Anda di halaman 1dari 6

RESUME

TIMBANG TERIMA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah “MANAJEMEN KEPERAWATAN”
Dosen Pengampu : Icca Narayani P,Ns,M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Arif Indrian
NIM : 2018’1364
Kelas : 2A

AKADEMI KEPERAWATAN KRIDA HUSADA KUDUS


TAHUN AJARAN 2019/2020
A. PENGERTIAN TIMBANG TERIMA
Timbang terima memiliki beberapa istilah yaitu handover,handoffs,shift
report,signout,signover dan cross coverage.
Timbang terima atau handover di definisikan oleh Friesen merupakan
suatu transfer informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat)
selama perpindahan keperawatan yang berkelanjutan yang mencakup
tentang pertanyaan,klarifikasi dan informasi tentang pasien. (Friesen,dkk
2010)
Menurut Nursalam (2008) definisi timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien.
Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum
pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga
informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum
dilaksanakan.

B. TUJUAN TIMBANG TERIMA


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,mengembangkan
dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan
kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
C. MACAM MACAM TIMBANG TERIMA
Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:
1. Timbang terima secara verbal
Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk
membahas aspek psikososial keperawattan selama laporan lisan.
2. Rekaman timbang terima
Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima
dapat merusak pentingnya dukungan emosional.Hal ini diungkapkan pula
oleh Kerr (2002) bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat
fungsi pendukung.
3. Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya
adalah:
a. Persiapan (pasien dan informasi).
b. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan,dan
penjelasan kepada pasien.
c. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
4. Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan bedside
timbang terima adalah :
a. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang tidak hadir
pada timbang terima untuk mengakses informasi.
b. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu
disampaikan,bagaimana melibatkan pasien,peran penjaga dan anggota
keluarga,bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak dibahas
didrpan pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien.
5. Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong
pendekatan yang lebih formal.Namun ,seperti rekaaman timbang terima, ada
potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasikan pertanyaan
tertentu.

D. LANGKAH LANGKAH TIMBANG TERIMA


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan
timbang terima adalah:
1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal
hal yang akan disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang
selanjutnya meliputi :
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
d. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu
buru
e. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.

E. PROSEDUR TEMBANG TERIMA


Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien yaitu :
1. Persiapan
a. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah dalam keadaan
sudah siap.
b. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan dinas sebaiknya
menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
a. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
b. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi untuk
melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif halhal
yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang
sudah ada namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang
perlu dibicarakan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diberikan kepada perawat
jaga berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah:
1) Identitas pasien dan diagnosis medis.
2) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
4) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium, atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat
timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas.
7) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
8) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan
terperinci.
9) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat primer.
Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima juga dapat:
a. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang
pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga
selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication
atau komunikasi satu arah.
b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau melakukan
pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis atau written. Yaitu melakukan
pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau
media tertulis lain.

F. HAMBATAN DALLAM PELAKSANAAN TIMBANG TERIMA


Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004)
menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam
pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah:
1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima
2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar
masuk pada saat pelaksanaan timbang terima
3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini

G. EFEK TIMBANG TERIMA


Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri
seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari
timbang terima menurut Yasir (2009) adalah sebagai berikut:
1. Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak
gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang
tidur selama kerja malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya
perasaan mengantuk dan lelah menurunnya nafsu makan dan gangguan
pencernaan.
2. Efek Psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan
teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
3. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah dan pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi
masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita
diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja
(malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi
tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan
industri terjadi pada dinas malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa
kecelakaan cenderung banyak terjadi selama dinas pagi dan lebih banyak
terjadi pada dinas malam.
DAFTAR PUSTAKA

Australian Health Care And Hospitals Association / AHHA .2009


Friesen ,A.M.,White.V.S.,& Byers.F.J. Handoffs : Implication For Nurses.2010
Nursalam .Manajemen Keperawatan .Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional.Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai