekanisme pengeringan bergantung pada zat padat dan mekanisme yang
digunakan partikel kristal mengandung zat padat tidak mengandung zat cair,
Sehingga pengeringan pada permukaan saja kemudian zat padat berperan seperti
perak katalis. Mengandung zat cair pada salurannya. Contoh zat padat zat berpori
antara lain jajal koloid seperti sabun, perekat, dan titik, Seperti pada kayu dan
kulit serta berbagai bahan yang digunakan dalam polimer dalam kurung (McCabe,
2005)

Proses pengeringan digolongkan atas pengering langsung dan tidak


langsung. Pengering langsung didicirikan sama dengan adanya kontak langsung
antara bahan basah dan media pemanas: cairan dalam bahan basah akan menguap
dan terbawa oleh media pemanas yaitu udara atau gas pemanas dalam kurung
pengering secara konveksi (peralatan yang digunakan dalam pengeringan)
langsung di contoh:, rotary dryer, spray dryer, fluid bed dryer. Pengeringan tidak
langsung dilakukan dengan memindahkan panas pada dinding pembatas, sehingga
laju pengeringan bergantung pada bidang kontak antara bahan dasar dan bahan
pengering pada bidang pemanas (pengeringan secara konduksi). Contoh
pengalirannya: drum dryer, agitated dryer, freeze dryer, vacuum rotary dryer.

Proses pengeringan secara umum terbagi menjadi empat periode yaitu


Initial adjustment, adalah periode awal di mana kecepatan pengering naik atau
turun dengan cepat. Constantine rate yaitu periode di mana panas yang keluar dari
sekeliling permukaan sama dengan panas yang diserap bahan sehingga kecepatan
pengeringan tetap. Unsaturated Surface yaitu periode dimana kecepatan
pengeringan turun secara linear. internal movement of moisture controls yaitu
periode dimana kecepatan pengeringan turun secara tajam dan tidak beraturan titik
proses perpindahan panas dan terjadi secara simultan dan perpindahan massa .
Perpindahan massa dimulai dari dalam menuju permukaan bahan basah, kemudian
air berdifusi ke udara kering. sedangkan perpindahan panas terjadi dalam
konduksi didalam bahan basah, konveksi dan radiasi (Atika, 2019)

II.1.4 Perpindahan Panas dalam Pengeringan


Pengeringan padatan bahasa merupakan sebuah proses termal. Fenomena
ini terurai berkomposisi oleh difusi dalam padatan atau melalui gas, hal yang
mungkin untuk mengeringkan banyak bahan hanya dengan memanaskan diatas
didih cairan atau jauh diantaranya untuk memisahkan bahan yang diserap. Padatan
basah misalnya dapat dikeringkan dengan paparan uap yang sangat panas.
Koefisien perpindahan panas dalam perhitungan pengering dapat persamaan
perpindahan panas berlaku untuk setiap bagian dari pengeringan bagian
pemanasan awal bagian dimana sebagian berat penguapan terjadi dan bagian
dimana padatan dipanaskan sampai suhu akhir.
´
q = U A ΔT (1)
Dimana:
q = Laju perpindahan panas (W (J/s), Btu/h)
U = Koefisien keseluruhan (W/(m2K), Btu/(ft2 h oF))
A = Luas perpindahan panas (m2, ft2)
dT = (t1 - t2) = Rata-rata suhu (oC, oF)
II.1.5 Perhitungan Waktu Pengeringan dalam Kondisi Pengeringan Konstan
Untuk pengeringan dibawah kondisi konstan waktu pengeringan dapat
ditemukan dari tingkat pengeringan kurva yang telah ada serangkaian satu-satunya
number kurva ini adalah percobaan dari material yang akan dikeringkan dan kurva
laju pengeringan untuk kondisi ini dapat merendahkan dikenalkan untuk kondisi
lain seperti suhu berbeda kecepatan gas atau dimensi sampel dan perkiraan waktu
pengeringan baru menurut definisi:
d mv −ms dx
R= = (2)
A dt A dt
Integrasi dengan x1 dan x2, kecepatan awal dan akhir sebagai berikut:
x1
ms dx
tT = ∫ (3)
A x R 2

(McCabe, 2005)
II.1.6 Moisture Content
Moisture content digunakan sebagai satuan ukuran menentukan kadar
kelembaban
massa awal ( g )−massa akhir (g)
Kandungan air= x 100 %
massa akhir ( g)
(Carneiro, 2018)
Pada pengeringan,dapat kandungan air pada bahan basah turun dengan
seiring lamanya waktu pengering

Gambar 1. Moisture content Vs Waktu Pengeringan


(Atika,2019)
II.1.7 Kurva Kecepatan Pengeringan
Gambar 2. Kecepatan Pengeringan Vs Waktu
Kurva pengeringan seperti pada gambar 2 merupakan model untuk
menunjukkan 3 tahap ; tahap I fase bertambahnya kecepatan,tahap ke II fase laju
konstan, tahap III fase laju menurun (Hariyadi,2018)
II.1.8 Aplikasi Drying dalam Industri Pangan
Pengeringan adalah metode tertua dalam mengawetkan makanan panas
matahari, angin dan api digunakan untuk menghilangkan air dari buah-buahan,
daging, biji-bijian dan rempah-rempah. Pengeringan makanan adalah proses
mengeluarkan air dari makanan dengan menyebarkan udara panas agar mencegah
pertumbuhan enzim dan bakteri. (Ahmed, 2013)
II.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
1. Luas permukaan bahan
Semakin luas permukaan bahan maka pengeringan akan semakin cepat
2. Suhu pengeringan
Semakin besar energi panas maka semakin cepat penghilangan air dari
bahan pangan
3. Aliran udara
Semakin tinggi aliran udara semakin cepat untuk mengalirkan uap yang
keluar dari daerah pengeringan
4. Tekanan uap di udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan. (Nurhadianty, 2018)

II. 3 Sifat Bahan


1. Kentang
Sifat fisika:
a. Berwarna cokelat
b. Berbentuk bulat
c. Berukuran relatif besar

Sifat Kimia:
a. Kadar air dalam kentang sekitar 80%. (Hani, 2012)

Fungsi:
Sebagai bahan yang akan dikeringkan dalam proses pengeringan
2. Ketela Rambat
Sifat Fisika:
a. Berwarna ungu
b. Berbentuk bulat
c. Berukuran rlatif besar
Sifat Kimia :
a. Kadar air kurang dari 65% . (Firgianti,2018)

Fungsi :
Sebagai bahan uji untuk menghitung laju pengeringan
II.4 Hipotesa
Pada percobaan drying diharapkan dengan adanya proses pemanasan dari
draying dapat mengurangi kadar air dalam waktu bahan padatan serta dapat
menentukan luas terhadap laju pengeringan. Semakin besar luas permukaan
semakin cepat laju pengeringannya.
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang digunakan


Umbi-umbian (ketela rambat dan kentang,)

III.2 Alat Yang Digunakan


1. Oven
2. Neraca analitik
3. Pemotong (pisau/cutter)
4. Stopwatch

III.3 Gambar Alat

Oven Neraca analitik Pisau Stopwatch


III.4 Rangkaian Alat

III.5 Diagram Alir

Bahan dikupas kemudian dipotong berbagai


bentuk dan diukur luas

Timbang massa awal bahan

Oven bahan dengan interval waktu tertentu

Timbang bahan setelah oven


BAB IV
Hasil Dan Pembahasan
IV.1 Tabel Perhitungan
Suhu Operasi = 90°C
Tabel 1. Kandungan Air Dalam Sampel

