Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP

ANAK DALAM KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR


ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI NGEMPLAK 2
SLEMAN

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

Program Studi Pendidikan Dokter

Oleh:

Anindya Cintantya Prasidya

13711099

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2017
RELATIONSHIP BETWEEN CHILD SEXUAL ABUSE IN
FAMILY WITH SCHOOL ACHIVEMENT IN NGEMPLAK 2
SLEMAN ELEMENTARY SCHOOL

A Scientific Paper
Submitted As Requirement To Obtain Bachelor of Medicine

Medical Education Program

By:

Anindya Cintantya Prasidya

13711099

FACULTY OF MEDICINE

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2017
HUBUNGAN ANTARA KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK
DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI
NGEMPLAK 2 SLEMAN
Anindya Cintantya Prasidya1, MTS Darmawan2 , Soeroyo Machfudz3 , Tien
Budi Febriani4
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2,3,4
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia

INTISARI

Latar Belakang : Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan


utama bagi seorang anak. Namun, banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan
oleh orang tua saat ini dapat menimbulkan dampak buruk bagi anak, seperti
masalah psikologis, kesehatan, maupun performa akademik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak yang menjadi korban kekerasan memiliki prestasi
belajar yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak mengalami kekerasan.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara kekerasan seksual terhadap anak
dalam keluarga dengan prestasi belajar anak di SD Negeri Ngemplak 2 Sleman.
Metode Penelitian : Penelitian yang dilakukan di SD Negeri Ngemplak 2 Sleman
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional.. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling dengan jumlah subjek
64 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner kekerasan seksual
serta nilai rapor semester genap tahun ajaran 2016/2017.
Hasil : Dari 15 siswa yang sering mengalami kekerasan seksual didapatkan
sebanyak 7 siswa dengan indeks prestasi kurang baik dan sebanyak 8 siswa
dengan indeks prestasi baik. Sedangkan dari 49 siswa yang jarang mengalami
kekerasan seksual, didapatkan sebanyak 23 siswa dengan indeks prestasi kurang
baik dan sebanyak 26 siswa dengan indeks prestasi baik. Namun setelah dilakukan
uji chi-square didapatkan hasil p = 0,985 yang berarti tidak terdapat hubungan
antara kekerasan seksual dengan prestasi belajar.
Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kekerasan seksual
dalam keluarga dengan prestasi belajar.

Kata Kunci : Kekerasan terhadap anak, kekerasan seksual, prestasi belajar


RELATIONSHIP BETWEEN RELATIONSHIP BETWEEN CHILD SEXUAL
ABUSE IN FAMILY WITH SCHOOL ACHIVEMENT IN NGEMPLAK 2 SLEMAN
ELEMENTARY SCHOOL

Anindya Cintantya Prasidya1, MTS Darmawan2 , Soeroyo Machfudz3 , Tien


Budi Febriani4
1
Student of Medical Faculty of Universitas Islam Indonesia
2,3,4
Departement of Pediatric of Medical Faculty of Universitas Islam Indonesia

ABSTRACT

Background: Family is the first and foremost educational institution for a child.
However, the current number of cases of violence committed by parents can cause
adverse effects for children, such as psychological problems, health, and
academic performance. Several studies have shown that child victims of violence
have lower school achievement than non-violent children.
Objective: To determine the relationship between child sexual abuse in family
with school achievement of children in Ngemplak 2 Sleman elementary school.
Research Method: This research is a quantitative research with cross-sectional
design. The study was conducted in Ngemplak 2 Sleman elementary school. The
sampling technique was done by random sampling with the number of subject of
64 students. The research instrument used are questionnaire of sexual abuse and
report card of the academic year 2016/2017.
Result: Of the 15 students who often experience sexual abuse, there were 7
students with poor school achievement index and 8 students with good
achievement index. Whereas from 49 students who rarely experience sexual
abuse, as many as 23 students with poor school achievement index and as many
as 26 students with good achievement index. However, after chi-square test
results obtained p = 0.985 which means there is no relationship between sexual
abuse with school achievement.
Conclusion: There is no significant relationship between child sexual abuse in
family with school achievement.

Keywords: Child abuse, sexual abuse, school achievement


PENDAHULUAN seksual lain anak perempuan, dan

Kekerasan terhadap anak 160 (6,88%) kasus kekerasan seksual

adalah semua bentuk anak laki-laki2. Sedangkan data yang

tindakan/perlakuan menyakitkan dihimpun Pusat Data dan Informasi

secara fisik ataupun emosional, (Pusdatin) Komnas Anak, terdapat

penyalahgunaan seksual, sebanyak 2.046 aduan pada tahun

penelantaran, ekploitasi komersial 2010, dimana 42% diantaranya

atau eksploitasi lainnya, yang merupakan kejahatan seksual. Pada

mengakibatkan cedera/kerugian 2011, jumlahnya meningkat menjadi

nyata ataupun potensial terhadap 2.467 kasus, dimana 52 persennya

kesehatan anak, kelangsungan hidup merupakan kekerasan seksual.

anak, tumbuh kembang anak atau Sementara pada 2012, terdapat 2.637

martabat anak, yang dilakukan dalam aduan yang 62 persennya merupakan

konteks hubungan tanggungjawab1. kekerasan seksual. Pada tahun 2013,

Jumlah kasus kekerasan anak di jumlah aduan menjadi 2.676 kasus,

Indonesia semakin meningkat dari dimana 54% didominasi kekerasan

tahun ke tahun. Data dari Pusat seksual. Kemudian pada tahun 2014,

Krisis Terpadu RSCM, dari tahun terdapat 2.737 kasus dengan 52%

2000 sampai 2009 terdapat 2330 merupakan kekerasan seksual. Pada

anak mengalami kekerasan seksual, tahun 2015 terjadi peningkatan

yang terdiri dari 1206 (51,75%) pengaduan menjadi 2.898 kasus,

kasus perkosaan anak perempuan, dimana 59,30% merupakan

964 (41,37%) kasus kekerasan kekerasan seksual dan sisanya


merupakan kekerasan lainnya. Di laki, ayah, paman, atau sepupu.

Kabupaten Sleman, jumlah kasus Sementara itu, terdapat sekitar 60%

kekerasan pada anak tahun 2014 pelaku kekerasan seksual yang

tercatat sebanyak 67 kasus kekerasan merupakan kenalan lainnya seperti

baru yang terdiri dari 16 kasus ‘teman’ dari keluarga, pengasuh, atau

kekerasan fisik, sembilan kasus tetangga. Sedangkan orang asing

kekerasan psikis, 35 kasus kekerasan adalah pelaku kekerasan seksual

seksual, dan tujuh kasus pada sekitar 10% kasus4. Oleh karena

penelantaran. Sedangkan pada tahun itu, peneliti ingin mengetahui

2015, jumlah kasus kekerasan baru hubungan antara kekerasan seksual

mengalami peningkatan menjadi 140 terhadap anak dalam keluarga

kasus yang terdiri dari 25 kasus dengan prestasi belajar anak di SD

kekerasan fisik, 23 kasus kekerasan Negeri Ngemplak 2 Sleman.

psikis, 75 kasus kekerasan seksual,

empat kasus eksploitasi, dan 13 METODE PENELITIAN

kasus penelantaran3. Pelaku Penelitian ini merupakan

kekerasan seksual terhadap anak penelitian kuantitatif dengan desain

umumnya orang-orang yang sudah cross sectional yang dilaksanakan

dikenal dan dipercaya anak. Dari pada Agustus 2017 di SD Negeri

kasus-kasus kekerasan seksual Ngemplak 2 Sleman. Sampel dipilih

terhadap anak, sekitar 30% pelaku dengan cara total sampling.

kekerasan seksual adalah keluarga Responden dalam penelitian ini

dari si anak, misalnya saudara laki- berjumlah 96 orang. Sampel yang


menjadi subyek penelitian harus terdapat 15 siswa yang berusia 9

memenuhi kriteria inklusi yaitu siswa tahun, 40 siswa yang berusia 10

sekolah dasar kelas IV dan V, tahun, serta 9 siswa yang berusia 11

bertempat tinggal di Kabupaten tahun.

Sleman, bersedia menjadi subyek


Tabel 1. Distribusi Subyek Penelitian
penelitian, dan hadir pada saat
Berdasarkan Karakteristik
pengambilan data. Sedangkan
Frekuensi
kriteria eksklusinya adalah siswa Karakteristik
(n=64) %
Jenis Kelamin
yang pada saat kelas IV atau V Laki-laki 32 50%
Perempuan 32 50%
merupakan siswa pindahan dari Usia
9 tahun 15 23,4%
sekolah lain dan terdapat data yang 10 tahun 40 62,5%
11 tahun 9 14,1%
tidak lengkap sehingga tidak dapat

dianalisis.
Variabel kekerasan seksual

HASIL DAN PEMBAHASAN dibagi menjadi dua kategori yaitu

Hasil sering dan jarang. Kategori ini

Subjek pada penelitian ini berjumlah ditentukan berdasarkan nilai total

64 siswa yang terdiri dari 32 siswa kuesioner kekerasan yang telah diisi

kelas empat dan 32 siswa kelas lima oleh subjek. Nilai potong yang

serta diketahui terdapat sebanyak 32 digunakan untuk menentukan

siswa berjenis kelamin laki-laki dan kategori pada variabel kekerasan

32 siswa berjenis kelamin seksual ini diambil dari nilai rata-rata

perempuan. Sedangkan apabila kekerasan seksual dalam seluruh

dilihat berdasarkan umur responden, subjek penelitian ini yaitu 0,30.


Subjek yang lebih sering mengalami pelajaran yaitu matematika, IPA, dan

kekerasan seksual berjumlah 15 bahasa Indonesia. Nilai rata-rata

siswa (23,4%) sedangkan yang lebih prestasi belajar seluruh subjek

jarang berjumlah 49 siswa (76,6%). penelitian ini adalah 80. Subjek yang

memiliki prestasi belajar baik

berjumlah 34 siswa sedangkan yang

kurang baik berjumlah 30 siswa.

Gambar 1. Distribusi Kategori

Kekerasan Seksual

Berdasarkan uji normalitas

data, didapatkan hasil p=0,000.

Karena nilai p<0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data kekerasan

seksual terdistribusi tidak normal.

Variabel prestasi belajar dibagi


Gambar 2. Distribusi Kategori
menjadi dua kategori yaitu baik dan
Prestasi Belajar
kurang baik. Kategori ini ditentukan
Hasil uji normalitas data
berdasarkan nilai rata-rata tiga mata
menunjukkan bahwa p = 0,2. Karena
nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data prestasi

belajar terdistribusi normal.

Tabel 2. Tabel 2x2 Kekerasan Seksual dan Prestasi

Indeks Prestasi p

Kurang Baik Baik


n=30 n=34

Kekerasan seksual Sering 7 8


0,985
Jarang 23 26
Analisis bivariat dilakukan dan 26 siswa dengan indeks prestasi

untuk menentukan ada tidaknya baik.

hubungan antara variabel bebas dan


Setelah dilakukan uji chi-
5
terikat . Hasil dari tabel uji korelasi
square pada variabel kekerasan
antara kekerasan seksual dan prestasi
seksual dan prestasi belajar,
belajar menunjukkan bahwa terdapat
didapatkan hasil yaitu nilai p =
15 siswa yang sering mengalami
0,985. Karena nilai signifikansi >
kekerasan seksual dan 7 siswa
0,05 maka artinya tidak terdapat
diantaranya memiliki indeks prestasi
hubungan antara kekerasan seksual
kurang baik, sedangkan 8 siswa
dengan prestasi belajar.
memiliki indeks prestasi baik.
Pembahasan
Sementara itu, dari 49 siswa yang

jarang mengalami kekerasan seksual, Hasil penelitian yang tidak signifikan

didapatkan sebanyak 23 siswa tersebut dapat disebabkan oleh

dengan indeks prestasi kurang baik banyak hal. Data yang diambil pada

penelitian ini menggunakan


kuesioner dengan pernyataan yang pertanyaan yang diajukan atau

lebih spesifik pada kekerasan mengalami rasa malu untuk mengisi

seksual. Jumlah pernyataan pada kuesioner yang diberikan. Namun hal

kuesioner berjumlah tujuh, namun tersebut juga dapat terjadi karena

penulis menganggap jumlah tersebut responden benar-benar tidak

tergolong sedikit. Apabila terdapat mengalami kekerasan seksual.

