PRAKTIKUM FARMAKOKINETIK
Disusun Oleh :
NPM : 1618000871
Kelas/Kelompok : B / C
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020
SECARA INTRAVENA
I. Tujuan
6. Dapat mengetahui dan menentukan pewarnaan gram positif pada bakteri yang di uji.
Sediaanyang sering digunakan adalah sel, baik sel hewan maupun sel tumbuhan.
selaputtipis dari bahan berupa cairan maupun bukan cairan. Metode ini biasa
digunakanuntuk membuat sediaan darah, protozoa, cairan hemolimfa belalang,
dapat dilakukan dengan sediaan apus darah tepi.Sediaan apus darah tepi adalah suatu
cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di laboratorium.Prinsip
pemeriksaan sediaanapus ini adalah dengan meneteskan sampel dipaparkandi atas objek
pemeriksaan apusan darah contohnya untuk evaluasi morfologi darisel darah tepi
mengidentifikasi parasit (Yuliana 2013) Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan
mikroskop cahaya pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini
tidak hanya digunakan untuk mrmpelajari sel darah tapi juga digunakan untuk
darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear)
yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan
substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan
bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup
(Suntoro, 1983).
menjadi tersedia, specimen patologi maupun anatomi yang siap dan diawetkan untuk
penelitian dan pemeriksaan. Sediaan apus darah ini tidak saja untuk mempelajari bentuk
masing-masing sel darah, tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung perbandingan
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles
(metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat
selaput (film). Film darah (sediaan oles) dapat diwarnai dengan berbagai macam metode.
Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah,
sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah
1983).
Pembuatan sediaan apus darah biasanya digunakan dua buah kaca sediaan yang
sangat bersih terutama harus bebas lemak. Satu buah kaca sediaan bertindak sebagai
tempat tetes darah yang hendak diperiksa dan ynag lain bertindak sebagai alat untuk
meratakan tetes darah agar didapatkan lapisan tipis darah (kaca perata). Darah dapat
diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari. Sebaiknya tetesan darah pertama
dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan. Tetesan yang kedua diletakan pada
daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Salah satu ujung sisi pendek kaca perata
diletakan miring dengan sudut kira- kira 45o tepat didepan tetes darah menyebar
sepanjang sisi pendek kaca perata, maka dengan mempertahankan sudutnya, kaca perata
digerakan secara cepat sehingga terbentuklah selapis tipis darah diatas kaca sediaan.
Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan pewarnaan
sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode Giemsa dan Wright yang
Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh Sukaca,
2009 yaitu :
e. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan
f. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks Wanita yang diajurkan
Pap smear
Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum.
Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada
bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan
pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung
(Dwidjoseputro.1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah
(Dwidjoseputro.1998).
mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna
spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula fosfat (Dwidjoseputro,
1998).
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan
struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik
dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras
dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain
dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan,
disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007). Teknik pewarnaan
warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan
bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu
pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan
Bakteri yang diwarnai dengan teknik pewarnaan Gram terbagi dua golongan,
yaitu: Gram positif , bila warna zat pewarna pertama (karbol gentian violet) tetap
bertahan, dengan demikian warna se bakteri tampak ungu tua; dan Gram negatif, bila
warna zat pewarna pertama tidak bertahan (luntur) kemudian tercat oleh zat
pewarna tandingannya, misal: air fuchsin, safranin, dan oleh zat pewarna tandingan
Penyebab terjadinya dua golongan bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif
ialah setelah diberi zat pewarna fenomenanya ini, berhubungan dengan struktur dan
komposisi dinding sel. Perbedaan ketebalan antara kedua golongan itu dapat
merupakan hal yang penting; dinding sel bakteri Gram negatif pada umumnnya
lebih tipis dari yang dimiliki bakteri Gram positif. Presentasi kandungan lipid bakteri
Gram negatif lebih tinggi daripada Gram positif. Kenyataannya dalam eksperimen
kompleks karbol gentian violet dan lugol dapat disari keluar dan bakteri Gram
negatif terwarnakan. Keterangan lain yang hampir sama juga mendasarkan pada
perbedaan permeabilitas antara kedua golongan bakteri itu, yaitu pada bakteri Gram
Gram negatif tetap masih cukup besar untuk dapat disari keluar kompleks karbol
gentian violet dan lugol. Selautnya, bila sel-sel Gram psitif diperlakukan dngan
lisozim untuk menyingkirkan dinding selnya, sisa strukturnya yang disebut protoplas
atau sel tanpa dinding akan tercatat juga oleh kompleks karbol gentian violet dan
lugol. Tetapi, sel ini mudah dihapuskan oleh alkohol. Kenyataan ini menunjukkan
bahwa struktur dinding sel bakteri Gram positif itu yag menjadi tempat tertahannya
Bakteri Gram Positif Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan
zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan
berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan
berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama
Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal.
Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat
dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru. Sel bakteri
gram positif mungkin akan tampak merah jika waktu dekolorisasi terlalu lama.
Sedangkan bakteri gram negatif akan tampak ungu bila waktu dekolorisasi terlalu
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya
berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif.
reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang
digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat
warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka
disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin,
netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-,
bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa
mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular
dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion
dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah
satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada
ion positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion
negatif (zat pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang
menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam
protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat
bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin
dan metilin blue adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan.
Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi,
mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan
pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar
Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian kristal violet, setelah itu
ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah itu
ditambah alkohol. Bakteri Gram positif membentuk kompleks Kristal iodine yang
berwarna biru. Setelah di tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan berwarna
Sedangkan bakteri Gram negatif akan terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian
safranin akan memberikan warna merah pada bakteri Gram negatif. Contoh bakteri
macam zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Sedangkan
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal
yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai
60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya
diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif TBC
berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut
dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan.
Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi
lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA
(Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan
bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri
tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut
ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis
sputum:
Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun
pagi.
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu minggu.
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut
bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol
fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam
terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena
larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin
fuchsinmerupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5%. Larutan ini
untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses
yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri
kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan menghentikan
pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan
berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak
N ALAT BAHAN
O
1 Mikroskop cahaya Kultur bakteri yang sudah disediakan
2 Jarum ose Cairan nigrosin atau tinta cina
3 Kaca objek Alkohol 70%
4 Pemmbakar spiritus Desinfektan
5 Korek api Minyak imersi
6 Kapas
7 Alat tulis
Dipanaskan Besi ose , dengan bunsen sampai menyala merah, setelah itu
diambil sampel bakterimengunkan besi ose
Diletakan objek glass, dengan bentuk lingkaran diamater sampai ukiran 5cm,
dan ditetesi akuadest
Dibuang sisa kelebihan methanol, dikeringakan dan diletakan pada rak objek
glass
I.1.2 Pewarnaan Negatif
Disediakan dua kaca objek yang sudah di sterilisasi dengan desinfektan dan
alkohol 70%.
Diteteskan satu tetes cairan nigrosin atau tinta cina pada pinggir ujung kaca
objek
Diambil sedikit bakteri dengan menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan
dan suspensikan pada tetesan nigrosin pada permukaan kaca objek
Diratakan suspensi bakteri dalam nigrosin pada permukaan kaca objek dengan
menggunakan kaca objek lain
Kaca objek kedua diletakkan pada kaca objek pertama dengan membentuk
sudut 45˚, kaca objek kedua ditarik sepanjang kaca objek pertama dengan
diseret ke arah kiri
Satu tetes minyak emersi diteteskan pada preparat lalu diamati di bawah
mikroskop dengan perbesaran lemah, sedang dan kuat.
Hasil diamati dan digambar. Sel bakteri akan tampak sebagai bagian yang kosong
dengan latar belakang yang gelap.
Kultur bakteri diambil dalam medium cair dengan pipet ditetesi diatasi gelas benda
±3 tetes, dibiarkan agak mengering.
Dilakukan fiksasi dengan cara melewatkan diatas nyala api sampai mengering.
Diteteskan pewarnaan kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit. Dicuci dengan
air mengalir dan dikering anginkan
Dimiringkan Gelas objek, dicuci dengan etanol selama 20-30 detik atau sampai
warna biru tidak luntur lagi.
Diteteskan cat penutup safranin, dibandingkan selama 2 menit. Dicuci dengan air
mengalir dan dikering anginkan.
Ditutup bagian yang ada preparatnya dengan gelas penutup. Hasil pengecatan
diamati dibawah mikroskop
Jika perlu, ditulis kode atau nama bakteri pada sudut objek gelas
a. Menit ke 10
Cp = y - a/b
= 39,11 mikrogram / ml
b. Menit ke 20
Cp = y - a/b
= 35,11 mikrogram / ml
c. Menit ke 30
Cp = y - a/b
= 29,55 mikrogram / ml
d. Menit ke 40
Cp = y - a/b
= 24,00 mikrogram / ml
e. Menit ke 50
Cp = y - a/b
= 0,091 – 0,006 / 0,0045
= 18,88 mikrogram / ml
2. Perhitungan Log Cp
a. Menit ke 10
= 1,5922 mikrogram / ml
b. Menit ke 20
= 1,5454 mikrogram / ml
c. Menit ke 30
= 1,4705 mikrogram / ml
d. Menit ke 40
= 1,3802 mikrogram / ml
e. Menit ke 50
= 1,2760 mikrogram / ml
6. Parameter Farmakokinetik
a. K / Kecepatan eliminasi
K = - slope
=-b
= - (- 0,5157)
= 0,5157 menit-1
t1/2 = 0,5 x a / k
c. Vd / Volume distribusi
Vd = F x Do / a
35,11+39,11
AUC 20
10=
×(20−10) = 371,1 µg menit/Ml
2
29,55+35,11
AUC 30
20= ×(20−10) = 323,3 µg menit/Ml
2
24,00+29,55
AUC 40
30=
×(20−10) = 267,75 µg menit/Ml
2
18,88+24,00
AUC 50
40=
×(20−10) = 214,4 µg menit/Ml
2
F x Do
f. AUC tt ∞0 =
Vd x Ke
1 x 10277
=
0,2293 x 0,5157
= 86,9458 µg menit/ml
AUC ttn∞
g. % AUC ekstrapolasi = x 100 %
∑ AUC
36,6104
= x 100 %
1176,55
= 3,11 %
Jadi % AUC ekstrapolasi yang didapatkan valid karena ≤ 20%
h. Gambar kurva larutan baku
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini ada beberapa parameter farmakokinetik yang digunakan
akan ditentukan nilai k, t ½ , Vd, dan nilai AUC. Dimana K adalah tetapan laju eliminasi
yang merupakan kecepatan eliminasi obat setelah masuk ke dalam system sirkulasi, t ½
adalah waktu paruh yaitu waktu yang diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melarut
setengah dari dosis. Sedangkan Vd adalah volume distribusi yaitu volume obat yang
terdistribusi dan AUC (Area Under Curva) merupakan nilai yang menggambarkan
biovailabilitas obat dari jumlah dosis yang ada, dimana bioavailabilitas obat merupakan
jumlah obat yang mencapai system sirkulasi sistemik secara utuh yang memberikan
efek.
tetapan absorbsi tidak dihitung karena obat yang diberikan secara intravena tidak
Suatu obat yang diberikan dalam bentuk injeksi intravena (IV), maka seluruh dosis obat
masuk ke dalam tubuh melalui pembuluh darah dengan segera, dan obat tersebut
Adapun prinsip kerja dari alat sektrofotometer yaitu adanya interaksi dari
yang lebih tinggi dan pada keadaan ini adalah titik stabil dan akan kembali ketingkat
sebelum diinjeksikan obat diinjeksikan obat parasetamol dan setelah diinjeksikan diolesi
betadin sebagai antiseptic agar tidak terjadi infeksi setelah itu sampel darah mulai
diambil pada menit 10, 20, 30, 40 dan 50 masing-masing sebanyak 0,5 mL. Darah yang
diperoleh kemudian disentrifuge selama 10 menit dan di ukur pada spektrofotometer uv-
intravena didapatkan mengikuti orde 0. Laju eliminasi yaitu 0,5157 menit -1. Dan waktu
paruh nya adalah 43,4370 menit. Volume distribusinya sebesar 0,2293 ml. Jumlah obat
yang terabsorbsi secara sistemik atau % ekstrapolasi yang didapatkan yaitu 3,11%,
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dari data obat parasetamol yang diberikan secara
intravena elalui rute injeksi, diperoleh memiliki % ekstrapolasi yang valid karena < 20%
yaitu 3,11 %
3. Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. :
Jakarta.
4. Dorland, W.A. Newman, 2011. “Kamus saku Kedokteran Dorland”, Penerbit buku
Jakarta.
Makassar
8. Parker, Steve, 2007.“Jendela Optik Seri 16 Ilmu Kedokteran” Penerbit Balai Pustaka,
Jakarta.
10. Syamsuni, H, 2006. “ Farmasetika dasar dan Hitungan Farmasi”. Penerbit Buku