Anda di halaman 1dari 29

TUGAS KE-8

PERBANDINGAN RUMAH SEDERHANA DENGAN RUMAH


TAHAN GEMPA

Ditulis untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu :
Drs. Ir. Tamson Simarmata, M.T.

Disusun oleh :

NAMA : CHINTIA ADRIAN

KELAS : MRKG-7B

NIM : 1605141035

PROGRAM STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI GEDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2019
Perbandingan Rumah Sederhana Tahan Gempa dengan Rumah Sederhana

1) Rumah Sederhana

Dalam pembangunan rumah sederhana hendaklah mengacu pada


Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
No.5/PRT/M/2016, sehingga konstruksi rumah yang terbangun sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia.

A. BAHAN
Bahan bangunan yang dipergunakan dalam pembangunan bangunan harus
berkualitas baik dan proses pengerjaan yang benar.
a. Beton

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat campuran


beton adalah:

 Campuran beton terdiri dari 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil : 0,5


air.

Perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit


demi sedikit dan disesuaikan agar beton dalam
keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu
kental).
 Ukuran kerikil yang baik maksimum 20 mm dengan gradasi yang baik.
 Semen yang digunakan adalah semen tipe 1 yang berkualitas sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

SNI 15-2049-2015

Gambar 3.5 Contoh Semen Tipe 1 Memenuhi SNI 15-2049-2015

b. Mortar

Campuran volume mortar memiliki perbandingan 1 semen :


4 pasir bersih : air secukupnya. Pasir yang dipergunakan
sebaiknya tidak mengandung lumpur kaena lumpur dapat
mengganggu ikatan dengan semen.
 Bahan dasar mortar:
Pasir 4 ember

Semen 1 ember

Gambar 3.6 Bahan Dasar Mortar

Ukuran batu bata yang baik adalah sebagai berikut:

Gambar 3.13 Ukuran Batu Bata


Gambar 3.14 Dimensi Batu Bata Yang Baik Digunakan Dalam
Pembangunan

Sebelum batu bata dipasang, lakukan perendaman bata sekitar 5-


10 menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata,
kemudian dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar. Hal ini
dilakukan agar tingkat penyerapan bata terhadap air campuran
mortar tidak terlalu cepat karena pengeringan yang terlalu cepat
mengakibatkan ikatan menjadi kurang kuat.
Gambar 3.15 Perendaman Batu Bata Sebelum Dipasang

Batu bata yang baik pada saat direndam tidak mengeluarkan


banyak gelembung dan tidak hancur.

 Kayu

Kayu yang digunakan harus berkualitas baik dengan ciri-ciri:

1) Keras,

2) Kering,

3) Berwarna gelap,

4) Tidak ada retak, dan

5) Lurus.

Gambar 3.16 Kayu Yang Baik Digunakan Dalam


Pembangunan
B. PERALATAN

Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan pembangunan rumah sederhana adalah


peralatan pertukangan dan pendukung-pendukungnya dengan masing- masing fungsinya
disesuaikan untuk mewujudkan pendetailan konstruksi rumah sederhana yang akan
dibahas pada bab selanjutnya.

C. PELAKSANAAN

1. Struktur Utama

Struktur utama bangunan rumah tinggal tunggal terdiri dari:

a. pondasi;

b. balok pengikat/sloof;

c. kolom;

d. balok keliling/ring; dan

e. struktur atap.

Proses konstruksi struktur utama harus memperhatikan ketepatan dimensi dan melalui
metode yang benar.

2. Pondasi

Pada kondisi tanah yang cukup keras, pondasi yang terbuat dari batu kali dapat
dibuat dengan ukuran sebagai berikut:

10 cm

Gambar 5.1 Pondasi


3. Balok Pengikat/Sloof

Balok pengikat/sloof memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a) Ukuran balok pengikat/sloof 15 x 20 cm;

b) Diameter tulangan utama 10 mm;

c) Diameter tulangan begel 8 mm;

d) Jarak antar tulangan begel 15 cm; dan

e) Tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.

Gambar 5.2 Dimensi Tulangan Balok Pengikat/Sloof

4. Kolom

Kolom memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a) Ukuran kolom 15 x 15 cm,

b) Diameter tulangan utama baja 10 mm,

c) Diameter tulangan begel baja 8 mm,

d) Jarak antar tulangan begel 15 cm, dan

e) Tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.


Gambar 5.3 Dimensi Tulangan Kolom

5. Balok Keliling/Ring

Balok keliling/ring memiliki spesifikasi sebagai berikut:

a) Ukuran balok keliling/ring 12 x 15 cm;

b) Diameter tulangan utama baja 10 mm;

c) Diameter tulangan begel baja 8 mm;

d) Jarak antar tulangan begel 15 cm; dan

e) Tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.

Gambar 5.4 Dimensi Tulangan Balok Keliling/ Ring

Pemasangan bagian ujung tulangan begel pada balok pengikat/sloof, kolom,


dan balok keliling/ring harus ditekuk paling sedikit 5 cm dengan sudut 135°
untuk memperkuat ikatan dengan tulangan utama.

Gambar 5.5 Tekukan Ujung Tulangan Begel

6. Struktur Atap

Struktur atap berfungsi untuk menopang seluruh sistem penutup atap yang
ada di atasnya. Struktur atap terdiri dari:

a) Kuda-kuda Kayu

Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan


bentang paling panjang sekitar 12 m. Konstruksi kuda-kuda kayu harus
merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh sehingga mampu
memikul beban tanpa mengalami perubahan. Kuda-kuda kayu
diletakkan di atas dua kolom berseberangan selaku tumpuan.

Gambar 5.6 Kuda-kuda Kayu


Gambar 5.7 Detail Kuda-kuda Kayu

Ikatan antar batang pada kuda-kuda kayu diperkuat dengan plat baja dengan
ketebalan 4 mm dan lebar 40 mm atau papan dengan ketebalan 20 mm dan lebar
100 mm.

Gambar 5.8 Kuda-kuda Kayu Dengan Pengikat Plat Baja


Gambar 5.9 Pemasangan Plat Baja Pada Kuda-kuda Kayu

a) Gunung-Gunung/Ampig

Bingkai gunung-gunung/ampig terbuat dari beton


bertulang dengan spesifikasi sebagai berikut:
1) Ukuran bingkai 15 x 12 cm;

2) Tulangan utama dengan diameter 10 mm;


3) Tulangan begel dengan diameter 8 mm; dan
d) tebal selimut beton 10mm.
Gunung-gunung/ampig terbuat dari
susunan bata
yang direkatkan dengan
campuran mortar (perbandingan 1 semen : 4 pasir
: air secukupnya) dan diplaster. Penggunaan
bahan yang ringan seperti papan dan Glassfibre
Reinforced Cement (GRC) juga dianjurkan untuk
meminimalkan dampak apabila gunung-
gunung/ampig roboh pada saat terjadi gempa.

Gunung – gunung dari


pasangan bata

Gambar 5.10 Gunung-gungung /Ampig


Gambar 5.11 Tulangan pada Bingkai Gunung-
gunung/Ampig

a) Ikatan Angin

Ikatan angin berfungsi sebagai pengikat antar


kuda-kuda kayu, antar gunung-gunung/ampig,
atau antara kuda-kuda kayu dengan gunung-
gunung/ampig agar berdiri tegak, kokoh, dan
sejajar.

Gambar 5.12 Ikatan Angin Sebagai Pengikat Antar


Kuda-kuda Kayu
Gambar 5.13 Ikatan Angin Sebagai Pengikat Antar Gunung-
gunung/Ampig

Gambar 5.14 Ikatan Angin Antara Kuda-kuda Kayu dengan Gunung-

gunung/Ampig

Gambar 5.15 Pertemuan Antara Ikatan dengan Gunung-


gunung/Ampig
Gambar 5.16 Detail Pertemuan Antara Ikatan Angin dengan Gunung-
gunung /Ampig

Gambar 5.17 Detail Pertemuan Antara Ikatan Angin dengan Gunung-


Gunung/Ampig

1. Dinding

Dinding berfungsi sebagai pembatas dan tidak menopang


beban. Dinding terbuat dari pasangan batu bata yang
direkatkan oleh spesi/siar dengan perbandingan
campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya. Luas
dinding maksimal adalah 9 m2 sehingga jarak palling jauh
antar kolom adalah 3 m.
Gambar 5.18 Detail Dinding

Gambar 5.19 Proses Pemasangan Batu Bata Untuk Dinding

Untuk menambah kekuatan, dinding diplaster dengan


campuran mortar (perbandingan campuran 1 semen : 4
pasir : air secukupnya) ketebalan 2 cm.

Gambar 5.20 Luas Maksimum Dinding dan Jarak Maksimum


Antar Kolom
2) Rumah Sederhana Tahan Gempa
Bangunan rumah tahan gempa yang dibuat atau direncanakan mengikuti pedoman
teknis harus mengikuti ketentuan-ketentuan berikut:
1) Bahan :

2) Denah bangunan
Denah yang baik untuk bangunan gedung dan rumah di daerah gempa adalah
sebagai berikut:

a. Denah bangunan gedung dan rumah sebaiknya sederhana, simetris terhadap


kedua sumbu bangunan dan tidak terlalu panjang. Perbandingan lebar
bangunan dengan panjang 1:2.
b. Bila dikehendaki denah bangunan gedung dan rumah yang tidak simetris,
maka denah bangunan tersebut harus dipisahkan dengan alur pemisah
sedemikian rupa sehingga denah bangunan merupakan rangkaian dari
denah yang simetris.

Bangunan semetris

Gambar 10 Denah bangunan gedung yang terdiri dari rangkaian


bangunan simetris

c. Penempatan dinding-dinding penyekat dan bukaan pintu / jendela harus


dibuat simetris terhadap sumbu denah bangunan.
Gambar 11 Contoh penempatan dinding penyekat
d. Bidang dinding harus dibuat membentuk kotak-kotak tertutup, seperti
gambar 12.

Gambar 12 Bidang dinding pada bangunan gedung


3) Lokasi bangunan

Untuk menjamin keamanan bangunan gedung dan rumah terhadap gempa,


maka dalam memilih lokasi dimana bangunan akan didirikan harus
memperhatikan :

a. Bila bangunan gedung dan rumah akan dibangun pada lahan perbukitan,
maka lereng bukit harus dipilih yang stabil agar tidak longsor pada saat
gempa bumi terjadi.

b. Bila bangunan gedung dan rumah akan dibangun di lahan dataran, maka
bangunan tidak diperkenankan dibangun di lokasi yang memiliki jenis
tanah yang sangat halus dan tanah liat yang sensitif (tanah mengembang).

4) Pondasi
1) Alangkah baiknya bila tanah dasar pondasi merupakan tanah yang
kering, padat dan merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya
terletak lebih dalam dari 45 cm dibawah permukaan tanah asli.

2) Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus.


Pondasi dinding-dinding penyekat juga dibuat menerus.
Bila pondasi terdiri dari batuan kali, maka perlu dipasang
balok pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
3) Pondasi-pondasi setempat perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai
balok pondasi (sloof).

a. Pondasi Umpak
a. Pondasi Umpak Tiang Kayu
a. Pondasi setempat beton bertulang
5) Desain struktur

Struktur bangunan gedung dan rumah tinggal harus didesain sedemikian


sehingga memiliki: daktilitas yang baik (baik pada material maupun
strukturnya); kelenturan pada strukturnya; dan memiliki daya tahan terhadap
kerusakan.
 Balok Pengikat/ sloff
 Kolom

 Balok
6) Kuda-kuda

Kuda-kuda untuk bangunan gedung dan rumah tahan gempa disarankan


menggunakan kuda-kuda papan paku. Kuda-kuda ini cukup ringan dan
pembuatannya cukup sederhana. Ukuran kayu yang digunakan 2 cm x 10 cm,
dan jumlah paku yang digunakan minimum 4 buah paku dengan panjang 2,5

kali tebal kayu.

Gambar 13 Kuda-kuda papan paku

Dari bacaan diatas disimpulkan bahwa perbedaan rumah sederhana dengan rumah
sederhana tahan gempa yaitu:

1. Rumah tahan gempa lebih dominan menggunakan kayu sebagai material


utama sedangkan rumah sederhan dominan menggunakan bata merah
2. Denah rumah tahan gempa dibuat sederhan dan simetris sedangkan rumah
sederhana denah dibuat tidak beraturan dan tidak simetris.
3. Pada pengerjaan Pondasi Bangunan Sederhana bisa menggunakan bentuk
pondasi yang tidak simetris sedangkan pada pondasi tahan gempa
dibutuhkan bentuk yang simetris
4. Pada pondasi tahan gempa harus berada pada perletakan tanah keras dan
padat. Pondasi tidak boleh pada tanah sebagian lunak ataupun sebagian
keras. Sedangkan pondasi rumah sederhana boleh diletak pada tanah
5. Variasi jenis pondasi rumah tahan gempa banyak menggunakan umpak
kayu sedangkan rumah sederhana menggunakan pondasi batu kali.
6. Pada pekerjaan pondasi rumah tahan gempa ditambahkan angkur/ jangkar
pondasi. Sedangkan pada rumah sederhana jarang menggunakan jangkar
dan hanya menggunakan batu kali.
7. Pada pekerjaan dinding rumah tahan gempa ditambahkan kawat anyaman
sedangkan pada rumah sederhana tidak perlu
8. Pada pemasangan bata rumah sederhana tidak perlu ditambahkan jangkar
seperti rumah tahan gempa yang butuh jangkar untuk perkuatan dinding.
9. Rumah tahan gempa menggunakan dinding ampig dan balok ampig
sedangkan rumah sederhana tidak
10. Rangka kuda-kuda pada rumah tahan gempa dibuat sederhana dan
berbahan ringan,sedangkan rumah sederha biasa menggunakan kayu dan
bentuk yang rumit.

Anda mungkin juga menyukai