Waktu
Pengeringan Xt
(Menit) Kentang Ketela Rambat
  Bola Kubus Balok Bola Kubus Balok
5 0.1371 0.20256 0.23669 0.17534 0.21017 0.21064
10 0.1150 0.16892 0.19915 0.15073 0.18042 0.19683
15 0.0950 0.14504 0.1716 0.13572 0.13542 0.19224
20 0.0911 0.11458 0.13898 0.11334 0.13048 0.14919
25 0.03543 0.09214 0.11336 0.09207 0.10455 0.12245
30 0.03217 0.06394 0.08262 0.07136 0.07906 0.09329
35 0.02002 0.04504 0.06045 0.05609 0.05585 0.07073
40 0.01812 0.0257 0.03699 0.03903 0.03536 0.04908
45 0.00734 0.01175 0.02823 0.01567 0.01844 0.01529
50 0 0 0 0 0 0
Tabel 2. Drying Rate (R)
Waktu Drying Rate
Pengeringan
(Menit) Kentang Ketela Rambat
  Bola Kubus Balok Bola Kubus Balok
5 0.0135 0.0104 0.0184 0.0173 0.0109 0.0164
10 0.0021 0.0017 0.0029 0.0024 0.0015 0.0010
15 0.0019 0.0012 0.0021 0.0014 0.0023 0.0003
20 0.0004 0.0015 0.0025 0.0022 0.0002 0.0003
25 0.0054 0.0011 0.002 0.0021 0.0013 0.0020
30 0.0003 0.0014 0.0024 0.0020 0.0013 0.0022
35 0.0012 0.0009 0.0017 0.0015 0.0012 0.0017
40 0.0001 0.001 0.0018 0.0016 0.0010 0.0016
45 0.0010 0.0007 0.0006 0.0023 0.0008 0.0026
50 0.0007 0.0006 0.0022 0.0015 0.0009 0.0012
IV.3 Grafik

Kadar Air vs Waktu (Kentang)


0.25

0.2

0.15
Kadar Air

0.1

0.05

0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Menit)

Bola Kubus Balok

Gambar 1. Hubungan Kadar Air Vs Waktu Pada Bahan Kentang

Kadar Air vs Waktu (Ketela)


0.25

0.2

0.15
Kadar Air

0.1

0.05

0
0 10 20 30 40 50 60
Waktu (Menit)

Bola Kubus Balok

Gambar 2. Hubungan Kadar Air Vs Waktu Pada Bahan Ketela


0.02
0.02

Drying Rate(gr/cm^2.menit)
0.02
0.01
0.01
0.01 Bola
0.01 Kubus
Balok
0.01
0
0
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

Kadar Air

Gambar 3. Kecepatan Pengeringan Air Vs Kadar Air Pada Bahan Kentang


0.02
0.02
0.02
Drying Rate(gr/.menit)

0.01
0.01
0.01
Bola
0.01 Kubus
0.01 Balok
0
0
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

