Disusun Oleh :
NPM : 1618000871
Kelas/Kelompok : B / C
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2020
I.1. Tujuan
Membuat salep asam salisilat dengan basis berlemak dan basis yang larut air serta
Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topical pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau
1. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak mencair
2. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit. Suatu tipe
3. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu
salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit yang diberi.
4. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin
5. Gel : adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan mengandung sedikit
atau tanpa lilin digunakan terutama pada membrane mukosa sebagai pelican atau basis.
Biasanya terdiri dari campuran sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit
dan mengahsilkan efek local, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang
ditambahkan antiseptic, astringen untuk meredakan ransangan. Dasar salep yang terbaik
Salep endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam terapi tidak melalui kulit dan
terabsobsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi local iritan.
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan mencapai efek
yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya (Anief, 2001). Menurut FI. IV, dasar
salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok yaitu dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar salep serap yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut
air. Komposisi salep terdiri dari bahan obat atau zat aktif dan basis salep atau biasa
dikenal dengan sebutan zat pembawa bahan aktif (Ansel, 1989). Salep memiliki fungsi
sebagai bahan pembawa zat aktif untuk mengobati penyakit pada kulit, sebagai pelumas
3. Sebagai pelindung untuk kulit yang mencegah kontakpermukaan kulit dengan larutan
b. Kadar yaitu kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras
c. Dasar salep yaitu kecuali dinyatakan lain, sebagai bahandasar salep (basis salep)
digunakan vaselin putih (vaselinalbum). Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan
campurannya malam putih (cera album), malamkuning, (cera flavum), paraffin cair,
paraffin padat.
2) Dasar salep serap : lemak bulu domba (adeps lanae),campuran 3 bagian kolesterol, 3
bagian stearil alkohol, 8bagian malam putih dan 86 bagian vaselin putih,campuran 30
3) Dasar salep yang dapat dicuci dengan air atau dasarsalep emulsi misalnya emulsi
4) Dasar salep yang larut dalam air, misalnya PEG dan campurannya.
d. Homogenitas yaitu jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain
I.3. Alat
Mortir, stamper, sudip, sendok logam, sendok penyu, serbet, pot salep, etiket
warna biru, timbangan analitik, kertas perkamen, cawan porselin, kaca arloji
I.4. Bahan
I.5. Pecobaan
Formula I II
Asam Salisilat (g) 5 5
Vaselin (g) 45 42,5
Cera Flava (g) - 2,5
Formula III IV
Asam Salisilat (g) 5 5
PEG 4000 (g) 25 32,5
PEG 400 (g) 20 12,5
Beri etiket dan simpanlah salep dalam wadah untuk percobaan selanjutnya
Formula II
Vaselin dan cera flava dilelehkan dalam cawan porselen dan diaduk ad
homogen (campuran I)
Beri etiket dan simpanlah salep dalam wadah untuk percobaan selanjutnya
Beri etiket dan simpanlah salep dalam wadah untuk percobaan selanjutnya
hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih ; hampir tidak berbau;
rasa agak manis dan tajam. Kelarutan larut dalam amonium asetat P, dinatrium
berinteraksi asam terhadap larutan merah metil P. Suhu lebur antara 158,5 0 dan
minyak mineral. Massa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kunin, sifat
ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk, tidak
berbau tidak berasa. Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P, dalam ater P dan dalam eter minyak tanah P. petrolatum
harus disimpan dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya, di tempat
Malam kuning adalah hasil pemurnian malam dari sarang madu lebah
apis mellifera linnae. Pemerian padatan berwarna kuning sampai coklat keabuan,
berbau enak seperti madu, agak rapuh bila dingin, dan bilah patah membentuk
granul, dan menjadi lunak pada suhu tangan. Tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol dingin, etanol mendidih melarutkan sebagian kandungan
malam kuning, dan larut sempurna dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak
lemak dan minyak atsiri. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI,
1995).
