Anda di halaman 1dari 6

Apa itu Tokopedia?

Trend belanja saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan,


budaya masyarakat yang awalnnya belanja secara konvensional kini beralih secara online,
terutama setelah hadirnya marketplace di indonesia. Salah satu marketpalce terbesar yang ada
di indonesia saat ini adalah Tokopedia, anda pun sudah tau bukan?

Tokopedia adalah situs juak beli online dan termasuk salah satu yang terbesar di indonesiaa
dimana sampai saat ini sudah sampai pada tahap unicron. Jika anda sering berbelanja online
pastinnya sudah tidak asing lagi dengan salah satu marketplace terbesar ini.

Disni letak masalahnya. Walaupun penggunaan platform belanja online sudah sangat sering
dan masyarakat sudah terbiasa menggunakannya, tetapi sebagian besar masyarakat belum
mengerti dan waspada tentang pentingnya data diri konsumen terutama pada aplikasi belanja
online. Data diri memang salah satu poin penting yang harus diisi ketika seseorang ingin
menggunakan suatu aplikasi terutama aplikasi belanja online. Dengan adanya database
konsumen, perusahaan dapat mengetahui bagaimana performa dari kinerja aplikasi tersebut.
Hal ini bisa dilihat dari bertambah atau tidaknya database konsumen. Apabila database
konsumen selalu bertambah tanpa mengalami penurunan, artinya platform belanja online
tersebut digemari khalayak luas dan memiliki kinerja yang memuaskan penggunanya.
Namun, apabila database konsumen semakin lama malah tidak memberikan peningkatan
yang signifikan, artinya aplikasi tersebut kurang diminati masyarakat yang juga menunjukkan
kurangnya kinerja perusahaan. Kegunaan lain dari database bagi perusahaan adalah sebagai
data yang dapat digunakan dalam analisis potensi pasar. Database konsumen berisi data diri
yang mencakup daerah, usia, dan jenis kelamin penggunanya. Data ini dapat digunakan
perusahaan dalam menentukan segmentasi pasar. Dengan adanya segmentasi pasar ini,
perusahaan menjadi tau untuk menentukan produk yang sesuai dengan selera pengguna dan
pengembangan seperti apa yang dapat dilakukan pada aplikasi. Selain itu, data yang berasal
dari database konsumen juga dapat menunjukkan apakah aplikasi tersebut memang berada
pada pasar yang tepat. Sebelum perusahaan merilis aplikasi tersebut, tentunya perusahaan
sudah melakukan perencanaan akan target pasar melalui analisis segmentasi pasar. Dengan
adanya database ini, perusahaan dapat menganalisis apakah aplikasi tersebut memang berada
pasar pasar yang tepat atau tidak. Hal ini juga menentukan apakah perencanaan perusahaan
tercapai atau tidak.

Namun, pentingnya database ini masih dianggap remeh oleh penggunanya. Meskipun
kebocoran data ini bukan sekali dua kali terjadi di Indonesia, namun masyarakat tampaknya
tidak khawatir dan tidak ambil pusing akan hal ini. Respon masyarakat memang berbeda-
beda, ada yang peduli, dan ada yang tidak. Namun, kebanyakan tidak begitu khawatir dengan
alasan data dirinya tersebut tidak penting bagi orang lain sehingga mereka tidak perlu takut.
Padahal database konsumen itu berisi nama, tanggal lahir, jenis kelamin dan alamat yang
dapat disalahgunakan oknum-oknum. Hal ini terjadi karena masyarakat sendiri masih kurang
mendapatkan edukasi akan pentingnya kerahasiaan data diri. Masyarakat Indonesia yang
cenderung santai dan cuek kurang memperhatikan pentingnya hal ini. Padahal, dengan
melindungi data diri pribadi, sama artinya dengan melindungi hak dasar pribadi dan
menghindari kemungkinan penyalahgunaan data oleh orang lain di mana data tersebut dapat
digunakan untuk melakukan penipuan yang pada akhirnya merugikan pihak yang merupakan
pemilik asli data tersebut.

Beberapa bulan yang lalu, terjadi kasus kebocoran data konsumen aplikasi belanja online
Tokopedia. Hal ini merupakan peristiwa yang mengejutkan karena mengetahui Tokopedia
sudah termasuk sebagai perusahaan startup unicorn meskipun kasus kebocoran data
konsumen ini bukanlah yang pertama kali terjadi pada aplikasi belanja online. Sebelumnya,
aplikasi bukalapak juga sempat mengalami kasus yang sama pada tahun 2019 lalu. Namun
tetap saja, sebagai platform belanja online yang memiliki nama yang besar dan banyak
pengguna, keamanan data konsumen seharusnya menjadi hal yang sangat penting dan patut
diperhatikan Tokopedia. Dalam kasus ini, ada 91 juta data pengguna aplikasi Tokopedia serta
7 juta data penjual per bulan maret 2020 yang datanya yang bocor dan dijual di situs dark
web dengan harga jual sebesar 5000 dollar Amerika Serikat. Meskipun diperjualbelikan
secara bebas, namun orang yang ingin mengunduh data tersebut harus menggunakan VPN
karena data tersebut ada di server Amerika. Terhitung sudah ada lebih dari 50 pengguna
sudah mengunduh data tersebut. Walaupun pihak Tokopedia menyatakan bahwa data yang
bocor tersebut tidak mencakup data sensitif seperti password dan kode OTP, tetapi mereka
menghimbau pengguna aplikasi tetap mengganti password untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan. Kasus kebocoran data ini membuat kita harus lebih waspada lagi mengingat
saat ini aplikasi belanja online meningkat pesat penggunaannya di tengah-tengah masyarakat.

Tingginya jumlah pengguna Tokopedia tidak dibarengi dengan usaha untuk menjaga
kerahasiaan database konsumen. Kelalaian pihak Tokopedia pada kasus ini, dapat merugikan
banyak pihak terkhususnya pengguna Tokopedia sendiri. Padahal, sebagai pengguna mereka
memiliki hak agar data pribadinya dapat dijaga kerahasiaannya untuk menghindari hal-hal
yang tidak diinginkan. Atas dasar kasus kebocoran data, Apakah perusahaan Tokopedia ini
bisa dikatakan menjadi salah satu pelanggaran etika bisnis karena tidak dapat melindungi hak
para penggunanya?

Jika dilihat dari sudut dasar etika, kelalaian yang dilakukan oleh Tokopedia tidak dapat
langsung dikatakan salah atau benar sebab jika kita melihat dari sisi pengguna maka hal ini
akan dapat dikatakan salah atau tidak beretika sebab tokopedia dalam hal menjadi wadah data
data pengguna tersebut tidak dapat menjaga keamanan data mereka sehingga dapat
merugikan para pengguna. Dari sisi Tokopedia, mereka pun sebenarnya korban, mereka tidak
secara langsung memberikan data-data tersebut namun sistem keamanan mereka lah yang
dibobol. Mereka sudah berbuat yang benar dengan tidak menjual data pengguna dan memiliki
sistem keamanannya.

Berdasarkan etika bisnis, hal ini menekankan pada para pembisnis untuk membuat sebuah
pertimbangan-pertimbangan yang moral dan ekonomis yang layak. Pertimbangan-
pertimbangan yang terlihat dari perusahaan tokopedia ialah lebih menekankan pada sistem
marketing yang baik dibandingkan dengan sistem keamanannya. Strategi marketing yang
dilakukan Tokopedia selalu mengusung ide yang dapat menarik banyak perhatian publik,
dimulai dari menjadikan BTS, artis Korea ternama sebagai brand ambassador lalu Tokopedia
juga kerap melakukan promosi melalui banyak influencer yang ada yang sedang naik daun.
Maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya Tokopedia memiliki pendanaan yang cukup besar
untuk menjalankan operasionalnya dan seharusnya mereka juga mengalokasikan pendanaan
yang cukup untuk sekuritas ataupun keamanan bagi pengguna, karena seiring penambahan
jumlah pengguna maka maintenance dan sistem pengamanan yang dimiliki harus semakin
baik. Namun faktanya, justru terjadi kebocoran data pengguna yang berarti sistem
pengamanan data yang ada tidaklah cukup baik, oleh sebab itu kemudian munculah asumsi
bahwa tokopedia meremehkan keamanan pengguna demi mendapatkan pengguna baru lewat
marketing mendunia mereka. Disinilah pelanggaran etika bisnis mereka, Tokopedia lebih
fokus untuk mendapatkan keuntungan dengan tidak memikirkan pertimbangan moral etis
pada kebijakan bisnis mereka. Apabila dalam mengambil keputusan bisnis, Tokopedia
mampu menyeimbangkan antara strategi marketing yang baik dan juga memiliki sistem
keamanan yang mumpuni, mungkin masalah kebocoran data dapat dihindari. Selain
mengalokasikan pendanaan yang cukup besar untuk marketing dengan menjalin kerjasama
artis internasional, sebagai perusahaan teknologi Tokopedia tentu harus juga mengalokasikan
pendanaan yang cukup untuk keamanan data pengguna yang merupakan salah satu perhatian
pada manajemen risiko perusahaan teknologi.

Selain itu kebocoran data yang dialami pengguna tokopedia ini merupakan salah satu akibat
dari pelanggaran etika bisnis yang dilakukan oleh tokopedia. Hal ini dapat menjadi sebuah
pelanggaran sebab berdasarkan dasar etika bisnis, etika bisnis dibutuhkan untuk membuat
bisnis yang dijalankan lebih sustainable dengan dasar moral untuk menumbuhkan customer
trust yang mana akan berefek pada loyalitas pengguna. Ketika terjadi kebocoran data
Tokopedia mungkin tidak lagi dipercaya oleh customer dan akibat terburuk yang dapat
dirasakan Tokopedia adalah bisnis mereka dapat kehilangan kepercayaan pengguna.

Selain itu, jika dilihat dalam prinsip etika bisnis yang semestinya, kebocoran data atas
kelalaian Tokopedia tentu melanggar prinsip otonomi, integritas dan menjaga reputasi. Dalam
prinsip otonomi seharusnya Tokopedia dapat mengambil keputusan yang lebih baik dimana
tidak hanya mementingkan keuntungan dan marketing untuk menambah jumlah pengguna
namun lebih jauh lagi harus bertanggung jawab terhadap kualitas pelayan seiring dengan
bertambahnya pengguna. Selanjutnya, berkenaan dengan prinsip integritas dan menjaga
reputasi Tokopedia sebagai badan bisnis yang besar dapat menghindarkan diri dari hal-hal
yang merugikan perusahaannya dan konsumennya.
Pelanggaran sebuah norma moral dalam masyarakat berkaitan dengan seberapa jelas aturan
dan regulasi yang ada baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Salah satu regulasi yang
diterima secara umum dan menjadi salah satu hukum bisnis adalah perundang-undangan.
Sementara itu, di peraturan perundang-undangan tidak ada aturan yang secara khusus
mengatur dan membahas tentang kebocoran data pengguna internet oleh suatu pelaku bisnis.
Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa kasus kebocoran data ini tidak dianggap
terlalu penting.

Solusi untuk permasalahan. Sikap pemerintah dalam menanggapi kasus kebocoran data
tidak begitu tegas. Indonesia sebenarnya sudah memiliki peraturan mengenai hal ini
berbentuk Peraturan Menteri (Permen) No 20 Tahun 2016 tentang perlindungan data pribadi,
namun untuk kebocoran data berskala besar belum diberikan sanksi tegas untuk e-commerce
yang tidak apik dalam menjaga data pengguna. Dalam UU ITE tidak disebutkan dengan jelas
sanksi yang diberikan untuk e-commerce yang lalai dalam menjaga kerahasiaan data
pengguna. Dengan ketidakjelasan regulasi dari pemerintah ini yang mengakibatkan e-
commerce lainnya mungkin saja melakukan tindakan serupa dengan yang Tokopedia lakukan
selain itu ketidakjelasan regulasi dari pemerintah menyamarkan pelanggaran etika bisnis yang
dilakukan oleh Tokopedia. Untuk menghindari kebocoran data cara mudahnya, merubah
password setiap 3 bulan sekali.
Dan saya meminta semua pihak, untuk melihat permasalahan dengan lebih bijaksana. Karena
menurutnya, setiap platform yang mengalami pembobolan data, harus ditempatkan sebagai
korban, bukan sebagai pelaku. Kita juga dorong pemerintah, soal undang-undang tentang
perlindungan konsumen, untuk tidak fokus pada perusahaan yang dibobol saja, tapi yang
membobol juga harus dikejar dan diberi efek jera.

Oleh sebab itu, semua pihak perlu melakukan perannya dengan semaksimal mungkin agar
segala kegiatan bisnis yang diupayakan dalam perekonomian tidak merugikan masyarakat
sebagai konsumen. Pemerintah perlu menerapkan regulasi yang jelas terkait kegiatan
elektronik dengan implementasi yang efektif, pelaku bisnis juga harus memiliki tanggung
jawab moral untuk melindungi segala informasi pribadi konsumennya. Masyarakat perlu
lebih waspada terhadap kemungkinan cybercrime yang ada sehingga dalam melakukan
kegiatan digital haruslah lebih berhati-hati

Anda mungkin juga menyukai