Kadar Air

Gambar 3. Kecepatan Pengeringan Air Vs Kadar Air Pada Bahan Ketela


IV.3 Pembahasan
Pada praktikum drying memiliki beberapa tujuan yaitu untuk menentukan
laju pengeringan terhadap bahan yang diuji. Untuk menentukan kadar air dalam
bahan terdapat pada bahan uji setiap interval dari pemanasan. Untuk menentukan
pengaruh luas permukaan terhadap laju pengeringan pada bahan. Pada praktikum
ini diharapkan praktikan dapat mengetahui factor factor yang mempengeruhi
drying dan agar praktikan dapat mengaplikasikan drying dalam dunia industri.
Percobaan praktikum drying menggunakan bahan ketela dan kentang yang
dipotong dengan bentuk berbeda yaitu bola,kubus dan balok.Dimana bahan
kentang memiliki berat secara berturut turut 13.97gr ;13.95gr dan 14.03gr . Berat
bahan ketela berbentuk bola kubus dan balok secara berturut turut 13.98gr ;
14.05gr dan 14.09gr. Pada kentang berbentuk bola memiliki luas permukaan
28,26 cm 2,kubus memiliki luas permukaan 54cm 2 dan balok memilliki luas
permukaan 38,2 cm 2.Pada ketela rambat berbentuk bola memilikia luas
permukaan 28,26cm 2,kubus memiliki luas permukaann 54 cm 2 dan balok memiliki
luas permukaan 36cm2 .
Praktikum dilaksanakan dengan suhu operasi 90°C selama 50 menit dengan
interval 5 menit . Diperoleh data rata rata kadar air dari kentang berbentuk bola
kubus dan balok berturut turut sebesar 0.05504; 0.086966 dan 0.1068. Kadar air
rata rata dari ketela rambat berbentuk bola kubus dan balok berturut turut sebesar
0.08493; 0.09489 dan 0.10997. Besar drying rate rata rata dari bahan kentang
berbentuk bola kubus dan balok selama 50 menit secara berturut turut sebesar
0.00271 gr/menit.cm 2; 0.002094 gr/menit.cm 2; dan 0.00369 gr/menit.cm 2. Besar
drying rate rata rata dari bahan ketela rambat berbentuk bola kubus dan balok
selama 50 menit secara berturut turut sebesar 0.00347 gr/menit.cm 2; 0.00219
gr/menit.cm 2; 0.0033 gr/menit.cm2 .
Setelah dilakukan nya percobaan diperoleh hubungan antara kadar air vs
waktu yang terdapat pada gambar 1 dan gambar 2. Dimana semakin bertambah
nya waktu maka makin berkurang juga kadar air dalam suatu bahan yang
dikeringkan,hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa kadar air akan berbanding
terbalik dengan waktu pengeringan. Pada gambar 3 dan 4 menunjukan hubungan
antara laju pengeringan vs kadar air dimana terbentuk nya grafik yang fluktuatif.
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada menurut (Nurhadianty,2018) dimana
bahwa semakin besar laju pengeringan maka semakin kecil kadar air yang
terkandung dari suatu bahan, lalu ketidaksesuaian ini disebabkan ada beberapa
berat belum konstan karena kesalahan pada bahan uji yang dimasukkan ke
desikator untuk mengikat air dari udara dengan waktu yang berbeda dan
mempengaruhi relative humidity bahan tersebut. Dari 3 macam bentuk bahan
yang diuji, seharusnya kubus memiliki rata-rata laju pengeringan paling besar
karena memiliki luas permukaan yang besar. Hal ini tidak sesuai dengan teori
bahwa bentuk kubus memiliki laju pengeringan yang paling besar karena
memiliki luas permukaan yang paling besar, maka dari itu hubungan antara laju
pengeringan dengan luas permukaan adalah berbanding lurus. Ketidaksesuaian ini
disebabkan oleh kurang presisinya potongan bentuk tiap bahan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

V.1 Simpulan
1. Besar drying rate rata rata dari bahan kentang berbentuk bola kubus dan balok
selama 50 menit secara berturut turut sebesar 0.00271 gr/menit. Cm2; 0.002094
gr/menit.Cm2; dan 0.00369 gr/menit.Cm2. Besar drying rate rata rata dari bahan
ketela rambat berbentuk bola kubus dan balok selama 50 menit secara berturut
turut sebesar 0.00347 gr/menit.Cm2; 0.00219 gr/menit.Cm2; 0.0033 gr/menit.
Cm2
2. Diperoleh data rata rata kadar air dari kentang berbentuk bola kubus dan balok
berturut turut sebesar 0.05504; 0.086966 dan 0.1068. Kadar air rata rata dari
ketela rambat berbentuk bola kubus dan balok berturut turut sebesar 0.08493;
0.09489 dan 0.1099.
3. Pengaruh luas permukaan dengan laju pengeringan adalah berbanding lurus
dimana semakin besar luas permukaan dari suatu benda uji maka laju
pengeringan akan semakin cepat

