Anda di halaman 1dari 10

Pokok Bahasan:

A. Pentingnya Kehidupan Demokratis…………………………………………..………2


B. Dampak Kehidupan Tidak Demokratis………………………………………...….....3
C. Tingkat Golput dalam Pemilu Di Indonesia ……………………………...……...…..4
D. Permasalahan Demokrasi Di Indonesia …………………………...…………...…….5
E. Kebijakan Kontroversial di Indonesia …………………...………………...………...8

Penutup………………………………...……………………………………………...….9
Referensi.…………………………………………………………………………...……10

1
PEMBAHASAN

A. PENTINGNYA KEHIDUPAN DEMOKRATIS

Indonesia adalah negara yang menganut demokrasi. Untuk itu penting membangun
kehidupan yang demokratis di Indonesia. Pentingnya kehidupan demokratis dikutip dari situs
resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pada hakikatnya karakteristik negara
demokratis adalah:
1. Persamaan kedudukan di depan hukum
2. Partisipasi dalam pembuatan keputusan
3. Distribusi pendapatan secara adil
4. Kebebasan yang bertanggung jawab

Demokrasi Persamaan kedudukan di muka hukum


Hukum mengatur bagaimana seharusnya penguasa bertindak, bagaimana hak dan
kewajiban dari penguasa dan juga rakyatnya. Semua rakyat memiliki kedudukan sama di
depan hukum. Artinya, hukum harus dijalankan secara adil dan benar. Hukum tidak boleh
pandang bulu. Siapa saja yang bersalah dihukum sesuai ketentuan yang berlaku. Untuk
menciptakan hal itu harus ditunjang dengan adanya aparat penegak hukum yang tegas dan
bijaksana. Serta bebas dari pengaruh pemerintahan yang berkuasa dan berani menghukum
siapa saja yang bersalah.

Partisipasi dalam pembuatan keputusan


Dalam negara yang menganut sistem politik demokrasi, kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat dan pemerintahan dijalankan berdasarkan kehendak rakyat. Aspirasi dan
kemauan rakyat harus dipenuhi dan pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi yang
merupakan arah dan pedoman dalam melaksanakan hidup bernegara. Para pembuat kebijakan
memperhatikan seluruh aspirasi rakyat yang berkembang. Kebijakan yang dikeluarkan harus
dapat mewakili berbagai keinginan masyarakat yang beragam. Contoh, ketika rakyat
berkeinginan kuat menyampaikan pendapat di muka umum, maka pemerintah dan DPR
menetapkan undang-undang yang mengatur penyampaian pendapat di muka umum.

Distribusi pendapatan secara adil


Di negara demokrasi, semua bidang dijalankan berdasarkan prinsip keadilan termasuk
di bidang ekonomi. Semua warga negara berhak memperoleh pendapatan yang layak.

2
Pemerintah wajib memberikan bantuan kepada fakir miskin yang berpendapatan
rendah. Sehingga diharapkan terjadi distribusi pendapatan yang adil diantara warga negara
Indonesia. Contoh, pemerintah giat membuka lapangan kerja agar masyarakat bisa
memperoleh penghasilan.

Kebebasan yang bertanggung jawab


Dalam sebuah negara yang demokratis terdapat empat kebebasan yang penting, yaitu:
(1) Kebebasan beragama; (2) Kebebasan pers; (3) Kebebasan mengeluarkan pendapat; dan
(4) Kebebasan berkumpul. Empat kebebasan tersebut adalah HAM yang harus dijamin
keberadaannya oleh negara. Akan tetapi dalam pelaksanaannya mesti bertanggung jawab.
Artinya kebebasan yang dimiliki oleh setiap warga negara tidak boleh bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku. Kebebasan yang dikembangkan adalah kebebasan yang tidak tak
terbatas, yang artinya adalah kebebasan yang dibatasi oleh aturan dan kebebasan yang
dimiliki oleh orang lain.

