TEKNIK PEMBENTUKAN LOGAM I

Oleh
Dr. Ir. Iskandar Muda, M Eng

TEKNIK METALURGI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
1
Struktur dan Ikatan Atom
Pendahuluan
• Atom terdiri dari elektron dan inti atom
• Inti atom disusun oleh proton dan neutron
• Elektron mengelilingi inti atom dalam
orbitnya masing-masing
• Massa atom terpusat pada inti atom
• Jumlah elektron dan proton sama,
sedangkan neutron neutral, maka atom
menjadi neutral
Model atom Bohr
Model Atom

5
No. Element K L M N O P Q
1 2 3 4 5 6 7
s sp spd spd f spd f spd f s
1 H 1
2 He 2
3 Li 2 1
4 Be 2 2
5
6
7
B
C
N
2
2
2
21
22
23
Konfiguration
elektron unsur
8 O 2 24
9 F 2 25
10 Ne 2 26
11 Na 2 26 1
12 Mg 2 26 2
13 Al 2 26 21
14 Si 2 26 22
15 P 2 26 23
16 S 2 26 24
17 Cl 2 26 25
18 Ar 2 26 26
19 K 2 26 26- 1
20 Ca 2 26 26- 2
21 Sc 2 26 261 2
22 Ti 2 26 262 2
23 V 2 26 263 2
24 Cr 2 26 2 6 5* 1
25 Mn 2 26 265 2
26 Fe 2 26 266 2
27 Co 2 26 267 2
28 Ni 2 26 268 2
29 Cu 2 26 2 6 10 1*
30 Zn 2 26 2 6 10 2
31 Ga 2 26 2 6 10 21
32 Ge 2 26 2 6 10 22
33 As 2 26 2 6 10 23
34 Se 2 26 2 6 10 24
35 Br 2 26 2 6 10 25
36 Kr 2 26 2 6 10 26
Tabel Periodik
Elektronegatip dari Unsur
Ikatan Ionik

9
Ikatan Atom Ionik
Ikatan Ionik

11
Ikatan Kovalen

12
Ikatan Atom Kovalen
Ikatan Logam

14
Ikatan Logam

15
 PADUAN LOGAM
• Senyawa logam: aturan valensi tidak berlaku,
seolah-olah valensi berubah ubah. Contoh :
Cu2Zn, Cu3Sn, CuAl2 valensi Cu berubah dari 3
dengan Zn, 2/3 dengan Sn dan 6 dengan Al.
contoh lain: Fe3C, Mn3C, Cr4C, WC, W2C
• Larutan padat: Paduan dua macam logam
yang satu sama lain dapat larut, mempunyai
perbandingan yang tetap. 1. Larutan padat
intertisi 2. Larutan padat substitusi.
MEMAHAMI DAERAH SATU:

PADA SAAT LOGAM LAS CAIR (L); SUSUNAN ATOMNYA

TIDAK TERATUR, NAMUN PADA SAAT MEMBEKU (MENJADI
PADAT), SUSUNAN ATOMNYA MENJADI TERATUR:

17
Sistem Kristal
Parameter kisi diklasifikasikan dalam tujuh sistem
kristal dan empat belas kisi kristal z
• Kristal adalah susunan
atom-atom secara teratur
dan kontinu pada arah
tiga dimensi
• Satuan sel adalah susunan c b a y
terkecil dari kristal d a
• Parameter kisi struktur
kristal b
x
– Panjang sisi a, b, c
– Sudut antara sumbu a, b, d
Bidang Kristal z Bid (110) mengacu
titik asal O

• Dinyatakan dengan
y
(hkl) c a
• hkl merupakan x b Bid. (110) ekivalen
bilangan bulat
z Bid (111) mengacu
titik asal O

c y
a
x b Bid. (111) ekivalen
 Menentukan Indeks Miller
Bidang Kristal
• Untuk menyederhanakan rumus kristalografi,
d i p a k a i h a r g a ke b a l i k a n ( r e c i p r o c a l )
perpotongan ini.
• Harga kebal i kan di jadi kan i ntersep i n i
dijadikan penyebut paling rendah guna
memberi indeks Miller (hkl) kepada bidang
tersebut.
Menentukan Indeks Miller
Bidang Kristal
z
• Prosedur menentukan bidang
kristal contoh bidang ABCD E B
x y z H A I
Perpotongan ~ 1 1
Resiprokal 1/~ 1/1 1/~ F C
Penentuan (010) c J
a y
Bidang GFIJ
G D
Perpotongan ~ 1 1/2 bid.(010)
Resiprokal 1/ ~ 1/1 2 b
Penentuan (012) x bid.(012)
• Arah kristal dinyatakan
sebagai vektor dalam
[uvw]
z
• uvw merupakan
bilangan bulat
• Himpunan arah <111> [111]
terdiri dari [111], c y
[111], [111], [111], [100] a
[111], [111], [111], [110]
[111] x b
Menentukan Indeks Miller Arah Kristal
• Harga kebalikan tidak dipakai
• Sebagai contoh arah FD
diperoleh dengan bergerak z
menjauhi titik awal sejauh jarak E B
ao sepanjang sumbu X dan
H A
bergerak sejauh jarak yg sama
dalam arah y positip, maka F C
c
indek arah itu adalah {110} I a y
• Untuk arah FI adalah sbb: G D
b
Perpotongan ½ 1 0 x Arah (120)

Reduksi 1 2 0
Penentuan [120] Arah (110)
 Macam Susunan Kristal
Parametral
System Interfacial angles
intercepts
Cubic a = b = c α = β = γ = 90°
Tetragonal a = b ≠ c α = β = γ = 90°
Orthorhombic a ≠ b ≠ c α = β = γ = 90°
α = β = γ = 90°,
Monoclinic a ≠ b ≠ c
β &#x003E; 90°
Triclinic a ≠ b ≠ c α ≠ β ≠ γ ≠ 90°
x∧y = y∧u = u∧
Hexagonal
x = 120°
Trigonal a1 = a2 = a3 ≠ c x, y, u, z = 90°
14 kisi kristal
SUSUNAN ATOM YANG TERATUR DALAM DUA DIMENSI
DAPAT DIGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:

DALAM TIGA DIMENSI; DAPAT DIGAMBARKAN SBB:

SUSUNAN ATOM
TERKECIL DALAM
RUANG (SEL SATUAN)

26
2
 SEL SATUAN SEPERTI INI DISEBUT
KUBUS SEDERHANA (SIMPLE CUBIC)
YANG MEMILIKI CIRI-CIRI SBB:
1. BILANGAN KOORDINASI 6

DALAM 2D
BK = 4

UNTUK LOGAM, BILANGAN KORDINASINYA; KALAU TIDAK

8, ADALAH 12.

27
2
2. JUMLAH ATOM PER VOLUME SEL SATUAN = SATU

BANYAKNYA ATOM PER VOLUME SEL-

SATUAN; MENENTUKAN MASA JENIS
MATERIAL YBS LAZIM DISEMBUT:
MASA JENIS TEORITIK

3. GEOMETRI SEL SATUAN:

DINYATAKAN DENGAN PANJANG RUSUK (a).
DALAM HAL INI PANJANG RUSUK SEBESAR 2R
ATAU 1D; DINYATAKAN DALAM ANGSTROM (A).
1 A = 10-8 cm

4. MEMILIKI SATU JENIS RONGGA (RUANG ANTAR

ATOM); SEBAGAI DASAR DALAM PROSES PEMADUAN

28
2
JENIS-JENIS SEL SATUAN (KRISTAL) BERBASIS KUBUS
DENGAN BILANGAN KOORDINASI 8 ATAU 12 ADALAH:
• KUBUS PUSAT BADAN (KPB) ATAU BODY CENTERED
CUBIC (BCC); DIMANA BK = 8
• KUBUS PUSAT MUKA (KPM) ATAU FACE CENTERED
CUBIC (FCC); DIMANA BK = 12

BCC
FCC

29
2
JENIS SEL SATUAN LAIN DENGAN BK 12 ADALAH
HEKSAGONAL

IWE/IWIP COURSE B4T 30

3
ANALISIS SEL SATUAN:
1. KUBUS PUSAT BADAN (KPB; BODY CENTERED CUBIC;
BCC):

CIRI-CIRI:
A. MEMILIKI BILANGAN KOORDINASI 8
INGAT: UNSUR LOGAM HANYA MEMILIKI BILANGAN
KOORDINASI; KALAU TIDAK 8 ADALAH 12
31
3
B. MEMILIKI JUMLAH ATOM PER VOLUME SEL SATUAN
SEBANYAK: 2 BUAH ATOM
C. MEMILIKI PANJANG RUSUK SEL SATUAN:

32
3
D. MEMILIKI 2 JENIS RONGGA YAITU: RONGGA
PRIMER DAN RONGGA SEKUNDER.

RONGGA
PRIMER

RONGGA
SEKUNDER

3
E. MEMILIKI BIDANG GESER:

BERFUNGSI SEBAGAI TEMPAT BERPINDAHNYA ATOM-

ATOM; PADA SAAT MISALNYA: LOGAM MENGALAMI
PROSES PEMBENTUKAN (FORMING) ATAU PADA SAAT
FASANYA BERUBAH.
34
3
CONTOH:

PADA PROSES PEMBENTUKAN, SEPERTI PADA PROSES

PENGEROLAN, MESKIPUN BENDA KERJA BERUBAH DARI
TEBAL MENJADI TIPIS; BENTUK SEL SATUAN TIDAK
BERUBAH, MENJADI TIPIS KARENA POSISI ATOM2
BERUBAH MELALUI BIDANG GESER SEL SATUAN
35
3
36
3
2. KUBUS PUSAT MUKA (KPM, FACE CENTERED CUBIC;
FCC):

CIRI-CIRI:
A. MEMILIKI BILANGAN KOORDINASI 12.
KARENA BIL. KOORDINASINYA 12; MAKA SEL-
SATUAN TERSEBUT KEPUNYAAN UNSUR LOGAM
37
3
B. MEMILIKI JAMLAH ATOM PER VOLUME SEL SATUAN
SEBANYAK 4 BUAH ATOM
C. PANJANG RUSUK SEL SATUAN: a = 2R√2
D. MEMILIKI BIDANG GESER SBB:

38
3
E. MEMILIKI 2 JENIS RONGGA; YAITU RONGGA
OKTAHEDRAL DAN RONGGA TETRAHEDRAL.

RONGGA
TETRAHEDRAL

RONGGA
OKTAHEDRAL
39
3
SYARAT KELARUTAN SUATU LOGAM
• Diameter atom relatif dari kedua atom
Perbedaan D<15 % larut yg baik
• Valensi elektronegatif kedua atom.
makin elektronegatif pelarut & elektro positip
pelarut, larut baik
• Valensi relatif kedua atom, valensi yg tinggi
akan lebih baik larut pada valensi rendah
• Kesamaan struktur kristal
LARUT INTERTISI PADA BCC

41
LARUT INTERTISI PADA FCC

42
Larut Padat Substitusi Pada FCC
DENGAN MENGIDENTIFIKASI JENIS KRISTAL YANG
DIMILIKI OLEH SUATU LOGAM; MAKA AKAN DAPAT
DITENTUKAN BIDANG-BIDANG GESER YANG
MERUPAKAN TEMPAT BERGESERNYA ATOM-ATOM PADA
SAAT LOGAM DIDEFORMASI. SEHINGGA PADA SAAT
DIDEFORMASI; BENTUK LOGAM BERUBAH NAMUN
TIDAK AKAN MENGUBAH BENTUK KRISTAL LOGAM
TERSEBUT

45
4
 FAKTOR TUMPUKAN PADAT
• Faktor Tumpukan Padat atau dikenal juga
dengan istilah Atomic Packing Factor (APF)
atau packing fraction, atau packing efficiency
merupakan perbandingan volume di dalam
suatu struktur kristal yang diisi oleh partikel
padat. Faktor tumpukan padat = total volum
bola / total volum satuan sel = Vs/Vc
 Kristal Kubik Berpusat Muka (FCC)

• Faktor tumpukan
padat = total volum
bola / total volum
satuan sel = Vs/Vc =
4x(4/3 r3)/16r32 =
0,74
• Kerapatan = A / VcNA
= (4x63,5) / (162x
(1,28x10 -8)x(6,02x
1023)) g/cm3 = 8,89
g/cm3.
Kristal Kubik Berpusat Badan (BCC)
Kristal Heksagonal Tumpukan
Padat (HCP)
3. HEXAGONAL SUSUNAN RAPAT:

CIRI-CIRI:
A. BILANGAN KOORDINASI 12; DPL HSR SAMA
SEPERTI FCC; YANG BERBEDA HANYA SUSUNAN
TUMPUKKANNYA (STACKING SEQUENCE)

50
5
51
5
52
5
53
SEL SATUAN YANG LAIN YANG LAZIM DIMILIKI OLEH
LOGAM DAN PADUANNYA ADALAH BODY CENTERED
TETRAGONAL (BCT)
54
5
PERHATIAN:

1. UNSUR SEPERTI BESI (Fe); MEMILIKI LEBIH DARI

SATU SEL SATUAN:
S/D 7230C; SEL SATUAN BESI: BCC
723 – 13500C; SEL SATUAN BESI: FCC
1350 – TITIK CAIR BESI (15350C): BCC
UNSUR SEPERTI BESI DISEBUT: POLITROPI; NAMUN
KARENA PERUBAHANNYA “REVERSIBLE” MAKA BESI,
LAZIM DISEBUT UNSUR YANG ALOTROPI

2. UNSUR SEPERTI TITANIUM (Ti) JUGA MEMILIKI LEBIH

DARI SATU SEL SATUAN YAITU DIBAWAH 8850C HSR;
SEDANGKAN DIATAS 8850C ADALAH BCC

55
5
3. PERUBAHAN SEL SATUAN TERMASUK JUGA
KEDALAM PROSES TRANSFORMASI FASA. SETIAP
TRANSFORMASI FASA SELALU DIIRINGI DENGAN
PERUBAHAN VOLUME

56
5
KRISTAL-KRISTAL INI DI DALAM LOGAM TERSUSUN
DALAM BERBAGAI ORIENTASI. SETIAP ORIENTASI YANG
BERBEDA AKAN MEMBENTUK BATAS (BOUNDARY) DAN
SELANJUTNYA SETIAP ORIENTASI AKAN DIKELILINGI
OLEH BATAS DAN MEMBENTUK BUTIR

57
5
 CLUSTER SEL-
SATUAN

BATAS BUTIR

58
5
STRUKTUR LOGAM MURNI SETELAH PEMBEKUAN:
LOGAM MURNI TERSUSUN OLEH ATOM-ATOM SEJENIS

59
5
Pembentukan kristal

60
Batas Butir Logam

61
Solidifikasi dari logam murni

62
Solidifikasi dari Logam Paduan

63
Diagram Pendinginan

64
Diagram Keseimbangan Biner

65
Phase diagram of a mixture with complete solubility in liquid
and solid states.

66
Diagram Fasa Biner
Diagram Fasa

68
Larutan Padat
WL =
Ca  C0 =
S
Ca  CL RS
Wα =
C0  CL
=
R
Ca  CL R S

W = fraksi berat zat

C = persen berat zat
Reaksi Eutektik

76
Reaksi Eutektoid

77
Diagram Fasa Senyawa dengan Titik Lebur
Sebangun (Kongruen)
Diagram Fasa Senyawa dengan Titik Lebur Tak
Sebangun (Inkongruen)
Kurva pendinginan pada besi murni

80
 F
E L + Fe3C
P G
2.14 4.30
y x z

O
N 0.76
H
0.022

Cementite Fe3C
C z’
y’ x’
6.70
The iron–iron carbide phase diagram
M

O 727°C
N

The iron–iron carbide phase diagram

Ferit

83
STRUKTUR MIKRO DAN SEL SATUAN

84
 Equilibrium Arrangement of Iron
Atoms in Steel

Ferrite Austenite Delta ferrite

• Ferrite - room temperature to 1670°F

• Austenite - 1333°F up to 2715°F
• Delta ferrite - 2353°F up to 2795°F
• Exact temperatures depend on % carbon in the iron
 Austenite Transformation to
Ferrite-Pearlite
Time for iron atoms
to rearrange and

carbon atoms to
diffuse

Austenite
Ferrite + Pearlite

• Low carbon and alloy contents (AISI 1020,

ASTM A36)
• High heat input processes give slower cooling
rates 0.1.1.5.1.T7.95.12
Austenit

87
 The Iron–Iron Carbide Phase Diagram.

F
E L + Fe3C
P G
2.14 4.30
x

O
N 0.76
H
0.022

Cementite Fe3C
C
x’
6.70
Pearlite Microstructure

a ferrite
(light phase)

Fe3C
(dark phase)

Pearlite has
mechanical
properties between
the soft, ductile ferrite
and the hard, brittle
cementite.
 The Iron–Iron Carbide Phase Diagram.

F
E L + Fe3C
P G
2.14 4.30
x

O
N 0.76
H
0.022

Cementite Fe3C
C
x’
6.70
Terbentuknya Denrit pada logam cair

91
Struktur Dentrit (250 X)

92
MEKANISME DEFORMASI
Deformasi
Plastis dan
elastis
 PENGERTIAN DEFORMASI ELASTIS DAN PLASTIS

• Deformasi elastis adalah perubahan bentuk yang terjadi bila

ada gaya yang bekerja, serta akan hilang bila bebannya
ditiadakan atau bila beban dihilangkan maka benda akan
kembali ke bentuk dan ukuran semula
• Deformasi plastis adalah perubahan bentuk permanen,
meskipun bebannya dihilangkan
• Bila suatu material dibebani sampai daerah plastis, maka
perubahan bentuk yang saat itu terjadi adalah gabungan
antara deformasi plastis dengan deformasi elastis.
• Bila beban ditiadakan, maka deformasi elastis akan hilang
pula, sehingga perubahan bentuk yang ada hanyalah
defeormasi plastis saja
 MODES OF DEFORMATION
• Slip

• Twinning

• Shear band formation

SLIP PADA ATOM
SLIP PADA BUTIR
STRUKTUR MIKRO SLIP
 Twinning
• Biasanya pada logam dengan struktur HCP and
BCC
• Terjadi deformasi yang terbatas, tetapi dapat
membantu deformasi plastis pada HCP dan
BCC
• Terjadi pada bidang twinning yang spesifik dan
arah twinning.
Pengaruh twinning pada sel satuan
PITA TWINNING PADA BUTIR
TWINNING
Perbanding slip dan twinning

SLIP TWINNING

HOMOGENEOUS LOCALIZED

COMMON IN FCC COMMON IN HCP &

BCC

OCCURS UNDER OCCURS UNDER

STATIC LOADING SHOCK LOADING
Sistim Slip Pada Logam Kubus
Aplikasi Texture
Properties versus Percent Cold Work

©2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning™ is a

trademark used herein under license.

The effect of cold work on the mechanical properties of

copper

112
Baja Tahan Karat
The fibrous grain
structure of a low
carbon steel produced
by cold working: (a)
10% cold work, (b)
30% cold work, (c)
60% cold work, and
(d) 90% cold work
(250). (Source: From
ASM Handbook Vol. 9,
Metallography and
Microstructure, (1985)
ASM International,
Materials Park, OH
44073. Used with
permission.)

114
©2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning™ is a trademark used herein under license.
Anisotropic
behavior in a
rolled aluminum-
lithium sheet
material used in
aerospace
applications. The
sketch relates the
position of tensile
bars to the
mechanical
properties that are
obtained

115
116
Orientations of samples

117
TEKSTUR ANIL
Effect of intermediate annealing on texture, formability
of 17% Cr ferritic stainless steel sheet
 Characteristics of Cold Working

©2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning™ is a trademark used herein under
license.

A comparison of strengthening copper by (a) cold working

and (b) alloying with zinc. Note that cold working produces
greater strengthening, yet has little effect on electrical
conductivity

121
 ©2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning™ is a trademark used herein under license.

The wire-drawing process. The force Fd acts on both the

original and final diameters. Thus, the stress produced in the
final wire is greater than that in the original. If the wire did not
strain harden during drawing, the final wire would beak before
the original wire was drawn through the die

122
 ©2003 Brooks/Cole, a division of Thomson Learning, Inc. Thomson Learning™ is a trademark used herein
under license.

The effect of cold work on the mechanical properties of

copper

123