Anda di halaman 1dari 18

FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI DI KOTA

YOGYAKARTA TAHUN 2015

Naskah Publikasi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Oleh :

Agung Ilham Suharyanto


14711118

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
INFANT MORTALITY RISK FACTOR IN YOGYAKARTA
CITY YEAR 2015

A Scientific Paper
Submitted as Fulfillment to Obtain the Medical Degree
Medical Education Program

By:
Agung Ilham Suharyanto
14711118

FACULTY OF MEDICINE
ISLAMIC UNIVERSITY OF INDONESIA
YOGYAKARTA
2018
FAKTOR RISIKO KEMATIAN BAYI DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN
2015

Agung Ilham Suharyanto1, Titik Kuntari2


1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Indonesia

INTISARI

Latar Belakang: Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator dari
kesejahteraan kesehatan bayi di dunia. AKB di Indonesia telah sesuai dengan
target MDG 2015, namun dalam capaian ini belum terciptanya pemerataan.
Provinsi DIY merupakan salah satu wilayah yang capaian Angka Kematian Bayi
nya masih tinggi yaitu 25 per 1000 kelahiran hidup (target MDG yaitu < 23 per
1000 kelahiran hidup). Kota Yogyakarta merupakan wilayah kabupaten/kota di
Provinsi DIY yang memiliki AKB tertinggi di banding wilayah lainnya pada
tahun 2015 (Data tahun 2014) dengan 14,19 per 1000 kelahiran hidup.
Tujuan Penelitian: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko
kematian bayi di Kota Yogyakarta Tahun 2015.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain case control, melibatkan
62 kasus kematian bayi dan 62 kontrol (matching pada bulan lahir dan jenis
kelamin) dari wilayah geografis yang sama. Data variabel yang diteliti meliputi
umur ibu, paritas, penyakit saat hamil, usia gestasi, berat badan lahir (BBL),
kunjungan neonatal dan status imunisasi didapatkan dari Otopsi Verbal Perinatal
(OVP), Kohor ibu dan Kohor bayi. Analisis data dilakukan menggunakan
program SPSS versi 21 dengan uji Chi Square dan Regresi Logistik.
Hasil: Berdasarkan uji Chi Square didapatkan usia ibu <20 tahun dan ≥ 35 tahun
(OR= 3.71, P= 0.003), ada penyakit saat hamil (OR= 10.43, P= 0.000), usia
gestasi <37 minggu dan ≥42 minggu (OR= 4.85, P= 0,000), BBL <2500 dan ≥
4000 (OR= 21.46, P= 0.000), kunjungan neonatal tidak lengkap / <3x (OR= 4.33,
P= 0.000) dan status imunisasi tidak lengkap dari Hb0, BCG, DPT, Polio dan
Campak (OR= 76.9, P= 0.000) berisiko terhadap kematian bayi. Sedangkan
variabel paritas 1x dan ≥ 4x (OR= 1.51, P= 0.433) tidak berhubungan dengan
kematian bayi. Pada analisis multivariat, usia gestasi <37 minggu dan ≥42 minggu
(OR=4.208, P=0.067), BBL <2500 dan ≥ 4000 (OR=11.3, P= 0.003) dan status
imunisasi tidak lengkap dari Hb0, BCG, DPT, Polio dan Campak (OR=64.2, P=
0.000) berisiko terhadap kematian bayi.
Kesimpulan: umur ibu, penyakit saat hamil, usia gestasi, BBL, kunjungan
neonatal, dan status imunisasi merupakan faktor risiko kematian bayi di Kota
Yogyakarta Tahun 2015.

Kata Kunci: faktor risiko, kematian, bayi, Kota Yogyakarta


INFANT MORTALITY RISK FACTOR IN YOGYAKARTA CITY YEAR
2015

Agung Ilham Suharyanto1, Titik Kuntari2


1
Student of Medical Faculty of Universitas Islam Indonesia
2
Departement of Public Health of Medical Faculty of Universitas Islam Indonesia

ABSTRACT

Background: Infant Mortality Rate is one of the indicators of infant health


prosperity in the world. IMR in Indonesia has been in accordance with the 2015
MDG target, but in this achievement has not created equity. DIY Province is one
of the areas with high Infant Mortality Rate is 25 per 1000 live births (MDG
target is <23 per 1000 live birth). The city of Yogyakarta is a region in the
province of Yogyakarta which has the highest IMR compared to other regions by
2015 (Data 2014) with 14.19 per 1000 live births.
Objective : This study aims to determine the risk factors of infant mortality in the
city of Yogyakarta in 2015.
Methods : This study used case control design, involving 62 cases of infant
mortality and 62 controls (matching on the month of birth and sex) from the same
geographical area. Data of variables studied include maternal age, parity,
pregnancy disease, gestational age, birth weight (BBL), neonatal visits and
immunization status obtained from Otopsi Verbal Perinatal (OVP), maternal
cohort and infant cohort. Data analysis was performed using SPSS version 21
program with Chi Square test and Logistic Regression.
Result : Based on Chi Square test, the age of mother <20 years and ≥ 35 years
old (OR = 3.71, P = 0.003), pregnancy disease (OR = 10.43, P = 0.000),
gestational age <37 weeks and ≥42 weeks (OR = 4.85, P = 0,000), BBL <2500
and ≥ 4000 (OR = 21.46, P = 0.000), incomplete neonatal visits <3x (OR = 4.33,
P = 0.000) and incomplete immunization status of Hb0, BCG, DPT , Polio and
Measles (OR = 76.9, P = 0.000) are at risk of infant mortality. While the parity
variables 1x and ≥ 4x (OR = 1.51, P = 0.433) are not related to infant mortality.
In multivariate analysis, gestational age <37 weeks and ≥42 weeks (OR = 4,208,
P = 0.067), BBL <2500 and ≥ 4000 (OR = 11.3, P = 0.003) and incomplete
immunization status of Hb0, BCG, DPT, Polio and Measles (OR = 64.2, P =
0.000) are at risk of infant mortality.
Conclusion : Maternal age, illness during pregnancy, gestational age, birth
weight, neonatal visits, and immunization status are risk factors for infant
mortality in Yogyakarta City 2015.

Key words : risk factors, death, infant, Yogyakarta city


PENDAHULUAN

Kematian bayi merupakan indikator utama dalam menilai kesehatan dan

kesejahteraan bayi di dunia. World Health Organization atau organisasi kesehatan

dunia bersama UNICEF telah mengajak berbagai negara di dunia untuk

melaksanakan suatu program pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk

mengurangi kematian bayi tersebut. Target kematian bayi dalam Millenium

Development Goals 4 dan Sustainable Development Goals, hingga tahun 2030,

diharapkan seluruh negara di dunia dapat mengurangi kematian neonatal

mencapai 12 kematian per 1000 kelahiran hidup dan kematian bayi berkisar ≤ 25

kematian per 1000 kelahiran hidup. Faktanya, dari tahun 1990 hingga 2015,

tercatat bahwa kematian bayi di dunia telah menurun dari 12,7 juta menjadi 5,9

juta kematian. Ratio angka kematian bayi di dunia juga telah mengalami

penurunan dari 91 kematian per 1000 kelahiran hidup di tahun 1990 menjadi 43

kematian per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015 1. Indonesia merupakan salah

satu negara yang alami penurunan kematian bayi yaitu dari tahun 1990 hingga

2015 sebesar 4,5 % 1. Data tahun 2015 menyebutkan bahwa nilai persentase AKB

di Indonesia yaitu 22,23 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini sesuai dengan target

yang tertera pada Milenium Development Goal (MDG) Tahun 2015 2. Namun

capaian ini belum menunjukkan pemerataan kesejahteraan bayi di Indonesia.

Masih terdapat beberapa provinsi yang memiliki AKB cukup tinggi dan berada di

bawah target MDG 2015, salah satunya yaitu Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) yang merupakan provinsi peringkat ke-2 Indeks Pembangunan


Manusia di Indonesia dengan angka 77,59%. Data dari SDKI 2012 menunjukkan

bahwa angka AKB di Provinsi DIY merupakan salah satu dari provinsi yang

berada di bawah target MDG 2015 (≤23 per 1000 kelahiran hidup) yaitu dengan

angka 25 per 1000 kelahiran hidup 2. Provinsi DIY terdiri dari 5 kabupaten/kota

yaitu Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Data

menyebutkan bahwa Kota Yogyakarta merupakan yang paling rendah dalam hal

cakupan pelayanan kesehatan bayi tahun 2014 dengan persentase sebesar 66,5%

diantara wilayah lainnya di provinsi DIY. Selain itu, Kota Yogyakarta juga

memiliki AKB yang relatif lebih tinggi pada tahun 2015 (data 2014) bila

dibandingkan dengan wilayah lainnya. AKB di wilayah Sleman yaitu 4,65 per

1000 kelahiran hidup, Bantul 8,75 per 1000 kelahiran hidup, Kulon Progo 11,5

per 1000 kelahiran hidup, Gunung Kidul 10 per 1000 kelahiran hidup, dan Kota

Yogyakarta yang alami peningkatan dari tahun 2013 hingga tahun 2014 yaitu dari
3,4,5,6,7
11,8 per 1000 kelahiran hidup menjadi 14,19 per 1000 kelahiran hidup .

Kepentingan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko apa saja

yang terkait dengan kematian bayi di Kota Yogyakarta Tahun 2015.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional

dengan menggunakan data sekunder yang tersedia. Rancangan penelitian yang

digunakan adalah desain penelitian dengan case control. Penelitian ini dilakukan

di seluruh Puskesmas yang berada di wilayah kerja Kabupaten/Kota Yogyakarta.

Subyek penelitian pada kelompok kasus merupakan bayi yang telah meninggal.

Populasi kasus meliputi seluruh bayi yang meninggal sepanjang tahun 2014 yaitu
sejumlah 62 bayi. Sampel untuk kelompok kasus, digunakan total sampling

dimana 62 bayi tersebut data rekam medisnya akan diteliti. Subyek penelitian

pada kelompok kontrol merupakan bayi yang masih hidup dan hingga kini berusia

± 2,5-3,5 tahun. Populasi kontrol meliputi seluruh bayi yang masih hidup yang

dilahirkan sepanjang tahun 2014. Sampel untuk kelompok kontrol, dilakukan

matching pada jenis kelamin dan bulan lahir dengan perbandingan 1:1 dengan

kelompok kasus, sehingga berjumlah 62 bayi pula. Sehingga, total sampel

penelitan berjumlah 124 subjek. Kriteria inklusi dalam penelitian ini meliputi bayi

yang meninggal sepanjang tahun 2014 dan memiliki data rekam medis yang

lengkap di puskesmas-puskesmas dalam wilayah kerja Kota Yogyakarta dan bayi

yang dilahirkan sepanjang tahun 2014, hingga kini masih hidup dan berusia antara

2,5-3,5 tahun dan memiliki data rekam medis yang lengkap di puskesmas-

puskesmas dalam wilayah kerja Kota Yogyakarta. Apabila data rekam medis dari

subjek tidak lengkap maka akan di eksklusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Subjek yang menjadi bahan studi pada penelitian ini terdiri dari 62 sampel

kasus dan dilakukan matching by sex and month of birth 1:1 dengan kelompok

kontrol yang berjumlah 62 sampel pula, sehingga totalnya berjumlah 124 sampel.

Hasil analisis deskriptif data disajikan dalam tabel 2 :

Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif

No Variabel Kelp. Kasus Kelp. kontrol


1 Kelompok Umur Ibu N % N %
- < 20 Tahun 2 3,2 1 1,6
- 20-24 Tahun 3 4,8 4 6,4
- 25-29 Tahun 15 24,2 11 17,8
- 30-34 Tahun 24 38,8 42 67,8
- ≥ 35 Tahun 18 29 4 6,4

2 Paritas
- 1x 7 11,2 6 9,6
- 2-3x 52 83,8 55 88,7
- ≥4x 3 5 1 1,7

3 Penyakit saat hamil


- Ada 16 25,8 2 3,2
- Tidak ada 46 74,2 60 96,8

4 Usia gestasi
- Preterm (<37 31 50 6 9,6
minggu)
- Aterm (37-41 30 48,3 55 88,7
minggu)
- Postterm (≥42 1 1,7 1 1,7
minggu)

5 Berat badan lahir


- BBLR (<2500 37 59,6 2 3,2
gram)
- Normal (>2500 25 40,4 60 96,8
gram)

6 Kunjungan neonatal
- Lengkap 11 17,7 40 64,5
- Tidak lengkap 51 82,3 22 35,5

7 Status Imunisasi
- Lengkap 8 12,9 57 82,2
- Tidak lengkap 54 87,1 5 17,8

Analisis bivariat dilakukan pada variabel yang datanya tersedia untuk


kelompok kasus dan kelompok kontrol, yaitu pada variabel umur ibu, paritas,
penyakit saat hamil, usia gestasi, BBL, kunjungan neonatal dan status imunisasi.
Analisis dilakukan menggunakan uji statistik Chi Square karena variabel
berbentuk 2x2 dan merupakan komparatif kategorik tidak berpasangan. Hasil
analisis bivariat antara variabel bebas dan terikat disajikan pada tabel 3 di bawah
ini :
Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat

N P CI 95%
No Variabel Meninggal Hidup OR
value Min Max
1 Umur Ibu
- <20 & ≥ 35 22 8
0,003 3,713 1,499 9,192
tahun
- 20-34 tahun 40 54
2 Paritas
- 1x & ≥ 4x 10 7 0,433 1,511 0,535 4,265
- 2-3x 52 55
3 Penyakit Saat
Hamil 0,000 10,435 2,284 47,678
- Ada 16 2
- Tidak ada 46 60
4 Usia Gestasi
- <37 mgg & 28 9
0,000 4,850 2,040 11,526
≥42 mgg
- 37-41 mgg 34 53
5 Berat Badan
Lahir
- < 2500 gr & 37 4
0,000 21,460 6,910 66,644
≥ 4000 gr
- 2500-3900 25 58
gr
6 Kunjungan
Neonatal
- Tidak 47 26 0,000 4,338 2,010 9,366
lengkap
- Lengkap 15 36
7 Status
Imunisasi
- Tidak 54 5 0,000 76,950 23,699 249,852
lengkap
- Lengkap 8 57
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
variabel bebas satu dan lainnya terhadap variabel terikat . Hasil analisis multivariat
disajikan pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat

CI
No Variabel P OR
Min Max
1 Status imunisasi 0,000 64,240 16,3 251,9
2 BBL 0,003 11,33 2,3 55,8
3 Usia Gestasi 0,067 4,208 0,9 19,5

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, pengolahan data dimulai dari analisis univariat seperti
yang telah digambarkan pada tabel diatas. Selanjutnya dilakukan analisis
menggunakan Chi square karena data yang akan diolah merupakan data kategorik
tidak berpasangan. Setelah dilakukan uji statistic tersebut, nilai expected value
tidak ada yang kurang dari 5, sehingga hasil uji yang dilihat adalah dari Pearson
Chi square.
Dasar pengelompokkan hasil ukur data yaitu berdasarkan pada referensi-
referensi studi sebelumnya. Untuk variabel umur ibu, umur < 20 tahun dan ≥ 35
tahun merupakan umur yang berisiko tinggi terhadap terjadinya kematian bayi
ditinjau dari aspek fisik dan mental, maka dari itu rentang umur tersebut
dimasukkan dalam pembagian kelompok umur ibu. Pada variabel umur ibu, data
yang diambil menggambarkan bahwa sebanyak 2,4% berusia < 20 tahun, 77,4%
berusia 21-34 tahun dan 20,1% berusia ≥ 35 tahun. Hal ini menunjukkan masih
terdapat sekitar 22,5 % ibu hamil yang tergolong berisiko tinggi terhadap
kehamilannya. Dari hasil uji statistik bivariat yang telah dilakukan didapatkan
nilai p = 0,003 (p< 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel umur ibu
berpengaruh terhadap kejadian kematian bayi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Indhrayani Astri, Rahma dan Muhammad Ikhsan (2012) dimana
umur ibu berpengaruh signifikan terhadap kematian neonatal dengan OR = 3,536.
Pada kehamilan dengan umur ibu < 20 tahun, masih terdapat ketidaksiapan secara
fisik maupun mental pada sang ibu. Dilihat dari aspek kesiapan fisik, kondisi
rahim dan panggul ibu belum berkembang secara optimal untuk menunjang proses
kehamilan dan persalinan serta hal itu pula yang sebaliknya dapat menghambat
atau memberhentikan pertumbuhan dan perkembangan pada sang ibu. Sedangkan
dari aspek mental, ibu hamil berusia < 20 tahun masih belum siap terhadap
berbagai perubahan yang terjadi selama kehamilan, belum siap menjadi ibu, dan
kurang siap menghadapi berbagai permasalahan di suatu rumah tangga. Hal ini
memungkinkan berbagai risiko yang dapat mengarah terhadap kejadian kematian
bayi seperti keguguran, preeklamsia, perdarahan, BBLR dan lain-lain (BKKBN,
2016). Pada kehamilan dengan umur ibu ≥ 35 tahun, terdapat penurunan fungsi
fisiologis dari kesehatan secara menyeluruh, Rahim, kualitas sel telur dan
komplikasi medis lainnya akibat penyakit degeneratif, hipertensi, dan diabetes
mellitus. Risiko yang timbul dan dapat mengarah pada kematian bayi meliputi
cacat bawaan, BBLR, preeklamsia dan lain-lain (BKKBN, 2016).
Dasar pengelompokan data variabel paritas yaitu kehamilan pertama dan ≥
4 x merupakan jumlah kehamilan yang berisiko tinggi terhadap terjadinya
kematian bayi ditinjau dari kesiapan panggul dan rahim ibu, maka dari itu rentang
jumlah kehamilan tersebut dimasukkan dalam pembagian kelompok paritas. Pada
variabel paritas, data yang telah didapatkan menunjukkan bahwa 10,5% ibu hamil
nulipara dan 89,5% ibu hamil multipara. Uji analisis bivariat didapatkan nilai p =
0,433 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa variabel paritas tidak signifikan
berpengaruh terhadap kejadian kematian bayi. Banyak faktor lain yang
mempengaruhi, seperti penyakit ibu selama kehamilan, riwayat keturunan, riwayat
keluarga, kebiasaan ibu saat hamil (makanan, rokok dan alkohol) sehingga
didapatkan hasil yang tidak signifikan (Wandira & Indawati, 2012).
Dasar pengelompokkan pada variabel penyakit saat hamil yaitu adanya
penyakit memungkinkan terjadinya berbagai penyulit kehamilan yang dapat
menyebabkan terjadinya kematian bayi, maka dari itu variabel ini dibagi menjadi
kelompok ada penyakit dan tidak ada penyakit. Pada variabel penyakit saat hamil,
data yang didapatkan menunjukkan bahwa 14,5% ibu hamil ada penyakit dan
85,5% tidak ada penyakit. Hasil analisis bivariat didapatkan hasil bahwa nilai p =
0,000 (p<0,05) yang berarti variabel penyakit saat hamil berpengaruh signifikan
terhadap kejadian kematian bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil studi
oleh AZ Abdullah, M. Furqaan Naiem dan Nurul Ulmy Mahmud (2012) dimana
status anemia ibu saat hamil signifikan terhadap kejadian kematian neonatal. Pada
ibu hamil yang memiliki penyakit seperti TORCH (Toxoplasma, Other: varicella,
parvovirus , syphilis, hepatitis, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes simplex
virus), preeklamsia, anemia, tuberculosis, hipertiroid, hipotiroid dan diabetes,
berisiko untuk terjadinya BBLR, cacat kongenital, dan prematuritas yang dapat
berujung pada kematian bayi (Nursaputri S, 2015; Abdullah A.Z., Naiem M.F.,
Mahmud N.U., 2012).
Dasar pengelompokkan variabel usia gestasi yaitu bayi yang lahir < 37
minggu dan ≥ 42 minggu akan menyebabkan terganggunya proses perkembangan
fisiologis dari janin dari segi organ vital dan kecukupan nutrisinya, dimana
apabila kekurangan ataupun kelebihan nutrisi terjadi, akan berpengaruh terhadap
proses adaptasi bayi di luar kandungan nantinya yang meningkatkan risiko
terjadinya kematian bayi. Maka dari itu rentang usia gestasi tersebut dikategorikan
kelompok berisiko. Pada variabel usia gestasi, data yang didapatkan yaitu sebesar
76,6% bayi lahir aterm dan 23,4% bayi lahir non-aterm. Hasil analisis bivariat
menunjukkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang berarti variabel usia gestasi
berpengaruh signifikan terhadap kejadian kematian bayi. Data hasil penelitian ini
sejalan dengan studi oleh Dwi Setyo Rini (2014) dimana usia gestasi berpengaruh
signifikan terhadap kejadian kematian bayi dengan nilai OR = 6,0. Pada bayi
dengan usia gestasi pre-term, memiliki risiko prematuritas dimana masih belum
berfungsinya sebagian fungsi tubuh secara optimal. Selain itu, bayi tersebut juga
lebih rentan terkena penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya yang belum
optimal seperti antibodi yang kurang dan daya fagositosis yang masih rendah. Hal
ini memungkinkan pula alt vital bayi mengalami beberapa gangguan yang akan
mengarah pada terjadinya ikterus, asfiksia dan infeksi neonatal dan berujung pada
kematian bayi (Wandira & Indawati, 2012; Rini & Puspitasari, 2014).
Dasar pengelompokkan pada variabel berat badan lahir yaitu bayi yang
lahir dengan berat < 2500 gram memungkinkan terjadinya kekurangan nutrisi saat
hamil yang akan mempengaruhi perkembangan dan adaptasi bayi di luar
kandungan. Sedangkan pada bayi dengan berat ≥ 4000 gram, memungkinkan
terjadinya distosia bahu, APGAR skor rendah dan asfiksia. Pada variabel berat
badan lahir, didapatkan data sebesar 33% BBLR dan 67% tidak BBLR. Pada
analisis bivariat didapatkan nilai p = 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa
variabel berat badan lahir bepengaruh signifikan terhadap kejadian kematian bayi.
Hasil pada penelitian ini sejalan dengan hasil studi oleh Dwi Setyo Rini dan
Nunik Puspitasari (2014) dimana berat badan lahir berpengaruh signifikan
terhadap kematian bayi dengan OR = 13,542. Pada bayi yang lahir dengan berat
lahir rendah memungkinkan bahwa bayi tersebut lahir dengan prematuritas,
kurangnya nutrisi dan terhambatnya pertumbuhan selama di dalam kandungan.
Hal ini memungkinkan bayi lebih rentan mengalami gangguan kesehatan seperti
hipotermia, infeksi, gangguan tumbuh dan kembang sehingga berisiko terjadinya
kematian bayi (Rini & Puspitasari, 2014; Abdullah A.Z., Naiem M.F., Mahmud
N.U., 2012; Wandira & Indawati, 2012; Mudiana L.H.,2011).
Dasar pengelompokkan variabel kunjungan neonatal yaitu terdapat
beberapa kegiatan yang menunjang kesehatan bayi di masa awal kehidupan bayi
meliputi injeksi vitamin K, pemberian salep mata, deteksi dini tanda bahaya dan
imunisasi HB0 yang terbagi dalam 3 pertemuan. Apabila kunjungan neonatal
tidak lengkap, maka memungkinkan bayi tersebut mengalami berbagai masalah
pada sistem pembekuan darah dan kerentanan terhadap infeksi. Maka dari itu,
variabel ini dibagi menjadi kelompok KN lengkap dan tidak lengkap. Pada
variabel kunjungan neonatal, didapatkan data sebesar 41,9% lengkap dan 58,1%
tidak lengkap. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 (p<0,05)
dimana variabel kunjungan neonatal berpengaruh signifikan terhadap kejadian
kematian bayi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil studi oleh Sri Sukamti dan
Pandu Riono (2015) dimana variabel kunjungan neonatal berpengaruh signifikan
terhadap kematian neonatal. Pada bayi yang jumlah kunjungan neonatalnya tidak
lengkap, memungkinkan terjadinya kualitas knjungan neonatal yang buruk pula.
Hal ini akan berpengaruh pada bayi karena kegiatan kunjungan neonatal
seyogyanya merupakan upaya awal yang dapat dilakukan untuk membantu bayi
beradaptasi dengan lingkungan luar uterus seperti pemberian vitamin K injeksi,
pemberian salep mata, deteksi dini tanda bahaya dan pemberian imunisasi HB0.
Bila upaya-upaya tersebut tidak dilakukan secara optimal maka memungkinkan
terjadinya gangguan koagulasi pada bayi, rentan terinfeksi hepatitis B dan lain-
lain yang dapat berakibat pada kejadian kematian bayi (Sukamti & Riono, 2015).
Dasar pengelompokkan variabel status imunisasi yaitu bayi yang lahir
dengan status imunisasi PIN dan BCG yang tidak lengkap memiliki kerentanan
yang tinggi terhadap penyakit infeksi terkait sehingga memungkinkan terjadinya
kematian bayi, maka dari itu variabel ini dibagi menjadi kelompok imunisasi
lengkap dan tidak lengkap. Pada variabel status imunisasi didapatkan hasil sebesar
54,8% lengkap dan 45,2% tidak lengkap. Hasil analisis bivariat didapatkan nilai p
= 0,000 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa variabel status imunisasi berpengaruh
signifikan terhadap kejadian kematian bayi. Hasil ini sejalan dengan hasil studi
oleh Tri Arifah Ashani dan Abdur Rofi (2007) dimana status imunisasi PIN dan
BCG berpengaruh signifikan terhadap kejadian kematian bayi. Pada bayi yang
status imunisasinya tidak lengkap, akan memungkinkan bayi tersebut rentan
terhadap infeksi berbagai penyakit. Tujuan utama dilakukannya imunisasi adalah
untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu sehingga di dalam
tubuh tersedia antibodi yang optimal. Bila imunisasi tidak dilakukan secara
lengkap maka memungkingkan terjadinya penyakit infeksi hepatitis B, campak,
tuberkulosis, polio, difteri, pertussis, tetanus, cacar dan lain sebagainya. Hal ini
memungkinkan bayi tersebut dapat mengalami kematian (Ashani & Rofi, 2007).
Pada analisis multivariat, dilakukan dengan metode Backward LR, yaitu
program SPSS akan secara otomatis menyeleksi variabel apa saja yang sekiranya
saling berhubungan dan terkait dengan kematian bayi di Kota Yogyakarta Tahun
2015. Hasil yang didapatkan yaitu variabel usia gestasi, BBL dan status imunisasi
merupakan variabel yang saling berhubungan dan terkait dengan kematian bayi.
Keterbatasan pada penelitian ini terletak pada kemungkinan bias
pengukuran pada beberapa variabel. Pada variabel penyakit saat hamil, cara
mengukur data dilakukan dengan melihat kohor ibu dan melihat catatan setiap
kunjungannya, namun bukti pemeriksaan penunjang terkait tidak bisa penulis
dapatkan, sehingga terdapat keraguan / bias pada data yang berasal dari kuesioner,
KMS dsb. Pada variabel status imunisasi, cara mengukur data dilakukan dengan
melihat kohor bayi dan melihat catatan setiap kunjungannya, hal ini
memungkinkan terdapat keraguan pada data yang berasal dari kuesioner, KMS
dsb. Selain itu, masih terdapat variabel sosio-demografi lainnya yang mungkin
mempengaruhi hasil penelitian seperti pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jarak
kelahiran, paparan asap rokok saat hamil, dan lain-lain. Upaya yang dilakukan
oleh penulis untuk meminimalisir confounding factor tersebut yaitu dengan
mengambil sampel dengan matching by sex and month of birth serta same
geographical condition.
Implikasi dari penelitian ini yaitu seharusnya Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta dapat lebih mensosialisasikan program 4 terlalu pada kehamilan
kepada masyarakat agar tidak ada lagi ibu yang menjalani kehamilan dengan umur
yang terlalu muda, terlalu tua, jarak kehamilan terlalu dekat dan jumlah yang
terlalu banyak. Selain itu juga seharusnya dapat membuat suatu program
penggalakan agar dapat meningkatkan cakupan neonatal di Kota Yogyakarta
untuk meminimalisir komplikasi dan deteksi dini tanda bahaya pada bayi yang
baru lahir.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan perhitungan jumlah data, pengolahan, dan analisa data yang

telah dilakukan terkait variabel yang diduga menjadi faktor risiko kematian bayi

di Kota Yogyakarta Tahun 2015, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel umur

ibu, penyakit saat hamil, usia gestasi, BBL, kunjungan neonatal dan status
imunisasi merupakan faktor risiko kematian bayi di Kota Yogyakarta Tahun 2015.

Berdasarkan hasil analisis multivariat didapatkan bahwa variabel usia gestasi,

BBL, dan status imunisasi merupakan variabel yang berhubungan dengan

kematian bayi di Kota Yogyakarta Tahun 2015.

Beberapa saran yang akan penulis sampaikan terkait perkembangan

penelitian tentang faktor risiko kematian bayi di Kota Yogyakarta, diantaranya:

1. Dilakukan penelitian lanjutan terkait dengan variabel lainnya untuk

mengidentifikasi faktor risiko kematian bayi.

2. Dilakukan penelitian lanjutan terkait faktor risiko kematian bayi untuk

periode tahun-tahun selanjutnya agar dapat tergambarkan tren dari variabel

yang menjadi faktor risiko kematian bayi.

3. Dilakukan penelitian terkait faktor risiko kematian bayi dengan

menggunakan data primer, sehingga menambah khasanah keilmuan dan

keragaman variabel.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada staf Puskesmas se-Kota

Yogyakarta, dan pihak-pihak lain yang memberikan kontribusi baik secara

langsung maupun tidak langsung agar penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penulisan naskah publikasi ini.


DAFTAR PUSTAKA

1. UNICEF, WHO, WORLD BANK GROUP, UNITED NATION, 2015,

Levels And Trends In Child Mortality Report 2015, UNICEF, WHO,

WORLD BANK GROUP, UNITED NATION

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Profil Kesehatan


Indonesia 2015, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, 2015, Profil Kesehatan Kab. Bantul,
Bantul : Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, 2015, Profil Kesehatan Kab.
Gunung Kidul, Gunung Kidul: Dinas Kesehatan Kab. Gunung Kidul
5. Dinas Kesehatan Kulonprogo, 2015, Profil Kesehatan Kulonprogo, Kulonprogo :
Dinas Kesehatan Kulonprogo
6. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2016 http://kesehatan-
ibuanak.net/berita/berita-nasional/780-rendah-angka-kematian-ibu-melahirkan-
di-sleman [diupdate tanggal 5 April 2016, diakses pada tanggal 20 April 2017]
7. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2015, Profil Kesehatan Tahun 2015 Kota
Yogyakarta ( Data Tahun 2014), Yogyakarta : Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta
8. BKKBN. 2016. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima? Hindari
Kehamilan 4 Terlalu. Direktorat Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak.
9. Wandira A. K., Indawati R., 2012, Faktor Penyebab Kematian Bayi Di
Kabupaten Sidoarjo, Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 1
No.1 : 33-42 Agustus 2012
10. Nursaputri S., 2015, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubunga Dengan
Kejadian Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) Pada Wanita Hipertiroid
Kehamilan Di Kabupaten Magelang Tahun 2014, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang
11. Abdullah A.Z., Naiem M.F., Mahmud N.U., 2012. Faktor Risiko
Kematian Neonatal Dini di Rumah Sakit Bersalin. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanudin. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol.6 Juni 2012
12. Rini D. S., Puspitasari N., 2014, Hubungan Status Kesehatan Neonatal
Dengan Kematian Bayi, Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Volume 3:
73-80 1 Juli 2014
13. Mudiana L. H., 2011, Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kematian Bayi Di Kabupaten Jember, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Jember
14. Sukamti S., Riono P., 2015, Pelayanan Kesehatan Neonatal Berpengaruh
Terhadap Kematian Neonatal Di Indonesia, Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan, Volume 2 No.2 : 11-19 Maret 2015
15. Ashani T. A., Rofi A., 2007, Kematian Bayi Menurut Karakteristik
Demografi Dan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Di Propinsi Jawa Barat,
Universitas Gajah Mada

Anda mungkin juga menyukai