B. DAMPAK KEHIDUPAN TIDAK DEMOKRATIS

Kehidupan demokratis penting dikembangkan dalam berbagai kehidupan. Apa


akibatnya bila karakteristik negara yang demokratis tersebut tidak dijalankan? Karena jika
kehidupan yang demokratis tidak terlaksana maka asas kedaulatan rakyat tidak berjalan, tidak
ada jaminan HAM, tidak ada persaman di depan hukum. Jika demikian, justru akan semakin
jauh dari tujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Bila warga negara tidak diperlakukan sama di depan hukum, tentu akan merasa
diperlakukan tidak adil. Kepercayaan terhadap lembaga-lembaga peradilan menjadi menurun
bahkan tidak ada. Bila masyarakat tidak diberi kesempatan yang sama untuk mencari
pekerjaan dan memperoleh penghidupan yang layak, maka masyarakat akan menganggur,
jumlah fakir miskin bertambah banyak dan semakin terlantar kehidupannya.
Akibat negatif juga akan dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di keluarga, sekolah
dan masyarakat. Bila tidak diberi kesempatan berbicara di depan orang tua, maka segala
aturan keluarga harus diikuti tanpa musyawarah terlebih dahulu. Jika guru tidak memberi
kesempatan bertanya, mengemukakan pendapat, berdiskusi maka pemahaman siswa terhadap
pelajaran kurang optimal. Di masyarakat, bila penyelesaian perkara tidak melalui
musyawarah maka akan terjadi main hakim sendiri dan pengambilan kebijakan yang
sewenang-wenang. Akibatnya suasana di lingkungan masyarakat menjadi tidak nyaman dan
tidak aman.

3
Dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, bila tidak ada pemilihan umum
untuk memilih presiden dan wakil presiden tentu tidak akan terwujud kebebasan warga
negara untuk memilih pemimpinnya. Bila warga negara tidak diberi kesempatan
berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan pemerintah, maka kebijakan yang dibuat
pemerintah cenderung akan sewenang-wenang, artinya kebijakan tersebut tidak sesuai
aspirasi warga negara.

C. TINGKAT GOLPUT DALAM PEMILU DI INDONESIA

Fenomena golput dalam pemilu tidaklah aneh atau baru bagi Indonesia. Namun, tren
tersebut masih memerlukan pemeriksaan, karena demokrasi yang sehat dan sah adalah
demokrasi dengan tingkat partisipasi yang tinggi. Tentu banyak paktor dan alasan yang
membuat seseorang sampai pada kesimpulan bahwa golput merupakan pilihan terakhir dalam
pandangan politiknya.bisa faktor ideologi,kepentingan,bahkan sampai faktor ekonomi.dan
karena menggunakan hak pilih adalah hak bukan kewajiban,maka banyak orang tidak
merasah bersalah bila golput dalam pemilu.

4
Istilah golput di indonesia pertama kali muncul pada tahun 1971. Menjelang pemilu
1971 para mahasiswa dan pemuda sudah mencium adanya banyak rekayasa dari penguasa
saat itu untuk mencampuri urusan pemilu, dengan tujuan untuk memenangkan parpol baru
yang di dukung penguasa. Para pemuda dan mahasiswa kemudian membuat gerakan untuk
menolak berpartisipasi dalam pemilu dengan cara tetap datang ke bilik suara tapi tidak
mencoblos tanda gambar di kertas suara. Walaupun gerakan ini tidak terlalu berhasil, tapi
mampu menjadi pemicu gerakan golput di kemudian hari. Seiring berjalannya waktu, orang-
orang yang memutuskan untuk golput ternyata mengalami peningkatan dari pemilu ke pemilu
dan tentu saja dengan segudang alasan dan faktor penyebabnya dari diagram di atas kita dapat
melihat peningkatan angka golput mengalami peningkatan yang signifikan.
Melihat grafik golput yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun,hendaknya ini menjadi perhatian bersama.tidak hanya pemerintah dan masyarakat saja
tapi yang lebih utama adalah elit elit partai peserta pemilu.karena alasan terbesar seseorang
memilih golput dalam pemilu karena merasa pemilu tidak memberi dampak perubahan yang
signifikan bagi hidup mereka.
Mereka merasa pemilu hanya ajang bagi para elit untuk berkuasa, yang cenderung
lupa akan nasib rakyatnya begitu mereka naik ketampuk kekuasaan, maka golputnya pemilih
bisa juga diartikan sebagai protes atas ketidak adilan para penguasa. Tentu menimpakan
semua kesalahan hanya kepada mereka yang memilih golput bukan sikap yang bijaksana,
karena seharusnya para elit penguasalah yang harus membuktikan janji-janjinya kepada
rakyat agar rakyat kembali memiliki kepercayaan.

D. PERMASALAHAN DEMOKRASI DI INDONESIA

Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)


merilis sebuah riset dalam diskusi publik bertema Menyelamatkan Demokrasi di Indonesia.
Riset itu menyoroti demokrasi di Indonesia yang belum terkonsolidasi dengan baik. Masalah
demokrasi Indonesia yang paling krusial, antara lain absennya masyarakat sipil yang kritis
pada kekuasaan, buruknya kaderisasi partai politik, hilangnya oposisi, pemilu biaya tinggi
karena masifnya politik uang dalam pemilu, juga berita palsu (hoaks). Selain itu, demokrasi
Indonesia juga masih dihantui oleh rendahnya keberadaban politik warga, masalah
pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu yang belum tuntas hingga kini, kebebasan media,
kebebasan berkumpul dan berserikat, serta intoleransi terhadap kelompok minoritas. Kita
mengalami situasi krisis suara kritis pada kekuasaan karena hampir semua elemen
masyarakat sipil, mulai LSM, kampus, media, dan mahasiswa merapat pada kekuasaan atau

5
memilih diam demi menghindari “stigma” berpihak pada kelompok intoleran yang anti-
pancasila dan anti-demokrasi. Akibatnya, setiap suara kritis dikelompokkan ke kubu anti-
pemerintah. Padahal absennya suara kritis ialah kehilangan besar untuk demokrasi yang
membutuhkan kekuatan yang sehat untuk mengontrol kekuasaan.
Demokrasi terkonsolidasi memiliki ciri-ciri, antara lain demokrasi bisa berjalan dan
berproses dalam masa waktu yang lama, penegakan hukum berjalan baik, pengadilan yang
independen, pemilu yang adil dan kompetitif, civil society yang kuat, serta terpenuhinya hak-
hak siplil, ekonomi dan budaya warga negara.

Pelanggaran dalam Pemilu


Dalam pelaksanaan Pemilu pada era reformasi hingga sekarang juga masih terdapat
berbagai bentuk pelanggaran, baik yang terjadi saat kampanye, politik uang, verifikasi,
hingga penetapan. Politik uang ini dipraktikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
a. Penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan berupa penggunaan keuangan
negara untuk tujuan keuntungan langsung maupun tidak langsung partai
politik.
b. Penyaluran dana secara melawan hukum dalam kerangka “bujukan politik”
terhadap orang, kelompok atau organisasi, untuk mencapai kemenangan partai
politik tertentu.
c. Pemberian uang dan penerimaan uang yang bertujuan secara tidak sah
mempengaruhi proses-proses Pemilu, seperti penentuan calon, pemungutan
dan penghitungan suara, serta penetapan hasil Pemilu.
Pemilihan umum di Indonesia merupakan arena pertarungan aktor-aktor yang haus
akan popularitas dan kekuasaan. Sebagian besar petinggi pemerintahan di Indonesia adalah
orang-orang yang sangat pandai mengumbar janji untuk memikat hati rakyat. Menjelang
pemilihan umum, mereka akan mengucapkan berbagai janji mengenai tindakan-tindakan
yang akan mereka lakukan apabila terpilih dalam pemilu, mereka berjanji untuk
mensejahterakan rakyat, meringankan biaya pendidikan dan kesehatan, mengupayakan
lapangan pekerjaan bagi rakyat, dan sebagainya. Tidak hanya janji-janji yang mereka
gunakan untuk mencari popularitas di kalangan rakyat melalui tindakan money politics.
Kecurangan yang disebut politik uang (money politic) adalah sangat mempengaruhi
hasil pemilu tersebut, baik pemilihan legislatif, maupun Presiden dan Wakil Presiden serta
pemilihan Kepala Daerah. Belum lagi kecurangan yang dilakukan oleh penyelenggara
Pemilu. Timbul pertanyaan bagaimana serta langkah-langkah apa yang harus dilakukan agar

6
pelaksanaan Pemilu yang disebut Pesta Demokrasi bisa terlaksana dengan sebaik-baiknya
sehingga terjaminnya hak-hak demokrasi rakyat? Yaitu dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat merupakan indikator penting untuk memudarkan berkembangnya praktek money
politic karena sebagian besar masyarakat hanya memikirkan keuntungan sendiri tanpa
menyadari efek yang timbul di masa depan. Praktek money politic dapat menghancurkan
masa depan negara ini karena praktek money politic ini akan cukup menguras keuangan suatu
partai atau perorangan yang mencalonkan diri pada pemilu sehingga setelah terpilih di pemilu
akan memicu niat untuk korupsi.

Titik Peran Elit Politik di Pemerintahan Saat Ini


Dalam lembaga legiflatif (DPR) misalnya, sebagai lembaga yang dipilih oleh rakyat,
dan kedudukannya adalah sebagai wakil rakyat yang sebisa mungkin harus memposisikan
diri sebagai penyambung lidah rakyat, mengingat pemegang kekuasaan tertinggi dalam
negara demokrasi adalah rakyat (kedaulatan rakyat). Namun dalam pelaksanaannya, lembaga
negara tidak memposisikan diri sebagai penyampaian aspirasi rakyat dan representasi dari
kehendak rakyat untuk mencapai kesejahteraan, namun justru lembaga negara tersebut
sebagai pemegang kekuasaan dalam sebuah negara, dan rakyat harus tunduk terhadap
kekuasaan tersebut.
Contoh lain adalah dalam lembaga yudikatif, atau lembaga yang bertugas mengadili
terhadap pelanggaran undang-undang. Hukum di Indonesia adalah hukum yang tumpul ke
atas namun tajam ke bawah. Siapa yang punya uang, tentu akan mengalami hukuman yang
ringan meskipun melakukan kesalahan yang besar. Sebaliknya, apabila tidak punya uang, dia
tidak bisa berkutik dengan hukuman yang dijatuhkan padanya meskipun kesalahan yang
dilakukan tergolong ringan. Bukti bahwa hukum Indonesia bisa dibeli adalah adanya hakim
yang tertangkap akibat menerima suap untuk meringankan kasus yang sedang ia tangani.
Atau contoh lain adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan yang sedang menjalani
hukuman, namun dapat dengan mudah keluar masuk penjara dengan berbagai alasan atau
kepentingan, dan tentu saja hal ini tidak bisa dilakukan oleh rakyat kecil.
Permasalahan yang terkait dengan komponen infrastruktur politik belum efektifnya
peran lembaga-lembaga tersebut demi kepentingan rakyat, dan terkadang justru
pelaksanaannya hanya demi kepentingan kelompok atau individu. Dalam hal kebebasan pers
misalnya, meskipun sudah dijamin dalam UUD 1945 namun pelaksanaannya belum
sepenuhnya efektif.

7
Peralihan Fungsi Partai Politik
Partai politik saat ini telah beralih fungsi dari lembaga demokrasi menjadi lembaga
yang mirip dengan perusahaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan. Terbukti dengan
keterlibatan partai politik dalam berbagai kasus korupsi, transaksi-transaksi politik dalam
pemilihan daerah, serta money politics. Partai politik juga menjadi rumah bagi orang-orang
tertentu yang mengejar popularitas dan kekuasaan, serta untuk menguasai sumber daya alam
tertentu. Komersialisasi partai politik ini juga terlihat dalam kaderisasinya, dimana banyak
anggota partai politik yang direkrut adalah pengusaha-pengusaha, yang sebenarnya hanya
dijadikan tunggangan agar partai politik tersebut dapat dengan mudah memperoleh dana,
misalnya dari adanya proyek-proyek.

E. KEBIJAKAN KONTROVERSIAL

Terdapat upaya pemerintah menelurkan berbagai kebijakan kontroversial, yang


kemudian ramai disoroti dan dikritisi oleh masyarakat. Ketiga kebijakan itu adalah (1) Revisi
UU KPK atau di kalangan pegiat demokrasi dikenal sebagai UU pelemahan KPK; (2) UU
KUHP, yang membuka peluang intervensi kepentingan negara dalam ranah privat; dan (3)
RUU Cipta Kerja/Omnibus Law, yang dalam banyak aspeknya lebih memberikan
keuntungan kepada kaum pebisnis besar atau investor ketimbang pekerja/buruh.
Kebijakan nomor (1) dan (2) telah memicu ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia
untuk kembali ke jalan. Meski kemudian berhasil diredam oleh aparat, sebagian dilakukan
dengan menggunakan kekerasan. Apa yang diperjuangkan pun akhirnya menjadi sia-sia
karena baik pemerintah maupun DPR tetap dengan pendiriannya untuk menetapkan UU
tersebut.
Ini juga menjadi sebuah indikasi kuat adanya pelemahan peran mahasiswa sebagai
kalangan muda-kritis yang biasanya selalu diharapkan menjadi agen perubahan. Sementara
itu, RUU yang (3) telah memicu perlawanan terutama dari kalangan buruh. Kehadiran ketiga
UU/RUU kontroversial itu pada banyak aspeknya jelas tidak aspiratif. Ketiganya tampak
jelas lebih mengakomodir kepentingan para oligarki.
Ketiga kebijakan itu juga sarat dengan upaya melakukan sentralisasi kekuasaan dan
intervensi negara, sehingga ruang publik (bahkan privat) maupun kewenangan pemerintahan
daerah menjadi tereduksi. Tidak itu saja, upaya-upaya pemberantasan korupsi menjadi dalam
pengawasan ketat pemerintah. Padahal pengawasan ketat semacam itu adalah sebuah bencana
untuk pelaksanaan pencegahan dan penindakan korupsi berskala masif.

8
Terbukti KPK mengalami pelambatan dalam soal operasi tangkap tangan (OTT). Di
atas itu semua, tidak saja para koruptor yang merasa lebih nyaman dalam melakukan aksinya,
tetapi juga para oligarki menjadi semakin sulit dibendung. RUU Omnibus Law jelas akan
lebih menguntungkan triple alliance, yakni pengusaha asing, pemerintah, dan pengusaha
lokal yang akhirnya berpotensi terus memproduksi oligarki baru di tanah air.

PENUTUP

Permasalahan-permasalahan demokrasi yang terjadi di Indonesia ini harus segera


ditangani. Apabila dibiarkan tanpa ada upaya penyelesaian, demokrasi di Indonesia akan
mati, dan negara Indonesia justru mengarah pada negara dengan pemerintahan yang otoriter.
Kedaulatan rakyat tidak lagi berlaku, aspirasi rakyat melalui kebebasan pers terlalu dibatasi.
Bahkan lembaga yang bertugas sebagai penyampai aspirasi rakyat seperti DPR dan partai
politik telah beralih fungsi menjadi lembaga yang menjadi rumah bagi pihak-pihak yang
menginginklan popularitas, kekuasaan, dan kekayaan.
Perlu partisipasi semua pihak baik intelektual, aktivis CSO's, jurnalis, dan partai
politik untuk menyadari situasi kemandekan bahkan kemunduran demokrasi di Indonesia
untuk bersama-sama berjuang menyelamatkan demokrasi di Indonesia. Rendahnya dialog dan
sinergi di antara berbagai elemen itu adalah masalah demokrasi kita hari ini.

9
REFERENSI

Noor, Prof. Dr. Firman. 2020. Demokrasi Indonesia dan Arah Perkembangannya. Diakses di
Pusat Penelitian Politik - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia / P2P-LIPI
(http://www.politik.lipi.go.id/) pada tanggal 03 Juni 2020.
Putri, Sutrisni. 2020. Kehidupan Demokratis di Indonesia. Diakses di portal berita
(www.kompas.com) pada tanggal 03 Juni 2020.
Redaksi WE Online. 2019. Demokrasi di Indonesia. Diakses di portal berita
(www.wartaekonomi.com) pada tanggal 03 Juni 2020.
Sarbaini. 2015. Demokratisasi dan kebebasan memilih warga negara dalam pemilihan. Jurnal
Inovatif. Volume VIII (1), 105-117.

10

Anda mungkin juga menyukai