Polietilen glikol yaitu cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis
tidak berwarna ; bau khas lemah ; agak higroskopik. Larut dalam air, dalam,
etanol, dalam aseton, dan dalam hidrokarbon aromatik. Berat molekul 380 sampai
420, bobot jenis 1,110 sampai 1,140. Suhu beku antara 4 0 – 80, penyimpanan
I.1.9 50 Gram
a. Formulasi AI
s = m x l/t
s = 50 gr x 4,8 cm / 60 detik = 4 cm
b. Formula A II
s = m x l/t
c. Formulasi B I
s = m x l/t
s = 50 gr x 3,55 cm / 60 detik = 2, 95 cm
d. Formulasi B II
s = m x l/t
s = 50 gr x 3, 50 cm / 60 detik = 2,91 cm
I.1.10 100 Gram
a. Formulasi A I
s = m x l/t
b. Formulasi A II
s = m x l/t
c. Formulasi B I
s = m x l/t
d. Formulasi B II
s = m x l/t
a. Formulasi A I
s = m x l/t
b. Formulasi A II
s = m x l/t
c. Formulasi B I
s = m x l/t
d. Formulasi B II
s = m x l/t
Pada praktikum kali ini diujinya sifat fisik pada sediaan salep salisilat yang
bertujuan praktikan dapat membuat sediaan salep baik menggunakan basic lemak atau
basis yang larut air dan dapat melakukan evaluasinya serta mengetahui perbedaan dari
Untuk pembuatan suatu sediaan salep antifungi maka diperlukan basis salep dan
zat aktif yang terkandung dalam salep yang bisa menghambat atau membunuh
pertumbuhan jamur.
Formulasi dan pemilihan basis yang tepat pada pembuatan sediaan salep akan
mempengaruhi jumlah dan kecepatan zat aktif yang akan diabsorpsi, begitu pula dengan
daya sebar, pH dan homogenitas. Secara ideal, basis dan pembawa harus mudah
diaplikasikan pada kulit, tidak mengiritasi dan nyaman digunakan pada kulit. Bahan alam
memiliki karakteristik yang khas sehingga pada formulasinya perlu basis yang paling
Basis salep yang digunakan pada formulasi A yaitu menggunakan basis salep
hidrokarbon, karena bahan bahan yang terdapat pada formulasi A yaitu asam salisilat,
vaselin dan cera flava. Jika tidak disebutkan apa apa maka basis hidrokarbon yang
digunakan sebagai dasar salep adalah vaselin putih. Kemudian basis salep yang
digunakan pada formulasi B yaitu menggunakan basis salep larut dlam air karena bahan
bahan yang terdapat pada formulasi B yaitu asam salisilat dan PEG
Setelah melakukan pembuatan formulasi salep dengan basis yang berbeda, adapun
formula AI dan AII terdiri dari vaselin album, asam salisilat, cera flava, formula B I dan
BII terdiri dari asam salisilat, PEG 4000 dan PEG 400. Maka dilakukan uji karakteristik
yang terdiri dari uji organoleptik, pH, homogenitas, daya sebar dan dilakukan uji
efektifitasnya.
I.1.12 Uji Organoleptik
Pengamatan yang dilakukan oleh dalam uji ini adalah bentuk sediaan, bau
dan
warna sediaan. Parameter kualitas salep yang baik adalah bentuk sediaan setengah
padat, salep berbau khas ekstrak yang digunakan dan berwarna seperti ekstrak
(Anief,1997).
I.1.13 Homogenitas
bahan-bahan (basis dan zat aktif) sehingga menjadi bentuk salep yang homogen.
Jika terdapat perbedaan sifat pada basis dan zat aktif akan terjadi proses
salep pada plat kaca. Salep yang homogen ditandai dengan tidak terdapatnya
gumpalan pada hasil pengolesan sampai titik akhir pengolesan. Salep yang diuji
diambil dari tiga tempat yaitu bagian atas, tengah dan bawah dari wadah salep
(Depkes, 1996).
yang telah dibuat homogen atau tidak. Pada sediaan salep asam salisilat
tidak larut. Formulasi AII, BI dan BII memiliki homogenitas yang baik dan
digunakan baik sehingga tidak didapati gumpalan ataupun butiran kasar pada
sediaan karena sediaan salep harus homogen dan rata agar tidak menimbulkan
I.1.14 Ph
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat dari salep dalam
salep
yang telah diencerkan dengan 5ml aquadest. Nilai pH salep yang baik adalah 4,5-
6,5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Tranggono dan Latifa, 2007).
NO FORMULAS PH KETERANGAN
I
1. AI 5 Baik
2. A II 5 Baik
3. BI 5 Baik
4. B II 5 Baik
persyaratan pH untuk suatu sediaan topikal. Hal ini menunjukkan bahwa salep
Pengujian daya sebar tiap sediaan dengan variasi tipe basis dilakukan
untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis salep
sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian obat yang
zat aktif dalam melewati membran. Semakin luas membran tempat sediaan
menyebar maka koefisien difusi makin besar yang mengakibatkan difusi obat pun
semakin meningkat, sehingga semakin besar daya sebar suatu sediaan maka
lalu diukur diameter yang konstan (Astuti, et al, 2010). Sediaan salep yang
NO BOBOT DIAMETER
FORMULASI
. PETRI
50 100 150
TANPA BEBAN
KOSONG gr gr gr
1 AI 110, 38 4,2 4,8 5,3 5,8
2 A II 112,7 4,2 5,1 5,2 5,3
3 BI 110,38 3,2 3,55 3,91 4,45
4 B II 112,7 3 3,5 3,9 4,55
pemerataan salep asam salisilat pada saat diaplikasikan pada kulit. Adapun hasil
yang diperoleh pada formulasi AI daya 50 gr sebarnya berukuran 4,8 cm, daya
100 gr 5,3 cm, daya 150 gr 5,8 cm. Formulasi AII hasil daya 50 gr 5,1 cm, daya
100 gr 5,2 cm, daya 150 gr 5,3 cm. Formulasi BI daya 50 gr 3, 55 cm, daya 1000
gr 3,91 cm, daya 150 gr 4,45 cm, Formulasi BII daya 50 gr 3,5 cm, daya 100 gr
3,9 cm, daya 150 gr 4,55 cm. Basis salep yang memiliki daya sebar yang paling
baik adalah formulasi AI dan AII dengan daya beban 100 gr dan 150 gr karena
range daya sebar yang baik yaitu 5-7 cm, sehingga daya sebar diharapkan
Semakin luas membran tempat sediaan salep menyebar maka koefisien difusi
makin besar yang dimana mengakibatkan difusi obat pun semakin meningkat,
sehingga semakin besar daya sebar suatu sediaan maka semakin baik.
Salep yang sudah ditimbang sebesar 0,25 g diletakkan di atas gelas obyek
yang telah ditentukan luasnya, lalu diletakkan gelas obyek yang lain di atas salep
gelas obyek pada alat tes. Dilepas beban seberat 80 gram,dan dicatat waktunya
hingga kedua gelas obyek tersebut terlepas. Syarat untuk daya lekat pada sediaan
Uji daya lekat pada salep dilakukan untuk melihat kemampuan salep
melekat pada kulit, dimana hal ini dapat mempengaruhi kemampuan penetrasi
salep ke dalam kulit untuk menimbulkan efek. Hasil uji daya lekat menunjukkan
meningkatkan kemampuan melekat dari salep, sehingga waktu daya lekat salep
dan BII sebesar 8 detik. Hal ini dipengaruhi oleh basis salep yang bersifat larut
dalam air, sehingga ikatan asam salisilat dengan PEG menjadi kuat, yang
memungkinkan untuk waktu kontak sediaan dengan kulit lebih lama, sehingga
penetrasi salep dapat menghasilkan efek yang lebih baik. Daya lekat yang paling
daya sebarannya, dikatakan lebih baik dikarenakan syarat untuk daya lekat pada
salep untuk melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, dan
sinar matahari.
1. Organoleptis yang dibuat semua formulasi telah memenuhi syarat dengan aroma
sesuai basis dan zataktifnya, bewarna sesuai basisnya pula setrta bentuk yang semi
padat.
2. Ph dari semua sediaan telah sesuai syarat ph salep yaitu pada range normal ph kulit
3. Homogenitas dari formulasi A I tidak begitu baik karena metodenyayang tidak sesuai
dengan sifat basis salep, sehingga sediaan masih terdapat partikel yang tidak sesuai
dengan sifat basis salep, sehingga sediaan masih terdapat partikel yang tidak merata
4. Daya sebar salep pada formulasi B I dan BII telah memnuhi syarat dengan beban 1
gram sedangkan untuk formulasi A I dan AII beban 50 gram sehingga untuk
5. Daya lekat pada formulasi A II yang paling baik karena hanya perlu waktu 1, 45 detik
untuk kedua kaca objek lepas, hal ini karena adanya formulasi cera flava
I.11.Daftar Pustaka
3. Ansari, S.A. 2009. Skin PhAnd Skin Flora. In Handbook of Cosmetics Science
Republik Indonesia.