Anda di halaman 1dari 7

Rancangan Penelitian

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu proses perjalanan individu ke arah yang lebih baik
dengan berbagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Dengan kata lain, pendidikan
adalah usaha sadar yang dilakukan dalam peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)
melalui kegiatan pembelajaran. Dua buah konsep pendidikan yang saling berkaitan yaitu
belajar (learning) dan mengajar (intruction). Konsep belajar mengacu pada peserta didik
dan konsep menagajar mengacu pada tenaga pendidik (Sulthoni dan Fajar 2008:5).

Pendidikan tidak bisa lepas dari pembelajaran atau proses belajar. Pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan
keterampilan berpikir dari pengalaman (John W. Santrock : 2007 : 266). Sebenarnya, hal
yang paling penting dalam pendidikan adalah proses belajar. Karena dalam proses belajar
inilah perubahan tingkah laku akan terbentuk. Pembelajaran dikatakan berhasil manakala
perubahan tingkah laku yang terbentuk sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.

Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Dalam suatu proses


komunikasi selalu melibatkan tiga pokok, yaitu komponen pengiriman pesan (guru),
komponen penerima pesan (peserta didik), dan komponen pesan yaitu berupa materi
pelajaran (Wina Sanjaya 2014:162). Kadang-kadang dalam proses pembelajaran terjadi
kegagalan komunikasi, artinya tidak semua materi yang disampaikan guru dapat diterima
oleh peserta didik dengan optimal. Sehingga materi yang disampaikan tidak dapat
dipahami oleh peserta didik dengan baik. Hal ini dapat menghambat pencapaian tujuan.

Matematika sebagai salah satu ilmu yang harus dipelajari di setiap jenjang
pendidikan tersebut mempunyai objek yang berifat abstrak. Menurut Sugeng Mardiyanto
(2004:1), sifat objek matematika yang abstrak pada umumnya dapat membuat materi
matematika sulit ditangkap dan dipahami. Hal tersebut seharusnya bukan menjadi alasan
bagi siswa untuk takut terhadap pelajaran matematika, tetapi justru menjadikan siswa
tertantang untuk selalu mempelajarinya. Sejatinya keabstrakan sifat objek matematika
merupakan letak dari kekuatan yang ada dalam matematika itu sendiri, yang
memungkinkan dapat diterapkan dalam berbagai konteks ( Asep Jihad 2008 : 154).
Guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang menarik dengan memanfaatkan
media belajar dan sumber belajar untuk menghindari kegagalan komunikasi. Sekarang
banyak sekali media belajar yang bisa dimanfaatkan oleh guru. Baik yanng tradisional
maupun yang modern. Media belajar yang berbasis tradisional antara lain gambar, poster,
papan permainan, teka teki, dan lain-lain, sedangkan media yang modern adalah media
belajar yang berbasis teknologi, seperti game, pada komputer, powerpoint, macromedia
flash dan lain-lain (Azhar Arsyad 2011: 33-35). Guru sebagai seorang pendidik harus
dapat menggunakan media pembelajaran untuk menanamkan konsep serta meningkatkan
hasil belajar siswa.

Hasil belajar merupakan salah satu indikator dari keberhasilan dalam


melaksanakan proses pembelajaran. Ketercapaian hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai
unsur. Unsur yang paling utama adalah unsur guru, unsur siswa, unsur kurikulum, dan
unsur sarana prasarana pendukung proses pembelajaran. Hasil belajar dapat berupa
pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat menggunakan tes
perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya dapat
diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi, wawancara, skala sikap, dan lain-lain
(Zainal Arifin 2012:181).

Berdasarkan wawancara dengan ibu susi, selaku guru pengampu matematika


kelas VII SMP Islam Attaqwiyah Weru beliau menuturkan bahwa peserta didik banyak
mengalami kesulitan ketika mereka belajar matematika, pada saat proses pembelajaran
menggunakan metode konvensional, yaitu peserta didik diberi rumus dan contoh soal serta
cara penyelesaiannya dan tidak pernah menggunakan alat peraga matematika sebagai
alternatif dalam mengajar. Hal ini terjadi karena sumber daya baik dari pendidik maupun
motivasi pembuatan alat peraga yang kurang juga disebabkan belum timbul kesadaran
akan pentingnya penggunaan alat peraga serta pengaruhnya dalam kegiatan proses belajar
mengajar. Pada proses pembelajaran peserta didik kurang memahami konsep dari bilangan
bulat itu sendiri sehingga peserta didik kesulitan dalam menyelesaikan soal ujian akhir
dalam pembelajaran. Pembelajaran matematika dapat dikatakan masih berpusat pada guru
atau teacher centered, hal itu mengakibatkan siswa tidak konsentrasi dan sulit menerima
konsep yang diajarkan guru.

Faktor lain yang menyebabkan peserta didik kesulitan belajar matematika di kelas
VII SMP Islam Attaqwiyah Weru adalah kurangnya variasi pembelajaran yang diberikan
guru terutama dalam penggunaan alat peraga pembelajaran. Peserta didik menjadi malas
dan tidak tertarik untuk mengikuti pelajaran matematika. Hal ini dibuktikan dengan
implikasi yang timbul adalah prestasi belajar matematika siswa yang rendah dapat dilihat
dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang belum dicapai peserta didik. Sementara itu,
berdasarkan hasil nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) pada semester 1 harian peserta
didik, kurang dari setengah jumlah peserta didik di kelas tersebut belum mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Dikelas VII banyak materi matematika yang memang sulit
dipahami, salah satu materi pembelajaran matematika yang dirasa dulit oleh peserta didik
adalah operasi hitung bilangan bulat.

Melihat permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan dari awal suatu sistem
pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Guru hendaknya dapat menyusun program pengajaran yang dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar. Media
pembelajaran yang sebaiknya diterapkan adalah media pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksikan pengetahuan sendiri sehingga siswa
lebih mudah untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan. Media pembelajaran yang
dipilih guru harus sesuai dengan materi maupun dengan kondisi siswa yang sedang
belajar, agar kemampuan siswa dapat berkembang secara optimal ( Raikhani 2016:5)

Manfaat dari penggunaan media ialah dapat mengatasi hambatan proses


berkomunikasi antara lain mengatasi verbalisme (ketergantungan untuk menggunakan
kata-kata dalam memberikan penjelasan), artinya dengan kata-kata lisan yang mungkin
abstrak dapat digambarkan dan dibantu dengan penggunaan media sehingga verbalisme
dapat diminimalkan atau bahkan ditiadakan. Pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. ( Arief S.
Sadirman 2009:17).

Oleh sebab itu untuk mengkongkretkan pembelajaran khusunya pada materi


operasi bilangan bulat perlu digunakan alat peraga untuk mengaktifkan siswa untuk
mencapai hasil belajar yang optimal, maka dari itu penulis tertarik mengadakan penelitian
tentang penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat dengan
menggunakan alat peraga jembatan bilangan dikarenakan alat peraga tersebut bahan-bahan
pembuatannya banyak ditemukan di lingkungan sekitar dan mudah untuk dibuat tetapi
dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah operasi hitung bilangan bulat.
Berdasarkan uraian permasalah diatas maka sangat perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui bagaimana “ Penggunaan alat peraga jembatan bilangan untuk
meningkatkan hasil belajar matematika “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi atau latar belakang masalah dapat dirumuskan secara umum
sebagai berikut “ Bagaimana Penggunaan Alat Peraga Jembatan Bilangan dapat
meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Mata Pelajaran Matematika tentang
Operasi Hitung Bilangan Bulat?”

C. Metode Penelitian

1 . Tempat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan di SMP islam Attaqwiyah weru yang beralamat di
JL. Fatahillah NO.23, Megu Cilik, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat,
Kode Pos 45154.

2. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan desain
quasi eksperimental yaitu design model tes awal-tes akhir kelompok tunggal (the one
group pretest-posttest design).

O1 X O2

O1 = Nilai pretest sebelum diberi perlakuan

X = Perlakuan (Treatment)

O2 = Nilai posttest sesudah diberi perlakuan

Paradigma dalam penelitian ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan sehingga hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan serta menggunakan instrumen penelitian berupa angket dan
tes untuk mengetahui dengan menggunakan alat peraga apakah dapat meningkatkan
hasil belajar matematika.

3. Instrumen Penelitian

Menurut Sukmadinata (2010:230) instrumen penelitian adalah berupa tes yang


bersifat mengukur, karena berisi tentang pertanyaan dan pernyataan yang alternative
jawabannya memiliki standard jawaban tertentu, benar salah maupun skala jawaban.

1. Tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
individu. Teknik ini bertujuan untuk mengukur keterampilan pengetahuan dan
kemampuan yang miliki peserta didik. Jenis tes yang diberikan berupa pretest dan
posttest.

2. Observasi

Penilaian observasi dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang ditentukan dalam penilaian ini
peneliti hanya menggunakan empat aspek dalam penilaian sikap selama proses
pembelajaran yaitu aktif, kreatif, tanggung jawab, dan mandiri.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data ini dilakukan dengan membandingkan nilai rata-rata pre-test dan pos-test
kelas eksperimen mata pelajaran matematika materi operasi bilangan bulat.

Analisis ini menggunakan uji satu sampel untuk rata-rata (one sample t-test) dengan uji
tersebut akan diketahui apakah ada pengaruh antara nilai rata-rata pre-test dan post-test
kelas eksperimen.

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji one sample t test, terlebih dahulu diuji normalitas untuk
mengetahui apakah berdistribusi normal atau tidak.
a. Uji normalitas digunakan untuk mengolah data pre-test dalam menentukan apakah
kelas yang telah diuji berdistribusi atau tidak. Rumus pengujian ini dikenal dengan
Chi-Kuadrat. Rumus yang digunakan adalah :

k 2
2 ( Oi−E i )
x =∑
i=1 Ei

keterangan :

x2 = Chi Kuadrat

Oi = frekuensi

Ei = frekuensi yang diharapkan

K = banyaknya kelas interval

2. Uji perbedaan Dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui pengaruh hasil pre-test
sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan hasil post-test sesudah diberi perlakuan
(treatment). Untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata ini menggunakan uji t-test
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ho = μ 1≥ μ 2

H1 = μ 1≤ μ 2

Keterangan :

μ 1 = Rata-rata nilai post-test

μ 2 = Rata-rata nilai pre-test

Rumus yang digunakan

x´1− x́ 2
2 ( n1−1 ) S12 + ( n2 −1 ) S 22
thitung = 1 1 dengan S =
S
√ +
n1 n2
n1 +n 2−2

Keterangan :

x́ 1 = Nilai rata-rata setelah perlakuan

x́ 2 = Nilai rata-rata sebelum perlakuan


n1 = jumlah siswa setelah perlakuan

n2 = jumlah siswa sebelum kontrol

S12 = varians kelompok setelah perlakuan

S22 = varians kelompok sebelum perlakuan

Anda mungkin juga menyukai