V.2 Saran
1. Sebaiknya Praktikan memperhatikan berat bahan saat penimbangan agar
mendapat hasil yang lebih akurat
2. Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan suhu operasi pengeringan agar
proses pengeringan berjalan dengan baik
3. Sebaiknya praktikan lebih presisi dalam pemotongan bahan uji agar mendapat
hasil yang lebih akurat
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, dkk. (2013). Different Drying Methods: Their Applications and Recent
Advances. International Journal of Food Nutritions and Safety, 4(1):34-
42.
Ariani, L., Estiasih, T., & Martati, E. (2019). Pengaruh Konvensional Terhadap
Karakteristik Fisik Indigo Bubuk. Jurnal Teknologi Pertanian, 18(2):119-
128.
Atika, V., & Isnaini. (2019). Pengaruh Konvensional Terhadap Karakteristik Fisik
Indigo Bubuk. Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan
Sumber Daya Alam Indonesia, C4:1-6.
Carneiro, d. (2018). The Oven-Drying Method for Determination of Water
Content In Brazil Nut. Bioscience Journal, 34(3):595-602.
Firgianti, G., & Sunyoto, M. (2018). Karakterisasi Fisik dan Kimia Ubi Jalar
Ungu (Ipomoea Batatas L) Varietas Biang Untuk Mendukung Penyediaan
Bahan Baku Tepung Ubi Jalar Ungu. Caraka Tani Agriculture Science
Journal, 2(1):104-110.
Hani, A. M. (2012). Pengeringan Lapisan Tipis Kentang (Solanum Tuberosum L)
Varietas Granola. Program Studi Teknik Pertanian, FAPERTA,
Universitas Hassanudin, Makassar.
Hargianto, R., Chatib, D., & R, M. (2017). Studi Karakteristik Fisiokimia Tepung
Labu Kuning (Cucurbita moschata, Durch). Program Studi Teknik
Pertanian, FAPERTA, Universitas Andalas, Padang.
Hariyadi,Tri.(2018).Pengaruh Suhu Operasi terhadap Penentuan Karakteristik
Pengeringan Basa Sari Buah Tomat Menggunakan Tray Dryer. Journal
Rekayasa Proses.12(2)104-113

McCabe, W. L., Smith, J. C., & Harriott, P. (2005). Unit Operations of Chemical
Engineering Seventh Edition. New York: McGraw Hill International
Edition.
Nurhadianty, d. (2018). Pengantar Teknologi Fermentasi Skala Industri. Malang:
UB Press.
LAMPIRAN 1
1 . Tabel Pengamatan
Tabel 1. Berat Awal dan Dimensi Bahan
Bahan Bentuk Dimensi (cm) Massa awal (gr)

Kentang 1. Bola D=3 13,9754


2. Kubus S=3 13,9546
3. Balok P= 3,5; l=2; t= 2,2 14,0375

Ketela 1. Bola D=3 13,9851


2. Kubus S=3 14,0532
3.Balok p=3; l=2; t= 2,4 14,0925
Tabel 2. Massa Sampel Selama Pengeringan
Waktu
pengeringan Massa Sampel (Gram)
(menit) Kentang Ketela
  Bola Kubus Balok Bola Kubus Balok
0 13.97 13.95 14.90 13.98 14.05 14.09
5 13.17 13.10 12.67 13.33 13.70 13.42
10 12.92 12.73 12.28 13.05 13.36 13.07
15 12.68 12.47 12 12.88 12.84 13.02
20 12.63 12.14 11.66 12.63 12.80 12.55
25 11.99 11.89 11.40 12.39 12.50 12.26
30 11.96 11.59 10.86 12.15 12.22 11.94
35 11.81 11.38 10.86 11.98 11.95 11.69
40 11.79 11.17 10.62 11.78 11.72 11.46
45 11.67 11.02 10.54 11.52 11.53 11.02
50 11.58 10.89 10.24 11.32 11.32 10.92
2 . Perhitungan
1) Luas Permukaan
A. Kentang
1. Bola = 4.π. r2
= 4.3,14.1,52
= 28,26 cm2
2. Kubus = 6. s2
= 6.32
= 54cm2
3. Balok = 2.(p.l+p.t+l.t)
= 2.((3,5.2)+(3,5.2,2)+(2.2,2)
= 38,2 cm2
B. Ketela
1. Bola = 4.π. r2
=4.3,14.1,52
=28,26cm2
2. Kubus = 6. s2
= 6.32
= 54 cm2
3. Balok = 2.(p.l+p.t+l.t)
= 2.((3.2)+(3,2,4)+(2.2,4))
= 36 cm 2
2) Perhitungan Kadar Air
Kadar air dalam kentang berbentuk bola setelah pengeringan
Berat Basah−Berat Kering
Xt =
Berat Kering
1. 5 menit
13,1766−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.13715
2. 10 menit
12,9202−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.11502
3. 15 menit
12,6891−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.09508
4. 20 menit
12,6315−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.09011
5. 25 menit
11,9979−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.03543
6. 30 menit
11,9602−11,5874
Xt =
18,11,5874
= 0.03217
7. 35 menit
11,8194−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.02002
8. 40 menit
11,7974−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.01812
9. 45 menit
11,6724−11,5874
Xt =
11,5874
= 0.00734
10. 50 menit
11,5874−11,5874
Xt =
11,5874
=0

3) Slope
y 2− y 1
Slope¿
x 2−x 1
1. Slope pada grafik = 0.0009
2. 5 menit
0,13715
Slope =
5
= 0,02743
3. 10 menit
(0,1150−0.13715)
Slope =
(10−5)
= -0.0044
4. 15 menit
(0,9508−0,1150)
Slope =
(15−10)
= -0.004
5. 20 menit
(0,09011−0,9508)
Slope =
(20−15)
= -0.001
6. 25 menit
(0,03543−0,09011)
Slope =
(25−20)
= -0.0109
7. 30 menit
(0,03217−0,03543)
Slope =
(30−25)
= -0.0007
8. 35 menit
(0,02002−0,03217)
Slope =
(35−30)
= -0.0024
9. 40 menit
(0,01812−0,02002)
Slope =
(40−35)
= -0.0004
10. 45 menit
(0,00734−0,01812)
Slope =
(45−40)
= -0.0022
11. 50 menit
(0−0,00734)
Slope =
(50−45)
= -0.0015

4) Perhitungan Laju Pengeringan


−Ls dx
R=
A dt
1. 5 menit
(13,9754 x 0,02743)
R=
28,26
= 0.01356 (gr/menit.cm2 ¿
2. 10 menit
(13,9754 x−0,0044 )
R=
28,26
= 0.00219 (gr/menit.cm 2 ¿
3. 15 menit
(13,9754 x−0,004 )
R=
28,26
= 0.00197 (gr/menit.cm2 ¿
4. 20 menit
(13,9754 x−0,001)
R=
28,26
= 0.00049 (gr/menit.cm2 ¿
5. 25 menit
(13,9754 x−0,0109)
R=
28,26
= 0.00541 (gr/menit.cm2 ¿
6. 30 menit
(13,9754 x−0,0007)
R=
28,26
= 0.00032 (gr/menit.cm2 ¿
7. 35 menit
(13,9754 x−0,0024 )
R=
28,26
=0.0012 (gr/menit.cm 2 ¿
8. 40 menit
(13,9754 x−0,0004 )
R=
28,26
= 0.00019 (gr/menit.cm2 ¿
9. 45 menit
(13,9754 x−0,0022)
R=
28,26
= 0.00107 (gr/menit.cm2 ¿
10. 50 menit
(13,9754 x−0,0015)
R=
28,26
= 0.00073 (gr/menit.cm2 ¿
LAMPIRAN 2

Gambar 1. Proses pengeringan bahan Gambar 2. Proses penimbangan

bahan setelah dikeringkan

Anda mungkin juga menyukai