Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PADA Nn. D DENGAN RISIKO BUNUH DIRI


DI RUANG DEWANDARU RSJD DR.RM SOEDJARWADI
PROVINSI JAWA TENGAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Tujuan Praktik Klinik


“Keperawatan Jiwa”

Disusun Oleh :

Mahasiswa Profesi Ners

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Nn. DENGAN RISIKO BUNUH DIRI
DI RUANG DEWANDARU RSJD DR. RM SOEDJARWADI
PROVINSI JAWA TENGAH

Tanggal MRS : 22 Januari 2020


Tanggal Pengkajian :28 Januari 2020
Metode Pengkajian :Autoanamnesa dan pemeriksaan fisik
Diagnosa Medis :Skizofrenia Paranoid
No.Registrasi :0610xx

A. PENGKAJIAN
1. INFORMASI UMUM
a. Identitas Pasien
Nama Pasien :Nn. D
Jenis Kelamin :Perempuan
Alamat :Klaten
Umur :29 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan :Belum Menikah
Pendidikan : S2
Pekerjaan :Tidak Bekerja
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn H
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 60 Tahun
Pendidikan : S2
Pekerjaan : PNS
Hub. dg Pasien : Ayah Kandung

1
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya
untuk bunuh diri dan kabur dari rumah. Pasien mengatakaan hal itu
sering terjadi jika baru datang bulan/menstruasi, kemudian Ayah
pasien mengantar ke RSJD Dr. Soejarwadi untuk dilakukan
perawatan, kemudian dirawat di ruang Dewandaru.

3. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Biologi
Pasien mengatakan sudah sering sekali masuk RSJ dengan keluhan
yang sama, kurang lebih sudah 7 tahun sejak tahun 2013. Pasien
mengatakan jika Tantenya ( adik dari Ayah Pasien) juga mengalami
hal yang sama dengan pasien.
b. Psikososial
1) Pengalaman Masa Lalu Yang Tidak Menyenangkan
Pasien mengatakan dulu pernah di ejek oleh saudaranya karena
sebelumnya dirinya hanya lulusan S1, sedangkan saudaranya
yang lain adalah lulusan S3.Pasien mengatakan dirinya juga
mengalami putus cinta ketika dirinya masih kuliah
2) Pernah Mengalami Gangguan Jiwa Dimasa Lalu
Pasien mengatakan mengalami gangguan jiwa sudah sejak tahun
2013 ( 7 tahun yang lalu) dan sering keluar masuk Rumah Sakit
Jiwa. Pasien mengatakan sudah tidak ingat berapa kali menjalani
perawatan. Pasien sudah pernah melakukan percobaan bunuh
diri dengan makan peniti, makan penjepit kertas dan minum air
sabun. Pasien mengatakan dari tahun 2013 sampai tahun 2020
Pasien melakukan percobaan bunuh diri sudah 3 kali
4. FAKTOR PRESIPITASI
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi obat secara rutin karena
dipengaruhi oleh suara bisikan untuk tidak minum obat. Setiap datang
bulan/menstruasi pasien mendengarkan bisikan-bisikan yang

2
menyuruhnya kabur atau bunuh diri. Pasien mengatakan bisikan muncul
1-2 kali/ hari yang biasanya muncul pada malam hari ketika pasien mau
tidur (pasien yang lain sudah tidur dan suasana sepi) dan ketika sebelum
senam pagi. Bisikan bisikan semakin sering dan terus menerus ketika
pasien sedang haid.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis ( E4V5M6)
2) Vital Sign
- Tekanan Darah : 100/60 mmHg
- Nadi
 Frekuensi : 80 x / menit
 Irama : Ritmis
 Kekuatan : Kuat
- Suhu : 36,50C
- Pernapasan
 Frekuensi : 22 x / menit
 Irama : Reguler
3) Antropomentri
- Berat Badan : 68 kg
- Tinggi Badan : 150 cm
- IMT : 30.2 kg/m2
4) Keluhan Fisik : Pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik
b. Pemeriksaan Head To Toe
1) Kepala
Bentuk kepala simetris, tampak bersih, distribusi rambut merata,
warna rambut hitam, tidak ada nyeri tekan, tidak ada ketombe.
2) Mata
Mata tampak bersih, fungsi penglihatan baik, tidak ada
pembesaran pada palpebra, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterik.

3
3) Hidung
Fungsi penciuman baik, tidak terdapat sekret, tidak ada nyeri
tekan tidak ada pernapasan cuping hidung.
4) Mulut
Kemampuan bicara baik, bentuk bibir simetris, tidak terdapat
sianosis, tidak terdapat stomatitis, mukosa tampak lembab, lidah
tampak bersih, gigi tampak bersih, tidak terdapat karies pada
gigi.
5) Telinga
Fungsi pendengaran baik, bentuk telinga kiri dan kanan simetris,
tampak bersih, tidak ada nyeri telinga, tidak terdapat serumen.
6) Leher
Bentuk simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak
terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
peningkatan JVP.
7) Paru – Paru
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat penggunaan
otot bantu pernapasan.
8) Jantung
Ictus cordis terlihat dan teraba, S1 dan S2 Reguler
9) Abdomen
Bentuk abdomen simetris, bising usus : 12 x/mnt, nyeri tekan (-
), suara abdomen timpani dan tidak ada lesi.
10) Ekstermintas
- Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri 5 5 5 5/5 5 5 5, akral teraba
hangat, CRT < 2 detik, tidak ada lesi, pergerakan sendi bahu
baik, tidak ada perubahan bentuk tulang.
- Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri 5 5 5 5/5 5 5 5, akral teraba
hangat, CRT < 2 detik, tidak ada lesi, pergerakan sendi bahu
baik, tidak ada perubahan bentuk tulang.

4
6. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Genogram

Pasien mengatakan bahwa dirinya merupakan anak bungsu dari 4


saudara yang semuanya perempuan. Dirinya tinggal dirumah
bersama dengan kedua orang tuanya karena ke 3 kakaknya yang lain
sudah menikah dan tinggal dirumahnya masing-masing. Pasien
mengatakan komunikasi dalam keluarga cukup baik dan pasien lebih
dekat dengan ibunya. Pasien mengatakan didalam rumah yang
berperan dalam mengambil suatu keputusan adalah kedua orang
tuanya.
b. Konsep Diri
1) Citra Diri
Pasien mengatakan menerima tubuhnya dan menganggap
tubuhnya tidak ada kekurangan dan tidak ada yang tidak
disukai(pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya dari kepala
hingga ujung kaki).

5
2) Identitas Diri
Pasien mengatakan bernama Nn. D, dia mengatakan adalah anak
bungsu dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan.Pasien
menyatakan tidak puas dengan dirinya S2 tapi tidak bekerja.
3) Peran Diri
Pasien mengatakan jika tidak bekerja dan ketika dirumah dirinya
membantu pekerjaan rumah dan menjaga orang tua karena orang
tuanya sudah tua.
4) Ideal Diri
Saat ditanya apa harapan pasien saat ini pasien mengatakan ingin
segera cepat sembuh dan pulang sehingga bisa merawat orang
tua.
5) Harga Diri
Pasien mengatakan merasa malu karena dirinya sudah lulus S2
tetapi belum bekerja dan merasa malu jika teman atau tetangga
mengetahui kondisi pasien, sehingga pasien jika di rumah selalu
mengurung diri di kamar dan main HP. Saat menyatakan jika
pasien malu dengan kondisinya pasien dengan posisi menunduk
dan tidak mampu mempertahankan kontak mata dengan lawan
bicara.
c. Hubungan Sosial
1) Orang Yang Berarti/Terdekat
Pasien mengatakan jika orang yang paling dekat dengan pasien
adalah ibu.
2) Peran Serta Dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan kegiatan di
masyarakat karena takut orang-orang sekitar mengetahui kondisi
dirinya saat ini, pasien mengatakan hanya main HP di kamar
sendirian.
3) Hambatan Dalam Hubungan Dengan Orang Lain

6
Pasien mengatakan hubungan komunikasi dengan dirumah
cukup baik. Pasien mengatakan selama di RS mempunyai
hubungan yang baik dengan pasien Nn. A
d. Spiritual
1) Nilai Dan Kepercayaan
Pasien mengatakan dirinya beragama Islam, pasien meyakini
dengan agama yang dianutnya bahwa semua ini adalah cobaan
bagi dirinya.
2) Kegiatan Ibadah
Sebelum masuk rumah sakit pasien selalu melakukan ibadah
shalat 5 waktu.Selama dirawat di RSJ pasien mengatakan
terkadang lupa untuk melakukan shalat 5 waktu.

7. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Pasien cukup bersih dan rapi, menggunakan pakaian dari RS, selalu
memakai alas kaki.
b. Pembicaraan
Pasien mampu berkomunikasi dengan lancar, kalimat jelas, jika
ditanya selalu menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan. Pasien
saat ditanya berbicara seadanya. Seingkali jika diajak bicara pasien
menunduk
c. Aktivitas Motorik
Pasien mampu memenuhi kebutuhan mandi, BAB, BAK, makan dan
minum secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Pasien terlihat suka
menyendiri
d. Alam Perasaan
Saat ditanya mengenai perasaan ,pasien mengatakan sedih dan
sangat ingin cepat pulang supaya bisa membantu merawat orang tua
e. Afek
Afek pasien tumpul, pasien berespon sesuai apa yang di stimuluskan.
Tampak kontak mata kearah lain saat berbicara dengan lawan bicara.

7
Pasien tidak dapat mempertahankan kontak mata dengan lawan
bicara,
f. Interaksi Selama Wawancara
Pasien ketika diajak bicara mendengar dengan baik dan meskipun
memandang ketempat lain.
g. Persepsi – Sensori
Pasien mengatakan sering mendengar suara bisikan yang menyuruh
untuk bunuh diri, tetapi suaranyasekarang sudahberkurang.Pasien
mengatakan bisikan muncul 1-2 kali/ hari yang biasanya muncul
pada malam hari ketika pasien mau tidur (pasien yang lain sudah
tidur dan suasana sepi) dan ketika sebelum senam pagi.
h. Proses Pikir
Arus pikir koheren, Selama pengkajian pasien dapat menjawab
sesuai dengan pertanyaan, tidak berputar-putar.
i. Isi Pikir
Pasien mengalami gangguan isi pikir berupa malu jika tetanga
mengetahui bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.Pasien
mengatakan sudah 3 kali mencoba untuk bunuh diri dengan makan
peniti, minum sabun, penjepit kertas mulai tahun 2013.
j. Tingkat Kesadaran
Kesadaran pasien compos mentis, GCS: E4V5M6, Orientasi terhadap,
waktu, tempat dan orang sesuai dimana pasien mengatakan sekarang
sore hari, dan pasien mengatakan sekarang ada di rumah sakit dan
hujan turun dengan deras, dan sedang berbicara dengan mahasiswa
keperawatan
k. Daya Ingat/Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat
- Daya ingat jangka panjang : Pasien masih ingat bahwa
pendidikan terakhirnya adalah S2 tetapi lupa sudah berapa kali
menjalani perawatan.
- Daya ingat jangka pendek : Pasien masih ingat bahwa pasien
masuk ke RS pada tanggal 22 Januari 2020

8
- Daya ingat saat ini : Pasien masih ingat bahwa pasien sudah
mandi dan makan.
l. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung
Pasien dapat memfokuskan pada pembicaraan, pasien dapat
menghitung pengurangan yaitu 9 + 7 = 16.
m. Kemampuan Penilaian
Pasien mengatakan dilibatkan dalam mengambil keputusan saat
dirumah, saat diberikan pertanyaan untuk memilih mandi atau makan
dahulu, pasien memilih mandi terlebih dahulu.
n. Insight
Pasien menyadari penyakit yang diderita serta mengetahui tentang
apa yang terjadi pada dirinya saat ini.

8. KEBUTUHAN PASIEN PULANG


a. Makan
Pasien mengatakan makan 3 kali dalam sehari. Pukul 10.00 WIB,
12.00 WIB dan 17.00 WIB dengan porsi yang sesuai. Pasien makan
menggunakan sendok, makan dengan rapi dan tidak berantakan,
menyiapkan minum secara mandiri dan porsi dihabiskan.
b. BAB / BAK
Pasien mengatakan BAK/BAB di kamar mandi dan selalu
dibersihkan setelah BAK/BAB.
c. Mandi
Pasien mengatakan dalam sehari mandi 2-3 kali dengan sabun dan
menyikat gigi serta keramas.
d. Berpakaian / Berhias
Pasien mengatakan setelah mandi menyisir rambut, pasien
mengganti pakaian setiap mandi yaitu seragam dari RSJ dan
menggantinya sendiri.
e. Istirahat Dan Tidur
Pasien mengatakan biasa tidur siang ± 2 jam, pada malam hari ± 6
jam sehari, biasanya sebelum tidur pasien tidak melakukan aktivitas

9
apa-apa, hanya berbaring saja ditempat tidur, setelah bangun tidur
pasien mandi.
f. Penggunaan Obat
Dalam penggunaan obat pasien memerlukan bantuan minimal dalam
mengkonsumsinya, perawat menyiapkan obat yang akan diminum
oleh pasien, sampai pasien meminum obatnya.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan mempunyai kartu BPJS yang meringankan biaya
untuk kontroldi poli jiwa
h. Aktifitas Dalam Rumah
Pasien mengatakan tidak melakukan kegiatan apapun dirumah,
pasien tidak bekerja, sehari hari hanya berdiam di rumah terkadang
hanya bermain HP dan kebanyakan didalam kamar berdiam diri.
i. Aktifitas Diluar Rumah
Pasien dapat menyelesaikan pendidikan S2 meski sudah dalam
perawatan

9. MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyenangkan masalah Reaksi lambat/berlebihan
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif Menghindar
 Olahraga  Menciderai diri
 Lain-lain ……………..  Regresi
 Displacement
 Lain-lain ……………….
Pasein mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini, terlebih jika
orang-orang sekitar mengetahui tentang kondisinya, sehingga pasien
lebih memilih menyendiri di kamar dan main HP.

10
10. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
a. Masalah Dengan Dukungan Kelompok
Pasien mengatakan selama dirawat belum pernah dikunjungi
tetangga.
b. Masalah Berhubungan Dengan Lingkungan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan dukungan lingkungan,
spesifiknya pasien cukup berinteraksi dengan orang lain.
c. Masalah Dengan Pendidikan
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pendidikan, pasien
lulus S2
d. Masalah Dengan Pekerjaan
Masalah berhubungan dengan pekerjaan, spesifiknya pasien tidak
bekerja

e. Masalah Dengan Perumahan


Pasien mengatakan Tidak ada masalah dengan perumahan,
spesifiknya pasien mempunyai tempat tinggal.

11. KURANG PENGETAHUAN


Apakah pasien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
yang kurang tentang suatu hal ?
 Penyakit/ Gangguan Jiwa
 Sistem Pendukung
√ Faktor Presipitasi
√ Mekanisme Koping
√ Penyakit
√ Obat-obatan
 Lain-lain, Jelaskan
Jelaskan :
Pasien tidak ada masalah dengan pengetahuan

11
12. ASPEK MEDIS
a. Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid
b. Pengobatan
No Nama Obat Dosis Cara Fungsi
Pemberia
n
1 Trihexyphenidyl 2 x 1 mg Oral mengobati gejala penyakit
Parkinson atau gerakan
lainnya yang tidak bisa
dikendalikan, yang disebabkan
oleh efek samping dari obat
psikiatri tertentu (antipsikotik
seperti chlorpromazine/halope
ridol. Obat trihexyphenidyl
membantu menurunkan rasa
kaku pada otot, keringat
berlebih, dan produksi air liur,
anti depresan yang bekerja
serta membantu meningkatkan
kemampuan berjalan pada
penderita Parkinson.
2 Risperidone 2 x 2 mg Oral menangani gangguan mental
dengan gejala psikosis, seperti
skizofrenia atau gangguan
bipolar, atau bisa juga untuk
gangguan tingkah laku
3 Larozepam 1 x 2 mg Oral mengatasi gangguan
kecemasan. Lorezepam
mampu menghasilkan efek
menenangkan di berbagai
bagian otak dan sistem saraf
pusat

12
4 Seroquel 1 x 400 Oral mengurangi halusinasi,
mg meningkatkan
konsentrasi,membantu berpikir
jernih, meningkatkan mood,
mengatasi gugup.

13
B. ANALISA DATA
No Data Masalah
1 DS : Gangguan Persepsi
- Pasien mengatakan kalau sedang menstruasi selalu Sensori : Halusinasi
ada bisikan – bisikan menyuruhnya untuk kabur Pendengaran
dan bunuh diri
- Pasien mengatakan sering mendengar suara bisikan
yang menyuruh untuk bunuh diri, tetapi suaranya
sekarang sudah berkurang. Pasien mengatakan
bisikan muncul 1-2 kali/ hari yang biasanya muncul
pada malam hari ketika pasien mau tidur (pasien
yang lain sudah tidur dan suasana sepi) dan ketika
sebelum senam pagi.
DO :
- Pasien terlihat suka menyendiri dan melamun
- Pasien menjawab pertanyaan seadanya
- Tampak kontak mata kearah lain saat berbicara dengan
lawan bicara.
2 DS : Risiko Bunuh Diri
- Pasien mengatakan kalau sedang menstruasi selalu
ada bisikan – bisikan menyuruhnya untuk kabur
dan bunuh diri
- Pasien mengatakan sudah 3 kali mencoba untuk
bunuh diri dengan makan peniti, minum sabun,
penjepit kertas
- Pasien mengatakan malu jika tetanga mengetahui
bahwa pasien mengalami gangguan jiwa.

DO :
- Pasien terlihat suka menyendiri
- Pasien saat ditanya berbicara seadanya
- Afek tumpul, dengan kontak mata lemah sering melihat

14
ke arah lain saat bicara dengan lawan bicara

3 DS : Isolasi Sosial: Menarik


- Pasien mengatakan selama di rumahpasientidk diri
pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan di
tempat tinggalnya karena malu
- Pasien takut kalau tetangga atau temannya tahu
kalau mengalami gangguan kejiawaan,
- Pasien lebih suka berdiam di rumah dalam kamar
dan bermain HP
DO :
- Berdasarkan hasil observasi, kadang pasien
sukaduduk sendiri di dalam kamar.Pasien sering
menyendiri dan melamun.
- Pasien hanya berbicara seadanya saja
- Kontak mata pasien kurang terhadap lawan bicara
4 DS : Gangguan konsep diri:
- Pasien mengatakan merasa malu karena dirinya Harga diri rendah
sudah lulus S2 tetapi belum bekerja
- Pasien mengatakan merasa malu jika teman atau
tetangga mengetahui kondisi pasien, sehingga
pasien jika di rumah selalu mengurung diri di
kamar dan main HP
- Pasien tidak puas dengan dirinya yang lulusan S2
tapi belum bekerja
DO :
- Pasien tampak suka menyendiri dan melamun
- Pasien kalau diajak bicara seringkali menunduk
- Tampak kontak mata kurang, pasien sering melihat
kearah lain saat berbicara dengan lawan bicara.
5 DS : Koping individu

15
- Pasein mengatakan merasa malu dengan kondisinya inefektif
saat ini, terlebih jika orang-orang sekitar
mengetahui tentang kondisinya, sehingga pasien
lebih memilih menyendiri di kamar dan main HP.
DO :
- Pasien tampak suka menyendiri dan melamun

C. POHON MASALAH

Effect Risiko Bunuh Diri

Core Problem Halusinasi

Cause Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Koping individu Inefektif

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
2. Risiko bunuh diri
3. Isolasi sosial: menarik diri
4. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
5. Koping individu inefektif

16
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Nn. D Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Umur : 29 th No.CM : 0610xx
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan SP 1
persepsi keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifiasi halusinasi :isi,
sensori : pasien mampu mengontrol frekuensi, waktu terjadi, situasi
halusinasi halusinasi dengan kriteria hasil: pencetus, perasaan, emosi
pendengaran - Pasien dapat melakukan bina - Jelaskan cara mengontrol
hubungan saling percaya dengan halusinasi: hardik, obat,
perawat bercakap-cakap, melaukan
- Pasien dapat mengidentifikasi kegiatan
jenis, isi frekuensi, kondisi yang - Latih cara mengontrol
memunculkan halusinasi dan halusinasi dengan cara
respon pasien terhadap halusinasi menghardik
halusinasi - Masukkan pada jadwal
- Pasien dapat melakukan teknik kegiatan untuk menghardik
menghardik SP 2
- Pasien patuh minuM obat - Evaluasi kegiatan menghardik,
- Pasien dapat mengendalikan beran pujian
halusinasi dengan cara bercakap- - Latih cara mengontrol
cakap dengan orang lain. halusinasi dengan obat
- Pasien dapat mengendalikan (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
halusinasi dengan melakukan dosis, frekuensi, cara
kegiatan di RSJ yang sesuai kontinuitas jinum obat)
dengan kegiatan yang biasa - Masukkan ke dalam jadwal
dilakukan pasien di rumah harian untuk lathan
menghardik dan minum obat
SP 3
- Evaluasi kegiatan latihan
menghardik & obat. Beri
pujian

17
- Latih cara mengontrol
halusinasi dengan bercakap-
cakap saat terjadi halusinasi
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap
SP 4
- Evaluasi kegiatan latihan
menghardik, obat, dan
bercakap-cakap. Beri pujian
- Latih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian (mulai 2
kegiatan)
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian.
2 Risiko Bunuh Setelah dilakukan tindakan SP 1
Diri keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi benda – benda yang
pasien mampu mengontrol diri dapat membahayakan pasien.
dengan kriteria hasil: - Amankan benda2 yang dapat
- Pasien mampu mengidentifikasi membahayakan pasien.
benda-benda yang dapat mampu - Lakukan kontrak treatment.
mengendalikan dorongan bunuh - Ajarkan cara mengendalikan
diri. dorongan bunuh diri.
- Pasien mampu mengidentifikasi SP 2
aspek positif dan mampu - Identifikasi aspek positif pasien.
menghargai diri sebagai individu - Dorong pasien untuk berpikir
yang berharga. positif terhadap diri

18
- Pasien mampu mengidentifikasi - Dorong pasien untuk
pola koping yang konstruktif dan menghargai diri sebagai individu
mampu menerapkannya. yang berharga.
- Pasien mampu membut rencana SP 3
masa depan yang realistis dan - Identifikasi pola koping yang
mampu melakukan kegiatan. biasa diterapkan pasien.
- Nilai pola koping yang biasa
dilakukan.
- Identifikasi pola koping yang
konstruktif.
- Dorong pasien memilih pola
koping yang konstruktif.
- Anjurkan pasien menerapkan
pola koping yang konstruktuif
dalam kegiatan harian.
SP 4
- Buat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien.
- Identifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang
realistis.
- Beri dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih
masa depan.
3 Isolasi sosial Setelah dilakukan tindakan SP I
: menarik diri keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi penyebab isolasi
diharapkan : sosial: siapa yang serumah,
- Pasien dapat berinteraksi dengan siapa yang dekat, yang tidak
orang lain sehingga tidak terjadi dekat, dan apa sebabnya
halusinasi - Keuntungan punya teman dan
- Terjalin hubungan interpersonal bercakap-cakap
yang lebih erat - Kerugian tidak punya teman

19
- Pasien mampu mengidentifikasi dan tidak bercakap-cakap
penyebab isolasi sosial : siapa - Latih cara berkenalan dengan
yang serumah, siapa yang dekat, pasien, perawat,dan tamu
yang tidak dekat, dan apa - Masukan pada jadwal kegiatan
sebabnya untuk latihan berkenalan
- Pasien mampu mengidentifikasi
keuntungan bercakap-cakap SP II
- mampu mengidentifikasi - Evaluasi kegiatan berkenalan
kerugian tidak punya teman dan (berapa orang), beri pujian
tidak bercakap-cakap - Latih cara berbicara saat
- pasien mampu berkenalan melakukan kegiatan harian(
dengan orang lain secara latih 2 kegiatan)
bertahap - Masukkan pada jadwal
- pasien mampu melakukan kegiatan untuk latihan
aktivitas sambil bercakap-cakap berkenalan 2-3 orang pasien,
perawat dan tamu. Berbicara
saat melakukan kegiatan harian

SP III
- Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan 2-3 orang pasien,
perawat dan tamu. Berbicara
saat melakukan kegiatan harian
dan beri pujian
- Latih cara berbicara saat
melakukan kegiatan harian (2
kegiatan baru)
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
berkenalan 4-5 orang,
berbicara saat melakukan 4
kegiatan harian

20
SP IV
- Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan, bicara saat
melakukan 4 kegiatan harian,
beri pujian
- Latih cara bicara social :
meminta sesuatu, menjawab
pertanyaan
- Masukkan pada jadwal harian
untuk latihan berkenalan > 5
orang, orang baru, berbicara
saat melakukan kegiatan
harian, dan sosialisasi

SP V
- Evaluasi kegiatan latihan
berkenalan, bicara saat
melakukan kegiatan harian,
dan sosialisasi. Beri pujian
- Latih kegiatan harian
- Nilai kemampuan yang telah
mandiri
- Nilai apakah isolasi social
teratasi

4 Harga diri Setelah dilakukan tindakan SP I


rendah keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi kemampuan
diharapkan: melakukan kegiatan dan aspek
- Pasien meningkat harga dirinya positif pasien (buat daftar
- Pasien mampu melakukan kegiatan)
kegiatan sesuai dengan - Bantu pasien menilai kegiatan

21
kemampuan yang dimiliki yang dapat dilakukan saat ini
- Pasien mampu mengidentifikasi (pilih dari daftar kegiatan) buat
kemampuan melakukan kegiatan daftar kegiatan yang dapat
- Pasien mampu mengidentifikasi dilakukan saat ini
aspek positif yang dimiliki (buat - Bantu pasien memilih salah
daftar kegiatan) satu kegiatan yang dapat
- Pasien mampu melakukan dilakukan saat ini untuk dilatih
latihan kegiatan yang dipilih - Latih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya) (alat dan cara melakukannya)
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan dua kali
perhari

SP II
- Evaluasi kegiatan pertama
yang telah dilatih dan berikan
pujian
- Bantu pasien memilih
kegiatan kedua yang akan
dilatih
- Latih kegiatan kedua (alat dan
cara)
- Masukkan pada jadwal
kegiatan untuk latihan : dua
kegiatan masing-masing dua
kali per hari

SP III
- Evaluasi kegiatan pertama dan
kedua yang telah dilatih dan
berikan pujian
- Bantu pasien memilih kegiatan

22
ketiga yang akan dilatih
- Latih kegiatan ketiga (alat dan
cara)
- Masukkan pada jadwal latihan
kegiatan untuk latihan: tiga
kegiatan, masing-masing dua
kali perhari

SP IV
- Evaluasi kegiatan pertama,
kedua, dan ketiga yang telah
dilatih dan berikan pujian
- Bantu pasien memilih kegiatan
keempat yang akan dilatih
- Latih kegiatan keempat (alat
dan cara)
- Masukkan pada jadwal latihan
kegiatan untuk latihan: empat
kegiatan, masing-masing dua
kali perhari

SP V
- Evaluasi kegiatan latihan dan
berikan pujian
- Latih kegiatan dilanjutkan
sampai tak terhingga
- Nilai kemampuan yang telah
mandiri
- Nilai apakah harga diri pasien
meningkat.

5 Koping Setelah dilakukan tindakan SP 1

23
individu tidak keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi sumber koping
efektif diharapkan: yang masih dimiliki
- Koping pasien dapat konstruktif - Jelaskan keuntungan
- Pasien mampu memenuhi mekanisme koping konstruktif
kebutuhan hidup secara mandiri dan jelaskan kerugian
- Pasein mampu mengidentifikasi mekanisme koping distruktif
sumber koping yang dimiliki - Diskusikan kebutuhan pasien
- Pasien bisa menerima penjelasan yang tidak terpenuhi
tentang keuntungan mekanisme - Bantu pasien memenuhi
koping konstruktif dan jelaskan kebutuhan yang belum
kerugian mekanisme koping terpenuhi
destruktif - Masukkan pada jadwal
- Pasien mampu berdiskusi kegiatan pemenuhan kebutuhan
tentang kebutuhan pasien yang
tidak terpenuhi SP II
- Pasien bisa menerima penjelasan - Evaluasi kegiatan pemenuhan
tentang obat yang diminum (6 kebutuhan pasien dan beri
benar obat: jenis, guna, dosis, pujian
frekuensi, cara, continyuitas - Bantu pasien memenuhi
minum obat). kebutuhan lain yang tidak
terpenuhi
- Latih kemampuan yang dipilih
berikan pujian
- Masukkan pada jadwal
pemenuhan kebutuhan dan
kegiatan yang telah dilatih

SP III
- Evaluasi kegiatan pemenuhan
kebutuhan pasien, kegiatan
yang dilakukan pasien dan
berikan pujian

24
- Jelaskan tentang obat yang
diminum (6 benar obat: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara,
continyuitas minum obat) dan
tanyakan manfaat yang
dirasakan pasien
- Masukkan pada jadwal latihan
pemenuhan kebutuhan
kegiatan yang telah dilatih dan
obat.
SP IV
- Evaluasi kegiatan pemenuhan
pasien, kegiatan yang telah
dilatih, dan minum obat
berikan pujian
- Diskusikan kebutuhan lain dan
cara memenuhinya.
- Diskusikan kemampuan yang
dimiliki dan memilih yang
akan dilatih kemudian dilatih.
- Masukkan pada jadwal
kegiatan pemenuhan
kebutuhan, kegiatan yang telah
dilatih, minum obat.

SP V
- Evaluasi kegiatan pemenuhan
kebutuhan kegiatan yang
dilatih dan minum obat berikan
pujian
- Nilai kemampuan yang telah
mandiri.

25
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Nn. D Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Umur : 29 th No.CM : 0610xxx
Hari/ IMPLEMENTASI EVALUASI
Tanggal
Rabu, Data : S:
29 - Pasien mengatakan mengerti
DS :
Januari cara menghardik dan pasien
- Pasien mengatakan kalau sedang
2020 akan menpraktekkan cara
menstruasi selalu ada bisikan –
09.30 menghardik
bisikan menyuruhnya untuk kabur dan
- Pasien mengatakan akan
bunuh diri
mencoba berfikir positif
- Pasien mengatakan sering mendengar
O:
suara bisikan yang menyuruh untuk
- Pasien tampak kooperatif dan
bunuh diri, tetapi suaranya sekarang
mengikuti instruksi yang
sudah berkurang. Pasien mengatakan
diberikan
bisikan muncul 1-2 kali/ hari yang
- Pasien tampak antusias
biasanya muncul pada malam hari
ketika pasien mau tidur (pasien yang
A : Tujuan SP 1 menghardik
lain sudah tidur dan suasana sepi) dan
halusinasi sudah optimal
ketika sebelum senam pagi.
DO :
P : Lanjutkan ke SP 2 ketepatan 5
- Pasien terlihat suka menyendiri dan
benar minum obat :
melamun
- Pasien menjawab pertanyaan - Latih cara mengontrol
seadanya halusinasi dengan obat (jelaskan
- Tampak kontak mata kearah lain saat 5 benar: guna, dosis, frekuensi,
berbicara dengan lawan bicara. cara, kontinuitas minum obat)
- Masukkan ke dalam jadwal
Diagnosa Keperawatan : harian untuk lathan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi menghardik dan minum obat
pendengaran

26
Implementasi :
- Mengidentifiasi halusinasi :isi, frekuensi,
waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
emosi
- menjelaskan cara mengontrol halusinasi:
hardik, obat, bercakap-cakap, melaukan
kegiatan
- Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
- Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
menghardik

Rencana Tindak Lanjut


Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.

Tempat : ruang makan

Jam : 09.30 wib


Rabu, Data : S:
29 DS : - Pasien mengatakan akan sholat
Januari - Pasien mengatakan kalau sedang 5 waktu
2020 menstruasi selalu ada bisikan – - Pasien mengatakan akan
10.30 bisikan menyuruhnya untuk kabur dan mencoba berfikir postif
bunuh diri O:
- Pasien mengatakan sudah 3 kali - Tidak ada benda tajam
mencoba untuk bunuh diri dengan disekitar pasien
makan peniti, minum sabun, penjepit - Pasien kooperatif saat
kertas diberikan dorongan untuk
DO : tidak bunuh diri
- Pasien terlihat suka menyendiri
- Pasien saat ditanya berbicara seadanya A : Tujuan SP 1 RBD dalam

27
- Afek tumpul, dengan kontak mata mengidentifikasi benda yang dapat
lemah sering melihat ke arah lain saat membahayakan dan cara
bicara dengan lawan bicara menendalikan dorongan bunuh diri
sudah optimal
Diagnosa Keperawatan :
Risiko Bunuh Diri P : Lanjutkan ke SP 2 untuk
Harga Diri Rendah masalah RBD dan SP 1 untuk
masalah HDR : Mengidentifikasi
Implementasi :
aspek positif yang dimiliki
- Mengidentifikasi benda – benda yang
dapat membahayakan pasien.
- Mengamankan benda2 yang dapat
membahayakan pasien.
- Melakukan kontrak treatment.
- Mengajarkan cara mengendalikan
dorongan bunuh diri

Rencana Tindak Lanjut


Menganjurkan pasien berpikir positif
terhadap diri dan menghargai diri sebagai
individu yang berharga.

Hari/ IMPLEMENTASI EVALUASI


Tanggal
Kamis, Data : S:
30 - Pasien mengatakan mengerti
DS :
Januari cara mengontrol halusinasi
- Pasien mengatakan kalau sedang
2020 dengan pemberian obat
menstruasi selalu ada bisikan –
15.30 - Pasien mengatakan akan patuh
bisikan menyuruhnya untuk kabur dan
minum obat
bunuh diri
O:
- Pasien mengatakan sering mendengar

28
suara bisikan yang menyuruh untuk - Pasien tampak kooperatif dan
bunuh diri, tetapi suaranya sekarang mengikuti instruksi yang
sudah berkurang. Pasien mengatakan diberikan
bisikan muncul 1-2 kali/ hari yang - Pasien tampak antusia
biasanya muncul pada malam hari
ketika pasien mau tidur (pasien yang A : Tujuan SP 2 masalah halusinasi
lain sudah tidur dan suasana sepi) dan dengan kepatuhan minum obat
ketika sebelum senam pagi. sudah optimal
DO :
- Pasien terlihat suka menyendiri dan P : Lanjutkan ke SP 3 masalah
melamun halusinasi dengan bercakap – cakap
- Pasien menjawab pertanyaan :
seadanya
- Latih cara mengontrol
- Tampak kontak mata kearah lain saat
halusinasi dengan bercakap-
berbicara dengan lawan bicara.
cakap saat terjadi halusinasi
- Masukkan pada jadwal kegiatan
Diagnosa Keperawatan :
untuk latihan menghardik,
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
minum obat dan bercakap-cakap
pendengaran

Implementasi :
- Mengevaluasi kegiatan menghardik,
beran pujian
- Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis,
guna, dosis, frekuensi, cara kontinuitas
jinum obat)
- Memasukkan ke dalam jadwal harian
untuk lathan menghardik dan minum
obat

Rencana Tindak Lanjut :


Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk

29
latihan menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap

Kamis, Data : S:
30 DS : - Pasien mengatakan bersykur
Januari - Pasien mengatakan kalau sedang bisa mengenyam pendidikan
2020 menstruasi selalu ada bisikan – tinggi
16.30 bisikan menyuruhnya untuk kabur dan O :
bunuh diri - Pasien terlihat kooperatif saat
- Pasien mengatakan sudah 3 kali diajak berbicara.
mencoba untuk bunuh diri dengan - Pasien terlihat bercerita
makan peniti, minum sabun, penjepit tentang kondisi nya yang
kertas sekarang
- Pasien mengatakan akan selalu - Pasien terlihat lebih
berfikir optimis terhadap suatu hal menghargai dirinya
DO :
- Pasien terlihat suka menyendiri A : Tujuan SP 2 masalah RBD dan
- Pasien saat ditanya berbicara seadanya SP 1 HDR dengan mengidentifikasi
- Afek tumpul, dengan kontak mata aspek positif sudah optimal
lemah sering melihat ke arah lain saat
bicara dengan lawan bicara P : Lanjutkan ke SP 3 masalah
Diagnosa Keperawatan : RBD dan SP 1 masalah koping
Risiko Bunuh Diri individu inefektif dengan
Koping Individu Inefektif mengidentifikasi, memilih dan
menerapkan pola koping kontruktif
Implementasi :
- Mengidentifikasi aspek positif pasien.
- Mendorong pasien untuk berpikir positif
terhadap diri
- Mendorong pasien untuk menghargai diri
sebagai individu yang berharga.

