Anda di halaman 1dari 15

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Big Data adalah salah satu topik yang sering dibicarakan oleh beberapa kalangan, baik dari
kalangan pemerintah hingga pebisnis, begitu juga dari berbagai sektor, mulai dari sektor
bisnis, pendidikan, teknologi, kesehatan, keuangan dan sektor-sektor lainnya. Salah satu
peran big data yang paling penting yaitu pada sektor bisnis. Seiring berkembangnya dunia
bisnis dan teknologi maka semakin besar pula peran big data, khususnya pada pemasaran
bisnis. Banyak sekali metode riset yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dalam upaya
meningkatkan strategi pemasaran untuk mengetahui bagaimana perilaku konsumen, produk
apa yang disukai oleh konsumen, atau trend pasar. Saat ini, “big data analytics” merupakan
salah satu metode analisis yang sudah sering dibahas dalam metode riset pemasaran.

Pada era digital di mana semua orang memiliki akses internet, istilah ”bisnis online” mulai
merajalela karena bisnis pun menjadi semakin mudah untuk dilakukan dimanapun dan
kapanpun, khususnya dalam penggunaan media sosial. Saat ini, para pebisnis umumnya lebih
memilih untuk menjual produk dan jasa mereka melalui media sosial daripada membuka
gerai bisnis sendiri. Hal ini disebabkan karena jelas modal yang dikeluarkan jauh lebih
sedikit, sehingga segala transaksi bisnis saat ini hampir seluruhnya terjadi secara online.
Disinilah big data memainkan peran penting dalam mengelola data dari proses transaksi
online.

Big data mencakup data serta informasi dengan jumlah, ragam dan kecepatan yang sangat
besar. Mayoritas data yang tersimpan adalah data yang tidak terstruktur atau unstructured
data, seperti data teks, suara, gambar, video dan sebagainya. Data yang tidak terstruktur ini
tidak dapat diolah atau dianalisis menggunakan metode statistik seperti pada umumnya,
sehingga big data memiliki metode-metode tersendiri dalam proses analisisnya.

Big data analytics tidak hanya memiliki kapasitas data dengan skala besar saja, namun juga
berkecepatan tinggi. Salah satu platform yang menyimpan dan memproses big data yang
dapat diskalakan dan diandalkan yaitu Hadoop. Saat ini umumnya baru perusahaan-
perusahaan besar dan ternama saja yang sudah memanfaatkan teknologi big data, sehingga
diharapkan para pelaku bisnis lain khususnya yang bergerak secara online juga dapat
memanfaatkan teknologi big data agar bisnis dapat berkembang dengan lebih baik.

Dalam dunia marketing, big data turut memberikan manfaat bagi perusahaan. Analisis
terhadap semua data yang menyangkut tentang brand maupun konsumennya baik dari
internal maupun eksternal, digital maupun tradisional, dapat menghasilkan informasi yang
diperlukan untuk meningkatkan efektivitas strategi marketing yang digunakan. Dalam sebuah
riset yang dilakukan oleh McKinsey, perusahaan-perusahaan yang melakukan analisis
mendalam terhadap data mereka memperoleh profit 126% lebih tinggi dari kompetitor
mereka.
Dalam prosesnya, analisis terhadap big data mempengaruhi kinerja strategi marketing dari
berbagai sisi. Pertama, dari big data kita bisa mendapat pemahaman yang lebih tentang
perilaku konsumen, mulai dari demografi audiens, kebiasaan, preferensi, hingga perilaku
pasca terjadi transaksi. Dengan informasi ini, banyak yang dapat dimanfaatkan oleh brand.

Saat ini, marketer sudah berevolusi dalam cara berkomunikasi dengan konsumen. Tersedia
berbagai kanal yang dapat digunakan untuk meraih perhatian pasar. Tidak mungkin untuk
menggunakan semua kanal tersebut, sehingga di sini kehadiran big data sangat membantu
para marketer untuk memilih mana yang paling tepat untuk menjangkau audiens.

Selain itu, marketer dapat memasang ads dengan hasil yang lebih baik dari sebelumnya
karena targeting yang lebih tepat sasaran serta materi iklan yang lebih menyesuaikan selera
konsumen. Peningkatan performa ini akan berpengaruh pada conversion yang terjadi serta
bujet yang akan menjadi lebih efisien dari sebelumnya. Selain itu, data yang tersedia juga
dapat menunjukkan apa yang selama ini menjadi problem untuk brand dan menyediakan
solusinya.

Tak hanya itu, keberadaan data dalam skala besar ini juga mengubah cara kerja marketer.
Dalam marketing tradisional, tak jarang terjadi kesuksesan campaign sulit untuk dipastikan
dengan angka yang valid. Kehadiran big data memberikan angin segar untuk kondisi tersebut.
Terutama di era digital marketing, kesuksesan strategi yang sudah dilakukan dapat dihitung
dengan basis data yang jelas dan tidak berdasarkan spekulasi semata. Tak cuma brand besar,
brand-brand kecil pun dapat merasakan manfaat ini.

Berikut beberapa analisa data yang dapat menunjang strategi e-commerce:

Meningkatkan Pengalaman Belanja Konsumen

Salah satu hal krusial untuk meningkatkan loyalitas konsumen adalah dengan memberikan
pengalaman belanja yang memuaskan. Contohnya, saat konsumen mengunjungi sebuah
website, mereka tidak hanya berniat untuk langsung berbelanja, tapi juga mencari-cari insight
produk apa yang kira-kira mereka butuhkan. Dengan data, pelaku e-commerce dapat
memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan minat konsumen berdasarkan histori
pencariannya. Tidak hanya itu, analisa data juga berguna untuk mengevaluasi alur belanja
konsumen dari mereka datang hingga keluar dari website. Contohnya adalah mengavluasi
testing yang dilakukan untuk mengetahui mana fitur yang paling nyaman digunakan oleh
konsumen. Misal interaksi filter yang seperti apa yang paling digunakan, apakah navigasi
halaman sudah cukup jelas bagi mereka, dan sebagainya. Kepuasan pengalaman belanja
konsumen tentu sangat berpengaruh bagi keputusan mereka untuk kembali ke e-commerce
tersebut atau tidak.

Personalisasi Belanja Berdasarkan Minat Konsumen

Sejalan dengan meningkatkan pengalaman belanja, data yang terkumpul di dalam platform e-
commerce juga bisa memberikan strategi promosi yang lebih baik dengan melakukan
personalisasi belanja. Misal, data histori konsumen yang sudah terdaftar pada analisis
kategori produk apa yang paling diminati. Ketika sedang ada promosi belanja online seperti
11/11 atau Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional), pelaku e-commerce bisa melakukan
personalisasi untuk hanya memberikan diskon-diskon yang relevan bagi konsumen terdaftar.
Channel yang paling umum untuk mendistribusikan personalisasi diskon/promosi ini adalah
melalui EDM, sosial media, dan notifikasi mobile app. Dengan memberikan promosi yang
relevan kepada target sasaran yang tepat tentu menjadi strategi yang paling efektif untuk
memaksimalkan konversi pembelian.

Meningkatkan Inovasi E-commerce

Inovasi merupakan harga mati di dalam bisnis untuk tetap fleksibel terhadap perubahan tren
yang ada. Inovasi juga bertindak untuk meramalkan kondisi pasar ke depannya dan menjaga
konsumen agar tetap loyal. Dengan analisa big data, bisnis e-commerce dapat melihat
kecenderungan konsumen di waktu-waktu tertentu. Kecenderungan perilaku inilah yang
dimanfaatkan untuk menggagas inovasi yang lebih tepat sasaran. Misalnya, jika dulu diskon
konvensional hanya berupa potongan harga, sekarang promosi menjelma menjadi bentuk-
bentuk yang inovatif dan engaging, seperti promo cashback, flash sale, kuis di sosial media,
hingga games di dalam aplikasi. Terbukti, berdasarkan studi Snapcart di bulan Ramadan lalu
menemukan bahwa 33 persen konsumen menyukai promo cashback, 22 persen menyukai
flash sale, 21 persen games di dalam aplikasi (contoh: shake-shake), dan 17 persen diskon
konvensional. Data Snapchart tersebut menunjukkan bahwa inovasi sangat penting dilakukan
untuk menjaga engagement konsumen. Perilaku belanja konsumen pun tidak serta merta
stagnan tapi akan terus berubah seiring dengan perkembangan jaman. Inilah yang menjadi
pekerjaan rumah pelaku e-commerce untuk tetap relevan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana asosiasi kata pengguna yang terbentuk mengenai kualitas layanan
terhadap shopee,lazada,bukalapak,tokopedia,zalora?
2. Bagaimana persepsi dominan yang muncul tentang pengguna ecommerce pada
shopee,lazada,bukalapak,tokopedia,zalora?

C. TUJUAN
1. Mengetahui asosiasi kata pengguna yang terbentuk mengenai kualitas layanan pada
ecommerce shopee,lazada,bukalapak,tokopedia,zalora
2. Mengetahui persepsi dominan yang muncul tentang pengguna ecommerce pada
shopee,lazada,bukalapak,tokopedia,zalora
Penerapan big data di bukalapak

Sebagai salah satu pelaku e-commerce di Indonesia, bukalapak tentunya mengadopsi big
data untuk menunjang strategi perusahaan dalam memikat konsumen. Menurut COO
Bukalapak Willix Halim, Bukalapak melacak hingga 4 miliar data perbulan. Bukalapak
memiliki 4,5 juta pedagang online, 70 juta pengguna aktif bulanan, 1,9 juta mitra warung dan
rata-rata dua juta transaksi perhari per 2019.

Bukalapak perlu melacak banyak hal seperti berapa orang yang menggunakan/ melakukan
klik suatu feature di bukalapak, berapa konversi rate orang akan kembali menggunakan
bukalapak setelah pemakaian pertama dan sebagainya. Hal tersebut sangat penting untuk
dijawab secara kuantitatif dan disinilah big data berperan besar untuk memberikan jawaban
tersebut.

Gambar diatas merupakan data flatform bukalapak, beberapa tools yang digunakan seperti
apache kafka, google cloud pub/sub untuk message queue. Di bagian stream system
menggunakan apache beam untuk menulis logikanya dan deploy menggunakan google cloud
dataflow.
Untuk data lake, bukalapak menggunakan google cloud storage dan big query dan
memproses big data menggunakan apache spark kemudian menjaankan cluster di qubole.
Ketika data di visualisasikan dengan redash.

Penerapan ini sangat berguna untuk efek bisnis. Big data akan membantu mengoptimalkan
kinerja perusahaan dan membantu mempercepat proses pembuatan keputusan. Big data juga
dapat membantu memahami kebutuhan dan minat pelanggan sehingga dapat memberikan
pelayanan yang terbaik.

Selain penerapan big data untuk kebutuhan bisnis bukalapak, Deputi Bidang Produksi dan
Pemasaran Victoria Br Simanungkalit mengatakan, Bukalapak memiliki Big Data yang bisa
dimanfaatkan untuk mengkurasi produk UKM mana yang bisa didorong dengan cepat masuk
ke pasar global melalui marketplace atau aplikasi yang ada.

Penerapan Big Data Pada Zalora

Zalora.co.id adalah situs web belanja yang menyediakan kebutuhan mode pakaian yang
memiliki koleksi lebih dari 500 merek lokal, internasional dan designer baik lokal maupun
internasional. Zalora Indonesia yang didirikan pada tahun 2011 oleh Catherine Sutjahyo,
merupakan bagian dari Zalora Grup di Asia Di Indonesia Zalora berada di bawah naungan
dan dikelola oleh PT Fashion Eservices Indonesia.

Penggunaan teknologi big data dalam keperluan bisnis terbukti membawa banyak sekali
manfaat. Insight yang didapat mampu membawa warna yang berbeda bagi bisnis. Layanan e-
commerce fashion Zalora juga memanfaatkan teknologi big data untuk memprediksi barang-
barang yang dicari oleh pelanggan dan kemudian memberikan pilihan alternatif. Big
data bagi Zalora adalah salah satu kunci utama dalam menggaet pelanggan. Pemahaman yang
baik terhadap ketertarikan pelanggan dapat menghasilkan alternatif pilihan yang akan
memberikan sebuah pengalaman yang berbeda bagi pelanggan. Sebaliknya, jika gagal
memahami, mereka akan kehilangan pelanggan.

Pada tanggal 20 November 2017, Zalora telah meluncurkan fitur pencarian katalog
berbasis gambar ke dalam aplikasi mereka. Melalui keberadaan fitur tersebut, kini kita bisa
memotret sebuah produk, seperti pakaian atau tas, untuk mengetahui rekomendasi produk
serupa di Zalora. Tidak hanya gambar produk, kita juga bisa menggunakan fitur ini untuk
memotret orang sehingga kita dapat melihat rekomendasi produk sejenis yang dikenakan oleh
orang bersangkutan (teknologi AI). Kita hanya perlu mengakses tombol pencarian dan
mengunggah foto yang kamu inginkan untuk bisa menggunakan fitur ini di dalam aplikasi
belanja Zalora.

Selain itu, Zalora memiliki gedung yang dilengkapi dengan teknologi terkini yang dapat
membantu kelancaran proses pemesanan seperti lift kargo, pemindai mobile, dan mezzanine
storage untuk proses inbounding serta gravity slider dan motorizes conveyor belt untuk
memudahkan alur outbonding.
Berdasarkan studi Snapcart di bulan Ramadan lalu menemukan bahwa 33% konsumen
menyukai promo cashback, 22% menyukai flash sale, 21% games di dalam aplikasi (contoh:
shake-shake), dan 17% diskon konvensional. Dari sinilah Zalora meningkatkan motivasi E-
commerce agar dapat melihat kecenderungan konsumen di waktu-waktu tertentu.
Kecenderungan perilaku inilah yang dimanfaatkan untuk menggagas inovasi yang lebih tepat
sasaran. Tidak hanya itu, E-commerce dari Zalora juga termasuk kedalam Top 10 E-
commerce di Indonesia tahun 2020. Walaupun masih menduduki posisi ke 10, tetapi
perkembangan Zalora memang sudah meningkat 2,42 juta klik perbulannya.

Penerapan Big Data Pada Lazada

Lazada Indonesia adalah situs belanja online yang menawarkan berbagai macam jenis
produk, mulai dari elektronik, buku, mainan anak dan perlengkapan bayi, alat kesehatan dan
produk kecantikan, peralatan rumah tangga, serta perlengkatan traveling dan olahraga.
Lazada Indonesia didirikan pada tahun 2012 dan merupakan bagian dari Lazada Group yang
beroperasi si Asia Tenggara. Hingga tahun 2014, Lazada Group telah beroperasi di Singapura,
Malaysia, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan Filifina dengan Singapura sebagai lokasi kantor
pusat mereka.Lazada Group sendiri merupakan salah satu anak perusahaan internet jerman
bernama Rocket Interner. Rocket Internet merupakan inkubator online yang sukses
menciptakan perusahaan – perusahaan online inovatif di berbagai belahan dunia.

Analisa 4 V’S Big Data

1.Volume

Volume yaitu besarnya data yang dapat disimpan dan diolah oleh sebuah aplikasi. Lazada
dapat menyimpan data berupa teks, gambar, ataupun angka yang nantinya digunakan sebagai
deskripsi sebuah produk yang ingin dijual.
2. Variety

Variety berkaitan dengan beragam jenis data baik itu gambar, video maupun teks dan
dokumen lainnya yang dikelompokan. Dalam lazada data yang dapat disimpan oleh user
berupa gambar, video teks serta angkat. Penelompokan data dalam lazada-pun disuruh rapih.

3. Velocity

Velocity (kecepatan) mengacu pada kecepatan perpindahan data dan penyusunan data.
Menurut Google Pagespeed, kecepatan loading website lazada termasuklambat dan hanya
mendapatkan skor 53 dari skor maksimal.

4. Veracity

Veracity menyangkut tentang ke-valid-an sebuah data apakah bisa dipercaya atau tidak.
Dengan banyaknya bentuk data, kebenaran tentang sebuah informasi menjadi kutrang
terkontrol. Dalam e-commerce kepalidan data sangat penting. Sebagai sebuat platfrom e-
commerce, lazada tentu memiliki volume data yang besar. Semakin besar volume suatu data
maka akan semakin tidak akurat data tersebut. Big data dengan teknologi analisis membantu
kita un tuk dapat bekerja dengan data tersebut melalui hasil analisis.

Terminologi Big Data

1. Data
2. Proses

Sebelum adanya big data,sistem hanya mengolah data formal yang berupa data trstruktur
dan cenderung mengabaikan data tidak trstruktur seperti keyword yang sering diakses user.
Sehingga dengan menggudakan big data user akan selalu ‘dihantui’ oleh iklan barang atau
sesuatu yang berhubungan dengan keyword yang sering dia akses.

3. Teknologi

Lazada banyak brinvestasi dibidang infrastruktur seperti pergudangan, sistem otomatisasi


dan delivery hub(pusat pengiriman) diseluruh nusantara. Hasilnya, Lazada kini dapat
memberikan layanan pengiriman yang lebih cepat dan murah kepada para konsumen kami
dan memberikan pengalaman berbelanja yang lebih menyenangkan secara menyeluruh.
Dalam perkembangannya-pun lazada mulai mengembangkan aplikasi mobile untuk platfrom
windows phone, setelah hadirnya lazada di Android dan iOS dengan ini memberikan
kemudahan kepda konsumen serta jangkauan dengan itu Lazada memiliki biaya operasional
yang murah dan dapat meningkatkan daya saing dengan E-Commerce lainnya

4. SDM

Lazada mempunyai sebuah program management Trainee sejak Tahun 2013. Pada tahun
2013 mereka hanya menerima 50 sampai 60 pendaftar. Namun ditahun 2016, dengan
publikasi yang tidak terlalu gencar, mereka akhirnya menerima 7.000 pendaftar. Padahal
Lazada hanya bisa menerima 7 orang untuk program tersebut.
Penerapan Big Data Pada Tokopedia

Tokopedia adalah perusahaan teknologi Indonesia dengan misi mencapai pemerataan


ekonomi secara digital. Tokopedia merupakan perusahaan perdagangan elektronik atau sering
disebut toko daring. Sejak didirikan pada tahun 2009, Tokopedia telah bertransformasi
menjadi sebuah unicorn yang berpengaruh tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia
Tenggara. Hingga saat ini, Tokopedia termasuk marketplace yang paling banyak dikunjungi
oleh masyarakat Indonesia.

Tokopedia turut mendukung para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan
perorangan untuk mengembangkan usaha mereka dengan memasarkan produk secara daring
dengan Pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Salah satu program kolaborasi yang diinisasi
oleh Tokopedia adalah acara tahunan MAKERFEST yang diadakan sejak bulan Maret 2018.

Dari paparan Data Analyst Tokopedia, Erika Hutapea, big data sendiri memiliki peran
penting dalam mewujudkan dua hal tersebut di Tokopedia. Kumpulan olahan data yang
relevan dengan tiap penjual diharapkan dapat semakin menunjang penjualan.

Erika mengatakan bahwa pemanfaatan big data secara umumnya membantu penjual untuk
menentukan produk mana yang perlu di-boost, sehingga dapat memaksimalkan penjualan.

Salah satu fitur yang dimanfaatkan penjual di Tokopedia adalah TopAds. Lewat TopAds,
penjual bisa mengaktifkan fitur Iklan Otomatis di mana penjual tidak perlu repot untuk
mengatur iklan. Penjual cukup memasukkan bujet dan periode iklan, dan iklan mereka bisa
langsung aktif. Menurut data internal Tokopedia, 80% penjual baru
mendapatkan order pertama mereka dari TopAds.

Erika melanjutkan, peran big data menyuguhkan data yang biasanya terdiri dari user
behavior, harga, hingga tren produk yang sedang diincar konsumen. Jadi, penjual akan
dimudahkan untuk menentukan hal apa saja yang perlu dipromosikan sesuai bujet yang
dimiliki.
Bagi Tokopedia, big data adalah sejumlah data sebagaimana penjelasan tadi, khususnya yang
berkaitan dengan merchant, konsumen dan pihak-pihak lain, termasuk data segala aktivitas
mereka di dalam platform.

Jika para investor menilai big data Tokopedia sangat kuat, walau laporan keuangannya
anggap saja belum menunjukkan keuntungan, tapi tetap saja investor tertarik untuk
memberikan suntikan dana.

Investor telah melihat Tokopedia berhasil memiliki 509 merchant dengan 4.560 member
hanya satu bulan setelah berdiri, lalu di tahun pertama berhasil memiliki 4.659 merchant
dengan 44.785 member. Rupanya investor melihat angka ini sebagai perolehan big data yang
sangat prospektif.
Penerapan Big data pada Shopee

Shopee adalah situs elektronik komersial yang berkantor pusat di Singapura di bawah
naungan SEA Group (sebelumnya dikenal dengan nama Garena), yang didirikan pada 2009
oleh Forrest Li. Shopee pertama kali diluncurkan di Singapura pada tahun 2015, dan sejak itu
memperluas jangkauannya ke Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, Vietnam, dan
Filipina.Mulai tahun 2019, Shopee juga sudah aktif di negara Brasil, menjadikannya negara
pertama di Amerika Selatan dan luar Asia yang dikunjungi Shopee.
Shopee sendiri dipimpin oleh Chris Feng, mantan karyawan Rocket Internet yang pernah
memimpin Zalora dan Lazada.Layanan e-commerce pada shoppe memanfaatkan big data
untuk memprediksi produk produk yang di cari oleh pengguna berdasarkan produk yang di
lihat pengguna

Pada tahun 2015, Shopee pertama kali diluncurkan di Singapura.[5] Shopee pertama kali
meluncur sebagai marketplace consumer to consumer (C2C). Namun kini mereka telah
beralih ke model hibrid C2C dan business to consumer (B2C) semenjak meluncurkan Shopee
Mall yang merupakan platform toko daring untuk brand ternama.[butuh rujukan]

Pada tahun 2017, platform ini mencatat 80 juta unduhan aplikasi dengan lebih dari empat juta
penjual dan lebih dari 180 juta produk aktif. Pada kuartal keempat tahun 2017, Shopee
melaporkan nilai perdagangan bruto (GMV) sebesar US$1,6 miliar, naik 206 persen dari
tahun sebelumnya. Shopee memiliki nilai total GMV pada tahun 2018 sebesar US$2,7 miliar,
naik 153 persen dari tahun 2017.

Di Malaysia, Shopee menjadi portal perdagangan elektronik ke-3 yang paling banyak
dikunjungi di Q4 2017, menggantikan Lelong dan melampaui peringkat Lazada sebagai
aplikasi terbaik di Google Play dan iOS App store.

Demikian pula di kalangan konsumen di Indonesia, survei yang dilakukan pada bulan
Desember 2017 oleh TheAsianParent mengungkapkan bahwa Shopee adalah platform belanja
pilihan pertama bagi para ibu di Indonesia (73%), diikuti oleh Tokopedia (54%), Lazada
(51%), dan Instagram (50 %).

Pada April 2020, Shopee Indonesia mulai mempromosikan penjualan makanan siap saji di
platform Shopee. Program yang diberi nama ShopeeFOOD ini telah merekrut lebih dari 500
penjual makanan di wilayah Jakarta.
Perhatikan gambar di atas ini pada menu pencarian popular ini adalah salah satu contoh
penerapan bigdata pada menu pencarian populer dengan cara missal nya pelanggan
melakukan like atau menambahkan di wistlish mereka secara langsung data yang sangat
banyak di kelompokan sehingga menjadi menu pencarian populer

menu pencarian produk terlaris ini adalah salah juga contoh penerapan bigdata pada menu
pencarian produk terlaris dengan cara missal nya pelanggan melakukan pembelian secara
langsung data akan tersimpan lalu di pilah agar menjadi sedemikian rupa hingga dapat
muncul menu produk terlaris tersebut
Strategi Ekspansi 2020, Shopee Perkuat Sisi Teknologi
Platform dagang-el asal Singapura telah menyusun strategi guna mengarungi medan
pertempuran di industri dagang elektronik (dagang-el) Indonesia di sepanjang 2020. Strategi
tersebut adalah menguatkan unsur teknologi di dalam perusahaan. Public Relations Lead
Shopee Aditya Maulana Noverdi mengatakan perusahaan rencananya akan membuat platform
anyar dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), menghadirkan in-app
games baru, dan memperdalam interaksi sosial di fitur Shopee Feed. Aditya mengatakan
proses belanja akan dipersonalisasi dengan data dan kecerdasan buatan (AI). Shopee,
katanya, akan memperdalam penggunaan AI dan data besar (big data) untuk mengatur
perjalanan belanja yang lebih personal bagi pengguna

"Misalnya pada tahun 2019, Shopee memanfaatkan pembelajaran mendalam pada mesin
rekomendasinya untuk memberikan saran belanja yang dapat disesuaikan bagi pengguna
berdasarkan data pembelian dan penelusuran," ujarnya kepada Bisnis.com, Senin
(16/3/2020).

Selain itu, perusahaan asal Singapura itu akan meningkatkan keterlibatan pengguna
dengan in-app games yang baru. Shopee berencana berinovasi untuk menghadirkan lebih
banyak kesenangan dan hiburan bagi pengguna dalam koleksi in-app di aplikasi.

Tidak hanya itu, perusahaan berencana menciptakan interaksi sosial yang lebih mendalam
pada fitur Shopee Feed. Dengan fitur tersebut, pengguna dapat menikmati pengalaman sosial
yang ditingkatkan melalui Shopee Feed.
Bisa dikatakan teknologi big data yang digunakan dalam shopee digunakan dengan cara
mengumpulkan semua data yang ada di aplikasi lalu melakukan perbandingan yang secara
menyeluruh sehingga terjadi nya menu menu produk terlaris , penjualan terbanyak dan menu
rekomendasi
Daftar pustaka

Wikipedia. 2019. Bukalapak . URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Bukalapak

Lubis, H.B. 2020.Data Flatform Tranformation at Bukalapak. URL:


https://medium.com/bukalapak-data/data-platform-transformation-at-bukalapak-
1085865a5c86

Abdila, R. 2019. Punya Big Data, Ini Rencana Besar Bukalapak dengan Pemerintah. URL:
https://www.tribunnews.com/bisnis/2019/11/05/punya-big-data-ini-rencana-besar-bukalapak-
dengan-pemerintah.

https://data.tempo.co/data/907/top-10-e-commerce-di-indonesia-kuartal-i-2020

https://katadata.co.id/yuliawati/indepth/5e9a5599b2db7/memaksimalkan-big-data-untuk-
menunjang-strategi-e-commerce

https://student.blog.dinus.ac.id/alfinelkarim/2018/04/10/penerapan-e-bisnis-pada-perusahaan-
zalora-indonesia/

http://tanianurilah.my.id/2018/12/29/analisis-penerapan-big-data-pada-lazada/

https://geotimes.id/opini/big-data-dan-manfaatnya-bagi-e-commerce/

https://id.quora.com/Apa-peran-big-data-dalam-digital-marketing-dan-e-commerce

Tokopedia. 2021. Tentang Tokopedia. URL: https://www.tokopedia.com/about

Wikipedia. 2021. Tokopedia . URL: https://id.wikipedia.org/wiki/Tokopedia

Ilyas, Azhar. 2020. Peran Penting Big Data di Tokopedia, Penghubung Antara Penjual dan
Pembeli. URL: https://akurat.co/peran-penting-big-data-di-tokopedia-penghubung-antara-
penjual-dan-pembeli

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Strategi Ekspansi 2020,
Shopee Perkuat Sisi Teknologi", Klik selengkapnya di
sini: https://teknologi.bisnis.com/read/20200316/266/1214045/strategi-ekspansi-
2020-shopee-perkuat-sisi-teknologi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Shopee

Anda mungkin juga menyukai