penelitian selanjutnya dapat Akibat tidak ada jawaban kuesioner

ditambahkan pertanyaan lain untuk yang termasuk dalam kategori sering

lebih menggali terkait kekerasan (skor 3) dan amat sering (skor 4)

seksual terhadap anak. Tiap menyebabkan perhitungan rata-rata

pernyataan pada kuesioner diberi skor kekerasan seksual yang dialami

skor antara nol hingga empat. oleh siswa menjadi sangat rendah

Mayoritas responden menjawab tidak yaitu 0,30. Oleh karena itu, siswa

pernah (skor nol) pada pernyataan yang memiliki jumlah skor 0

yang diajukan. Ada juga beberapa tergolong dalam kategori jarang

responden yang menjawab pernah mengalami kekerasan seksual dan

(skor 1) atau kadang-kadang (skor 2). siswa dengan jumlah skor ≥ 1

Namun tidak ada responden yang termasuk dalam kategori sering

menjawab sering (skor 3) atau amat mengalami kekerasan seksual

sering (skor 4). Hal tersebut dapat sehingga hasil yang didapatkan

disebabkan karena responden yang kurang akurat. Selain itu, pada

masih berada di sekolah dasar pernyataan kuesioner yang dibagikan

mungkin tidak begitu memahami hanya menyebutkan pelaku


kekerasan yaitu orang tua siswa. menunjukkan adanya hubungan

Akan lebih baik bila selain orang tua antara kekerasan terhadap anak

dapat diteliti pula orang lain seperti dengan prestasi belajar. Anak dengan

saudara, tetangga, teman, atau usia orang tua di bawah 35 tahun,

bahkan orang asing sebagai pelaku pendidikan dan penghasilan orang

kekerasan seksual terhadap anak tua yang rendah, serta jumlah

karena siapa pun dapat menjadi anggota keluarga yang banyak

pelaku kekerasan terhadap anak. memiliki risiko lebih besar mendapat

Jumlah responden pada penelitian ini kekerasan dan penurunan prestasi

hanya berasal dari murid kelas IV belajar6. Kekerasan yang dilakukan

dan V pada satu sekolah saja. oleh orang tua dapat meningkatkan

Apabila terdapat penelitian kejadian prestasi belajar di bawah

selanjutnya, jumlah responden dapat rata-rata kelas. Anak yang

ditambahkan dari beberapa sekolah mengalami kekerasan tinggi

lain sehingga didapatkan responden memiliki risiko 14,5 kali lebih besar

yang berbeda karakteristiknya. untuk memiliki prestasi belajar di

bawah rata-rata dibandingkan siswa


Hasil penelitian ini yang
yang mengalami kekerasan rendah7.
menunjukkan tidak terdapat
Anak dengan riwayat kekerasan
hubungan yang signifikan antara
sering mengalami gangguan pada
variabel kekerasan seksual dengan
performa akademik maupun
prestasi belajar tidak sesuai dengan
kesehatan mental. Anak yang
beberapa penelitian serupa yang telah
mengalami penelantaran atau
dilakukan sebelumnya yang
pengabaian memiliki gangguan pada terhadap anak dengan prestasi

prestasi akademik lebih besar belajar9. Anak yang menjadi korban

dibanding kekerasan tipe lain, kekerasan dalam rumah tangga yang

khususnya kekerasan fisik. mayoritas nilainya baik dan berada

Kekerasan pada anak menyebabkan diatas kriteria ketuntasan minimal

gangguan pada perkembangan otak (KKM)10.

normal sehingga terjadi gangguan


Dalam kasus tersebut, prestasi
pada proses kognitif seperti
siswa kemungkinan lebih besar
konsentrasi, memori, dan bahasa
dipengaruhi oleh faktor internal
yang dapat mempengaruhi prestasi
seperti motivasi, minat, bakat,
8
belajar anak . Selain itu, riwayat
intelengensi dan kesehatan,
kekerasan multipel dan onset
dibandingkan oleh faktor eksternal,
kekerasan yang lebih awal juga
khususnya keluarga. Meskipun siswa
berhubungan dengan gangguan
mendapatkan kekerasan tetapi siswa
akademik yang lebih berat karena
tersebut bisa terus semangat belajar
perkembangan otak yang cepat pada
karena faktor internalnya tinggi.
awal kehidupan terganggu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Walaupun terdapat perbedaan

hasil dengan penelitian sebelumnya, Tidak terdapat hubungan

tetapi terdapat pula penelitian lain yang signifikan antara kekerasan

yang menunjukkan hasil yang serupa seksual dengan prestasi belajar

dengan penelitian ini yaitu tidak siswa.

terdapat hubungan antara kekerasan


Sebaiknya perlu dilakukan kepada penulis untuk menyelesaikan

penelitian serupa dengan penelitian ini, dr. Soeroyo Machfudz,

menambahkan tindakan kekerasan MPH, Sp.A(K), dan dr. Tien Budi

seksual yang dilakukan selain oleh Febriani, M.Sc, Sp.A selaku dosen

orang tua, penambahan variabel lain penguji yang telah memberikan

seperti karakteristik orang tua, banyak masukan positif kepada

penambahan lokasi, serta peneliti, serta murid SD Negeri

penambahkan jumlah pernyataan Ngemplak 2 yang bersedia menjadi

pada kuesioner dan menggunakan subjek penelitian, serta semua pihak

metode pengambilan data yang lebih yang baik secara langsung maupun

mendalam. Orang tua perlu tidak langsung telah memberikan

melakukan pengawasan terhadap bantuan kepada penulis sehingga

kegiatan anak sehari-hari, baik ketika penulis dapat menyelesaikan naskah

bermain maupun belajar, sehingga publikasi ini.

anak dapat terhindar dari kekerasan DAFTAR PUSTAKA

dan mendapat prestasi belajar yang 1. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia, 2007, Pedoman
baik di sekolah. Rujukan Kasus Kekerasan
Terhadap Anak Bagi Petugas
Kesehatan, Kemenkes RI, Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ucapan terimakasih penulis Cabang DKI Jakarta, 2014,
Pendidikan Kedokteran
sampaikan kepada dr. MTS Berkelanjutan IX, IDAI, Jakarta.

Darmawan, Sp.A selaku dosen 3. Badan Pemberdayaan Perempuan


dan Masyarakat DIY, 2016, Data
pembimbing utama yang telah Gender dan Anak Daerah
Istimewa Yogyakarta Tahun 2016,
banyak memberikan kontribusi BPPM DIY, Yogyakarta.
4. Whealin, J., Barnett, E., 2016, 8. Romano, E., Babchishin, L.,
Child Sexual Abuse. National Marquis, R., Frechette, S., 2014,
Center for PTSD, US. Childhood Maltreatment and
Educational Outcomes, Trauma
5. Dahlan, S., 2013, Statistik Untuk Violence Abuse, Juni 2014: 1-20.
Kedokteran dan Kesehatan,
Salemba Medika, Jakarta. 9. Daud, S. A., 2015. Hubungan
Antara Kekerasan Fisik terhadap
6. Saragih, S.L., 2007, Hubungan Anak dalam Keluarga dengan
Karakteristik Sosial Orang Tua Prestasi Belajar Anak di Sekolah,
dengan Kekerasan pada Anak Skripsi, Program Studi Pendidikan
dalam Keluarga dan Prestasi Dokter Fakultas Kedokteran
Belajar di Kota Medan, Tesis, Universitas Islam Indonesia.
Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Program Pascasarjana 10. Nurwulansari, I., Setyowati, R.,
Universitas Gadjah Mada. 2013, Prestasi Belajar Anak
Korban Kekerasan dalam
7. Lestari, K. P., 2005, Hubungan Rumah Tangga di SDN
Kekerasan Terhadap Anak dalam Pungging 1 Kecamatan
Keluarga dengan Prestasi Belajar Pungging Kabupaten Mojokerto,
di Sekolah, Tesis, Program Studi Kajian Moral dan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Kewarganegaraan No 1 Vol 1
Program Pascasarjana Universitas tahun 2013
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai