Penutup………………………………...……………………………………………...….9
Referensi.…………………………………………………………………………...……10
1
PEMBAHASAN
Indonesia adalah negara yang menganut demokrasi. Untuk itu penting membangun
kehidupan yang demokratis di Indonesia. Pentingnya kehidupan demokratis dikutip dari situs
resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pada hakikatnya karakteristik negara
demokratis adalah:
1. Persamaan kedudukan di depan hukum
2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
3. Distribusi pendapatan secara adil
4. Kebebasan yang bertanggung jawab
2
Pemerintah wajib memberikan bantuan kepada fakir miskin yang berpendapatan
rendah. Sehingga diharapkan terjadi distribusi pendapatan yang adil diantara warga negara
Indonesia. Contoh, pemerintah giat membuka lapangan kerja agar masyarakat bisa
memperoleh penghasilan.
3
Dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, bila tidak ada pemilihan umum
untuk memilih presiden dan wakil presiden tentu tidak akan terwujud kebebasan warga
negara untuk memilih pemimpinnya. Bila warga negara tidak diberi kesempatan
berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan pemerintah, maka kebijakan yang dibuat
pemerintah cenderung akan sewenang-wenang, artinya kebijakan tersebut tidak sesuai
aspirasi warga negara.
Fenomena golput dalam pemilu tidaklah aneh atau baru bagi Indonesia. Namun, tren
tersebut masih memerlukan pemeriksaan, karena demokrasi yang sehat dan sah adalah
demokrasi dengan tingkat partisipasi yang tinggi. Tentu banyak paktor dan alasan yang
membuat seseorang sampai pada kesimpulan bahwa golput merupakan pilihan terakhir dalam
pandangan politiknya.bisa faktor ideologi,kepentingan,bahkan sampai faktor ekonomi.dan
karena menggunakan hak pilih adalah hak bukan kewajiban,maka banyak orang tidak
merasah bersalah bila golput dalam pemilu.
4
Istilah golput di indonesia pertama kali muncul pada tahun 1971. Menjelang pemilu
1971 para mahasiswa dan pemuda sudah mencium adanya banyak rekayasa dari penguasa
saat itu untuk mencampuri urusan pemilu, dengan tujuan untuk memenangkan parpol baru
yang di dukung penguasa. Para pemuda dan mahasiswa kemudian membuat gerakan untuk
menolak berpartisipasi dalam pemilu dengan cara tetap datang ke bilik suara tapi tidak
mencoblos tanda gambar di kertas suara. Walaupun gerakan ini tidak terlalu berhasil, tapi
mampu menjadi pemicu gerakan golput di kemudian hari. Seiring berjalannya waktu, orang-
orang yang memutuskan untuk golput ternyata mengalami peningkatan dari pemilu ke pemilu
dan tentu saja dengan segudang alasan dan faktor penyebabnya dari diagram di atas kita dapat
melihat peningkatan angka golput mengalami peningkatan yang signifikan.
Melihat grafik golput yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun,hendaknya ini menjadi perhatian bersama.tidak hanya pemerintah dan masyarakat saja
tapi yang lebih utama adalah elit elit partai peserta pemilu.karena alasan terbesar seseorang
memilih golput dalam pemilu karena merasa pemilu tidak memberi dampak perubahan yang
signifikan bagi hidup mereka.
Mereka merasa pemilu hanya ajang bagi para elit untuk berkuasa, yang cenderung
lupa akan nasib rakyatnya begitu mereka naik ketampuk kekuasaan, maka golputnya pemilih
bisa juga diartikan sebagai protes atas ketidak adilan para penguasa. Tentu menimpakan
semua kesalahan hanya kepada mereka yang memilih golput bukan sikap yang bijaksana,
karena seharusnya para elit penguasalah yang harus membuktikan janji-janjinya kepada
rakyat agar rakyat kembali memiliki kepercayaan.
5
memilih diam demi menghindari “stigma” berpihak pada kelompok intoleran yang anti-
pancasila dan anti-demokrasi. Akibatnya, setiap suara kritis dikelompokkan ke kubu anti-
pemerintah. Padahal absennya suara kritis ialah kehilangan besar untuk demokrasi yang
membutuhkan kekuatan yang sehat untuk mengontrol kekuasaan.
Demokrasi terkonsolidasi memiliki ciri-ciri, antara lain demokrasi bisa berjalan dan
berproses dalam masa waktu yang lama, penegakan hukum berjalan baik, pengadilan yang
independen, pemilu yang adil dan kompetitif, civil society yang kuat, serta terpenuhinya hak-
hak siplil, ekonomi dan budaya warga negara.
6
pelaksanaan Pemilu yang disebut Pesta Demokrasi bisa terlaksana dengan sebaik-baiknya
sehingga terjaminnya hak-hak demokrasi rakyat? Yaitu dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat merupakan indikator penting untuk memudarkan berkembangnya praktek money
politic karena sebagian besar masyarakat hanya memikirkan keuntungan sendiri tanpa
menyadari efek yang timbul di masa depan. Praktek money politic dapat menghancurkan
masa depan negara ini karena praktek money politic ini akan cukup menguras keuangan suatu
partai atau perorangan yang mencalonkan diri pada pemilu sehingga setelah terpilih di pemilu
akan memicu niat untuk korupsi.
7
Peralihan Fungsi Partai Politik
Partai politik saat ini telah beralih fungsi dari lembaga demokrasi menjadi lembaga
yang mirip dengan perusahaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Terbukti dengan
keterlibatan partai politik dalam berbagai kasus korupsi, transaksi-transaksi politik dalam
pemilihan daerah, serta money politics. Partai politik juga menjadi rumah bagi orang-orang
tertentu yang mengejar popularitas dan kekuasaan, serta untuk menguasai sumber daya alam
tertentu. Komersialisasi partai politik ini juga terlihat dalam kaderisasinya, dimana banyak
anggota partai politik yang direkrut adalah pengusaha-pengusaha, yang sebenarnya hanya
dijadikan tunggangan agar partai politik tersebut dapat dengan mudah memperoleh dana,
misalnya dari adanya proyek-proyek.
E. KEBIJAKAN KONTROVERSIAL
8
Terbukti KPK mengalami pelambatan dalam soal operasi tangkap tangan (OTT). Di
atas itu semua, tidak saja para koruptor yang merasa lebih nyaman dalam melakukan aksinya,
tetapi juga para oligarki menjadi semakin sulit dibendung. RUU Omnibus Law jelas akan
lebih menguntungkan triple alliance, yakni pengusaha asing, pemerintah, dan pengusaha
lokal yang akhirnya berpotensi terus memproduksi oligarki baru di tanah air.
PENUTUP
9
REFERENSI
Noor, Prof. Dr. Firman. 2020. Demokrasi Indonesia dan Arah Perkembangannya. Diakses di
Pusat Penelitian Politik - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia / P2P-LIPI
(http://www.politik.lipi.go.id/) pada tanggal 03 Juni 2020.
Putri, Sutrisni. 2020. Kehidupan Demokratis di Indonesia. Diakses di portal berita
(www.kompas.com) pada tanggal 03 Juni 2020.
Redaksi WE Online. 2019. Demokrasi di Indonesia. Diakses di portal berita
(www.wartaekonomi.com) pada tanggal 03 Juni 2020.
Sarbaini. 2015. Demokratisasi dan kebebasan memilih warga negara dalam pemilihan. Jurnal
Inovatif. Volume VIII (1), 105-117.
10