Anda di halaman 1dari 36

KONSEP DASAR

PROGRAM SANITASI
PERDESAAN PADAT KARYA

Peningkatan Kapasitas Tenaga Fasilitator


Lapangan Sanitasi Perdesaan Padat Karya
TA. 2020
I. Pendahuluan Outline
II. Ketentuan Umum

III. Mekanisme Pencairan Dana

IV. Tahap Persiapan

V. Tahap Perencanaan

VI. Tahap Pelaksanaan Konstruksi

VII. Tahap Pasca Konstruksi

VIII. Pemantauan Dan Pengendalian


1. LATAR BELAKANG

 Tingginya angka kemiskinan yang diakibatkan oleh tingginya angka


pengangguran di perdesaan memberikan dampak terhadap tingginya angka
gizi buruk dan stunting.
 Rendahnya akses penduduk terhadap prasarana dan sarana air limbah
permukiman berkaitan dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan
sosial budaya serta kemiskinan.
 Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya merupakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat marginal/miskin yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan
sumber daya alam, tenaga kerja, dan teknologi lokal diharapkan dapat
mendukung upaya pengurangan kemiskinan, meningkatkan pendapatan dan
menurunkan angka stunting
1 . L ATA R B E L A K A N G

Apa Itu Stunting? Tanda pubertas Wajah tampak


Stunting adalah kekurangan gizi kronis yang terlambat lebih muda
dari usianya
terjadi dalam tempo lama, mulai dari
kandungan sampai anak lahir.
Pertumbuhan
Anak yang mengalami stunting ditandai melambat

dengan tinggi badan di bawah rata-rata anak


seusianya (terlihat mulai usia 2 tahun).
Performa buruk pada
tes perhatian &
memori belajar

Pertumbuhan gigi Pada usia 8-10 tahun


terlambat anak lebih pendiam,
tidak banyak eye
contact
1 . L ATA R B E L A K A N G

Kenapa Stunting
Terjadi?
Aspek Pengasuhan Yang 1 Sanitasi & hygiene berperan penting bagi kesehatan balita
Kurang Baik karena balita di bawah 2 tahun rawan infeksi
& penyakit
Terbatasnya Layanan Kesehatan 2
Sanitasi & hygiene buruk memicu masalah pencernaan
Kurangnya Akses yang mengalihkan energi untuk tumbuh pada
anak untuk melawan penyakit
terhadap Makanan 3
Bergizi

Perbaikan sarana sanitasi & hygiene di suatu kawasan


sebesar 99%, dilaporkan dapat menurunkan angka diare
4 sebanyak 30% dan prevalensi stunting sebesar
Buruknya akses air bersih 2,4%
dan sanitasi
1 . L ATA R B E L A K A N G

Intervensi Penanganan Stunting Kementerian PUPR

Penyediaan Infrastruktur
Sanitasi Perdesaan Sanitasi melalui DAK
Padat Karya (Dana Alokasi
Khusus)Sanitasi

Khusus di lokasi Kab/Kota yang


prevalensi stunting memenuhi kriteria
tinggi DAK Sanitasi
2. KETENTUAN UMUM

Tujuan Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya

1. Menyediakan prasarana dan sarana sanitasi


yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan sesuai dengan kebutuhan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya air dan
lingkungan;

2. Meningkatkan pemahaman tentang sanitasi


dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
bagi masyarakat; dan
3. Menciptakan lapangan kerja sementara yang
dapat memberikan tambahan pendapatan bagi
warga desa.
2 . K E T E N T UA N U M U M

Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya


Sasaran
• Desa yang memiliki angka gizi buruk (stunting) tinggi;
• Desa yang memiliki angka BABS tinggi;
• Desa yang mayoritas penduduknya MBR (Masyarakat Berpenghasilan
Rendah);
• Termasuk Desa tertinggal dan Desa berkembang;

Ruang Lingkup
• Pengolahan air limbah domestik dengan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Setempat (SPALD-S) dan;
• Pengelolaan Persampahan Rumah Tangga.
Tahapan Pelaksanaan Program
Sanitasi Perdesaan Padat Karya

PERSIAPAN
 Sosialisasi & Survey Lokasi
 Penyiapan Tenaga Fasilitator
 Sosialisasi tingkat desa
 Pemetaan sosial
 Penyusunan Daftar Panjang
(Long List) Calon Penerima PERENCANAAN
Manfaat
 Rembuk Pembentukan KSM
 Penetapan Penerima Manfaat
 Pembentukan Kelompok
Pemanfaat & Pemelihara (KPP)  Pelaksanaan konstruksi oleh
 Penyusunan RKM KONSTRUKSI masyarakat melalui KSM
 Serah terima sarana

Kegiatan operasi dan


pemeliharaan oleh masyarakat PASCA KONSTRUKSI

melalui KPP
2. KETE N TUA N U MU M

PE NDE KATAN

1. Mendorong Keberpihakan pada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR);


2. Mendorong Keterlibatan Masyarakat;
3. Mendorong Inisiatif Masyarakat dengan Iklim Keterbukaan;
4. Meningkatkan Keswadayaan Masyarakat;
5. Menguatkan Kapasitas Masyarakat.
2 . K E T E N T UA N U M U M

K R I T E R I A P E N E R I M A M A N FA AT P R O G R A M
S A N I TA S I P E R D E S A A N PA DAT K A R YA

Keluarga yang termasuk dalam Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan:


1. Memiliki ibu hamil;
2. Memiliki bayi dibawah usia 3 tahun (BATITA);
3. Memiliki anak stunting;
4. Memiliki anggota keluarga yang berkebutuhan khusus (disabilitas);
5. Masih melakukan BABS dan tidak mempunyai akses sanitasi;
6. Belum mempunyai akses sanitasi berupa tangki septik dan toilet yang layak;
7. Tidak mempunyai mata pencaharian tetap;
8. Tidak mempunyai akses sanitasi atau limbah domestik belum dikelola dengan
baik;
Calon penerima manfaat diatas mempunyai ketersediaan air untuk
penggelontoran
2. KETENTUAN UMUM
P R I N S I P - P R I N S I P P R O G R A M S A N I TA S I
P E R D E S A A N PA D AT K A R YA
PARTISIPATIF DAN
INKLUSIF PRIORITAS PENENTUAN UPAH
GOTONG ROYONG
Disusun berdasarkan
kebutuhan masyarakat Berdasarkan asas “DARI, Dilaksanakan dengan Batas Bawah dan Batas
dengan OLEH dan UNTUK mendahulukan Atas Upah/HOK
mempertimbangkan: masyarakat”. Pemerintah kepentingan sebagian ditentukan
• aspek tenaga kerja; (fasilitator) mendampingi besar masyarakat desa berdasarkan hasil
• kondisi geografis; pemerintah Desa, BPD
dan masyarakat Desa
yang berdampak pada: survey dan rembuk
• sosial, budaya dan
untuk melaksanakan • terciptanya lapangan warga mengacu pada
ekonomi.
serta mempertahankan pembangunan Desa kerja, Peraturan
daya dukung dan secara partisipatif dan • teratasinya Bupati/Walikota.
keseimbangan lingkungan. gotong royong. kesenjangan, dan
• terentaskannya
warga miskin.

