Anda di halaman 1dari 16

BAB II 

TINJAUAN PUSTAKA

 2.1 Tinjauan Umum Tentang Down Sindrom

 2.1.1 Defenisi Down Sindrom 

 Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya
kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi individu
dengan 47 kromosom. Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866.

Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang
diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat
kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.

Anak dengan sindrom down adalah indvidu yang dapat dikenal dari fenotifnya dan mempunyai
kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebihan.
perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa factor seperti kelainan jantung
congenital,hipotenia yang berat,masalah biologis atau lingkungan lainnya yang dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motarik dan keterampilan untuk menolong diri
sendiri. (Depkes, 2007).

 2.1.2 Faktor-Faktor Terjadinya Down Sindrom 

 Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom (Kejadian Non Disjunctional)
adalah:

1. Genetik 
Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang
bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down.

2. Radiasi 

Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan syndrom
down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi.

3. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan.

4. Umur Ibu 
 Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat
menyebabkan “non dijunction” pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya
sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi
estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH
secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.

5. Umur Ayah
Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan
frekuensi koitus. Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut :

1. Gangguan tiroid.

2. Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa.

3. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea.

4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan


kepribadian).

2.1.3 Gejala Atau Tanda-Tanda

Gejala yang muncul akibat sindrom down dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama
sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas. Penderita dengan tanda khas sangat
mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang
relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian anteroposterior kepala mendatar. Pada
bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar, mulut yang mengecil dan lidah yang
menonjol keluar (macroglossia). Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah
membentuk lipatan (epicanthal folds).

2.1.3.1 Gejala Klinis Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya
kurang dari normal.

2.1.3.2 Gejala-Gejala Lain :

1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya
sebaya.

2.Kepandaiannya lebih rendah dari normal.

3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan
menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.
4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan.

5. Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus (penyumbatan
kerongkongan) dan atresia duodenum, juga memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik
akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan
hati, bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI.
2.1.4 Pencegahan

1. Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat
membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down.

2. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan “ gene targeting “ atau yang dikenal juga
sebagai “ homologous recombination “ sebuah gen dapat dinonaktifkan.

2.1.5 Penanganan Secara Medis

1. Pendengarannya : sekitar 70-80% anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran


dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.

2. Penyakit jantung bawaan.

3. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.

4. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.

5. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial.


Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang
kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa
spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis.
2.1.6 Penyembuhan Penderita Down Sindrom

Walaupun secara medis tidak ada pengobatan pada penderita down sindrom karena cacatnya
pada sel benih yang dibawah dari dalam kandungan, akan tetapi ada beberapa latihan yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan intelejesinya yaitu:

a. Latihan otot Pada saat masih bayi orang tua dapat melatih kelemahan otot misalnya dengan
menggantungkan kepala bayi pada ujung bantal sehingga bayi akan berusaha untuk mengangkat
kepala, hal ini akan melatih otot-otot leher.

b. Latihan dasar terpusat Latihan ini diberikan pada anak-anak usia taman kanak-kanak, disuatu
tempat tertentu atau terpusat. Biasanya diberikan 3-5 jam per hari selama 5 hari berturut-turut per
minggunya.

c.Latihan kombinasi Latihan kombinsai ini dilakukan antara dirumah atau ditempat terpusat.
Biasanya latihan ini diberikan pada anak-anak dengan gangguan fisik, sehingga tidak bisa secara
rutin datang kesekolah atau ketempat tertentu.

d. Konsultasi Latihan konsultasi hanya dilakukan pada saat- saat tertentu, seprti datang
keseorang ahli seperti dokter anak, ahli jiwa, atau ahli fisioterapi.latihan secara resmi dari pusat-
pusat pendidikan seperti sekolah sheltered workshop memang dibutuhkan secara
berkesinambungan,tetapi interaksi orang tua sangat di buthkan untuk perkembangan anak
terutama pada latihan dini, disinilah peran orang tua menjadi sangat penting. Orangtua jarang
sekali berpendapat bahwa anak itu cacat sehingga dibiarkan apa adanya atau pasrah pada
pendidikan normal.

