Css Infertilitas
Css Infertilitas
INFERTILITAS
Oleh:
Preseptor:
1
BAB I
PENDAHULUAN
kawin satu tahun atau lebih dan telah melakukan hubungan seksual secara
teratur minimal 2-3 kali dalam seminggu tanpa memakai kontrasepsi tapi
tidak memperoleh kehamilan. Menurut WHO infertilitas dibagi atas dua, yaitu
Penyebab infertilitas harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu istri dan
suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu
kesatuan adalah adanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas
suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma,
idiopatik.
pasangan infertil, banyak terjadi pada pasangan yang lebih tua. Lebih kurang
seperlima pasangan usia subur di Amerika Serikat adalah pasangan infertil. Lima
2
berkunjung ke klinik fertilitas, sebesar 21 % perempuan berumur di bawah 35
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Infertilitas adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin
satu tahun atau lebih dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur
minimal 2-3 kali dalam seminggu tanpa memakai kontrasepsi tapi tidak
memperoleh kehamilan. Dari pengertian infertil ini terdapat tiga factor yang harus
sebagai primer jika sebelumnya pasangan suami istri belum pernah mengalami
kehamilan. Sementara itu, infertilitas dikatakan sekunder jika pasangan suami istri
mengalami kehamilan dalam kurun waktu satu tahun pertama pernikahan bila
2.3 Epidemiologi
4
infertilitas yang tidak diketahi dengan pasti karena sangat bervariasi dan banyak
infertilitas pada 8-10% pasangan, yaitu sekitar 50 juta hingga 80 juta pasangan. Di
Eropa angka kejadiannya mencapai 14%. Pada tahun 2002, dua juta wanita usia
berdasarkan survey kesehatan rumah tangga tahun 1996, diperkirakan ada 3,5juta
meningkat mencapai 15-20 persen dari sekitar 50 juta pasangan. Infertilitas dapat
disebabkan oleh pihak istri maupun suami. Kondisi yang menyebabkan infertilitas
dari faktor istri didapatkan sebanyak 65%, factor suami 20%, kondisi lain-lain dan
dengan permasalahan dari pihak istri adalah tuba (27,4%), tidak diketahui
seksual (2,7%). Angka kejadian infertilitas pada wanita terjadi pada berbagai
rentang umur, 20-29 tahun (64,5%), 30-39 tahun (20%), 40-49 tahun (11,8%),
diatas 50 tahun (3,7%). Penelitian lain nya menemukan 54,4% wanita infertile
merupakan wanita yang bekerja penuh waktu, 33,3 % wanita yang bekerja paruh
waktu, 3,5% merupakan ibu rumah tangga. Sebanyak 84% perempuan akan
mengalami kehamilan dalam kurun waktu satu tahun pertama pernikahan bila
mereka melakukan hubungan suami istri secara teratur tanpa menggunakan alat-
alat kontrasepsi. Angka kehamilan kumulatif akan meningkat menjadi 92% ketika
5
2.4 Etiologi/Faktor Penyebab
Penyebab terjadinya infertilitas pada pria dapat dibagi menjadi beberapa golongan
Hal ini dapat terjadi oleh karena kelainan seperti undescend testis, defek
Varikokel merupakan suatu keadaan dimana adanya dilatasi vena. Aliran darah
membesar sehingga akan meningkatkan suhu testis dan pada akhirnya akan
saluran dari testis sampai ke uretra, dan apabila terjadi kerusakan pada saluran-
saluran ini maka akan dapat menghambat pengeluaran sperma dan bisa
teratozoospermia.
Kelainan ini dapat disebabkan oleh ejakulasi dini, ejakulasi retrogard, penyakit
genetik seperti fibrosis kistik, kelainan struktural, atau kerusakan pada saluran
reproduksi akibat trauma. Sperma pada laki-laki melalui beberapa saluran dari
testis sampai ke uretra, dan apabila terjadi kerusakan pada saluran-saluran ini
6
maka akan dapat menghambat pengeluaran sperma dan bisa berakhir pada
infertilitas. Kerusakan saluran ini dapat berupa kelainan genetik, namun yang
c. Bentuk unexplained infertility pada pria dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti stres kronis, gangguan kelenjar endokrin akibat polusi lingkungan, dan
kelainan genetik.
1. Non-Organik
a. Usia
usia 35 tahun atau 77% perempuan subur di usia 38 tahun akan mengalami
kehamilan dalam kurun waktu tiga tahun lama pernikahan. Ketika usia istri
mencapai 40 tahun maka kesempatan untuk hamil hanya sebesar lima persen per
b. Frekuensi Senggama
istri melakukan hubungan suami istri dengan frekuensi 2 - 3 kali dalam seminggu.
7
ovulasi, justru akan meningkatkan kejadian stres bagi pasangan suami istri
c. Pola Hidup
o Merokok
o Berat Badan
Perempuan dengan indeks massa tubuh yang lebih dari 29, yang
hamil. Usaha yang paling baik untuk menurunkan berat badan adalah
2. Organik
a. Masalah Vagina
Terjadinya proses reproduksi manusia sangat terkait dengan kondisi vagina yang
sehat dan berfungsi normal. Masalah pada vagina yang memiliki kaitan erat
nyaman atau rasa nyeri saat melakukan sanggama. Dispareunia dapat dialami
8
Pada perempuan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperi:
adanya rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi ke dalam vagina. Hal
ini bukan disebabkan oleh kurangnya zat lubrikans atau pelumas vagina,
tetapi terutama disebabkan oleh diameter liang vagina yang terlalu sempit,
terjadi kesulitan penetrasi vagina oleh penis. Penyempitan liang vagina ini
oleh operasi di vagina sebelumnya seperti episiotomi atau karena luka trauma
b. Masalah Uterus
memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas adalah serviks, kavum uteri, dan
Faktor serviks
9
trakomatis di serviks seringkali memiliki kaitan erat dengan peningkatan
Faktor yang terkait dengan kavum uteri meliputi kelainan anatomi kavum
Kelainan anatomi kavum uteri. Adanya septum pada kavum uteri, tentu
Tidak terdapat kaitan yang erat antara septum uteri ini dengan peningkatan
kejadian infertilitas. Namun, terdapat kaitan yang erat antara septum uteri
dengan infertilitas.
Faktor miometrium
Mioma uteri merupakan tumor jinak uterus yang berasal dari peningkatan
fertilitas kemungkinan terkait dengan sumbatan pada tuba, sumbatan pada kanalis
10
c. Masalah Tuba
Tuba Fallopii memiliki peran yang besar di dalam proses fertilisasi, karena
tuba berperan di dalam proses transpor sperma, kapasitas sperma proses fertilisasi,
terhadap angka fertilitas. Keiainan tuba yang seringkali dijumpai pada penderita
infertilitas adalah sumbatan tuba baik pada pangkal, pada bagian tengah tuba,
maupun pada uiung distal dari tuba. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, tuba
yang tersumbat dapat tampil dengan bentuk dan ukuran yang normal, tetapi dapat
Infeksi
Infeksi bisa disebabkan baik oleh bakteri maupun virus yang biasanya
inflamasi pada tuba sehingga terjadi scar dan kerusakan pada tuba.
Riwayat Operasi
terjadinya adhesi yang dapat mempengaruhi tuba sehingga sel telur tidak
dapat melewatinya.
Kehamilan ektopik
11
d. Masalah Ovarium
Masalah utama yang terkait dengan fertilitas adalah terkait dengan fungsi ovulasi.
Gangguan Hormonal
Disfungsi Hipotalamus-Hipofisis
Stress fisik atau emosi yang berlebih, berat badan yang kurang atau erlebih
dapat mempengaruhi ovulasi. Tanda dari kelainan ini adalah periode absen
folikel tidak dapat menjadi matur dan ovulasi tidak terjadi. Selain itu infeksi
Menopause prematur
Hal ini jarang terjadi dan belum dapat dijelaskan bagaimana hal ni
menyerang jaringan ovarium atau karena adanya pengaruh genetik. Hal ini
12
menyebabkan gangguan produksi sel telur dari ovarium serta penurunan
yang seringkali dijumpai pada kasus infertilitas. Pada penyakit ini, tubuh
obesitas. Saat ini untuk menegakkan diagnosis sindrom ovarium polikistik iika
ultrasonografi (USG).
biokimiawi.
Empat puluh sampai tujuh puluh persen kasus sindrom ovarium polikistik
polikistik.
untuk pertama kali. Jika pasangan telah melakukan usaha untuk memperoleh
kehamilan selama kurang dari 1 tahun, maka pengajuan beberapa pertanyaan guna
13
bedah pelvis, atau orkidopeksi yang tidak bisa dihindari. Jika riwayat medis
pasangan hasilnya normal, maka pasien harus diberi penjelasan mengenai harapan
peluang kehamilan kumulatif selama satu periode waktu dan investigasi sebaiknya
Pemeriksaan dasar merupakan hal yang sangat penting dalam tata laksana
terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat, sehingga penderita infertilitas dapat
a. Anamnesis
Pada awal pertemuan, penting sekali untuk memperoleh data pada istri,
seperti :
Usia
terakhir.
14
aktivitas fisik saat haid akibat nyeri atau terdapat penggunaan obat
Riwayat kehamilan
b. Pemeriksaan Fisik
dikaitkan dengan penampilan pasien yang terlalu kurus dan perlu dipikirkan
adanya penyakit kronis seperti infeksi tuberkulosis (TBC), kanker, atau masalah
pertumbuhan rambut abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada yang
lebat, bulu kaki yang lebat dan sebagainya (hirsutisme) atau pertumbuhan jerawat
yang banyak dan tidak normal pada perempuan, seringkali terkait dengan kondisi
c. Penilaian Ovulasi
15
kehamilan pada wanita normal di usia yang sama. Sangatlah penting untuk
memastikan apakah ovulasi terjadi. Cara yang optimal untuk mengukur ovulasi
pada wanita yang memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur adalah dengan
(luteinizing hormone) pada fase folikular dan progesteron pada fase luteal.
informasi tentang interaksi antara sperma dengan getah serviks. UPS dilakukan 2
– 3 hari sebelum perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit” dari getah serviks
kualitas sperma, fungsi getah serviks dan keramahan getah serviks terhadap
sperma.
a. Histerosalpingografi (HSG)
menggambarkan rongga uterus dan tuba Fallopi dan sedikit komplikasi. Pada
tahap ini dilakukan pemeriksaan HSG untuk menilai patensi tuba. Pada suatu
16
bahwa sensitivitas dan spesivisitas HSG untuk patensi tuba secara berturut-turut
Cara lain untuk memeriksa patensi tuba yaitu dengan pertubasi. Pertubasia
atau uji Rubin, bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas
CO2 melalui kanula atau kateter Foley yang dipasang pada kanalis servikalis.
Apabila kanalis servikouteri dan salah satu atau kedua tubanya paten, maka gas
akan mengalir bebas ke dalam kavum peritoneum. Tanda lain yang menyokong
patensi tuba adalah terdengarnya pada auskultasi suprasimfisis tiupan gas masuk
ke dalam kavum peritonei seperti “bunyi jet” setelah pasien dipersilahkan duduk
17
c. Skrotum
Skrotum harus diraba untuk menilai kemungkinan skrotum terisi banyak
cairan, terdapat hernia skrotalis atau terdapat varikokel. Jumlah testis,
volume testis dan turunnya testis ke dalam skrotum juga perlu
diperhatikan.11
2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Suhu Basal Badan (SBB)
siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB
diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur,
ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita
b. Uji Pakis
glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang
cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan
kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak
pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke- 23
ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat
menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering
c. Pemeriksaan Hormon
adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesteron pada
fase luteal madia, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya haid.
18
Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesteron fase luteal madia
Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia menjadi tidak memiliki
nilai diagnostik yang baik jika terdapat siklus haid yang tidak normal seperti
siklus haid yang jarang (lebih dari 35 hari), atau siklus haid yang terlalu sering
(kurang dari 21 hari). Pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan
prolactin hanya dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak
berovulasi, terdapat keluhan galaktore atau terdapat kelainan fisik atau gejala
hormone (FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3 - 5) terutama jika
hirsutisme atau akne yang banyak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar
testosteron atau pemerlksaan free androgen index (FAI), yaitu dengan melakukan
kajian terhadap kadar testosteron yang terikat dengan sex bormone binding
d. Analisis Sperma
Pemeriksaan dasar yang wajib dikerjakan pada pasangan suami istri
dengan masalah infertilitas adalah pemeriksaan analisis sperma. Sebelum
dilakukan analisis sperma, dilakukan tahap pra analisis yang dapat mempengaruhi
hasil analisis sperma, yaitu sebagai berikut 12:
a. Sediaan diambil setelah abstinensia sedikitnya 48 jam dan tidak
lebih dari 7 hari
19
b. Oleh karena variasi yang besar dalam produksi semen dapat terjadi
pada seseorang, sebaiknya dilakukan pemeriksaan dua sediaan.
Waktu antara kedua pemeriksaan tersebut tidak boleh kurang dari 7
hari atau kurang dari 3 bulan
c. Sebaiknya sediaan dikeluarkan dalam kamar yang tenang dekat
laboratorium. Jika tidak, maka sediaan harus diantar ke
laboratorium dalam waktu satu jam setelah dikeluarkan dan jika
motilitas sperma sangat rendah (< 25% bergerak maju terus),
sediaan kedua harus diperiksa secepatnya.
d. Sediaan sebaiknya diperoleh dengan cara masturbasi dan
ditampung dalam botol kaca atau plastik bermulut lebar.
e. Gunakan kondom dengan bahan plastik khusus (Mylex) atau
penyimpan cairan khusus (HDC corporation, Mountian view,
calif). Kondom biasa sebaiknya tidak digunakan untuk menampung
semen karena mengandung spermatisid.
f. Coitus interuptus tidak dapat dipakai untuk mendapatkan siapan
karena ada kemungkinan bagian pertama ejakulat yang
mengandung sperma paling banyak akan hilang. Selain itu juga
akan terjadi kontaminasi seluler dan bakteri pada siapan serta dapat
terjadi pula pengaruh kurang baik terhadap motilitas sperma
sebagai akibat PH cairan vagina yang asam.
g. Siapan yang tidak lengkap sebaiknya tidak diperiksa, terutama jika
bagian pertama ejakulat hilang.
h. Siapan harus dilindungi terhadap suhu yang ekstrim selama
pengangkutan ke laboratorium (suhu antara 20-400 C)
i. Botol harus diberi label dengan nama penderita, tanggal
pengumpulan, dan lamanya abstinensia
Analisis sperma meliputi pemeriksaan makroskopis dan
mikroskopis 12
a. Pemeriksaan Makroskopis
1) Warna
20
Warna normal adalah putih/agak keruh. Kadang-kadang
ditemukan juga warna kekuningan atau merah. Warna
kekuningan mungkin disebabkan karena radang saluran
kencing atau abstinensia terlalu lama. Warna merah biasanya
oleh karena tercemar sel eritrosit (hemospermi)
2) Volume
Cairan semen yang ditampung diukur dan diukur dengan
gelas ukur, dan dikatakan normospermi bila volumeya normal,
yaitu 2-6 ml, dengan harga rata-rata 2-3,5 ml. Aspermi bila
tidak keluar sperma pada waktu ejakulasi. Hiperspermi bila
volume lebih dari 6 ml. Hipospermi bila volume kurang dari 1
ml.
3) Bau
Spermatozoa mempunyai bau khas yang mungkin
disebabkan oleh proses oksidasi dari spermia yang diproduksi
oleh prostat. Semen dapat berbau busuk atau amis bila terjadi
infeksi.
4) PH
Cara untuk mengetahui keasaman semen digunakan kertas
PH atau lakmus, biasanya sifatnya sedikit alkalis. Semen yang
terlalu lama akan berubah PHnya. Pada infeksi akut kelenjar
prostat, Phnya berubah menjadi di atas 8 atau menjadi 7,2
misalnya pada infeksi kronis organ-organ tadi. WHO memakai
kriteria yang normal yang lazim, yaitu 7,2-7,8.
5) Viskositas
Viskositas semen diukur setelah mengalami likuefaksi betul
(15-20 menit setelah ejakulasi). Pengukuran dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu:
a) Dengan pipet pastur: Semen diisap ke dalam pipet tersebut,
pada waktu pipet diangkat maka akan tertinggal semen
berbentuk benang pada ujung pipet. Panjang benang diukur,
normal panjangnya 3-5 cm.
21
b) Menggunakan pipet yang sudah mengalami standarisasi
(Elliaon). Pipet dalam posisi tegak, lalu diukur waktu yang
diperlukan setetes semen untuk lepas dari ujung pipet tadi.
Angka normal adalah 1-2 detik.
6) Likuefaksi
Semen normal pada suhu ruangan akan mengalami
likuefaksi dalam waktu 60 menit, walau pada umumnya sudah
terjadi dalam 15 menit. Pada beberapa kasus, likuefaksi
lengkap tidak terjadi dalam 60 menit. Hal ini bisa terjadi bila
mengandung granula seperti jelly (badan gelatin yang tidak
mencair), tetapi tidak memiliki makna secara klinis. Bila hal
ini ditemukan akan sangat mengganggu dalam analisis semen,
sehingga perlu dibantu dengan pencampuran enzimatis.
b. Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis meliputi:
1) Jumlah spermatozoa per ml
Konsentrasi sperma ialah jumlah spermatozoa per ml
sperma. Jumlah spermatozoa total ialah jumlah seluruh
spermatozoa dalam ejakulat. Berikut ini adalah klasifikasinya:
a) Normal: jumlah spermatozoa di atas 60 juta/ml
b) Subfertil: 20-60 juta /ml
c) Steril: 20 juta atau kurang/ml
Namun, WHO menganggap jumlah sperma 20 juta/ml atau
lebih masih dianggap normal.
2) Jumlah spermatozoa motil per ml/persentase spermatozoa motil
Motilitas sperma dipengaruhi oleh adanya perubahan PH,
infeksi, morfologi, pematangan, dan gangguan hormonal.
Namun, secara garis besar WHO dan beberapa ahli berpendapat
motilitas dianggap normal bila 50% atau lebih bergerak maju
atau 25% atau lebih bergerak maju dengan cepat dalam waktu
60 menit setelah ditampung.
22
Di bawah ini terdaftar kriteria semen normal yang umum dipakai menurut WHO
Kriteria Jumlah
PH 7,2-7,8
3) Kecepatan
Semen yang tidak diencerkan diteteskan ke dalam titik
hitung, tentukan waktu yang dibutuhkan satu spermatozoa
untuk menempuh jarak 1/20 mm, pada keadaan normal
dibutuhkan 1-1,4 detik, ini disebut normokinetik.
4) Morfologi
23
Morfologi spermatozoa yang normal ditentukan oleh
bentuk kepala, leher, tanpa adanya sitoplasmik “droplets” dan
bentuk ekor. Semen yang normal mengandung setidaknya
48%-50% spermatozoa normal.
2.6 Penanganan infertilitas
A. Pengobatan Wanita
wanita dengan amenore atau yang mempunyai menstruasi tidak teratur. Adapun
1. Klomifen sitrat
denganefek agonis dan antagonis estrogen.CC diberikan secara oral dimulai pada
hari ke-3 siklus haid selama 5 hari. Dosis dimulai dengan pemberian awal 50 mg
per hari selama 5 hari dan dapat ditingkatkan 50 mg setiap siklus sampai tercapai
ovulasi. Dosis maksimal 150–200 mg, Monitoring setelah pemberian adalah suhu
basal badan dan kadar LH urin. Kadar lonjakan LH biasanya terjadi setelah 5–12
secara serial dapat diukur jumlah dan besar folikel, sehingga dapat diperkirakan
terjadinya ovulasi pada wanita dengan amenore atau menstruasi tidak teratur.
Clomifen dapat digunakan pada wanita dengan infertilitas yang tak diketahui dan
menempati reseptornya di otak. Oleh karena jumlah estrogen yang terikat dengan
reseptornya sedikit maka tubuh akan memberikan sinyal ke otak bahwa mereka
kekurangan estrogen dan hal ini akan merangsang pelepasan hormon FSH dan LH
24
ke dalam pembuluh darah. Tingginya kadar FSH akan menstimulasi ovarium
untuk membentuk folikel yang berisi sel telur, dan tinginya kadar LH akan
menyebabkan pelepasan sel telur dari folikel matur dalam sebuah proses yang
pada wanita dengan PCOS, terbukti sekitar 70%-80% penderita PCOS akan
2. Gonadotropin
adalah FSH dan LH. 2 hormon ini disebut gonadotropin. Ada beberapa jenis
antara lain:
GnRH dilepaskan secara teratur dalam interval antara 60-120 menit selama
fase folikular dalam siklus haid yang normal. Sekresi GnRH secara pulsatil dari
25
mensekresikan LH dan FSH. Pemberian medikasi ini melalui pompa yang
dipasang pada ikat pinggang dan dipakai sepanjang waktu. pompa ini akan
memberikan dosis kecil yang teratur kepada pasien melalui sebuah jarum yang
ditempatkan dibawah kulit atau didalam pembuluh darah. Namun hal ini bisa
4. Dopamin Agonist
ovulasi pada wanita dan hal ini akan menyebabkan terjadinya menstruasi yang
tidak teratur dan bahkan hingga berhenti sama sekali. Dopamin agonist seperti
bromokroptin dan cabergolin melalui oral dapat mencegah hal ini dengan
Terapi Bedah
Sebagai contoh, operasi merupakan pilihan terapi untuk beberapa kelainan tuba,
PCOS, adhesi, endometriosis, dan kelainan uterus. Terapi bedah untuk infertilitas
antara lain:
1. Ovarian Drilling
drilling atau ovarian diathermy. Prosedur ini berguna untuk wanita dengan
26
beberapa insisi kecil dilakukan pada ovarium dengan menggunakan panas atau
Penutupan atau kerusakan pada tuba fallopi dapat diatasi dengan berbagai
macam jenis prosedur operasi tergantung dari lokasi penutupan dan jenis
kerusakannnya.
digunakan untuk mendiagnosis masalah pada uterus dan tuba fallopi. HSG
reproduksi dari uterus sampai ke tuba fallopi melalui kateter dari serviks.
27
laparoskopi. Salfingostomi dapat dilakukan pada pengobatan kehamilan
uterus. Hal ini dilakukan dengan menggunakan sebuah tabung plastik yang
waktu terjadinya ovulasi pada sang wanita. Untuk melakukan teknik ini, sang
wanita harus mempunyai uterus dan tuba fallopi yang normal. IUI ini
28
2. In Vitro Fertilisation (IVF)
IVF berarti fertilisasi yang dilakukan diluar tubuh. Dalam proses IVF, pasien
memproduksi lebih banyak sel telur. Ketika sel telur sudah terbentuk, sel telur
tersebut akan diambil melalui operasi kecil. Sel telur kemudian akan dicampur
agar sperma dapat membuahi sel telur dan membentuk embrio. Embrio tersebut
dalam hal ini progesteron dan hCG. IVF merupakan terapi yang sangat
berguna bagi wanita dengan kerusakan tuba, infertilitas yang tak diketahui,
29
3. Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT) dan Zygote Intrafallopian Transfer
(ZIFT)
Teknik pengambilan sel telur dan sperma pada GIFT dilakukan dengan cara
yang sama seperti pada IVF. Sel telur dan sperma kemudian dicampur dan
kateter kecil melalui serviks. Dengan sperma secara natural membuahi sel telur
di tuba fallopi. Untuk itu tuba fallopi sang wanita haruslah sehat. Tidak
berbeda jauh dengan GIFT, ZIFT dilakukan dengan cara yang sama, tetapi
pada ZIFT yang dipindah ke tuba fallopi adalah dalam bentuk zigot bukan sel
telur dan sperma seperti pada GIFT. Kedua teknik ini sekarang sudah
IVF, namun prosedur pelaksanaannya lebih rumit dan tidak nyaman bagi
pasien.
Gambar 4 GIFT
Sumber : apbrwww5.apsu.edu
30
Gambar 5 ZIFT
Sumber : apbrwww5.apsu.edu
Substansi didalam sel telur disebut sitoplasma, dan ICSI merupakan suatu
ke sitoplasma dari sel telur. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan jarum
mikro. Sel telur yang sudah dimasuki sperma ini kemudian ditempatkan di
dalam uterus sama seperti IVF. Teknik ICSI ini berguna untuk pasangan yang
tidak berhasil dengan IVF, atau bila kualitas sperma yang baik terlalu sedikit
untuk dilakukan IVF. ICSI mempunyai angka fertilisasi yang tinggi namun
Gambar 6 ICSI
Sumber : infert.com.br
31
2.7 Prognosis
seksual dan lamanya perkawinan). Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur
32
BAB 3
PENUTUP
Infertilitas memberikan dampak yang serius bagi pasangan suami istri, mulai dari
dampak medis, ekonomi dan psikologis. Infertilitas dapat terjadi baik oleh karena
faktor istri maupun faktor suami dan dapat juga tidak diketahui penyebabnya
(idiopatik). Oleh sebab itu, dalam menangani kasus infertilitas, pasangan suami
istri harus diperlakukan sebagai satu kesatuan sehingga penyebab infertilitas dapat
diketahui. Baik suami dan istri harus sama-sama bekerja sama dan diperiksa untuk
faktor istri atau suami. Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat menjadi pilihan
33
DAFTAR PUSTAKA
34
12. Kuswondo, Gunawan. 2002. Analisis Semen pada Pasangan Infertil.
Thesis. Semarang: Bagian/SMF Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi.
13. Arsyad, K.M. 1992. Tatacara Penanganan Infertilitas Pria. Jurnal Cermin
Dunia Kedokteran No. 74, 1992
35