PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh termasuk
menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral, rektal, dan parenteral serta
yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien
dalam berbagai umur, berat dan status penyakitnya serta teknik penggunaannya atau petunjuk
pemakaiannya (Katzung, 2001).
Bentuk sediaan dan cara pemberian merupakan penentu dalam memaksimalkan proses
absorbsi obat oleh tubuh karena keduanya sangat menentukan efek biologis suatu obat seperti absorpsi,
kecepatan absorpsi, dan bioavailabilitas (total obat yang dapat diserap), cepat atau lambatnya obat mulai
bekerja (onset of action), lamanya obat bekerja (duration of action), intensitas kerja obat, respons
farmakologik yang dicapai serta dosis yang tepat untuk memberikan respons tertentu (Katzung, 2001).
Obat sebaiknya dapat mencapai reseptor kerja yang diinginkan setelah diberikan melalui rute
tertentu yang nyaman dan aman seperti suatu obat yang memungkinan diberikan secara intravena dan
diedarkan di dalam darah langsung dengan harapan dapat menimbulkan efek yang relatif lebih cepat dan
bermanfaat (Katzung, 2001).
Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang
dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Jumlah obat dalam tubuh dapat berkurang karena proses
metabolisme dan ekskresi. Hati merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan
efektif mengeksresi obat yang bersifat lipofil karena mereka akan mengalami reabsorpsi di tubulus setelah
melalui filtrasi glomelurus. Oleh karena itu, obat yang lipofil harus dimetabolisme terlebih dahulu
menjadi senyawa yang lebih polar supaya reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi
(Mardjono, Mahar, 2007).
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu Metabolisme Senyawa bioaktif
2) Bagaimana Reaksi Metabolisme Oksidasi
3) Bagaimana Siklus Katalis dengan Sitokrom P-450
C. Tujuan
1) Dapat mengetahui metabolism senyawa bioaktif
2) Dapat mengetahui reaksi metabolisme oksidasi
3) Dapat mengetahui bagaimana siklus reaksi katalis dengan sitokrom P 450
BAB II
PEMBAHASAN
Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang
dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Sedangkan untuk senyawa bioaktif merupakan senyawa yang
mempunyai efek fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Jadi
Metabolisme senyawa bioaktif adalah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang
mempunyai efek fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Peran
senyawa bioaktif di dalam tubuh diperoleh jika senyawa tersebut mencapai lokasi aksinya.
Jumlah obat dalam tubuh dapat berkurang karena proses metabolisme dan ekskresi. Hati
merupakan organ utama tempat metabolisme obat. Ginjal tidak akan efektif mengeksresi obat yang
bersifat lipofil karena mereka akan mengalami reabsorpsi di tubulus setelah melalui filtrasi glomelurus.
Oleh karena itu, obat yang lipofil harus dimetabolisme terlebih dahulu menjadi senyawa yang lebih polar
supaya reabsorpsinya berkurang sehingga mudah diekskresi (Mardjono, Mahar, 2007).
Proses metabolisme terbagi menjadi beberapa fase, fase I merubah senyawa lipofil menjadi
senyawa yang mempunyai gugus fungsional seperti OH, NH2, dan COOH. Ini bertujuan agar senyawa
lebih mudah mengalami proses perubahan selanjutnya. Hasil metabolisme fase I mungkin mempengaruhi
efek farmakologinya. Metabolisme fase I kebanyakan menggunakan enzim sitokrom P450 yang banyak
terdapat di sel hepar dan GI. Enzim ini juga berperan penting dalam memetabolisme zat endogen seperti
steroid, lemak dan detoksifikasi zat eksogen. Namun demikian, ada juga metabolisme fase I yang tidak
menggunakan enzim sitokrom P450, seperti pada oksidasi katekolamin, histamine dan etanol (Mardjono,
Mahar, 2007).
Reaksi fase II atau reaksi konjugasi terjadi jika zat belumcukup polar setelah mengalami
metabolisme fase I, ini terutama terjadi pada zat yang sangat lipofil. Konjugasi ialah reaksi penggabungan
antara obat dengan zat endogen seperti asam glukoronat, asam sulfat, asam asetat dan asam amino. Hasil
reaksi konjugasi berupa zat yang sangat polar dan tidak aktif secara farmakologi. Glukoronidasi adalah
reaksi konjugasi yang paling umum dan paling penting dalam ekskresi dan inaktifasi obat ( Mardjono,
Mahar, 2007).
Untuk obat yang sudah mempunyai gugus seperti OH, NH2, SH dan COOH mungkin tidak perlu
mengalami reaksi fase I untuk dimetabolisme fase II. Dengan demikian tidak semua zat mengalami reaksi
fase I terlebih dahulu sebelum reaksi fase II. Bahkan zat dapat mengalami metabolisme fase II terlebih
dahulu sebelum mengalami metabolisme fase I. (Mycek,2001).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmik retikulum (mikrosom)
dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstra hepatik) adalah dinding usus, ginjal, paru, darah,
otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus) (Mardjono, Mahar, 2007).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar (larut lemak) menjadi polar
(larut air)agar dapat diekskresikan melalui ginjal atau empedu.dengan perubahan ini obat aktif umumnya
diubah menjadi inaktif.Tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif(jika asalnya prodrug),kurang aktif,atau
menjadi toksik (Mardjono, Mahar, 2007).
Secara umum tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat menjadi metabolit tidak aktif dan
tidak toksik (bioinaktivasi atau detoksifikasi),mudah larut dalam air dan kemudian diekskresikan dari
tubuh.Hasil metabolit obat bersifat lebih toksik dibanding dengan senyawa induk(biootoksifikasi)dan ada
pula hasilmetabolit obat yang mempunyai efek farmakologis berbeda dengan senyawa
induk.contoh:Iproniazid,suatu obat perangsang system syaraf pusat,dalam tubuh di metabolis menjadi
isoniazid yang berkhasiat sebagai antituberkolosis.
Metabolisme obat secara normal melibatkan lebih dari satu proses kimiawi dan enzimatik
sehingga menghasilkan lebih dari satu metabolit.Jumlah metabolit ditentukan oleh kadar dan aktivitas
enzim yang berperan dalam proses metabolisme.Kecepatan metabolisme dapat menentukan intensitas dan
masa kerja obat.Kecepatan metabolisme ini kemungkinan berbeda-beda pada masing-masing
individu.Penurunan kecepatan metabolisme akan meningkatkan intensitas dan memperpanjang masa kerja
obat dan kemungkinan meningkatkan toksisitas obat.Kenaikan kecepatan metabolisme akan menurunkan
intensitas dan memperpendek masa kerja obat sehingga obat menjadi tidak efektif pada dosis normal
(Ganiswara, dkk. 1995).
Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytocrome P450 (cyp)yang
disebut juga enzim monooksigenase atau MFO (Mixed Fungtion Oxidase) dalam endoplasmic reticulum
(mikrosom)hati.Interaksi dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim
metabolisme,terutama enzim cyp (Mardjono, Mahar, 2007).
Reaksi metabolisme oksidasi Merupakan reaksi yang paling umum terjadi. Reaksi ini terjadi pada
berbagai molekul menurut proses khusus tergantung pada masing-masing struktur kimianya, yaitu reaksi
hidroksilasi pada golongan alkil, aril, dan heterosiklik; reaksi oksidasi alkohol dan aldehid; reaksi
pembentukan N-oksida dan sulfoksida; reaksi deaminasi oksidatif; pembukaan inti dan sebagainya
(Anonim,1999). Reaksi oksidasi dibagi menjadi dua, yaitu oksidasi yang melibatkan sitokrom P450
(enzim yang bertanggungjawab terhadap reaksi oksidasi) dan oksidasi yang tidak melibatkan sitokrom
P450.
C. Siklus Reaksi Katalis Dengan Sitokrom P 450
Berdasarkan sifat protein transfer electron, CYP dapat diklasifikan kedalam beberapa kelompok,
antara lain:
Reaksi yang paling umum dikatalisis oleh sitokrom P450 adalah reaksi monooksigenase ,
misalnya, penyisipan satu atom oksigen ke dalam posisi alifatik dari substrat organik (RH) sementara
atom oksigen lainnya direduksi menjadi air:
Rute alternatif untuk mono-oksigenasi adalah melalui "peroksida shunt" (jalur "S" pada
gambar). Jalur ini memerlukan oksidasi kompleks substrat besi dengan donor oksigen-atom
seperti peroksida dan hipoklorit. Peroksida hipotetis "XOOH" ditunjukkan dalam diagram.
Spektroskopi
Pengikatan substrat tercermin dalam sifat spektral enzim, dengan peningkatan absorbansi pada
390 nm dan penurunan pada 420 nm. Ini dapat diukur dengan spektroskopi perbedaan dan disebut
sebagai spektrum perbedaan "tipe I" (lihat grafik inset pada gambar). Beberapa media
menyebabkan perubahan yang berlawanan dalam sifat spektral, spektrum "tipe terbalik I", oleh
proses yang belum jelas. Inhibitor dan substrat tertentu yang berikatan langsung dengan besi
heme menimbulkan spektrum perbedaan tipe II, dengan maksimum pada 430 nm dan minimum
pada 390 nm (lihat grafik inset pada gambar). Jika tidak ada pengurangan setara yang tersedia,
kompleks ini dapat tetap stabil, memungkinkan tingkat pengikatan ditentukan dari pengukuran
absorbansi in vitro. Jika karbon monoksida (CO) berikatan dengan P450 yang berkurang, siklus
katalitik terganggu. Reaksi ini menghasilkan spektrum perbedaan CO klasik dengan maksimum
pada 450 nm.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metabolisme atau biotransformasi adalah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang
dikatalis oleh enzim menjadi metabolitnya. Sedangkan untuk senyawa bioaktif merupakan senyawa yang
mempunyai efek fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia.
Metabolisme senyawa bioaktif adalah reaksi perubahan zat kimia dalam jaringan biologi yang
mempunyai efek fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Peran
senyawa bioaktif di dalam tubuh diperoleh jika senyawa tersebut mencapai lokasi aksinya.
Faktor-faktor yang mempengarui metabolisme obat yaitu: factor genetic atau keturunan, perbedaan
spesies dan galur,perbedaan jenis kelamin,perbedaan umur,penghambat enzim metabolism, dan induksi
enzim metabolisme
Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytocrome P450 (cyp)yang disebut
juga enzim monooksigenase atau MFO (Mixed Fungtion Oxidase) dalam endoplasmic reticulum
(mikrosom)hati.Interaksi dalam metabolisme obat berupa induksi atau inhibisi enzim
metabolisme,terutama enzim cyp (Mardjono, Mahar, 2007).
Reaksi yang paling umum dikatalisis oleh sitokrom P450 adalah reaksi monooksigenase , misalnya,
penyisipan satu atom oksigen ke dalam posisi alifatik dari substrat organik (RH) sementara atom oksigen
lainnya direduksi menjadi air.
B. Saran