Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DBD PADA ANAK

A. Pengertian

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada


anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong
arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty (betina) (Hidayat, 2006)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang


disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi.
2010)

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)


yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suryady,2001,hal 57)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu
370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :

1. Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih


2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka
terjadilah viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan
bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang
tinggi akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena
reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)
dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini
mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh
darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ
tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia
dan asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila
kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ
vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat
mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal
maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut
menganggu sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis
dan osidasi lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak
dapat memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila
virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau
melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat
terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.
D. Pathway DHF/DBD

(Nursalam, 2008)
viremia

Demam Sakit kepala mual Nyeri otot petekhie Pembesaran


kelenjargetah
bening

trombositopenia Pembesaran limfa Hepato megali hiperemia


(splenomegali)

Vaskulitis Reaksi
imunologis

Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)

Hemokonsentrasi (peningkatan
Kebocoran plasma HCT >20 %), Hipoproteinemia,
Hiponatremia dan Efusi
serosa.

hipovolume Peningkatan reabsorbsi air dan Na


oleh ginjal dan penurunan eksresi
syok Na urine serta peningkatan
osmolalitas

Hipoksia
jaringan

DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
E.
E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

2. Derajat II :

Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau


perdarahan lain.

3. Derajat III :

Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan


lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan
gelisah.

4. Derajat IV :

Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

F. Manifestasiklinis

Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain

1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari


2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).
G. Pemeriksaan diagnostik
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura

H. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)


1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu
dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia
diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang,
beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal
diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun
diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada
pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak
dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
dan hematocrit yang cenderung meningkat.
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau
plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara
membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps
sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka
untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit
dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat
dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang
diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾
bagian natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan
tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk
menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti
piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila
pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan
pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan
dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic
yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin,
sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi
sel darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital
yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan
disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke
otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH

A. Pengertian
1. Pertumbuhan (crowth)
Yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individuyang bisa di
ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg). Ukuran panjang (cm,
meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium &
nitrogen).
2. Perkembangan (development)
Bertambahnya skill/kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkansebagai
hasil dari proses pematangan.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang


1. Faktor genetik
a. Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang
anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur
yang telah di buahi, dapat di tentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan.
b. Termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor faktor bawaan yang
nirmal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Gangguan
tumbang di sebabkan oleh faktor genetik.
c. Pada negara berkembang di sebabkan faktor genetik, lingkungan
yang kurang memadai.
d. Penyakit keturunan ; kelainan kromosom, sindrom down, sindrom
turner.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terbagi 2 yaitu :
a. Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembngan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti
dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
b. Pengeruh bydaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana
meeka memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
c. Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada di lingkungan keluarga yang sosial ekonominya
rendah, bahkan punya keterbatasan untuk memberi makanan yang
bergizi dll.
d. Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak
membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus di konsumsi
secara seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada
tahapan usianya.

C. Ciri-ciri tumbuh kembang


Tumbuh kembang anak yang di mulai sejak konsepsi sampai dewasa
mmpunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu (soetjiningsih, 1995) :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai
maturitas atau dewasa, di pengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perlambatan, serta laju
tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.
3. Pola berkembang anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara
anak satu dengan yang lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya maturasi system susunan saraf.

D. Tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik


berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau
dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg / tahun dan pada
anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.

Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi


termasuk perubahan sosial dan emosi.

1. Motorik kasar

a. Loncat tali

b. Badminton

c. Memukul

d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara


bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.

2. Motorik halus

a. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

b. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan


bermain alat musik.

3. Kognitif

a. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi

b. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan


masalah
c. Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian
kembali sejak awal

d. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

4. Bahasa

a. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak

b. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata


keterangan, kata penghubung dan kata depan

c. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal

d. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

KONSEP HOSPITALISASI ANAK USIA SEKOLAH (6 – 12 tahun)

A. Pengertian

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang


berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di tunjukan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stresas.

B. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak

Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di rumah sakit


menimbulkan stress pada anak dan orang tua. Reaksi orang tua terhadap
perawatan anak di rumah sakit latar belakang yang menyebabkan dapat di
uraikan sebagai berikut :

1. Perasaan cemas dan takut


Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat
prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di
lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang
sering di tujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas
dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang
sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi
wajah tegang, dan bahkan merah.

2. Perasaan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku
isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa
kooperatif terhadap petugas kesehatan.

3. Perasaan frustrasi

Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku
tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa.

C. Reaksi anak usia sekolah terhadap hospitalisasi ( 6 – 12 tahun)

Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah


dengan lingkungan yang di cintainya, yaitu keluarga dan terutama
kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol
tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak
kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan
bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya
kelemahan fisik.
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan dengan
ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu
mengomunikasi kannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol
perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan atau
memegang sesuatu dengan erat.

1. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12


tahun)

a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman


sebayanya.

b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi


terhadap rasa nyeri.

c. Selalu ingin tahu alasan tindakan.

d. Berusaha independen dan produktif.

2. Reaksi orang tua

a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,


prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan
anak.

b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan


pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
berkurang.

7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju
dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu
makan berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang
mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV
sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas
dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,
keadaan anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : kesadaran composmetis , keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan andi elmah.
b. Grade II : kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,
tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas
dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl
keringat dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)
dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.

B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.

b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam


darah/viremia).
c. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.

C. Intervensi keperawatan

N DX NOC NIC
O
1 Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji TTV
cairan keperawatan selama x24 2. Monitor tanda2 adanya
b/dpeningkatan jam , masalah keperawatan kekurangan volume
permeabilitas kapiler dapat teratasi dengan cairan
, perdarahan, muntah Kriteria hasil : 3. Catat dan observasi
dan demam. - Volume cairan dapat intake output
teratasi 4. Monitor dan catat BB
- Mual dan muntah 5. Monitor tanda syok
berkurang hipovolemi
- Mukosa bibir normal
2 Hipertemia (suhu Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji saat timbul
naik) berhubungan keperawatan selama x24 demam
dengan proses jam , masalah keperawatan 2. Observasi ttv
penyakit dapat teratasi dengan 3. Anjurkan klien banyak
(viremia/virus). Kriteria hasil : minum
- Suhu tubuh normal 4. Anjurkan tidak
- Mukosa lembab memakai selimut tebal
5. Berikan cairan IVFD
dan obat antipiretik
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji mual, sakit
pemenuhan keperawatan selama x24 menelan, muntah
kebutuhan nutrisi jam , masalah keperawatan 2. Beri makanan yang
dari kebutuhan b/d dapat teratasi dengan mudah ditelan
anoreksia Kriteria hasil : 3. Jelaskan manfaat
- BB stabil dalam batas makanan/nutrisi untuk
normal klien
- Mual muntah tidak ada 4. Catat jumlah/porsi
makanan yang
dihabiskan
5. Lakukan oral hygine
6. Kolaborasi
4 Resiko tinggi 1. Monitor tanda2
terjadinya Setelah dilakukan asuhan perdarahan dan
pendarahan b/d keperawatan selama x24 trombosit
trombositopenia jam , masalah keperawatan 2. Anjurkan klien banyak
dapat teratasi dengan istirahat
Kriteria hasil : 3. Berikan penjelasan
- TTV normal kepada keluarga untuk
- Trombosit meningkat
melaporkan jika terjadi
pendarahan
4. Antisipasi terjadinya
pendarahan
5 Gangguan aktivitas Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kebutuhan klien
b/d kondisi tubuh keperawatan selama x24 2. Bantu ADL klien
lemah jam , masalah keperawatan 3. Kaji hal2 positif yang
dapat teratasi dengan bisa dilakukan klie
Kriteria hasil : 4.
- Keadan membaik
- Kebutuhan sehari2
terpenuhi
6 Resiko tinggi syok Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor keadaan
hipovolemi b/d keperawatan selama x24 umum klien
kekurangan cairan jam , masalah keperawatan 2. Observasi TTV
volume tubuh dapat teratasi dengan 3. Monitor tanda2
Kriteria hasil : pendarahan
- TTV normal 4. Anjurkan berpuasa
- Keadaan umum jika terjadi
membaik perdarahan saluran
- Syok hipovolemi tidak pencernaan
terjadi 5. Perhatikan keluhan
pasien jika terjadi
sesak nafas, pusing
dan lemah
6. kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba
medika

Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC

Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika

Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC

Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC

Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

Anda mungkin juga menyukai