e. Terapi Kemampuan motorik halus sering kali tertinggal dari kemampuan motorik kasar. Anak-
anak diajarkan keterampilan praktis . keterampilan yang diajarkan disesuaikan dengan keinginan
dan tingkat kemudahan aktifitas menurut anak. Keterampilan individual ini sering kali lebih
cepat dipelajari karena anak sangat termotivasi. intervensi tidak divokuskan terlalu banyak
penyusunan puzzje dan balok, namun dikonsentrasikan pada keterampilan untuk menolong diri
sendiri seperti berpakaian, latihan buang air, serta berbagi dengan anak lain. Latihan motorik
halus membantu penderita sindrom down meningkatkan ketempilan koordinasi mata dan tangan,
serta sejumlah keterampilan akademik dini. Penderita sindrom down biasanya mempunyai
kesulitan bicara. tetapi bicara mengajarkan anak-anak sindrom down, bagaima cara
berkomunikasi. terapi ini dimulai dari pengalaman, penggunaan bahasa, perkataan resftip,
perkataan ekpresif serta kejelasan bicara. Terapi ini juga membantu anak-anak yang mempunyai
kesulitan makan.sejak berusia 1 tahun dapat dimulai pengajaran untuk menjaga agar lidah tetap
didalam mulut dengan komunikasi verbal ataupun dengan sentuhan. Setelah itu berilah pujian.
Dengan cara ini, biasanya anak sudah berhenti mencucurkan air liur pada waktu mereka berusia
4 tahun. Perhatikan pula kemampuan kognitif dini seperti mencocokkan dan memilah bentuk dan
warna. Keterampilan akademik dini pada akhirnya mendasari keterampilan membaca, menulis,
dan mengerjakan bilangan. Latihan juga untuk dapat mengerjakan keterampilan yang
membutuhkan konsentrasi dan menanamkan kebiasaan bekerja pada anak –anak sejak usia dini.
Kemampuan anak Sd sangat bervariasi,begiyu pula keberhasilan mereka di sekolah juga sangat
bervariasi. Sehingga evaluasi yang dilakukan pada anak-anak sd harus dilakukakan secara
individual. Deteksi dan pengobatan secara dini sangat penting dilakikan segera setelah lahir
karena kekurangan hormone tiroid pada masah pertumbuhan otak (0-2 tahun) dapat
mengakibatkan gangguan intelegensi.

2.1.7 Pembelajaran Motorik


Otak anak mungkin tidak dapat mempelajari tugas-tugas motorik hanya dengan mengerti jika dia
terlihat tidak mengetahui bagaimana mengarahkan tubuhnya untuk melakukan apa yang anda
minta. Ajarkan anak gerakan fisik dengan menggerakkan tubuhnya saat melakuakn aktivitas
baru, sementara secara verbal mengucapkan aktivitas yang sedang dikakukan tubuh anak itu.
Contoh, jika sedang menunjukkan kepala seorang anak bagaimana bermain sebuah papan skuter,
gerakkan kedua tangannya dalam berbagai cara sehingga tubuhnya dapat merasakan gerakan
motorik itu. Katakana kepadanya untuk medorong dengan tangan kanannya dan kemudian
dengan tangan kirinya. Setelah tubuh anak itu memahami bagaiman bergerak dalam sebuah aksi
dia akan dapat melakukan aksi itu sendiri.

2.1.7.1 Perkembangan Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atu
seluruh anggota tubuh. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga
dan sebagainya. (Arikunto,2008).

1) Anak usia 3 tahun

a. Mengendarai sepeda roda tiga


b. Melompat dari lantai dasar
c. Berdiri pada sutu kaki untuk beberapa detik
d. Menaiki tangga dengan kaki bergantian, dapat tetap turun dengan menggunakan kedua kaki
untuk melangkah
e. Melompat panjang
f. Mencoba berdansa, tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat.

2) Anak usia 4 tahun

a. melompat dan meloncat pada satu kaki


b. menangkap bola dengan tepat c. melempar bola bergantian tangan d. berjalan menuruni tangga
dengan kaki bergantian

3) anak usia 5 tahun

a. meloncat dan melompat pada kaki bergantian

b. melempar dan mengangkat bola dengan baik

c. meloncat keatas

d. bermain skate dengan keseimbangan yang baik


e. berjalan mundur dengan tumit dan jari kaki f. melompat dari ketinggian 12 inci dan
bertumpuhpada ibu jari kaki g. keseimbangan pada kaki bergantian dengan mata tertutup.

2.1.7.2 Perkembangan Motorik Halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh
tertentu,yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan,mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bias berkembang dengan
optimal (april,2008). Kemampuan motorik halus bias dikembangkan dengan cara anak-anak
menan mengggali pasir dan tanah, menuangkan air, mengambil dan mengumpulkan batu –
batu,dedaunan atau benda-benda kecil dan permainan diluar ruangan seperti kaleng.
Pengembangan motori halus ini merupakan model dasar ank untuk menulis
(parengtingislami,2007). Menurut wong 2003 yang mengemukakan bahwa perkembangan
motorik halus pada anak usia 3 -5 tahun adalah sebagai berikut:

1) Anak usia 3 tahun

a. membangun menarah dari 9 atau 10 kotak


b. membangun jembatan dengan 3 kotak
c. memasukkan biji- bijian dalam botol
d. dalam menggambar,meniri lingkaran, meniru silangan, menyebutkan apa yang telah
digambarkan, tidak dapat menggambar tongkat,tetapi dapat membuat lingkaran dengan
gambaran wajah.

2) Anak usia 4 tahun

a. menggunakan gunting dengan baik untuk memotong gambar mengikuti garis


b. dapat memasang sepatu tetapi tidak mampu mengikat talinya.

3) Anak usia 5 tahun

a. Mengikat tali sepatu menggunakan gunting atau pensil dengan sangat baik alat sederhana
dalam gambar, menyalin bentuk kotak, menjiplat garis silang dan permata, menambahkan tiga
bagian pada gambar jari.
b. Menggambar ,meniru gambar permata dan segitiga, menambahkan tujuh sampai Sembilan
bagian dari gambar garis,mencetak beberapa huruf, angka, atau kata-kata seperti nama panggilan

2.2 Variabel Yang Diteliti


2.2.1 Konsep Dasar Pengetahuan

2.2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan suatu yang ada dalam pikiran
manusia.

Tanpa pikiran tersebut maka pengetahuan tidak akan ada. (A.Azis Alimul Hidayat, 2008).
 Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran asosiatif yang menghubungkan atau menjalin
sebuah pikiran dengan kenyataan atau pikiran lain berdasarkan pengalamn yang berulanh-ulang
tanpa pemahaman/ mengenal koasilitas (sebab akibat) yang universal.( setiawan, 2008).

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
objek tertentu. Pengindraan terhadap ibjek tertentu melalui panca indra manusia ,yakni;
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengeahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga.(Notoatmojo, 2003).

Pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain:

1. Tahu (know) Tahu artinya mengingat sesuatu materi yang telah yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali Sesuatu yang spesifik dari
seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh karena itu tahu merupakan
tingkatan pengetahuan paling rendah.kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang di pelajari antara lain menyebutkan ,menguraikan, mendefinisikan ,menyatakan dan
sebagainya .

2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk


menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapt mengintegrasikan materi
tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menebutkan contoh, menympulkan, meramalkan, dan sebaginya terhadap objek yang dipelajari. .

3. Aplikasi (aplikation) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real(sebenarya). Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,rumus, metede,prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain.kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,seperti
dapat menggambarkan (membuatbagan), memisahkan, mengempokan dan sebagainya.

5. Sintesi (synthesis). Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagaian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampun untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang
ada.misalnya dapat menyusun,dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan
sebagainya tehadap suatu teori atau rumusan-rumussan yang ada.

6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini diartikan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.penilain-penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri,atau menggunakan criteria yang ada.

2.2.1.2 Tinjauan Umum Tentang Pengtahuan Ibu

Pengetahuan ibu akan sangat dibutuhkan dalam masa perumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk itu, manfaatkan pengetahuan anda denagan sebaik mungkin untuk memberikan dukungan
dan bimbingan kepada anak, agar anak dapat menerapakan strategi yang tepat dan sesuai bagi
dirinya dalam menghadapi dan mengatasi berbagai tantaangan yang ditemuainnya dalam
pertumbuhaan dan perkembangannya. (Nurman, 2008)

Perilaku orang tua khususnya ibu, baik dalam bentuk pengetahuan sikap atau tindakan tentang
stimulasi tumbuh kembang merupakan salah satu faktor penting dalam membantu
mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan si buah hati (Anak). Dengan pengetahuan
yang cukup mengenai stimulasi peerkembangan kepada anak, maka ia dapat lebih memahami
cara mengasuh dan mendidik anak secara baik dan benar sehingga harapan untu, kelangsungan
kehidupan anak yang cerdas, produktif dan berkualitas di masa yang akan dating akan tercapai.
(Arip,2008 ).

Pengetahuan menurut Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah hasil tahu dari manusia dan itu tejadi
setelah orang melakukan penghindraan terhadap suatu objek tertentu. Penghindraan terjadi
melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, pewaran rasa, dan peraba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Arifin, 2009).

Pengetahuan merupakan suatu yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut maka
pengetahuan tidak ada. (A. Alimul Hidayat, 2008) Pengetahuan adalah pembentukan pemikiran
assosiatif yang menghubungkan atau menjalin sebuah pikiran dengan kenyataan atau pemikiran
lain berdasarkan pengalaman berulang-ulang tanpa pemahaman atau mengenal koasilitas (sebab
akibat) yang universal. (Setiawan, 2008)

Seperti yang dikutip dalam Zulkifli, pengetahuan diartikan sebagai ingatan khusus dan ingatan
umum mengenai metode, proses dan ingatan kembali tentang pola. (Depkes RI, 2006)

Pengetahuan adalah hasil “tahu”dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek tertentu terjadi melaui panca indra manusia, yakni :
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
mansiadiperoleh melaiu mata dan telinga. (Notoadmodjo, 2003)

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menegah
(intermediate impact) dari pendidikan keshatan. Selanjudnya perilaku kesehatan akn berpengaruh
kepada menigkatnya indicator kesehatan masyarakat senagai keluaran (outcame) pendidikan
kesehatan. (Soekidjo Notoadmojo, 2002)

Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan
antara perangsang. Skinner seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah
merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulasi) dan tanggapan (respon). Perilaku dan
pandangan biolgis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu perilaku manusia itu mempunyai tantangan yang sangat luas mencakup berjalan,
berbicara, bereaksi, berpakaian dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity)
seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia. (Soekidjo
Notoadmojo,2002 )

2.2.2 Konsep Dasar Perilaku Skinner seorang ahli perilaku mengukakan bahwa perilaku adalah
merupakan hasil dari hubungan perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon). Perilaku dari
pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia itu sendiri mempunyai tantangan yang cukup luas
mencakup berrjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan sebagainya. Kegiatan internal (internal
activity) seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. (Notoadmojo,
2002)

Penelitian rogers (1974) mengungkapkan bahwa seseorang mengadopsi perilaku baru didalam
dirinya terjadi proses berurutan sebagai berikut:

1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui dahulu
terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah
mulai timbul.
3. Avaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki.
5. Dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadran dan sikapnya
terhadap stimulus. ( Soekidjo Notoadmojo, 2002)

2.2.3 Tinjauan Umum Tentang Sikap Ibu


2.2.3.1 Defenisi Sikap

Perkembangan anak tidak dapat dilepaskan dari orangtua,sikap ibu sangat penting dalam
stimulasi perkembangan anak. (Suparto,2006)

Sikap orangtua terutama ibu sangat penting untuk membimbing anaknya, dan untuk itu
dibutuhkan kesadaran seorang ibu akan waktu yang dibutuhkan untuk mendidik anak tersebut.
menyerahkan perawatan secara keseluruhan pada seorang pembantu karena si ibu bekerja diluar
rumah merupakan tindakan yang sangat tidak bijaksana karena pola piker pengasuh anak
nantinya akan menjadi panutan anak tersebut.sikap ibu sangat mempengaruhi kelakuan sang
anak di kemudian hari. (Riyanto,2009)

Sikap atau yang didalam bahasa inggris di sebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap
suatu parengsangan.suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertutup terhadap suatu
perangsangan atau situasi yang dihadapi. (Purwanto,2000)

Sikap merupakan akibat suatu kumpulan kepercayaan. dalam hal ini, kepercayaan mungkin dapat
membenarkan reaksi emosional yang sebenarnya berdasarkan factor- factor yang berbeda. sikap
mempengaruhi oleh kepribadian (misalnya pesimis, optimis), pengalaman (misalnya sikap
negative terhadap seseorang) dan latar belakang. (Maramis,2006)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang ditafsirkan terlebih
dahulu dari prilaku tertutup.sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas,akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. (Arifin,2009)

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu
penghayatan terhadap terhadap objek. Allport, (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3
komponen pokok yakni:

1) Kepercayaan (keyakinan),ide dan konsep terhadap suatu objek

2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (Ternd To Behave). Sikap terdiri dari 4 tingkatan yakni:

   1) Menerima (Receiving)
   2) Menerima diartikan bahwa orang (Subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan
(Objek).
   3) Merespon (Respnding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas     yang diberikan adalah suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan,lepa pekerjaan itu benar atau salah,berarti orang menerima ide
lain.
   4) Menghargai mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
   5) Bertanggung jawap atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah
merupakan sikap yang paling tinggi.pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tak
lansung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu obyek. (Arifin, 2009)

2.2.3.2 Fungsi - Fungsi Sikap

Pendekatan fungsional terhadap sikap berusaha menerangkan mengapa kita perluh


mempertahankan sikap- sikap.di lakukan dengan meneliti dasar motivasi, yaitu kebutuhan apa
yang terpenuhi bila sikap itu dipetahankan. (katz,1960). Mengemukakan empat dasar sikap yaitu
sebagai berikut:

1) Fungsi penyesuaian Suatu sikap dapat dipertahankan karena mempunyai nilai penolong yang
berguna memungkinkan individu untuk mengurangi hukuman dan menambah gambaran bila
berhadapan dengan orang-orang disekitarnya.fungsi ini berhubungan dengan teori proses belajar.

2) Fungsi pembalaan ego Fungsi ini berhubungan dengan teori freud. Disini sikap itu “membela”
individu terhadap informasi yang tidak menyenangkan atau mengancam,kalau tidak ia harus
menghadapinya. Lain dari pada sikap dengan fungsi pembelaan ego keluar dari konflik internal
individi dan bukan dari pengalaman dengan objek sikap yangsebenarnya.

3) Fungsi expresi nilai Beberapa sikap dipegang seseorang karena mewujudkan nilai-nilai pokok
dan konsep dirinya. Kita semua menganggap diri kita sebagai orang yang seperti ini atau itu
(apakah sesunggunya demikian atau tidak adalah soal lain); denan mempunyai sikap tertentu
anggapan itu ditunjang “ganjaran” yang diterima dari itu bukan dating dari lingkungan atau
respon dari orang-orang lain, tetapi dari dalam diri kita sendiri.

4) Fungsi pengetahuan Kita harus dapat memahami dan mengatur dunia sekitar kita. Suatu sikap
yang dapat membantu fungsi ini memungkinkan individu untuk mengatur dan membentuk
beberapa aspek pengalamannya.

Sikap yang sama dapat mempunyai berbagai fungsi bagi orang yang berbeda. Sikap prangsangka
rasial dapat membantu fungsi pembelaan ego bagi beberapa orang. Untuk orang lain sikap itu
dapat membantu fungsi penyesuaian,yaitu sikap prasangka di pertahankan karena dipuji oleh
orang lain.selanjutnya sikap yang sama dapat mempunyai lebih dari satu orang.
Pendekatan fungsional mempunyai implikasi penting untuk perubahan sikap. Karz (,1960),
Menyatakan :”pernyataan paling umum yang dapat di buat mengenai keadaan yang memudahkan
perubahan sikap adalah bahwa ekspresi sikap yang dahulu atau ekspresi yangdi antisipanya,
tidak lagi memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengannya.dengan kata lain,ia tidak lagi
berfungsi dan individu merasa terhambat plehnya atau frustasi dengannya,” sebagai konsekuensi,
sebelum usaha perubahan sikap dimulai, harus ditentukan dahulu sikap itu. Pendekatan khusus
dipakai untuk mengubah sikap harus tergantung dari fungsi tertentu itu. Pendekatan yang
berhasil pada fungsi tertentu mungkin tidak berhasil pada fungsi lain. Umpama memberikan
informasi yang relevan dapat mengubah sikap dengan fungsi pengetahuan tetapi mempunyai
sedikit efek pada sikap dengan fungsi pembelaan ego. (Maramis 2006)

Sikap dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon secara positif maupun negative
terhadap orang lain,objek ataupun situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional
(senang, benci, sedih dan lain-lain) dan memiliki tingkatan kedalam ang berbeda. (Sarwono,
2007).

2.2.4 Tinjauan Umum Tentang Pola Asuh

2.2.4.1 Defenisi Pola Asuh

Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan prilaku orang tua dalam
berinterinteraksi,berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan
memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin,hadiah
dan hukum, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya .sikap,prilaku,dan kebiasaan orang tua
selalu dilihat,dinilai,dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak
sadar diresapi kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. (Ismira Dewi,2008).

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Baumrind (Santrock,1998), mengenai


perkembangan social dan proses keluarga yang telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-20,
Yang kemudian membagi kategori bentuk pola asuh berkaitan dengan prilaku remaja. Secara
garis besar terdapat tiga pola yang berbeda diantaranya authoritative atau
demokratis,Authoritarian atau otoriter,dan permissive (Permisif). ( Ismira Dewi, 2008)

Pola pengasuhan (parenkin atau pola anak) sangat bergantung pada nilai yang dimiliki oleh
keluarga. Pada budaya timur seperti Indonesia, peran pengasuhan atau perawatan lebih banyak
dipegang oleh istri atau ibu meskipun mendidik anak merupakan tanggung jawab bersama.
Walaupun demikian, perubahaan status istri atau ibu sebagai wanita karir dapat mempengaruhi
tugas pengasuhan ini.Komitmen antara suami dan istri sangatlah penting untuk kejelasan dalam
pola pengasuhan anak dan konsistennya. (Yupi Supartini,2004)

Peran dapat dipelajari melalui proses sosialisasi selama tahapan perkembangan anak yang
dijalankan melalui interaksi antara anggota keluarga. Peran yang dipelajari akan mendapat
pengamatan melalui pemberian penghargaan baik dengan kasih sayang yang diberikan,
perhatian, dan persahabatan. Pada dasarnya ma pengasuhan orang tua adalah pempertahankan
kehidupan fisik anak dan meningkatkan kesehatannya, menfasilitasi anak untuk
mengembanggkan kemampuan sejalan dengan tahap perkembangannya dan mendorng
peningkatan kemamapuan berprilaku sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakininya.

Kemampuan orang tua menjalankan peran pengasuhan ini tidak dipelajari melaui pendidikan
secara formal,melainkan berdasarkan pengalaman dalam menjalankan peran tersebut secra trial
and error dan mempelajari pengalaman orang tua terdahulu. Dengan demikian,dengan
bertambahnya anak orangtua diharapkan semakin terampil dalam mengelolah segala sumber
yang dimiliki untuk kepentingan pengasuhan anak tersebut.Orang tua harus mempunyai rasa
percaya diri yang besar dalam penjalankan peran pengasuhan ini, terutama dalam pemahaman
tentang pertumbuhan perkembanagan anak, Pemenuhan pemahaman tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, pemenuhan kebutuhan makanan dan pemilharaan kebersihan perseorangan,
penggunaan alat permainan sebagai stimulus pertumbuhan dan perkembangan sert komunikasi
efektif yang diperlukan dalam berinteraksi dengana anak. (Yupi Supartini, 2004)

Tumbuh kembang seorang anak secara optimal dipengaruhi oleh genetic, herediter, dan
konstitusi dengan factor lingkungan. Menurut soetjiningsih (1995), kebutuhan dasar ini dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu asuh, asih, dan asah.

2.2.4.1.1 Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

a. Nutrisi yang mencukupi dan seimbang


b. Perawatan kesehatan dasar
c. Pakaian
d. Perumahan
e. Hygiene diri dan lingkungan
f. Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)

2.2.4.1.2 Asih (Kebutuhan Emosi Dan Kasih Sayang)


a. Kasih saying orang tua
b. Rasa aman
c. Harga diri
d. Dukungan/dorongan
e. Mendiri
f. Rasa memiliki
g. Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman

2.2.4.1.3 Asah (Kebutuhan Stimulasi)


Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau
bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhann dan
perkembangan anak. Anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan cepat
bekembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi. (Nursalam, 2005)

2.2.4.2 Tipe-Tipe Pola Asuh

2.2.4.2.1 Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apapun yang
mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan
maksiat, pergaulan bebas negative, matrealistis, dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan anak
oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan,
kesibukan dengan orang lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan
baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi dan harta saja terserah anak itu mau tumbuh dan
berkembeng menjadi apa.

Anak yang diasu orang tuanya dengan metode semacam ini nantinya bias bekembeng menjadi
anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan
bersosialisasi yang buruk, control diri yang buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain,
dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa. (Sumitro, 2006)

2.2.4.2.2 Pola Asuh Otoriter


Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang berrsifat pemaksaan, keras dan kaku
dimana orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi ooleh anak-anaknya tanpa
mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anaknya melakukan hal yang
tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman dan fisik akan sering diterima
oleh anak-anak dengan alas an agar anaknya tetap terus patuh dan disiplin serta menghormati
orang tua yang membesarkannya.

Anak yang besar dengan tehnik asuhan yang seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid/ selalu
ada dalam rasa ketakutan, mudah seddih dan tertekan, senang berada diluar rumah, benci orang
tua, dan lain-lain. (Sumitro, 2006)

2.2.4.2.3 Pola asuh otoritatif atau demokratis

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak yang member kebebasan pada anak
untuk berekreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan sensor batasan dan pengawasan
yang baik dari orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh dan cocok dan baik untuk diterapkan
para orang tua pada anak-anaknya. Anak yang diasuh denngan tehnik asuhan dengan tehnik
otorotatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, perceya diri, terbuka pada orang tua,
menghargai dan menghormati orang tua, tidak mudahstress dan depresi, berprestasi baik, disukai
lingkungan dan masyarakat dan lain-lain. (Sumitro, 2006)

2.2.4.3 Dimensi Pola Asuh


Pada umumnya semua praktek pengasuhan orang tua kepada anaknyadibagi menjadi dua dimensi
(Macooby, 1980) yaitu dimensi kontrol dan dimensi response/kehangatan.

2.2.4.3.1 Dimensi Kontrol

Dimennsi control berhubungan dengan sejauh mana orang tua mengharapkan dan menuntut
kematangan anak serta tingkah laku yang bertanggung jawab dari anak. Bentuk control ini
diwujudkan melalui perilaku sebagai berikut :

a. Pembatasan (Retrictiveness) Perlakuan orang tua dengan seperangkat atura atau larangan
yang dikenakan pada anak. Pada perlakuan ini orang tua cenderung untuk membatasi dan
mengekang tingkah laku anak/kegiatan yang dilakukan anak.

b. Tuntutan (Demandigeness) Perlakuan ini diterapkan oleh orang tua agar anak dapat
mencapai tujuan yang diharapkan orang tua, meskipun pada dasarnya tujuan tersebut bagi
orang tua adalah kepentingan anak.

c. Campur tangan (Intrusiviness) Dalam hal ini orang tua melakukan interrvensi terhadap anak
dalam segala rencana, hubungan anak atau kegiatan lainnya. Hal ini membuat anak menjadi
kurang dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengontrol diri.

d. Ketaatan (Strictness) Perlakuan orang tua bersifat ketat dan tegas sehingga anak harus
mematuhi aturan atau tuntutan yang ditetapkan oleh orang tua dan tidak membiarkan anak
untuk melanggarnya.

e. Penggunaan kekuata kesewenang-wenangan (Arbitrary Power Assertion) Perlakuan seperti


ini akan menerapkan control yang tinggi, menekankan aturan-aturan atau batasan-batasan
bahkan mungkin akan menggunakan hukuman bila tingkah laku anak menyimpang dari yang
diharapkan. (Marchon, 2009)

2.2.4.3.2 Dimensi responsive/kehangatan

 Dimensi ini berhubungan dengan tingkat respon orang tua terhadap kebutuhan anak dalam
penerimaan dan dukungan, ada orang tua yang memperlakukan anaknya dengan penuh
kehangatan serta menerima dan ada pula yang menolak. Penerimaan orang tua terhadap anaknya
identk dengan pemberian kasih saying tanpa imbalan sedangkan perlakuan orang ua tua yang
menolak terlihat dari sikap tak peduli terhadap kesejahteraan anak, sangat menuntut bahkan
memusuhi. (Marchon Enoch, 2009).

Anda mungkin juga menyukai