Dari kasus tersebut, timbul pertanyaan, apakah tindakan Tokopedia pemecatan beberapa
karyawannya itu sebagai tindakan yang patut dilakukan? Atau tindakan perusahaan e-
commerce tersebut justru demi melindungi kepentingan konsumen sesuai UU No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen?
Bahkan, Chief of Executive Officer Tokopedia, William Tanuwijaya melalui akun resmi
Facebook-nya, juga menyesali atas kejadian ini. Baginya, kepentingan dan kepercayaan
konsumen merupakan aspek yang paling diutamakan, sehingga perusahaan mesti mengambil
keputusan tegas untuk memberhentikan seluruh anggota tim yang terlibat karena
menyalahgunakan kepercayaan konsumen.
“Rasanya sangat terpukul dan kecewa ketika mendapati ada anggota tim yang melakukan
pelanggaran sebanyak total 49 buah produk dari kampanye promosi Tokopedia (yang tidak
dipasarkan). Memang jumlahnya kecil sekali dibanding puluhan juta produk yang laku terjual
setiap bulannya, namun bagi kami ini bukan persoalan seberapa kecil pelanggarannya,” tulis
William dalam akun pribadinya, Selasa (28/8/2018).
Sementara itu, Ketua Indonesia E-Commerce Association (IdEA), Ignatius Untung menilai
pemecatan tersebut merupakan keputusan yang tepat sebagai salah satu komitmen perusahaan
memberi perlindungan kepada konsumennya. Dia meyakini tidak ada niatan buruk dari
perusahaan melakukan tindakan penipuan kepada masyarakat.
Untung menilai perusahaan digital memiliki kemudahan dalam mengaudit transaksi, sehingga
perusahaan dapat melakukan pencatatan lebih rinci. Dia menyayangkan masih ada pihak di
industri digital yang berupaya bermain curang. “Disayangkan ada orang kerja di perusahaan
digital, tapi kayak enggak ngerti bahwa hal seperti ini mudah terdeteksi dalam sistem digital,”
jelas Untung. Memang aspek perlindungan kepentingan konsumen menjadi yang utama bagi
pelaku usaha ketika menjalankan bisnisnya baik itu di perusahaan
perdagangan offline maupun e-commerce seperti yang diatur dalam UU Perlindungan
Konsumen.
Berhati-hati dengan Phishing
Jangan sembarangan membuka dan menanggapi permintaan informasi, kamu harus pastikan
dulu sumber nya aman atau tidak. Karena banyak kasus ditemukan virus atau
serangan cybercrime disebarkan melalui permintaan informasi yang disebar bebas di
internet.
Satu hal lagi yang harus diperhatikan adalah selalu ubah passwordmu secara reguler minimal
tiga bulan sekali.
Selalu memperbarui sistem adalah salah satu cara ampuh untuk mencegah
serangan cybercrime. Misalnya dengan selalu menggunakan software terbaru. Hal ini
dilakukan karena perangkat dengan software lama dianggap lebih rentan dan sudah dipelajari
oleh peretas. Biasanya sistem baru akan menawarkan firewall dan keamanan yang lebih kuat.
Menyembunyikan Wifi
Jangan sembarangan mengumumkan nama jaringan Wifi (SSID) mu, karena hal tersebut
dapat mempermudah hacker untuk menemukan jaringanmu. Kamu bisa menyembunyikannya
dengan melakukan pengaturan di peraturan router.
Selalu miliki rencana A, B, C untuk segala kemungkinan terburuk terjadi. Jadi jika sistemmu
terserang cybercrime, kamu tahu harus berbuat apa. Atau kamu juga bisa memilih untuk
mengasuransikan keamanan siber mu. Cyber liability insurance dirancang untuk melindungi
bisnismu dari ancaman cybercrime dan membantumu untuk mengajukan tuntutan hukum atas
pelanggaran yang terjadi.