Anda di halaman 1dari 14

Tujuan umum dari kami mempelajari modul ini adalah untuk mengetahui

bagaimana cara penatalaksanaan resusitasi

Adapun Tujuan khusus dari pembelajaran ini yaitu


1. Mengetahui tentang Resusitasi
2. Mengetahui bagaimana penatalaksanaa resusitasi

Adapun pokok-pokok materi adalah :


1. Pengertian Resusitasi
2. Daftar Tilik Resusitasi
3. SOP Resusitasi

Page 1
Resusitasi jantung dan paru (CPR/Cardiopulmonary Resuscitation) adalah teknik
penyelamatan nyawa yang sangat berguna dalam banyak keadaan darurat, termasuk
serangan jantung atau saat tenggelam, di mana pernapasan atau detak jantung seseorang
berhenti seluruhnya. Ketika jantung berhenti, kekurangan darah beroksigen dapat
menyebabkan kerusakan otak hanya dalam beberapa menit. Seseorang mungkin meninggal
dalam waktu delapan sampai 10 menit.

CPR membantu menjaga darah yang mengandung oksigen tetap mengalir ke otak
dan organ vital lainnya sampai korban mendapatkan penanganan medis lebih lanjut untuk
mengembalikan denyut jantung kembali normal. Teknik ini bisa dilakukan dengan cara
memberi napas buatan atau kompresi dada.

Langkah-langkah melakukan CPR

Sejatinya, teknik CPR dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: kompresi dada, bukaan
jalur napas, dan napas buatan.

1. Kompresi dada: untuk mengembalikan sirkulasi darah

 Pertama, baringkan korban di tempat aman dan rata, dengan permukaan cukup
keras untuk mendukung postur tubuhnya.
 Berlutut di samping leher dan bahu korban.
 Tempatkan tumit salah satu telapak tangan Anda tepat di tengah dadanya, di antara
kedua puting susu. Letakkan tangan bebas Anda tepat di atas tangan yang satunya.
Jaga agar posisi siku tetap lurus dan posisikan bahu Anda sejajar di atas kedua
tangan Anda.
 Gunakan berat tubuh bagian atas Anda untuk menekan dadanya (jangan hanya
menekan dengan kedua tangan), sedalam 5 centimeter. Tekan kuat-kuat dan cepat,
dengan laju sekitar 100 kali kompresi per 1 menit.

Dengan catatan, jika Anda tidak memiliki latar belakang pelatihan CPR resmi
sebelumnya, maka cukup lakukan kompresi dada tanpa diikuti oleh pemberian napas
buatan sampai bantuan medis profesional tiba.

2. Buka jalur napas

Jika Anda memiliki latar belakang pelatihan pertolongan pertama, lanjutkan


memeriksa jalur napasnya.

 Setelah 30 kali kompresi dada, buka jalur pernapasan orang tersebut dengan
menengadahkan kepalanya sedikit ke atas — taruh telapak tangan Anda di dahi
orang tersebut dan dengan lembut dorong kepalanya menengadah ke atas.
Kemudian, angkat dagunya ke depan untuk membuka jalur pernapasan.

Page 2
 Periksa napasnya, namun jangan lebih dari 5-10 detik. Perhatikan kemungkinan
pergerakan dada, dengarkan suara pernapasan (suara terengah yang kadang
muncul, seperti hendak mengambil napas, tidak sama dengan pernapasan normal),
dan rasakan embusan napasnya dengan mendekatkan pipi dan telinga Anda.

3. Berikan napas buatan

 Jika ia tidak bernapas sama sekali, mulai berikan napas buatan dengan: mencubit
hidungnya dan tempatkan bibir Anda di atas bibirnya sehingga membentuk segel
rapat, dan hembuskan napas Anda ke dalam mulutnya. Orang-orang yang tidak
memiliki latar belakang CPR tidak perlu melakukan langkah ini — cukup kembali
lanjutkan kompresi dada setelah tiap kali memeriksa pernapasan sampai korban
sadar atau bantuan medis datang.
 Berikan napas buatan pertama selama satu detik, dan periksa pergerakan dada. Jika
tampak ada pergerakan, ulangi sekali lagi. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan,
kembali tengadahkan kepalanya ke atas, kemudian berikan napas buatan. Berikan
30 kali kompresi dada yang diikuti oleh dua kali napas buatan.
 Jika masih tidak bergerak setelah 5 siklus kompresi dada-napas buatan (selama dua
menit), orang tersebut kemungkinan tersedak. Setiap siklus berikutnya dari 100 kali
kompresi dada, dan sebelum memberikan napas buatan, cek jika ada banda asing
yang menyangkut dalam tenggorokannya. Jika ada dan memungkinkan, angkat
benda tersebut.
 Ulangi siklus sampai ada tanda pergerakan atau bantuan medis datang.

Pedoman di atas berlaku untuk orang dewasa, anak kecil, balita, dan bayi, namun
tidak untuk bayi yang baru lahir.

Untuk anak-anak, berikan tekanan sedalam 5 centimeter dengan satu tangan dan
pastikan Anda tidak menekan tulang rusuknya, karena tulang-tulang ini masih ringkih dan
dalam tahap pertumbuhan, rentan terhadap kerusakan.

Pada bayi, gunakan dua jari (bukan tumit telapak tangan) dan tekan ke bawah
sedalam 2 centimeter saja, dan jangan menekan ujung tulang dadanya. Biarkan dada untuk
naik seutuhnya di antara tekanan. Selain itu, pastikan untuk memberikan napas dengan
hembusan yang lebih lemah lembut.

Page 3
RESUSITASI JANTUNG PARU

1. Pengertian Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk


mengembalikan fungsi pernafasan dan jantung guna
kelangsungan hidup pasien
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah- langkah untuk mengembalikan
fungsi jantung dan paru
3. Referensi Materi Pelatihan PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat), Bidang Pendidikan dan Pelatihan
4. Alat dan Bahan Alat :
1. Alat pelindung diri (masker, hanscoon)
2. Laryngoscope lurus dan bengkok (jika ada))
3. Orofaring /Mayo berbagai ukuran
4. Perlengkapan infus (blood set)
5. Gunting verban
6. Papan resusitasi (long spine board)
7. Spuit dan jarum no.14-16
8. Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai (Bag valve mask,
Masker)
9. Set penghisap lendir lengkap dan siap pakai
10. EKG monitor (bila ada& bila memungkinkan)
5. Langkah – 1. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
langkah
tindakan yang akan dilakukan
2. Atur posisi pasien di tempat datar atau alas keras
3. Baju bagian atas pasien dibuka (sambil periksa apakah ada
cedera/ trauma)
4. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker,
handscoon)
5. Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangkan bahu/ mencubit pasien
6. Jika pasien tidak sadar/ tidak ada respon, segera aktifkan
SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu)
7. Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift (tekan dahi angkat

Page 4
dagu) dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan
8. Menilai pernafasan dengan cara :
a. Melihat pergerakan dada/ perut
b. Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/ hidung pipi
9. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan sebanyak 2x
secara perlahan
10. Periksa denyut jantung dengan cara meraba nadi carotis, jika
nadi carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik
sekali selama 1menit
11. Jika nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi nafas
buatan dan kompresi jantung dengan perbandingan 30: 2 (30
pijat jantung, 2 nafas buatan/ ventilasi) dengan kecepatan
100-120x/menit selama 5-7 siklus
12. Cek nadi carotis tiap 2 menit dan cek pernafasan setiap 5
siklus
13. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan lagi dengan kompresi
14. Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dalam
rekam medis
6. Diagram Alir
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan

Atur posisi pasien di tempat datar atau alas keras

Baju bagian atas pasien dibuka (sambil periksa apakah ada


cedera/ trauma)

Mengecek kesadaran pasien dengan cara :


a. Memanggil nama
b. Menanyakan keadaannya
c. Menggoyangkan bahu/ mencubit pasien

Page 5
Jika pasien tidak sadar/ tidak ada respon, segera aktifkan
SPGDT
Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift (tekan dahi angkat
dagu) dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

Menilai pernafasan dengan cara :


a. Melihat pergerakan dada/ perut
b. Mendengar suara keluar masuknya udara dari hidung
c. Merasakan adanya udara dari mulut/ hidung pipi

Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan sebanyak 2x


secara perlahan

Periksa denyut jantung dengan cara meraba nadi carotis, jika


nadi carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik
sekali selama 1menit

Jika nadi carotis tidak teraba segera lakukan kombinasi nafas


buatan dan kompresi jantung dengan perbandingan 30: 2 (30
pijat jantung, 2 nafas buatan/ventilasi) dengan kecepatan 100-
120x/menit selama 5-7 siklus

Cek nadi carotis tiap 2 menit dan cek pernafasan setiap 5


siklus

Jika nafas tetap belum ada lanjutkan lagi dengan kompresi

Dokumentasikan semua tindakan yang dilakukan dalam


rekam medis

7. Hal – hal yang Resusitasi jantung paru dilakukan sampai:


perlu
1. Timbul nafas spontan
diperhatikan

Page 6
2. Diambil alih alat/ petugas lain
3. Timbul lebam mayat/ pasien dinyatakan meninggal
4. Penolong kelelahan/ setelah 30 menit dilakukan RJP tapi
pasien tidak ada respon
8. Unit Terkait UGD, Rawat Inap
9. Dokumen Rekam Medis
Terkait
10. Rekaman Tanggal mulai
Historis No Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan
Perubahan

https://www.academia.edu/34001173/No_15_SOP_RESUSITASI_JANTUNG_PARU

PENGERTIAN.

1. Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi henti jantung


dan/atau henti nafas.
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak terabanya
denyut jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.
3. Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan dan ditandai dengan tak
terasanya hembusan nafas dari kedua lubang hidung.

TUJUAN : Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera
bisa diselamatkan dan tidak memberikan gejala sisa.

KEBIJAKAN :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
PROSEDUR.

1. Periksa respon:
o a) Petugas IGD segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan ada
respon atau tidak.
o b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.
o c) Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh digerakkan
kecuali bila benar-benar diperlukan.

2. Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:


o Bila terjadi di luar RS :
a. panggil bantuan,
b. sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,

Page 7
c. lokasi korban,
d. nomor telpon yang digunakan,
e. apa yang terjadi,
f. jumlah orang yang memerlukan pertolongan,
g.kondisi korban, dan informasi lainnya.

3. AIRWAY (Jalan nafas):


Bila korban tak memberikan respon:
o a) petugas IGD harus menentukan apakah korban tersebut bernafas secara
adekuat.
o b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.
o c) Posisi korban :
 i) Tempatkan korban pada posisi terlentang, pada tempat yang keras
dan datar.
 ii) Bila korban telungkup, balikkan korban dalam satu kesatuan
sehingga kepala, bahu dan badan bergerak serentak hingga tak ada
yang terputar. Kepala dan leher harus berada pada satu bidang,
lengan berada di samping badan.
o d) Posisi petugas/penolong:
Penolong harus berada pada sisi korban sehingga memungkinkan
melakukan bantuan nafas dan kompresi dada.
o e) Buka jalan nafas:
 Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver ”head tilt-chin
lift” untuk membuka jalan nafas, dengan syarat pasien tak ada bukti
trauma kepala atau leher.
 Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver ”jaw- thrust”.
 Bila ada benda asing yang terlihat atau muntahan, segera keluarkan
dari dalam mulut dengan jari tangan yang memakai sarung tangan.
Benda yang keras dapat dikeluarkan dengan jari telunjuk, sementara
tangan yang lain tetap mempertahankan lidah dan rahang.

4. Manuver ”head tilt-chin lift”:


o Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan telapak tangan hingga
kepala menjungkit ke belakang. Letakkan jari-jari tangan yang sebelah lagi
di bawah tulang rahang bawah dekat dagu. Angkat rahang dan dagu ke
depan.
o Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan menggunakan ibu
jari untuk mengangkat dagu. Buka mulut sehingga memungkinkan
pernafasan spontan dan memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke mulut.
Bila gigi korban goyah atau ada gigi palsu, maka gigi tsb harus lepaskan.

5. Manuver ”jaw-thrust”:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala korban, letakkan siku
penolong pada bidang dimana korban berbaring. Raih sudut rahang bawah korban

Page 8
dan angkat dengan ke dua tangan. Bila bibir korban terkatup, regangkan atau buka
dengan ibu jari ke dua tangan.

6. BREATHING (Pernafasan):
o a) Periksa ada tidaknya nafas:
 Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban sambil
tetap membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korban
lakukan:
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
(3) Feel: rasakan adanya hembusan
 Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10 detik.
o b) Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.
 Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak ada
cedera tulang belakang, posisikan penderita pada posisi mantap,
jaga jalan nafas terbuka.
 Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas 2
kali. Bila tak dapat dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur
ulang posisi kepala dan ulang lagi usaha ventilasi.
 Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada
mengembang, tenaga terlatih harus melakukan manuver untuk
mengatasi sumbatan jalan karena benda asing (Heimlich manuver
atau abdominal thrust/back thrust).
 Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang
diberikan.
 Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.

7. CIRCULATION (Sirkulasi)
o a) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;
 Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan
normal, k atau gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan
nafas yang diberikan. Sekaligus periksa ada tidaknya nadi karotis
jangan lebih dari 10 detik.
 Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan mempertahankan
posisi kepala (head tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan 2
atau 3 jari tangan yang lain, geser jari-jari tersebut ke lateral sisi
penolong hingga celah antara trakhea dan otot.
 Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak
menekan arterinya. Bila denyut arteri karotis tak teraba lakukan
kompresi dada.
o b) Kompresi dada:
 i) Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.
 ii) Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.
 Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah
sternum, dan taruh tangan yang satu lagi di atas punggungn tangan

Page 9
yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan paralel. Pastikan
sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum.
 Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci satu
sama lain tetapi jangan menekan dada.
 Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan cara
meletakkan pangkal tangan penolong diantara ke dua papilla
mammae.
 Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal
sebagai berikut:
 (1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus
dengan dada korban.
 (2) Tekan di tengah sternum.
 (3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal
agar darah masuk ke dada dan jantung, posisi tangan tetap
menempel di sternum.
 (4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali
ke posisi semula diantara dua kompresi. Buka lagi jalan
nafas dan berikan lagi 2 kali bantuan nafas, masing- masing
1 detik. Bila sudah dilakukan intubasi kompresi dada dan
ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan tidak perlu sinkron.

8. REASSESSMENT:
o a) Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi ulangi RJP
dengan dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah tampak,
periksa pernafasan.
o b) Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas dan
sirkulasi.
o c) Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan bantuan nafas 10-
12 kali/menit dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap menit.
o d) Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi dengan
rasio 30 kompresi 2 ventilasi.
o e) Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan
spontan tiap menit.
o i) Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.
o j) Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya tanda-tanda
sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan posisikan dalam posisi
mantap; dengan cara:
 Satu lutut difleksikan.
 Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat, lengan yang
lain difleksikan didepan dada.
 Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan lutut yang
fleksi.
 Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan dada diletakkan
mengganjal rahang bewah (agar tidak terguling ke depan )

UNIT TERKAIT  :  Instalasi Gawat Darurat.

Daftar Tilik Resustitasi

Page 10
No Tindakan Ket
1. Melakukan 3A (Diri, Lingkungan, Korban)
2. Memastikan kesadaran korban (panggil nama, goyang bahu, beri respon
nyeri)
3. Mengaktifkan sistem emergensi (hubungan RS/Yankes terdekat)
4. Memeriksa nadi karotis
5. Bila nadi teraba lanjutkan ke langkah 11
6. Bila nadi tidak teraba lakukan kompresi dinding dada 30 kali
a. Letak tangan untuk kompresi di tengah sternum di antara 2 puting
b. Kecepatan kompresi 100x/menit
c. Kedalaman kompresi 5cm
d. Menunggu dada kembali mengembang ke posisi semula
e. Meminimalkan interupsi
7. Membuka jalan napas (Head tilt Chin lift/ jaw trust)
8. Memberikan bantuan napas 2 kali
9. Melanjutkan RJP (30:2) sebanyak 5 Siklus
10. Cek nadi karotis
11. Jika nadi ada cek pernapasan (look-listen-feel)
12. Jika napas tidak ada, berikan bantuan napas 20-24 kali reevaluasi setelah
2 menit
13. Cek nadi
14. Jika pernapasan dan sirkulasi penderita sudah pulih, posisikan pada
posisi pemulihan (recovery position)
https://ratuputripertiwi.blogspot.com/2017/12/daftar-tilik-resusitasi-jantung-paru-
rjp_90.html

Resusitasi jantung dan paru (CPR/Cardiopulmonary Resuscitation) adalah teknik


penyelamatan nyawa yang sangat berguna dalam banyak keadaan darurat, termasuk
serangan jantung atau saat tenggelam, di mana pernapasan atau detak jantung seseorang
berhenti seluruhnya. Ketika jantung berhenti, kekurangan darah beroksigen dapat
menyebabkan kerusakan otak hanya dalam beberapa menit. Seseorang mungkin meninggal
dalam waktu delapan sampai 10 menit.

Page 11
CPR membantu menjaga darah yang mengandung oksigen tetap mengalir ke otak
dan organ vital lainnya sampai korban mendapatkan penanganan medis lebih lanjut untuk
mengembalikan denyut jantung kembali normal. Teknik ini bisa dilakukan dengan cara
memberi napas buatan atau kompresi dada.

Langkah-langkah melakukan CPR

1. Kompresi dada: untuk mengembalikan sirkulasi darah


2. Buka Jalur Nafas
3. Berikan napas buatan

Pedoman di atas berlaku untuk orang dewasa, anak kecil, balita, dan bayi, namun
tidak untuk bayi yang baru lahir.

Untuk anak-anak, berikan tekanan sedalam 5 centimeter dengan satu tangan dan
pastikan Anda tidak menekan tulang rusuknya, karena tulang-tulang ini masih ringkih dan
dalam tahap pertumbuhan, rentan terhadap kerusakan.

Pada bayi, gunakan dua jari (bukan tumit telapak tangan) dan tekan ke bawah
sedalam 2 centimeter saja, dan jangan menekan ujung tulang dadanya. Biarkan dada untuk
naik seutuhnya di antara tekanan. Selain itu, pastikan untuk memberikan napas dengan
hembusan yang lebih lemah lembut.

1.      Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan RJP adalah kecuali....
a.       Memperbaiki posisi pasien/korban.
b.      Mengecek kesadaran pasien
c.       Memberikan napas buatan
d.      Mengamankan diri sendiri (penolong)
e.       Mengatur posisi penolong

Page 12
2.      Berapakah rasio perbandingan kompresi : napas buatan pada orang dewasa adalah....
a.       20 : 2
b.      30 : 2
c.       40 : 2
d.      40 : 2
e.       50 : 2

3.     Jika nadi korban berdenyut dan tidak bernapas, tindakan yang dilakukan adalah....
a.      Memberikan napas buatan 12-20x/menit
b.      Memberikan kompresi dada sebanyak 30 kali
c.       Melakukan tindakan RJP
d.      Memberikan napas buatan dan kompresi
e.       Memberikan napas buatan sebanyak 20-26x/menit

4. Tindakan RJP dapat dihentikan apabila kecuali....


a.       Penderita pulih kembali
b.      Penolong kelelahan
c.       Pasien meninggal
d.      Belum ada tanda-tanda pasti mati.
e.       Diambil alih oleh tenaga yang sama/yang lebih terlatih

Kunci Jawaban :
1. C
2. B
3. A
4. D

https://ratuputripertiwi.blogspot.com/2017/12/daftar-tilik-resusitasi-jantung-paru-
rjp_90.html

https://www.academia.edu/34001173/No_15_SOP_RESUSITASI_JANTUNG_PARU

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/panduan-melakukan-cpr-resusitasi-jantung-
paru/

Page 13
Page 14

Anda mungkin juga menyukai