Anda di halaman 1dari 5

Oleh Kelompok II:

Adelya Pratiwi Rahim 2118023


Iman Rusdiman Mae 2118024
Alpin Marhaba 2118019
Nahdatul Umiyati 2118029
Nur Lailah 2118031
Adelisya Putri M. 2118015
Vica Windi 2118045
Fadil Ashari 2118028
Isabella
Destriana

1. Mengapa factor genetic dan factor lingkungan dapat menyebabkan SLE (Kristina
wisrance)
1) Faktor genetic memiliki peranan yang sangat penting dalam kerentanan
penyakit SLE. Sekitar 20-30% pada pasien SLE mempunyai kerabatdekat yang
menderita SLE. Penelitian terakhir menunjukan bahwa banyak gen yang
berperan antara lain haptolip MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen
komplemen yang berperan pada fase awal reaksi peningkatan komplomen yaitu :
Crg, Cir, Cis, C3, C4 dan C2 serta gen-gen yang mengode reseptor drl T,
immunoglobulin dan sitokin (Albar 2003).
2) Faktor lingkungan yang menyebabkan timbulnya SLE yaitu sinar UV yang
mengubah struktur DNA didaerah yang terpapar sehingga menyebabkan
perubahan sistem imun didaerah tersebut serta menginduksi apoptosis dari sel
keratonosit. SLE juga dapat diinduksi oleh obat tertentu khususnya pada
asetilator lambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi obat
menyadi lambat, obat banyak terakumulas ditubuh sehingga memberikan
kesempatan obat untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal ini direspon sebagai
benda asing tersebut (Herfindal et al,2000). Makanan seperti wijen (alfafa
sprouts) yang mengandung asam aino L-cannavine dapat mengurangi respon
dari sel limfosit T dan B sehingga dapat menyebabkan SLE
2. Cara mencegah penyakit SLE (Sofia)

Beberapa prinsip dasar tindakan pencegahan eksaserbasi pada SLE :


1. Monitoring teratur
2. Penghematan energi dengan istirahat terjadwal dan tidur cukup
3. Fotoproteksi dengan menghindari kontak sinar matahari atau dengan pemberian
sun screen lotion untuk mengurangi kontak dengan sinar matahari
4. Atasi infeksi dengan terapi pencegahan pemberian vaksin dan antibiotik yang
adekuat.
5. Rencanakan kehamilan/hindari kehamilan.
6. Gunakan krortikosteroid topical untuk manifestasi kutan aktif.
7. Atasi manifestasi kutan, mukuloskeletal dan sistemik ringan dengan obat-obat
antimalarial.
3. Tindakan apa yang dilakukan untuk diangnosa yang di angkat (Lisa Reik)
1. Nyeri kronis berhubungan dengan ketidak mampuan fisik-psikososial kronis
(metastase kanker, injuri neurologis, arthritis).
Intervensi:
1) Monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri
2) Tingkat istirahat dan tidur yang adekuat
3) Kelola antianalgesik
4) Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
tidur/aktivitas yang tidak memadai, nutrisi yang tidak memadai dan
depresi/stress emosional.
Intervensi:
1) Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
2) Kaji tingkat kecemasan pasien
3) Monitoring pola tidur dan lamanya tidur/ istirahat pasien
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan deficit imunologi.
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Jaga kebersih dan kering
4. Monitor kulit akan adanya kemerahan
5. Mobilasasi pasien ( ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
6. Oleskan lotion atau minyak pada daerah yang tertekan
7. Monitor status nutrisi pasien
8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
10. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
11. Obsevasi luka : lokas, dimensi, kedalaman luka, karakteristik, warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik, tanda infeksi local, formasi traktus
12. Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
13. Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKT, vitamin, cegah kontaminasi feses dan
urin
14. Lakukan teknik perawatan luka dengan steril. Berikan tekanan pada luka

4. Bagaimana hormone seks steroid bias menyebabkan SLE (Rein)

hormone seks steroid sebagai penyebab SLE dalam observasi klinik. Observasi ini
mencakup kejadian yang lebih tinggi pada wanita usia produktif,peningkatan
aktivitas SLE selama kehamilan, dan resiko yang sedikit lebih tinggi pada wanita
pascamenoupause yang menggunakan suplementasi estrogen. Walapun hormone
seks steroid dipercaya sebagai penyebab SLE,namun studi yang dilakukan oleh petri
dkk menunjukan bahwa pemberian kontrasepsi hormonal oral tidak meningkatkan
risiko terjadinya peningkatan aktivitas penyakit pada wanita penfderita SLE yang
penyakitnya stabil.
5. Jelaskan patofisiologi SLE (Sintia Dama)

Faktor Genetik Faktor Imunologi Faktor Hormonal Faktor Lingkungan

SLE

(Systemic Lupus Evythomatasus)

Gejala & gambaran menurut ACR

(American Collage Of Rheumatology 1997)

Sistemik Kulit Oral Laboratorium

 Butterfly  Xerostomin  Gangguan


 Arthritis
rash  Lesi Ulserasi darah
 Serositis
 Discoid  Lesi Diskoid  Gangguan
 Gangguan
rash  Lesi Mirip imun
ginjal
 Fotosensiti lichen plamus  Antibody
 Gangguan
vitas  kandidiasis antinuklir
saraf
(ANA)

Kerusakan organ pada SLE didasari oleh reaksi imunologi. Proses diawali dengan faktor
pencetus yang ada dilingkungan, dapat pula infeksi, sinar ultraviolet atau bahan kimia.
Cetusan ini menimbulkan abnormalitas respon imun didalam tubuh yaitu :
1. Sel T dan B menjadi autoreaktif
2. Pembentukan silokin yang berlebihan
3. Hilangnya regulator control pada sistem imun anatara lain :
a. Hilangnya kemampuan membersihkan antigen dikompleks imun maupun sitokin
didalam tubuh
b. Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
c. Hilangnya toleransi imun sel T mengenali molekul tubuh sebagai antigen karena
adanya mimikri molekul
Akibat proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibody didalam tubuh yang
disebut sebagai autoantibodi. Selanjutnya antibody 2 yang membentuk kompleks imun
tersebut terdeposisi pada jaringan / organ yang akhirnya menimbulkan gejala inflamasi atau
kerusakan jaringan.
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunnya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoimun yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetika, hormonal (sebagaimana terbukti oleh penyakit yang
biasannya terjadi selama usia prodiktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obatan tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa
preparat antikonvulsan disamping makanan seperti kecambah alfa-alfa turut terlihat dalam
penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-obatan.

Anda mungkin juga menyukai