Pada akhir tahun 2020, tokopedia sempat heboh diperbincangkan dengan timbulnya kasus kebocoran data para penggunanya. Biasanya nama tokopedia selalu diperbincangkan karena selalu mengusung ide yang dapat menarik perhatian public dengan menjadikan artis korea sebagai brand ambassadornya dan mendatangkan berbagai idol korea juga kerap melakukan promosi melalui banyak influencer yang sedang naik daun. Dalam kasusnya, diketahui ada 91 juta data pengguna dan 7 juta data penjual yang bocor. Bahkan semua data ini dijual di arak web dengan harga sekitar $5000. Dengan bocornya data tersebut, pihak Tokopedia meminta penggunanya untuk mengganti password. Berita tersebut sangat mengejutkan public, apalagi tokopedia merupakan sebuah platform belanja online yang banyak dimintai public bahkan sudah masuk perusahaan startup unicorn. Meskipun diperjualbelikan secara bebas, namun orang yang ingin mengunduh data tersebut harus menggunakan VPN karena data tersebut ada di server Amerika. Terhitung sudah ada lebih dari 50 pengguna sudah mengunduh data tersebut. Walaupun pihak Tokopedia menyatakan bahwa data yang bocor tersebut tidak mencakup data sensitif seperti password dan kode OTP, tetapi mereka menghimbau pengguna aplikasi tetap mengganti password untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pertimbangan-pertimbangan yang terlihat dari perusahaan tokopedia ialah lebih menekankan pada sistem marketing yang baik dibandingkan dengan sistem keamanannya. Strategi marketing yang dilakukan Tokopedia selalu mengusung ide yang dapat menarik banyak perhatian publik, dimulai dari menjadikan BTS, artis Korea ternama sebagai brand ambassador lalu Tokopedia juga kerap melakukan promosi melalui banyak influencer yang ada yang sedang naik daun. Sebenarnya Tokopedia memiliki pendanaan yang cukup besar untuk menjalankan operasionalnya dan seharusnya mereka juga mengalokasikan pendanaan yang cukup untuk sekuritas ataupun keamanan bagi pengguna, karena seiring penambahan jumlah pengguna maka maintenance dan sistem pengamanan yang dimiliki harus semakin baik. Tokopedia lebih fokus untuk mendapatkan keuntungan dengan tidak memikirkan pertimbangan moral etis pada kebijakan bisnis mereka. Apabila dalam mengambil keputusan bisnis, Tokopedia mampu menyeimbangkan antara strategi marketing yang baik dan juga memiliki sistem keamanan yang mumpuni, mungkin masalah kebocoran data dapat dihindari. Selain mengalokasikan pendanaan yang cukup besar untuk marketing dengan menjalin kerjasama artis internasional, sebagai perusahaan teknologi Tokopedia tentu harus juga mengalokasikan pendanaan yang cukup untuk keamanan data pengguna yang merupakan salah satu perhatian pada manajemen risiko perusahaan teknologi. Selain itu kebocoran data yang dialami pengguna tokopedia ini merupakan salah satu akibat dari pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh tokopedia. Hal ini dapat menjadi sebuah pelanggaran sebab berdasarkan dasar etika bisnis, dibutuhkan untuk membuat bisnis yang dijalankan lebih sustainable dengan dasar moral untuk menumbuhkan customer trust yang mana akan berefek pada loyalitas pengguna. Ketika terjadi kebocoran data Tokopedia mungkin tidak lagi dipercaya oleh customer dan akibat terburuk yang dapat dirasakan Tokopedia adalah bisnis mereka dapat kehilangan kepercayaan pengguna. Kebocoran data atas kelalaian Tokopedia tentu melanggar prinsip otonomi, integritas dan menjaga reputasi. Dalam prinsip otonomi seharusnya Tokopedia dapat mengambil keputusan yang lebih baik dimana tidak hanya mementingkan keuntungan dan marketing untuk menambah jumlah pengguna namun lebih jauh lagi harus bertanggung jawab terhadap kualitas pelayan seiring dengan bertambahnya pengguna. Selanjutnya, berkenaan dengan prinsip integritas dan menjaga reputasi Tokopedia sebagai badan bisnis yang besar dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang merugikan perusahaannya dan konsumennya.