A. Pengertian
B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu
370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka
terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang
tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena
reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)
dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini
mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh
darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ
tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia
dan asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila
kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ
vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat
mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal
maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut
menganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis
dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak
dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila
virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau
melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat
terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.
D. Pathway DHF/DBD
(Nursalam, 2008)
viremia
Vaskulitis Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)
Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %), Hipoproteinemia,
Hiponatremia dan Efusi
serosa.
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
E.
E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
3. Derajat III :
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
F. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke
otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
A. Pengertian
1. Pertumbuhan (crowth)
Yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individuyang bisa di
ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg). Ukuran panjang (cm,
meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium &
nitrogen).
2. Perkembangan (development)
Bertambahnya skill/kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkansebagai
hasil dari proses pematangan.
1. Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
2. Motorik halus
3. Kognitif
4. Bahasa
A. Pengertian
2. Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku
isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa
kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku
tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju
dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu
makan berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang
mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV
sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas
dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,
keadaan anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan andi elmah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl
keringat dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)
dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
C. Intervensi keperawatan
N DX NOC NIC
O
1 Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji TTV
cairan keperawatan selama x24 2. Monitor tanda2 adanya
b/dpeningkatan jam , masalah keperawatan kekurangan volume
permeabilitas kapiler dapat teratasi dengan cairan
, perdarahan, muntah Kriteria hasil : 3. Catat dan observasi
dan demam. - Volume cairan dapat intake output
teratasi 4. Monitor dan catat BB
- Mual dan muntah 5. Monitor tanda syok
berkurang hipovolemi
- Mukosa bibir normal
2 Hipertemia (suhu Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji saat timbul
naik) berhubungan keperawatan selama x24 demam
dengan proses jam , masalah keperawatan 2. Observasi ttv
penyakit dapat teratasi dengan 3. Anjurkan klien banyak
(viremia/virus). Kriteria hasil : minum
- Suhu tubuh normal 4. Anjurkan tidak
- Mukosa lembab memakai selimut tebal
5. Berikan cairan IVFD
dan obat antipiretik
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji mual, sakit
pemenuhan keperawatan selama x24 menelan, muntah
kebutuhan nutrisi jam , masalah keperawatan 2. Beri makanan yang
dari kebutuhan b/d dapat teratasi dengan mudah ditelan
anoreksia Kriteria hasil : 3. Jelaskan manfaat
- BB stabil dalam batas makanan/nutrisi untuk
normal klien
- Mual muntah tidak ada 4. Catat jumlah/porsi
makanan yang
dihabiskan
5. Lakukan oral hygine
6. Kolaborasi
4 Resiko tinggi 1. Monitor tanda2
terjadinya Setelah dilakukan asuhan perdarahan dan
pendarahan b/d keperawatan selama x24 trombosit
trombositopenia jam , masalah keperawatan 2. Anjurkan klien banyak
dapat teratasi dengan istirahat
Kriteria hasil : 3. Berikan penjelasan
- TTV normal kepada keluarga untuk
- Trombosit meningkat
melaporkan jika terjadi
pendarahan
4. Antisipasi terjadinya
pendarahan
5 Gangguan aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebutuhan klien
b/d kondisi tubuh keperawatan selama x24 2. Bantu ADL klien
lemah jam , masalah keperawatan 3. Kaji hal2 positif yang
dapat teratasi dengan bisa dilakukan klie
Kriteria hasil : 4.
- Keadan membaik
- Kebutuhan sehari2
terpenuhi
6 Resiko tinggi syok Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor keadaan
hipovolemi b/d keperawatan selama x24 umum klien
kekurangan cairan jam , masalah keperawatan 2. Observasi TTV
volume tubuh dapat teratasi dengan 3. Monitor tanda2
Kriteria hasil : pendarahan
- TTV normal 4. Anjurkan berpuasa
- Keadaan umum jika terjadi
membaik perdarahan saluran
- Syok hipovolemi tidak pencernaan
terjadi 5. Perhatikan keluhan
pasien jika terjadi
sesak nafas, pusing
dan lemah
6. kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba
medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC