Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN

PENCEGAHAN
STUNTING

PELATIHAN PENINGKATAN KAPASITAS


PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA (PSDM)
ALOKASI PELATIHAN DOK PPID PROGRAM INOVASI DESA 2019
APA ITU STUNTING ???

Kondisi dimana tinggi badan seorang


baduta/balita ternyata lebih pendek
dibanding tinggi badan orang lain pada
umumnya ( seusianya )

• Riskesdas 2013: stunting 37,2%


• Pemantauan status gizi 2016: stunting 27,5%
• Stunting: 8,9 juta balita atau 1 dari 3 balita
Ciri-ciri
Stunting
Dimensi Penyebab Stunting

Pola asuh

Akses Akses
gizi STUNTING watsan

Layanan
Kesehatan
DAMPAK STUNTING
Jangka Panjang
Jangka Pendek
Menurunnya kemampuan
kognitif, dan kekebalan tubuh,
Terganggunya perkembangan sehingga berisiko tinggi terserang
otak, kecerdasan, pertumbuhan diabetes, obesitas, kanker, stroke,
fisik, dan metabolisme tubuh jantung, dan disabilitas di usia
tua
REPUBLIK
Kerangka Pikir
INDONESIA

PROGRAM DAN MANFAAT DAN


MASALAH
KEGIATAN DAMPAK

Status gizi masyarakat Peningkatan Produksi


Masih tingginya (37,2% stunting) dan Nilai Tambah
Angka Gizi Buruk
dan Stunting Jumlah penganggur
Pelaksana
2,39 juta orang di
perdesaan Perluasan kesempatan
Masih tingginya 1. Kementerian/ Lembaga kerja sementara
Angka Pengangguran Jumlah setengah
2. Pemerintah Daerah
3. Pemerintah Desa PADAT
penganggur 6 juta
orang di perdesaan KARYA Penciptaan Upah/
Masih tingginya
Angka Kemiskinan TUNAI Tambahan Pendapatan
Jumlah pekerja tak
dibayar 10,58 juta (CASH
Masih tingginya pekerja di perdesaan Program dan Kegiatan FOR
Tingkat Kesenjangan
1. Pelayanan Dasar Perluasan Mutu dan Akses
Pendapatan Penduduk miskin di WORK) Pelayanan Dasar
desa 27,7 juta orang. 2. Pembangunan Prasarana dan
10,2 juta orang tinggal Sarana
Tingginya jumlah 3. Pengembangan Ekonomi
Desa Tertinggal di sekitar dan dalam
Produktif
kawasan hutan Penurunan Angka
4. Pemberdayaan Masyarakat Stunting
Terjadinya migrasi
dan urbanisasi yang Laju urbanisasi 41 %
tinggi Peningkatan aksesibilitas
desa (terbukanya desa
terisolir)

8
Terkait dengan intervensi gizi sensitif yang telah dilakukan oleh
pemerintah melalui K/L terkait beberapa diantaranya adalah kegiatan
sebagai berikut :
REPUBLIK
Kegiatan Lintas K/L untuk Pengurangan Stunting
INDONESIA

PAUD-HI dengan intervensi kesehatan & gizi;


Suplementasi gizi; Promosi ASI, MP-ASI, fortifikasi; Pendidikan kesehatan reproduksi
Pendidikan gizi; Promosi & kampanye gizi
seimbang; Kecacingan; Tata Laksana Gizi; JKN

Ketahanan pangan; Pemanfaatan


Air bersih dan sanitasi pekarangan rumah tangga (KRPL)

Pembinaan iodisasi garam; Pengawasan Bantuan Pangan Non-Tunai; PKH


fortifikasi garam

Keamanan pangan; Monitoring Pendidikan kesehatan reproduksi remaja;


makanan terfortifikasi Bina Keluarga Balita (BKB)

Kursus calon pengantin; Pendidikan


kesehatan & gizi untuk madrasah & NIK; Akta kelahiran; Fasilitasi program
pondok pesantren; Mendorong peran & kegiatan gizi dalam APBD
ulama dalam gizi & kesehatan

Dana Insentif Dana Desa


Daerah

10
KERANGKA INTERVENSI STUNTING DI INDONESIA

Kerangka Intervensi Stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua,
yaitu Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif
A. INTERVENSI GIZI SPESIFIK :

1. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil.


Intervensi ini meliputi kegiatan memberikan makanan
tambahan (PMT) pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis, mengatasi
kekurangan zat besi dan asam folat, mengatasi kekurangan
iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil serta
melindungi ibu hamil dari Malaria.
2. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu
Menyusui dan Anak Usia 0-6 Bulan. Intervensi ini
dilakukan melalui beberapa kegiatan yang mendorong
inisiasi menyusui dini/IMD terutama melalui pemberian ASI
jolong/colostrum serta mendorong pemberian ASI Eksklusif.
3. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui
dan Anak Usia 7-23 bulan. Intervensi ini meliputi
kegiatan untuk mendorong penerusan pemberian ASI
hingga anak/bayi berusia 23 bulan. Kemudian, setelah bayi
berusia diatas 6 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI,
menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi
zink, melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan,
memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan
imunisasi lengkap, serta melakukan pencegahan dan
pengobatan diare.
B. INTERVENSI GIZI SENSITIF :

Kerangka ini idealnya dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dan
berkontribusi pada 70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi Sensitif adalah masyarakat
secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan/HPK.
12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi Gizi Sensitif
sebagai berikut :
1. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.
2. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
3. Melakukan fortifikasi bahan pangan.
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB).
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal).
7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal.
9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
10.Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
11.Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin.
12.Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
Berikut identifikasi beberapa program spesifik yang dilakukan pemerintah melalui
Puskesmas dan Posyandu :

1. Program terkait Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil, yang


dilakukan melalui beberapa program/kegiatan berikut :

Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk


mengatasi kekurangan energi dan protein kronis
Program untuk melindungi ibu hamil
dari Malaria.

Program untuk mengatasi kekurangan iodium


Pemberian obat cacing untuk menanggulangi
kecacingan pada ibu hamil

Program untuk mengatasi kekurangan zat


besi dan asam folat
Berikut identifikasi beberapa program spesifik yang dilakukan pemerintah melalui
Puskesmas dan Posyandu :

2. Program yang menyasar Ibu Menyusui dan


Anak Usia 0-6 bulan termasuk diantaranya
mendorong IMD/Inisiasi Menyusui Dini melalui
pemberian ASI jolong/colostrum dan memastikan
edukasi kepada ibu untuk terus memberikan ASI
Eksklusif kepada anak balitanya.

Kegiatan terkait termasuk memberikan pertolongan


persalinan oleh tenaga kesehatan, Inisiasi Menyusui
Dini (IMD), promosi menyusui ASI eksklusif
(konseling individu dan kelompok), imunisasi dasar,
pantau tumbuh kembang secara rutin setiap bulan,
dan penanganan bayi sakit secara tepat
Berikut identifikasi beberapa program spesifik yang dilakukan pemerintah melalui
Puskesmas dan Posyandu :

3. Program Intervensi yang ditujukan dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-23 bulan:

• mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI

• menyediakan obat cacing

• menyediakan suplementasi zink

• melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan

• memberikan perlindungan terhadap malaria

• memberikan imunisasi lengkap

• melakukan pencegahan dan pengobatan diare.


PERAN PEMERINTAHAN DESA

Penanganan
stunting
prioritas
pembangunan
Mengatur & nasional
mengurus
kegiatan yang
ditugaskan
Pemerintah &
Pemerintah Potensi
Daerah menangani
stunting
berskala desa
melalui
APBDesa
Jenis Intervensi Penurunan Stunting yang Harus Ada di Desa

Tablet Tambah Darah untuk


Remaja Putri, Calon Suplementasi Vitamin A STBM
Pengantin, dan Ibu Hamil

Suplementasi
Pemberian Makanan PAMSIMAS
Tambahan untuk Ibu Hamil multivitamin dan
Kurang Energi Kronis (KEK) mineral (taburia)

Pemberian Makanan SANIMAS


Kelambu dan Obat Malaria Tambahan untuk Balita
(Endemis) kurus

Pemberian obat cacing Kawasan Rumah


Promosi menyusui (ASI Pangan Lestari
eksklusif)

Kegiatan Posyandu
Promosi Makanan
Pendamping-ASI
Program Keluarga
Harapan
Pendidikan Anak
Bina Keluarga
Usia Dini
Balita
18
Potensi Desa Untuk Penanganan Stunting
 Penanganan stunting merupakan prioritas pembangunan nasional
melalui Rencana Aksi Nasional Gizi dan Ketahanan Pangan
 Sesuai dengan UU tentang Desa, maka terhadap upaya
penanganan stunting yang sudah menjadi prioritas nasional
sangat memungkinkan bagi Desa untuk menyusun kegiatan-
kegiatan yang relevan dan yang bersifat skala desa melalui
APBDes
 Rujukan Belanja Desa untuk penanganan stunting diperkuat
dengan telah dikeluarkannya Permendesa No. 11 Tahun 2019
tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
Permendesa No 11 Tahun 2019 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa 2020 terkait Stunting
• Bab II Pasal 5 Ayat 1, Prioritas Penggunaan Dana Desa untuk membiayai
kegiatan bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
• Bab II Pada Pasal 5 Ayat 2 Prioritas penggunaan Dana Desa harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat Desa berupa;
peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan,
penanggulangan kemiskinan, dan peningkatan pelayanan publik.
• Bab II Pasal 6 Ayat 3 Huruf e disebutkan bahwa penanggulangan
kemiskinan diutamakan untuk melakukan pencegahan kekurangan gizi
kronis (stunting).
• Bab II Pasal 11 Ayat 1 Huruf a disebutkan bahwa Peningkatan pelayanan
publik bidang kesehatan Desa berupa perbaikan gizi untuk pencegahan
kekurangan gizi
kronis (stunting);

Anda mungkin juga menyukai