Rencana Tindak Lanjut

30
Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping yang konstruktuif dalam kegiatan
harian.

Hari/ IMPLEMENTASI EVALUASI


Tanggal
Jumat, Data : S:
31 - Pasien mengatakan sudah
DS :
Januari bercakap – cakap dengan
- Pasien mengatakan kalau sedang
2020 temannya jika suara – suara
menstruasi selalu ada bisikan –
09.30 bisiskan timbul
bisikan menyuruhnya untuk kabur dan
- Pasien mengatakan akan sering
bunuh diri
bercakap – cakap jika suara
- Pasien mengatakan sering mendengar
bisikan tersebut timbul
suara bisikan yang menyuruh untuk
O:
bunuh diri, tetapi suaranya sekarang
- Pasien tampak kooperatif dan
sudah berkurang. Pasien mengatakan
mengikuti instruksi yang
bisikan muncul 1-2 kali/ hari yang
diberikan
biasanya muncul pada malam hari
- Pasien tampak antusias
ketika pasien mau tidur (pasien yang
lain sudah tidur dan suasana sepi) dan
A : Tujuan SP 3 masalah halusinasi
ketika sebelum senam pagi.
dengan bercakap – cakap sudah
DO :
optimal
- Pasien terlihat suka menyendiri dan
melamun
P : Lanjutkan ke SP 4 masalah
- Pasien menjawab pertanyaan
halusinasi dengan aktivitas :
seadanya
Tampak kontak mata kearah lain saat - Latih cara mengontrol
berbicara dengan lawan bicara. halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian (mulai 2
Diagnosa Keperawatan : kegiatan)
Gangguan persepsi sensori : halusinasi - Masukkan pada jadwal kegiatan

31
pendengaran untuk latihan menghardik,
minum obat, bercakap-cakap
Implementasi :
dan kegiatan harian.
- Mengevaluasi kegiatan latihan
menghardik & obat. Beri pujian
- Melaatih cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi
- Memaasukkan pada jadwal kegiatan
untuk latihan menghardik, minum obat
dan bercakap-cakap

Rencana Tindak Lanjut :


Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian.

Jumat, Data : S:
31 DS : - Pasien mengatakan jika ada
Januari - Pasien mengatakan kalau sedang masalah dia bercerita ke orang
2020 menstruasi selalu ada bisikan – terdekatnya
10.30 bisikan menyuruhnya untuk kabur dan - Pasien mengatakan
bunuh diri mengatakan merasa lega jika
- Pasien mengatakan sudah 3 kali bercerita dengan orang
mencoba untuk bunuh diri dengan terdekat tentang masalah yang
makan peniti, minum sabun, penjepit dihadapinya
kertas - Pasien mengatakan selain
- Pasien mengatakan akan selalu bercerita dengan orang
berfikir optimis terhadap suatu hal terdekat biasanya pergi jalan -
DO : jalan
- Pasien terlihat suka menyendiri O:
- Pasien saat ditanya berbicara seadanya - Pasien terlihat kooperatif saat
- Afek tumpul, dengan kontak mata diajak berbicara.

32
lemah sering melihat ke arah lain saat - Pasien terlihat bercerita
bicara dengan lawan bicara tentang dirinya
Diagnosa Keperawatan :
Risiko Bunuh Diri A : Tujuan SP 3 masalah RBD dan
Koping Individu Inefektif SP 1 masalah koping individu
inefektif dengan pola koping
Implementasi :
konstruktif sudah optimal
- Mengidentifikasi pola koping yang biasa
diterapkan pasien.
P : Lanjutkan ke SP 4 untuk RBD
- Meniilai pola koping yang biasa
dan SP 2 untuk koping individu
dilakukan.
inefektif dengan rencana masa
- Mengidentifikasi pola koping yang
depan yang realistis
konstruktif.
- Mendorong pasien memilih pola koping
yang konstruktif.
- Menganjurkan pasien menerapkan pola
koping yang konstruktuif dalam kegiatan
harian.

Rencana Tindak Lanjut


Memberi dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa depan

Hari/ IMPLEMENTASI EVALUASI


Tanggal
Sabtu, Data : S:
1 - Pasien mengatakan sudah
DS :
Februari bercakap – cakap, menghardik
- Pasien mengatakan kalau sedang
2020 dengan baik
menstruasi selalu ada bisikan –
15.30 O:
bisikan menyuruhnya untuk kabur dan
- Pasien tampak kooperatif dan
bunuh diri

33
- Pasien mengatakan sering mendengar mengikuti instruksi yang
suara bisikan yang menyuruh untuk diberikan
bunuh diri, tetapi suaranya sekarang - Pasien tampak antusia
sudah berkurang. Pasien mengatakan
bisikan muncul 1-2 kali/ hari yang A : Tujuan SP 4 masalah halusinasi
biasanya muncul pada malam hari dengan beraktivitas sudah optimal
ketika pasien mau tidur (pasien yang
lain sudah tidur dan suasana sepi) dan P : Evaluasi kembali SP jika perlu
ketika sebelum senam pagi.
DO :
- Pasien terlihat suka menyendiri dan
melamun
- Pasien menjawab pertanyaan
seadanya
- Tampak kontak mata kearah lain saat
berbicara dengan lawan bicara.

Diagnosa Keperawatan :
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran

Implementasi :
- mengevaluasi kegiatan latihan
menghardik, obat, dan bercakap-cakap.
Beri pujian
- Melatih cara mengontrol halusinasi
dengan melakukan kegiatan harian
(mulai 2 kegiatan)
- Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan harian.

Rencana Tindak Lanjut :

34
Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
latihan menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan kegiatan harian.
Sabtu, Data : S:
1 DS : - Pasien mengatakan jika dia
Februari - Pasien mengatakan kalau sedang sudah pulang kerumah akan
2020 menstruasi selalu ada bisikan – membuat menjadi anak yang
16.30 bisikan menyuruhnya untuk kabur dan baik dan berbakti kepada
bunuh diri orang tuanya
- Pasien mengatakan sudah 3 kali - Pasien mengatakan akan
mencoba untuk bunuh diri dengan bersikap baik kepada orang –
makan peniti, minum sabun, penjepit orang disekitar nya
kertas - Pasien mengatakan lebih
- Pasien mengatakan akan selalu menghargai dirinya dan tidak
berfikir optimis terhadap suatu hal akan mencoba bunuh diri lagi
DO : O:
- Pasien terlihat suka menyendiri - Pasien terlihat semangat dalam
- Pasien saat ditanya berbicara seadanya bercerita.
- Afek tumpul, dengan kontak mata - Pasien terlihat kooperatif
lemah sering melihat ke arah lain saat
bicara dengan lawan bicara A : Tujuan SP 4 masalah RBD dan
SP 2 masalah koping individu
Diagnosa Keperawatan : inefektif sudah optimal
Risiko Bunuh Diri
Koping Individu Inefektif P : Evaluasi kembali SP jika perlu

Implementasi :
- Membuat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien.
- Mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis.
- Memberi dorongan pasien melakukan

35
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan.

Rencana Tindak Lanjut


Memberi dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa depan.

36
Jurnal 1

Judul : Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi


Dengar Pada Pasien Skizofrenia Di Rsjd Dr. Aminogondohutomo
Semarang
a. P (Problem)
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Experiment (experimen semu) dengan menggunakan pendekatan One Group
Pretest-Postest.Penelitian dilaksanakan di RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Semarang mulai bulan April-Mei 2013.Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien skizofrenia yang mengalami halusinasi pendengaran dengan sampel
sebanyak 40 responden.Klien-klien halusinasi yang mengalami halusinasi
pendengaran dan kekambuhan dalam 1 tahun terahir, klien bersedia menjadi
responden adalah segala umur dan klien bersedia menjadi responden sebagai
criteria inklusi.
b. I (Intervention)
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah alat ukur berupa
lembar kuasioner dan observasi yang hasilnya tertuang dalam lembar
evaluasi kemampuan mengontrol halusinasi dengar pada klien halusinasi
yang tercantum di lembar lampiran. Kuasioner ini terdiri dari beberapa

37
pertanyaan untuk mengevaluasi responden, terdiri dari 5 pertanyaan dan cara
penilaian dengan memberi tanda centang (√ ), bila sering sekali nilainya 4,
selalu nilainya 3, kadang-kadang nilainya 2, tidak pernah nilainya 1. Dengan
rentang nilai 5-10 (ringan), 11-15 (sedang), 16-20 (berat). Sedangkan pada
lembar observasi terdapat 5 pernyataan, cara penilaian dengan memberi
centang (√ ) pada kegiatan yang telah dilakukan responden, apabila YA
nilainya 1 maka TIDAK nilainya 0. Pada penilaian ini apabila 1 saja
pernyataan dijawab TIDAK maka dianggap tidak melakukan.
Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas yaitu pengaruh menghardik dengan variabel
terikat yaitu penurunan tingkat halusinasi dengar.Sebelum dilakukan uji
independent T-Test dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakan
Kolmogorov Smirnov. Pada hasil uji Kolmogorov Smirnov didapatkan pada
variabel klasifikasi pre test p.value = 0,000 dan klasifikasi pos test p.value =
0,000. Maka disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal, sehingga
uji statistic yang digunakan adalah Wilcoxon.
c. C (Comparation)
Tidak ada jurnal pembanding
d. O (Outcome)
Pada penelitian ini dari 40 responden sebagian besar memiliki halusinasi
dengar sebelum dilakukan menghardik dengan menutup telinga dengan
kategorik sedang sebanyak 26 (65%), dan halusinasi dengar dengan
kategorik berat sebanyak 14 (35%) responden.Pada penelitian ini seluruh
responden 40 (100%) mengalami penurunan halusinasi dengar ringan setelah
dilakukan terapi menghardik dengan menutup telinga.Pada penelitian ini
sebagian besar responden memiliki halusinasi dengar sebelum terapi
menghardik tanpa menutup telinga dengan kategori sedang sebanyak 18
(54.5%), kategori berat 14 (42.4%), dan kategori ringan sebanyak 1 (13.0%)
responden.Sebagian besar responden memiliki halusinasi dengar setelah
menghardik tanpa menutup telinga dengan kategorik sedang sebanyak 22
(66.7%), kategorik ringan 11 (33.3%) responden. Ada perbedaan bermakna
halusinasi dengar sebelum dan sesudah diberikan terapi menghardik dengan

38
menutup telinga (p value = 0,000). Ada perbedaan yang bermakna
halusinasi dengar sebelum dan sesudah diberikan terapi menghardik tanpa
menutup telinga (p value=0,000).
e. Hasil Diskusi Kelompok
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mendukung intervensi yang telah
dilakukanolehkelompok terkait asuhan keperawatan pada Nn.D dengan
halusinasi. Intrevensi ini sesuai dengan SP I Risiko Bunuh Diri yaitu dengan
mengajarkan caramengontrol halusinasi Dengan cara menghardikPadaNn.
Dmenghardik dengan menutup telinga responden mengalami penurunan
tingkathalusinasi dengar, hal ini dikarenakan pada saat responden menutup
telinga saat melakukan terapi menghardik responden menjadi lebih fokus dan
berkonsentrasi pada halusinasinyadan hasil dari intervensi tersebut risiko
perilaku bunuh diri tidak terulang kembali.

39
Jurnal 2

ANALISA PICOT JURNAL


a. Population
Penelitian ini menggunakan metode meta analisis jurnal sehingga
population yang didapatkan berdasarkan 14 jurnal (tahun 2015-2018).
b. Intervention
Dukungan agama dapat menghambat individuyang memiliki ide bunuh
diri dan meningkatkanharapan hidup mereka (Lawrence, Brent, et
al.,2016).Perawat dapat melihat hubungan yangkompleks antara agama
dan depresi ini. Melibatkanperan agama seperti membangun pertisipasi
individudalam komunitas agama akan menjadi cara mencegahperilaku
bunuh diri (Lawrence, Oquendo, et al.,2016).

40
c. Comparation
Studi literatur (literature review) merupakancara yang digunakan
dalam mengumpulkan data dansumber-sumber yang terkait dengan
topik/ tema yangakan dibahas dalam suatu penulisan. Sumber-
sumberyang digunakan dalam penulisan studi literatur iniberasal dari
14 artikel ilmiah dengan menggunakanbeberapa database seperti
EBSCO, PROQUEST,PubMed, dan Google Cendekia. Kata
kunci(keywords) yang digunakan dalam pencarian literatureyang
terkait topik ini ialah “spiritual support” OR“religious support” AND
“risk of suicide” OR“suicide attempt” AND “adults”. Metode
yangdigunakan dalam penulisan studi literatur adalahkegiatan dalam
mengumpulkan data pustaka,membaca, mencatat dan mengelola
sumber yangdidapat menjadi sebuah tulisan (Zed, 2008:3
dalamNursalam 2016). Penggunaan data dalam penulisanliterature
review ini berasal dari konsep-konsep teoripenelitian yang diteliti.
Pengumpulan data dilakukandengan menyaring 159.320 sumber
literatur menjadi14 literatur terkait yang menjadi pembahasan
dalampenulisan literature review.Terdapat kriteria inklusidan eksklusi
yang digunakan dalam menyaringliteratur yang sesuai dengan topik
yang diambil.Adapun kriteria yang ditentukanadalah sumberliteratur
yang diambil mulai tahun 2015 sampaidengan 2018, menggunakan
bahasa inggris,kesesuaian kata kunci penulisan, dan keterkaitan
hasilpenulisan literatur dengan pembahasan yangdiangkat.
d. Outcome
Berdasarkan hasil review beberapa literaturedan jurnal yang ada,
ditemukan beberapa ide yangterkait dengan perilaku bunuh diri.
Beberapa ide/tema tersebut diantaranya adalah faktor-faktor
yangmenyebabkan ide bunuh diri, pengalaman bunuh diridari orang
terdekat, dukungan ahli agama terhadapresiko bunuh diri, serta
intervensi psiko-religius.

41
1) Pengalaman bunuh diri orang terdekat
Masalahdalam internal keluarga, diagnosis penyakit fisik/mental
pada anggota keluarga, adanya upaya bunuhdiri dari teman-
teman/ orang terdekat, adanya gejalakecemasan-depresi, tingkat
kepuasan terhadapdukungan sosial, serta koping agama yang
negativesecara signifikan mempengaruhi ide bunuh diri
padalaki-laki maupun perempuan (Yasien, n.d.). Dalamhal ini
dukungan keluarga pun penting untukmenghubungkan anak/
seseorang dengan perbaikankesehatan mentalnya. Mereka yang
memilikidukungan yang baik dengan keluarganya akanmemiliki
kesehatan mental yang juga baikdibandingkan dengan mereka
yang kurang memilikidukungan keluar (LeCloux, Maramaldi,
Thomas, &Wharff, 2016).
2) Dukungan dari tokoh agama
Perlunya melibatkan tokoh agama merupakansuatu hal yang
dapat diimplementasikan dalampencegahan perilaku bunuh
diri.Hal ini dapatmemberikan dorongan pada individu untuk
lebihmendekatkan diri pada Tuhan dan meningkatkanrutinitas
ibadahnya (Price et al., 2016).
3) Dukungan psiko-religius
Dukungan psikososial juga kerapmembantu mengurangi gejala
depresi pasien dankemungkinan risiko bunuh diri, serta
terbuktimeningkatkan kesejahteraan psikologis.
Dukungantersebut terdiri dari 4 proses seperti memberdukungan
dan motivasi untuk tetap hidup,mendorong untuk memiliki
kehidupan yang baru,memberdayakan untuk perubahan hidup,
sertamengevaluasi proses perubahan (Aekwarangkoon etal.,
n.d.).
Analisis ini menunjukkan bahwa aspekkeagamaan adalah
salah satu aspek yang sangat perludiperhatikan dan diperlukan
implementasi khususterkait hal ini dalam mengatasi depresi
yangberakibat resiko perilaku bunuh diri pada individu.Aspek

42
keagamaan ini dimaksudkan juga untukmenanggulagi masalah
kesehatan mental lain yangtidak diinginkan.Indonesia dengan
kasus-kasusbunuh diri yang ada dibeberapa daerah
memerlukanperhatian khusus terkait hal ini.Perawat dalam hal
iniperlu mampu untuk mengidentifikasi faktor sertamemberikan
intervensi yang tepat dan efektif gunameningkatkan taraf
kesehatan jiwa yang lebih baik diIndonesia.
e. Time
Menggunakan kriteria inklusi yangmencakup sumber literatur yang
diambil mulai tahun 2015 sampai dengan 2018.
f. Hasil Diskusi Kelompok
Berdasarkan hasil penelitian dari Litaqia, W., & Permana, I. (2019)
mendukung intervensi yang telah dilakukan oleh kelompok terkait
asuhan keperawatan pada Nn.D dengan risiko bunuh diri. Intrevensi ini
sesuai dengan SP I Risiko Bunuh Diri yaitu dengan mengajarkan cara
mengendalikan dorongan bunuh diri melalui spiritual, dengan adanya
pengaruh spiritual ini pasien Nn. D dengan risiko bunuh diri dapat
mengontrol perilaku bunuh diri dengan selalu mengingat kepada
Tuhan, dan hasil dari intervensi tersebut risiko perilaku bunuh diri
tidak terulang kembali.

43
Jurnal 3

Judul :Hubungan Peran Perawat Sebagai Pelaksana Dalam Mencegah Ide


Bunuh Diri Pada Penderita Gangguan Jiwa (RSJD Atma Husada
Samarindar Kaltim)
a. Population
Jumlah responden pada penelitian ini 152 responden diambil secara purposive
sampling
b. Intervention
Mengetahui hubungan peran perawat sebagai pelaksana dalam mencegah ide
bunuh diri pada penderita gangguan jiwa di RSJD Atma Husada Mahakam
Samarinda.
c. Comparation : -
d. Outcome
Terdapat hubugan peran perawat sebagai pelaksana dalam mencegah
idebunuh diri pada penderita gangguan jiwa. Dimana nilai P sebesar 0,031
lebih dari nilai sebesar 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara peran perawat sebagai pelaksana dengan ide bunuh diri pada
penderita gangguan jiwa di RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda.

44
e. Time
November 2013 – April 2014
f. Rekomendasi
1) Hasil penelitian digunakan sebagai bahan dalam mengambil kebijakan
untuk lebih optimal peran aktif peran perawat sebagai pelaksana dalam
mencegah ide bunuh diri pada penderita gangguan jiwa seperti
melakukan kegiatan penyuluhan atau pendekatan terhadap pasien.
2) Bagi keluarga pasien diharapkan tetap mempertahankan dalam
memberikan motifasi, dukungan maupun perhatian yang lebih agar
penderita tidak mengalami kekambuhan.
3) Diharapkan peran perawat sebagai pelaksana dalam mencegah ide bunuh
diri pada penderita gangguan jiwa dengan mempererat komunikasi,
informasi serta edukatif untuk membantu proses penyembuhan pasien
gangguan jiwa sehingga mengurangi terjadinya ide bunuh diri serta
dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa agar selalu melibatkan
keluarga untuk memberi dukungan yang berguna dalam mempercepat
proses penyembuhan klien, selain itu perawat juga selalu menjauhkan
barangbarang yang dapat membahayakan pasien untuk melakukan bunuh
diri, perawat dapat melakukan pendekatan kepada klien serta mengajak
klien beraktivitas selain itu perawat juga melakukan observasi secara
ketat.
4) Diharapkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh selama penelitian dapat
disosialisasikan pada penelitian selanjutnya
5) Diharapkan pada penelitian akan datang agar lebih memperbanyak faktor
yang berhubungan dengan ide bunuh diri pada penderita gangguan jiwa,
lebih advan dan menjawab keterbatasan peneliti.

g. Hasil Diskusi Kelompok


Berdasarkan hasil penelitian dari Edi Sukamto, Rusni Masnina, Agustina
(2014) mendukung intervensi yang telah dilakukan oleh terkait asuhan
keperawatan pada Nn.D dengan risiko bunuh diri. Pada penelitian
menyebutkan jika peran perawat sangat berpengaruh dalam pencegahan

45
pasien dengan resiko bunuh diri. Dengan adanya perawat, perawat dapat
mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri sesuai SP yang telah
dilakukan pada asuhan keperawat dengan resiko bunuh diri pada Nn.D
sehingga dengan peran perawat dan dukungan keluarga pasien dapat
mengontrol perilaku bunuh diri dan hasil dari intervensi tersebut risiko
perilaku bunuh diri tidak terulang kembali.

46

Anda mungkin juga menyukai