TRANSPARAN | EFEKTIF | SWADAYA | SWAKELOLA | BERKELANJUTAN | DISEPAKATI DALAM MUSYAWARAH


DESA | BERBASIS KEWENANGAN LOKAL DESA DAN HAK ASAL-USUL | KEWENANGAN YANG DI TUGASKAN
KEPADA DESA
2. KETENTUAN UMUM

P O L A P E N Y E L E N G G A R A A N P R O G R A M S A N I TA S I
P E R D E S A A N PA DAT K A R YA

Jika sudah terdapat


Masyarakat
Dilakukan oleh lembaga swadaya
sasaran dengan
Kelompok masyarakat di tingkat
didampingi TFL,
Swadaya desa yang berpengalaman
akan melakukan
Masyarakat (KSM) mengelola kegiatan
analisa situasi
dengan pemberdayaan atau
dengan
didampingi oleh sejenisnya, maka lembaga
mengangkat
TFL dan Fasilitator tersebut dapat difungsikan
kondisi sosial
Kabupaten yang sebagai KSM dengan di SK-
masyarakat
memiliki kan kembali oleh Kuasa
sasaran,
kemampuan teknis Pengguna Anggaran (KPA)
memunculkan
dan sosial sebagai KSM Program Air
kebutuhan akan
kemasyarakatan Limbah Perdesaan Padat
permasalahan
Karya.
kondisi rawan
sanitasi.
ORGANISASI PENGELOLA
DAN PELAKSANAAN
P R O G R A M S A N I TA S I
P E R D E S A A N PA D AT K A R YA
2 . K E T E N T UA N U M U M

PELAPORAN

1. E-monitoring

2. Pelaporan Bulanan

3. Sistem Informasi Manajemen (SIM)


M E K A N I S M E P E N C A I R A N DA N A

TUJUAN
PEMBERI DANA PENGGUNAAN ALOKASI DANA
DANA

APBN Berdasarkan DIPA


Pengelolaan Air (Daftar Isian
Melalui Direktorat
Pengembangan
Limbah Rumah Penggunaan
Tangga Anggaran) BPPW
Penyehatan Lingkungan masing - masing
Permukiman (PPLP)
Direktorat Jenderal Cipta
Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Pengelolaan
Perumahan Rakyat (PUPR)
dalam bentuk uang tunai. Persampahan
Rumah Tangga
M E K A N I S M E P E N C A I R A N DA N A

Dana Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya bersumber dari APBN yang disalurkan melalui
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Direktorat Jenderal
Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam bentuk uang
tunai.
M E K A N I S M E P E N C A I R A N DA N A

• Dana Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya disalurkan melalui rekening KSM ;
• Penyaluran dana dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) ke KSM dilaksanakan
didasari pada kontrak kerja yang ditandatangani antara PPK pada BPPW dengan KSM;
• Rekening KSM merupakan rekening bersama untuk Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya
dengan atas nama KSM yang ditandatangani (spesimen) oleh 3 orang yaitu: Ketua KSM,
Bendahara KSM dan satu calon penerima manfaat;
• Penyaluran dana dari KPPN ke Rekening KSM dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
• Tahap I sebesar 70% dari total dana bisa diproses setelah Rencana Kerja Masyarakat
(RKM) terverifikasi;
• Tahap II sebesar 30% dari total dana bisa diproses:
• Pencapaian progres fisik minimal 60%
• Minimal 50% dari total unit yang akan terbangun sesuai rencana RKM sudah
terbangun dan dipergunakan
• Laporan pertanggungjawaban tahap I telah diserahkan ke PPK BPPW
TA H A P P E R S I A PA N

Penetapan Kabupaten Penerima Program


Kabupaten Sasaran ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, sedangkan desa sasaran ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kriteria lokasi sasaran (Desa Stunting)

Desa dengan angka stunting tinggi;

Desa dengan angka pengangguran yang tinggi;

Desa yang merupakan kantong kemiskinan;

Desa tertinggal dan Desa berkembang;

Diutamakan Desa yang menjadi kantong tenaga kerja Indonesia

Penyiapan Fasilitator Pendamping


Rekrutmen Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

Peningkatan Kapasitas Teknis TFL

Penandatanganan Kontrak Kerja TFL
TA H A P P E R E N C A N A A N

Pemetaan Sosial & Penyusunan Long List Calon Penerima


Manfaat

Pemetaan sosial dilakukan oleh TFL bersama aparat desa, dibantu oleh kader/tokoh masyarakat dan sanitarian setempat.

Kegiatan pemetaan sosial dilakukan untuk pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi sosial kemasyarakatan, potensi permasalahan konflik, ekonomi budaya, akses layanan sanitasi, kondisi kependudukan.

Berdasarkan hasil pemetaan sosial sesuai dengan kondisi sanitasi masyarakat di desa sasaran disusun long list (daftar panjang) calon penerima manfaat). Long List dilakukan dengan memilih warga yang MBR dan
memiliki sumber air.

Pembentukan KSM & KPP


KSM dibentuk melalui rembuk warga di Desa sasaran yang ditetapkan melalui SK Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

KPP dibentuk melalui rembuk warga di Desa sasaran yang ditetapkan melalui SK Kepala Desa

Tim Pengadaan barang/jasa berada dalam struktur KSM dibentuk berdasarkan rembuk warga

Penetapan Penerima Manfaat


Hasil pemetaan sosial kemudian diurutkan berdasarkan prioritas penerima manfaat (1. Ibu Hamil; 2.Batita; 3.anak Stunting, 4. Difabel, 5. BABS, 6.
Tidak punya akses sanitasi dan merupakan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)

Apabila terjadi kondisi yang sama, prioritas penerima manfaat adalah jumlah jiwa dalam satu rumah tangga yang lebih banyak.
TA H A P P E R E N C A N A A N

P E N Y U S U N A N R E N C A N A K E R JA M A S YA R A K AT ( R K M )

RKM adalah dokumen rencana kegiatan pembangunan dan perbaikan sanitasi


masyarakat yang disusun secara partisipatif dengan mengakomodir sejumlah
kebutuhan akan ketersediaan dan akses sanitasi khususnya pengelolaan sektor air
limbah domestik dengan memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Profil titik lokasi dan peta sebaran;
2. Organisasi KSM dan KPP;
3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KSM (jika ada);
4. Surat ketersediaan lahan terutama untuk lokasi tangki septik komunal, contoh :
surat pernyataan penggunaan lahan dari pemilik;
5. Dokumen dan berita acara pemetaan sosial dan pemetaan rawan sanitasi;
TA H A P P E R E N C A N A A N

P E N Y U S U N A N R E N C A N A K E R J A M A S YA R A K AT
(RKM)
6. Surat Penetapan Penerima Manfaat dari Balai Prasarana Permukiman
Wilayah;
7. Penentuan Calon Pengguna;
8. Pemilihan Teknologi Sanitasi;
9. RTR dan RAB;
10. Rekening bank bersama atas nama KSM (ditandatangani oleh 3 orang, yaitu 2
orang pengurus KSM dan 1 orang calon penerima manfaat);
11. Rencana Pengelolaan Keuangan (mekanisme pencairan dana dari bank,
penggunaan dana bantuan, penyusunan pembukuan dan laporan bulanan
keuangan)
TA H A P P E R E N C A N A A N

P E N Y U S U N A N R E N C A N A K E R J A M A S YA R A K AT
(RKM)

12. Rencana penggunaan dana operasional maksimal 5% yang bersumber dari


dana bantuan pemerintah;
13. Rencana pembangunan infrastruktur;
14. Rencana pembiayaan operasi dan pemeliharaan oleh masyarakat pengguna;
15. Jaminan dari masyarakat pengguna terhadap kesediaan dalam
mengoperasikan dan memelihara prasarana dan sarana Program Sanitasi
Perdesaan Padat Karya; dan
16. Standard Operating Procedure (SOP) untuk kegiatan Operasional dan
Pemeliharaan KPP
TA H A P P E R E N C A N A A N

A LG O R I T M A P E M I L I H A N T E K N O L O G I
TA H A P P E R E N C A N A A N
BANGUNAN RUANG TOILET

Untuk Bangunan ruang toilet diwajibkan memenuhi Standar


Pelayanan Minimal Sarana Sanitasi sebagai berikut:
1. Lantai ruang toilet menggunakan keramik;
2. Dinding ruang toilet menggunakan batako/bata merah,
diplester, diaci dan cat;
3. Atap ruang toilet menggunakan genteng/seng/spandek;
4. Toilet leher angsa jongkok berbahan keramik;
5. Pintu ruang toilet berbahan PVC/Galvalum/papan
dilapisi almini bagian dalamnya;
6. Ruang toilet dilengkapi sarana ventilasi;
7. Kelengkapan aksesoris (railing) di dalam ruang toilet
untuk pengguna disabilitas dan lansia.
TA HAP PER E NC AN AAN

TOILET INDIVIDUAL (BILIK JAMBAN, KLOSET, TANGKI SEPTIK)


Pilihan sarana dan prasarana tangki septik individual merupakan salah satu kelengkapan
pada suatu bangunan SPALD dimana fungsinya sebagai instalasi pengolahan air limbah
domestik yang dilengkapi dengan sumur resapan. Toilet individu dapat dilaksanakan bagi
lokasi yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Warga yang belum memiliki toilet dan/atau tangki septik sesuai SNI 2398:2017
2. Kepadatan penduduk kurang dari 150 jiwa/Ha
3. Penerima manfaat minimal 35 KK atau setara dengan minimal 125 jiwa dengan
kualitas bangunan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam Buku
Pedoman teknis ini.

Komponen toilet individu terdiri dari:


4. Toilet berikut aksesoris (pengadaan/rehabilitasi)
5. Ruang Toilet (pembangunan/rehabilitasi) terbuat dari pasangan batako/ bata merah
atau bahan sejenis, plester, diaci dilengkapi dengan lantai keramik, beratap genteng,
seng (lihat point 4.8)
6. Bak kontrol dilengkapi penangkap lemak (grease trap)
7. Tangki septik dan bidang resapan.
TAHAP PERENCANAAN

TANGKI SEPTIK KOMUNAL

1. Bagi warga yang belum memiliki toilet dan/atau tangki septik sesuai
SNI 03-2398-2017;
2. Kepadatan penduduk 50-150 jiwa/Ha;
3. Jumlah pemanfaat ± 35 KK atau setara dengan ± 125 jiwa dengan
kualitas bangunan sesuai dengan standar yag ditetapkan dalam Buku
Pedoman teknis ini.
4. Setiap unit tangki septik komunal dapat melayani 2 -10 KK.
TAHAP PERENCANAAN

KOMBINASI TANGKI SEPTIK KOMUNAL DAN INDIVIDUAL


Opsi teknologi kombinasi apabila dalam satu lokasi desa
memiliki kebutuhan baik Toilet Individu dan Tangki Septik
Komunal. Opsi teknologi tangki septik komunal dan
individual dapat dilaksanakan bagi lokasi yang memiliki
kriteria sebagai berikut:

1. Bagi warga yang belum memiliki toilet dan/atau tangki


septik sesuai SNI 03-2398-2017;
2. Kepadatan penduduk 50-150 jiwa/Ha;
3. Jumlah pemanfaat minimal 35 KK atau setara dengan
minimal 125 jiwa dengan kualitas bangunan sesuai
dengan standar yag ditetapkan dalam Buku Pedoman
teknis ini.
TAHAP PERENCANAAN

Perencanaan Teknik Rinci (RTR) dibuat oleh


masyarakat dan dibantu/didampingi oleh tenaga
fasilitator lapangan setelah jenis sarana sanitasi dan
teknologi pengolahan limbah dipilih oleh
masyarakat dalam rembuk warga.
ALUR PROSES VERIFIKASI DOKUMEN RKM

Perlu
Revisi

Penyusuna Penandatangana
n Dokumen Verifikasi-
KSM Verifikasi-1
2
n PKS antara
RKM Lolos Lolos KSM dengan PPK
Verifikasi Verifikasi

Pendampingan
oleh TFL Verifikasi oleh Verifikasi oleh
Fasilitator Balai Prasarana
Kabupaten Permukiman

Supervisi
Fasilitator
Tingkat Pusat
TAHAP PELAKSANAAN KONSTRUKSI

Tahap Persiapan Konstruksi



Salah satu yang perlu diperhatikan yaitu mengenai Materi Penguatan Kapasitas antara lain: cara membaca gambar teknis, pengetahuan tentang
spesifikasi teknis, tata cara pengawasan pekerjaan; administrasi dan keuangan, dan operasional dan perawatan bangunan sarana sanitasi.

Pelaksanaan Konstruksi

Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dilaksanakan masyarakat secara partisipatif dan memperhatikan etika pelaksanaan
pekerjaan.

Commissioning Test/Uji Fungsi Sarana Sanitasi

Pelaksanaan Serah Terima


TAHAP PASCA KONSTRUKSI

Untuk mencapai keberhasilan pemeliharaan sarana sanitasi maka dibutuhkan


lembaga KPP. KPP harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut;
1. Melakukan pemantauan rutin/berkala untuk mengetahui dan memastikan
kondisi prasarana dan sarana berjalan dengan baik;
2. Mengetahui kerusakan sedini mungkin agar dapat disusun rencana
perawatan dan pengelolaan yang baik;
3. Melakukan rehabilitasi tepat waktu;
4. Melakukan pemeliharaan sesuai Standard Operating Procedure (SOP);
dan
5. Menginformasikan penggunaan pemeliharaan di papan informasi Desa.
TAHAP PASCA KONSTRUKSI
PENDANAAN PEMELIHARAAN

Pemeliharaan sarana yang telah dibangun oleh Program Sanitasi


Perdesaan Padat Karya tidak lepas dari tanggungjawab masyarakat.
Pemeliharaan prasarana dan sarana dapat berjalan dengan baik jika
diwujudkan dengan rencana kerja yang nyata dan iuran (pendanaan) dari
pemanfaat sebagai swadaya.
Kontribusi pemerintah desa dan pemerintah daerah dapat mendukung
keberlanjutan sarana dan prasarana yang terbangun termasuk pendanaan
yang bersumber dari dana desa
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN

PEMANTAUAN

Pemantauan Secara Langsung


Kegiatan pemantauan ini dilakukan guna memperoleh gambaran
secara langsung tentang penyelenggaraan Program Sanitasi
Perdesaan Padat Karya yang dilakukan oleh penyelenggara.

Pemantauan Secara Tidak Langsung


Kegiatan pemantauan ini dilakukan dengan mempelajari data dan penyelenggaraan Program
Air Limbah Perdesaan Padat Karya, yang dikirimkan oleh penyelenggara dan atau diperoleh
dari instansi terkait lainnya, juga dapat dilakukan dengan suatu sistem informasi manajemen
maupun data elektronik lainnya.
PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN

PENGENDALIAN

Dilaksanakan secara langsung melalui kegiatan monitoring dan survei langsung kepada seluruh stakeholder terkait
adalah :
1. Balai Prasarana Permukiman Wilayah;
2. Dinas/Instansi Kabupaten yang menangani Program Sanitasi Perdesaan Padat Karya
3. Pemerintah Kecamatan
4. Pemerintah Desa
5. Fasilitator Kabupaten;
6. TFL;
7. KSM, KPP dan Masyarakat;
Pemantauan terhadap realisasi fisik, kinerja program dan analisa dampak pembangunan program Sanitasi
Perdesaan Padat Karya termasuk didalamnya:
8. Kelayakan kualitas air tanah sebagai sumber air bersih bagi masyarakat;
9. Dampak beban pencemaran terhadap badan air;
10. Dampak penyakit yang ditularkan melalui air;
11. Dampak Sosial Ekonomi Masyarakat.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai