Anda di halaman 1dari 7

ZAKAT DAN PAJAK, PERBEDAAN DAN RELASI ANTARA KEDUANYA

( Disusun untuk memenuhi Tugas : Fikih Zakat )

Dosen pengasuh : Rafik Patrajaya, S.H.I, M.H.I

Disusun Oleh :

Nama : Krismiati

1804130055

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

TAHUN AJARAN 2020


Pendahuluan
Zakat adalah hak tertentu yang diwajibkan Allah terhadap harta kaum muslimin yang di
peruntukkan bagi fakir miskin dan mustahik lainnya, sebagai tanda syukur atas nikmat Allah dan
untuk mendekatkan diri kepada–Nya serta membesihkan diri dari hartanya.Sedangkan pajak
adalah, iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang – undang sehingga dapat dipaksakan
dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung.
Pajak adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus disetorkan
kepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat prestasi kembali dari negara dan
hasilnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk
merealisasikan sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik dan tujuan-tujuan lain yang ingin dicapai
oleh Negara. (Pendapat Yusuf Qardhawi). Zakat dan pajak meskipun keduanya merupakan
kewajiban dalam bidang harta, namum keduanya merupakan falsafah yang khusus yang
keduannya berbeda sifat dan asasnya, berbeda sumbernya, sasaran, bagian serta kadarnya,
disamping itu berbeda pula prinsip, tujuan dan jaminan. Secara sepintas, zakat dan pajak terdapat
persamaan, yaitu sama-sama merupakan kewajiban atas harta yang wajib dibayarkan dan
dikeluarkan.
Pengertian Zakat dan Pajak
1. Zakat
Zakat (Bahasa Arab: ‫اة‬11‫ زك‬transliterasi: Zakah) dalam segi istilah adalah harta
tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam dan diberikan kepada
golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan sebagainya). Zakat dari segi
bahasa berarti 'bersih', 'suci', 'subur', 'berkat' dan 'berkembang'. Menurut ketentuan yang
telah ditetapkan oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun ketiga dari rukun
Islam. Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib fardhu atas setiap
muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori
ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan Alquran
dan Sunah.        
 Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
a. Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan suci
Ramadan. Besar zakat ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada
di daerah bersangkutan.
b. Zakat maal (harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan,
pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-
masing jenis memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
2. Pajak
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan
digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar
pajak tidak akan merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan
untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu
sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan
undang-undang.
             Ciri-ciri Pajak:
a. Pajak merupakan kontribusi wajib warga negara.
b. Pajak bersifat memaksa untuk setiap warga negara.
c. Warga negara tidak mendapat imbalan langsung.
d. Berdasarkan undang-undang.
Persamaan dan Perbedaan Antara Zakat dan Pajak
Pajak dan Zakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan pemenuhan
kewajiban baik dalam kehidupan bernegara maupun beragama. Apapun entitasnya baik individu
maupun korporat. Terutama individu karena untuk korporat atau perusahaan belum ada
kesepakatan kesatuan pemikiran (unity of tought ) dari para ulama Indonesia. Walau demikian,
sudah banyak perusahaan yang membayar zakat atas dasar kesadaran berkontribusi. Pada
prinsipnya, baik pajak maupun zakat memiliki persamaan yaitu tujuan yang sama untuk
menyelesaikan masalah ekonomi dan keduanya telah diatur agar dapat dikelola menurut cara
yang dianggap tepat untuk mencapai tujuan tadi, yaitu dengan menyetorkan pembayarannya ke
lembaga resmi yang sudah disahkan pemerintah.
Secara mendasar Pajak sendiri berumur lebih muda daripada Zakat, Zakat sudah dikenal
jauh sebelum sistem perpajakan masuk ke Indonesia, pada masa kerajaan Islam berkuasa di
Nusantara, sudah berdiri Baitul Maal yang menjadi pusat pengelolaan keuangan kerajaan, namun
sistem ini secara perlahan mulai digantikan seiring dengan kedatangan kaum imperialis Eropa
yang mengadopsi sistem perpajakan dinegara mereka.
1. Persamaan Zakat dan Pajak
Zakat dan pajak memiliki persamaan karena perintah mengeluarkan sebagian harta ini
dijalankan menurut aturan tertentu yang menaungi sebuah kelompok masyarakat. Zakat
dibayar berdasarkan syariat Islam, sedangkan pajak dibayarkan menurut undang-undang
perpajakan yang berlaku dalam sebuah negara.
Persamaan pajak dan zakat berikutnya adalah besarnya pembayaran ditentukan menurut
prosentase tertentu dan berlaku untuk orang-orang yang memenuhi syarat. Keduanya juga
berperan dalam membangun kesejahteraan kelompok masyarakat tertentu.
2. Perbedaan Pajak dan Zakat
Perbedaan zakat dan pajak adalah dalam hal penerimanya. Zakat dibayarkan melalui amil
zakat (lembaga penyalur dan pengelola zakat) maupun dibayarkan langsung kepada 8
golongan orang yang berhak menerima zakat. Manfaat zakat dapat dirasakan langsung
maupun tidak langsung oleh masyarakat. Sedangkan pajak negara merupakan kewajiban yang
dibayarkan kepada kantor pelayanan pajak dan lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh
Pemerintah sebagai tempat pembayaran pajak. Manfaat pajak negara tidak bisa dirasakan
langsung oleh masyarakat suatu negara.
Perbedaan pajak dan zakat yang kedua adalah waktu pembayarannya. Zakat fitrah
dibayarkan hanya pada bulan Ramadhan, lalu zakat harta dibayarkan pada saat telah mencapai
nisab dan dimiliki selama setahun. Sedangkan waktu pembayaran pajak negara adalah satu
tahun pembukuan. Misalnya tenggang waktu pembayaran pajak setiap akhir bulan Maret.
Perbedaan pajak dan zakat yang ketiga adalah benda yang digunakan sebagai alat
pembayaran. Pajak negara umumnya dibayar menggunakan uang tunai. Sementara itu zakat
fitrah boleh dibayarkan dalam bentuk uang tunai maupun bahan makanan pokok seperti beras
dan gandum.

a. Mengenai Hakikat dan Tujuannya


Zakat adalah ibadah yang diwajibkan kepada orang islam, sebagai tanda syukur kepada
Allah SWT dan mendekatkan diri kepadanya. Adapun pajak adalah kewajiban dari negara
semata–mata yang tidak ada hubungannya dengan makna ibadat dan pendekatan diri.

b. Mengenai Batas Nisab dan Ketentuanya


Zakat adalah hak yang ditentukan oleh Allah, sebagai pembuat syariat. Dialah yang
menentukan batas nisab bagi setiap macam benda juga Allah memberikan ketentuan atas
kewajibab zakat itu seperlima, sepersepuluh, separuh, sampai seperempat puluh. Berbeda
dengan pajak yang tergantung pada kebijaksanaan dan kekuatan penguasa baik mengenai
objek, presentase, harga dan ketentuannya, bahkan ditetapkan dan dihapuskan pajak
tergantung pada penguasa sesuai dengan kebutuhan.

c. Mengenai Kelestarian dan Kelangsungan


Zakat adalah kewajiban yang bersifat tetap dan terus – menerus, adapun pajak tidak
memiliki sifat yang tetap dan terus – menerus, baik mengenai macam, presentase, dan
kadarnya.

d. Mengenai Pengeluaranya
Zakat mempunyai sasaran khusus yang ditetapkan oleh Allah SWT dalam Qur’an dan
dijelaskan oleh Rosulullah SAW dengan perkataan dan perbuatantya, sasaran itu kemanusiaan
dan keislaman, sedangkan pajak dikeluarkan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran
umum negara, sebagai mana ditetapkan pengaturan oleh penguasa.

e. Hubungannya dengan Penguasa


Pajak selalu berhubungan antara wajib pajak dengan pemerintah yang berkuasa. Karena
pemerintah yang mengadakan, pemerintah yang memungutnya dan juga membuat ketentuan
wajib pajak, adapun zakat adalah hubungan pezakat dengan Tuhannya, Allah lah yang
memberinya harta dan mewajibkan membayar zakat.
f. Maksud dan Tujuan
Zakat mempunyai tujuan spiritual dan moral yang lebih tinggi dari pajak. Tujuanya
cukup jelas dan tegas dalam firman Allah mengenai keadaan pemilik harta yang berkewajiban
mengeluarkan zakat, Firmannya adalah : Ambillah sedekah dari sebagian harta mereka,
dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan dan berdoalah buat mereka,
sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentuan jiwa bagi mereka. Sedangkan pajak tidak
mempunyai tujuan yang luhur, selain untuk menghasilkan pembiayaan (uang) untuk mengisi
kas negara.
Hubungan Antara Zakat dan Pajak
Dalam peradaban Islam dikenal dua lembaga yang menjadi pilar  kesejahteraan
masyarakat dan kemakmuran negara yaitu lembaga zakat dan lembaga pajak karena sifatnya
adalah wajib. Pada prinsipnya zakat dan pajak adalah dua kewajiban yang mempunyai dasar
berpijak berlainan. Zakat mengacu pada ketentuan syariat atau hukum Allah SWT baik dalam
pemungutan dan penggunaannya, sedang pajak berpijak pada peraturan perundang-undangan
yang ditentukan oleh Ulil Amri/pemerintah menyangkut  pemungutan maupun penggunaannya
Hubungan zakat dan pajak di dalam Islam pernah dibahas dalam Seminar Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tahun 1990 oleh almarhum Prof. KH Ibrahim Hosen, LML (Ketua MUI/Ketua
Komisi Fatwa MUI). Menurut Ibrahim Hosen yang menamatkan pendidikan pada Fakultas
Syariah Universitas Al-Azhar Cairo – Mesir itu:
“Islam begitu hadir, di tengah-tengah masyarakat telah hidup bermacam-macam aturan,
budaya, adat istiadat dan lain sebagainya. Dalam menghadapi masalah ini ada tiga macam sikap
Islam;
a) Hal-hal yang bertentangan dengan Islam ditolak secara tegas.
b) Hal-hal yang bertentangan akan tetapi sudah membudaya dan mengakar di masyarakat
ditolak dengan cara bijaksana, yaitu dibenarkan untuk sementara, tetapi dicarikan jalan
penyelesaian dan pemecahan untuk menuju kepada penghapusan sama sekali.
c) Yang tidak berlawanan dengan Islam diteruskan, dilestarikan dan disempurnakan.
Contohnya seperti Pajak.”
Perundang-undangan Zakat di Indonesia
Zakat termasuk ibadah yang wajib dijalankan oleh setiap muslim yang memiliki
kemampuan mencukupi biaya hidup sehari-hari atau memiliki kekayaan mencapai nisab. Zakat
berfungsi sebagai modal pembangunan negara sehingga perlu dibuatkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tata cara penerimaan, pengelolaan dan penyaluran dana zakat kepada
kelompok masyarakat yang berhak menerima.
Beragam manfaat zakat akan terwujud bila terdapat dasar hukum yang mengatur kegiatan
amil zakat mulai dari pengumpulan zakat, pengelolaan, hingga penyalurannya. Undang-undang
zakat ini juga mengharuskan setiap lembaga amil zakat bersikap profesional dan amanah dalam
menyalurkan dana zakat masyarakat Islam kepada mereka yang berhak menerima.

Amandemen UU Pengelolaan Zakat (UU No. 23 Tahun 2011)


Salah satu gagasan besar penataan pengelolaan zakat yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan menjiwai keseluruhan pasalnya adalah pengelolaan yang
terintegrasi. Kata “terintegrasi” menjadi asas yang melandasi kegiatan pengelolaan zakat di
negara kita, baik dilakukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di semua tingkatan maupun
Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang mendapat legalitas sesuai ketentuan perundang-undangan.
Integrasi dalam pengertian undang-undang berbeda dengan sentralisasi. Menurut ketentuan
undang-undang, zakat yang terkumpul disalurkan berdasarkan prinsip pemerataan, keadilan, dan
kewilayahan. 
Integrasi pengelolaan zakat menempatkan BAZNAS sebagai koordinator. Peran
koordinator merupakan satu kesenyawaan dengan integrasi. Pengkoordinasian yang dilakukan
BAZNAS inilah yang ke depan akan mengawal jalannya proses integrasi dan sinergi dari sisi
manajemen maupun dari sisi kesesuaian syariah. Hal ini diatur dalam ketentuan pasal 6 dan 7
Undang-Undang No 23 Tahun 2011 sebagai dasar hukum yang memberikan ruang terbuka
kepada BAZNAS untuk menjalankan fungsi koordinasi. Ketika LAZ menjadi bagian dari sistem
yang dikoordinasikan BAZNAS, maka posisinya secara hukum menjadi kuat, sehingga prinsip
dan tuntunan syariah dalam Al Quran (QS At Taubah 9 : 103 dan 60) dapat terpenuhi.
Para pengelola zakat perlu memahami lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat yang akan dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah tentang
Pelaksanaan Undang-Undang, sejatinya  bertujuan untuk menata pengelolaan zakat yang lebih
baik. Penataan sebagaimana dimaksud tidak terlepas dari kepentingan untuk menjadikan amil
zakat lebih profesional, memiliki legalitas secara yuridis formal dan mengikuti  sistem
pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat. Tugas dan tanggung jawab sebagai
amil zakat tidak bisa dilepaskan dari prinsip syariah yang mengaitkan zakat dengan kewenangan
pemerintah (ulil amri) untuk mengangkat amil zakat.
Reperensi
Tinjauan Singkat Pajak dan Zakat oleh Erikson Wijaya, Pegawai Direktorat Jenderal Pajak,
Qardhawi,Yusuf. Hukum Zakat. (Bogor:Litera Antarnusa Pustaka Nasional)
http://www.pajak.go.id/content/article/tinjauan-singkat-pajak-dan-zakat pada 20/03/2018
http://pusat.baznas.go.id/posko-aceh/zakat-dan-pajak-dalam-islam/ diakses pada 20/03/2018
https://zakat.or.id/undang-undang-pengelolaan-dana-zakat-di-indonesia/ diakses pada
20/03/2018
http://baznas.ciamiskab.go.id/pengelolaan-zakat-dalam-undang-undang-no-23-tahun-2011/
diakses pada 20/03/2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Zakat diakses pada 20/03/2018
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya diakses pada
20/03/2018
https://zakat.or.id/apakah-persamaan-dan-perbedaan-antara-zakat-dan-pajak/ diakses pada
20/03/2018
http://tipsdamay.blogspot.com/2018/03/makalah-hubungan-zakat-pajak-dan-negara.html diakses
pada jam 17:34 tanggal 02/03/2020

Anda mungkin juga menyukai