Anda di halaman 1dari 18

HORMON DAN PENUAAN KULIT

PENDAHULUAN

Hormon adalah suatu komponen regulator utama tubuh yang berperan sebagai

penyampai pesan (Messenger) kimiawi dan mempertahankan aktivitas

homeostatik tubuh. Hormon dikelompokkan ke dalam dua kategori berdasarkan

perbedaan kelarutan serta dikelompokkan lebih lanjut sesuai dengan struktur

kimiawinya yaitu hormon hidrofilik berupa hormon peptida dan katekolamin,

serta hormon lipofilik berupa hormon steroid dan hormon tiroid. Sistem endokrin

berperan penting didalam mengatur metabolisme organik, keseimbangan H2O dan

elektrolit, pertumbuhan, dan reproduksi serta dalam membantu tubuh menghadapi

stress. Konsentrasi plasma efektif masing-masing hormon normalnya dikontrol

oleh perubahan laju sekresi hormon serta tingkat pengikatannya ke protein

plasma1, 2, 3

Kulit adalah organ terbesar yang dapat terlihat dari bagian terluar tubuh.Kulit

juga merupakan organ yang melindungi seluruh system dalam tubuh seperti

pembuluh darah, saraf, otot, imunologi, sinar radiasi dan fungsi endokrin.Kulit

sangat penting untuk hemeostatis pada tubuh manusia. Kulit memimiliki salah

satu fungsi dalam system indra sebagai indra peraba. Kulit juga sebagai

pertahanan dan perlindungan awal dari faktor internal dan faktor eksternal yang

berupa adanya sinar ultraviolet, trauma mekanik, dan kimiawi4 .

Penuaan adalah suatu proses degeneratif yang bersifat multisystem yang

berpengaruh terhadap kondisi dan komponen pendukung kulit lainnya, seperti

1
tulang, kartilago dan kompertemen subkutan. Seiring dengan perkembangan usia,

kulit mulai mengalami beberapa perubahan. Proses penuaan pada kulit merupakan

suatu proses yang berjalan secara progresif dan dipengaruhi oleh adanya

perubahan pada lingkungan yang berpengaruh terhadap penuaan pada kulit yang

menentukan penampilan kulit5.

Terdapat dua tipe penuaan yang berbeda yaitu penuaan yang disebabkan oleh

genetik yang mewarisi dan mempengaruhi beberapa bagian yang disebut

kronologikal dan penuaan dari dalam (Penuaan Intrinsik). Tipe penuaan yang lain

dikenal sebagai penuaan dari luar atau penuaan ekstrinsik, yang disebabkan oleh

faktor lingkungan termasuk pajanan. Usia bukan merupakan faktor yang

menentukan kondisi kematangan kulit, sedangkan faktor lingkungan merupakan

peran utama yang mempengaruhi penuaan pada kulit. Tonus, elastisitas dan

kapasitas regenerasi epidermis tidak akan menurun sampai usia lebih lanjut

didalam suatu area yang tidak terekspos oleh cahaya, sedangkan daerah yang

terekspose cahaya akan menurun5, 6 .

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

Hormon adalah suatu komponen regulator utama tubuh yang berperan sebagai

penyampai pesan (Messenger) kimiawi dan mempertahankan aktivitas

homeostatik tubuh. Hormon dikelompokkan ke dalam dua kategori berdasarkan

perbedaan kelarutan serta dikelompokkan lebih lanjut sesuai dengan struktur

kimiawinya yaitu hormon hidrofilik berupa hormon peptida dan katekolamin,

serta hormon lipofilik berupa hormon steroid dan hormon tiroid. Sistem endokrin

berperan penting didalam mengatur metabolisme organik, keseimbangan H2O dan

elektrolit, pertumbuhan, dan reproduksi serta dalam membantu tubuh menghadapi

stress. Konsentrasi plasma efektif masing-masing hormon normalnya dikontrol

oleh perubahan laju sekresi hormon serta tingkat pengikatannya ke protein

plasma1, 2, 3

Kulit adalah organ terbesar yang dapat terlihat dari bagian terluar tubuh.Kulit

juga merupakan organ yang melindungi seluruh system dalam tubuh seperti

pembuluh darah, saraf, otot, imunologi, sinar radiasi dan fungsi endokrin.Kulit

sangat penting untuk hemeostatis pada tubuh manusia. Kulit memimiliki salah

satu fungsi dalam system indra sebagai indra peraba. Kulit juga sebagai

pertahanan dan perlindungan awal dari faktor internal dan faktor eksternal yang

berupa adanya sinar ultraviolet, trauma mekanik, dan kimiawi 4.

Penuaan adalah suatu proses degeneratif yang bersifat multisystem yang

berpengaruh terhadap kondisi dan komponen pendukung kulit lainnya, seperti

3
tulang, kartilago dan kompertemen subkutan. Seiring dengan perkembangan usia,

kulit mulai mengalami beberapa perubahan. Proses penuaan pada kulit merupakan

suatu proses yang berjalan secara progresif dan dipengaruhi oleh adanya

perubahan pada lingkungan yang berpengaruh terhadap penuaan pada kulit yang

menentukan penampilan kulit5

Terdapat dua tipe penuaan yang berbeda yaitu penuaan yang disebabkan oleh

genetik yang mewarisi dan mempengaruhi beberapa bagian yang disebut

kronologikal dan penuaan dari dalam. Tipe penuaan yang lain dikenal sebagai

penuaan dari luar atau penuaan ekstrinsik, yang disebabkan oleh faktor

lingkungan termasuk pajanan. Usia bukan merupakan faktor yang menentukan

kondisi kematangan kulit, sedangkan faktor lingkungan merupakan peran utama

yang mempengaruhi penuaan pada kulit. Tonus, elastisitas dan kapasitas

regenerasi epidermis tidak akan menurun sampai usia lebih lanjut didalam suatu

area yang tidak terekspos oleh cahaya, sedangkan daerah yang terekspos cahaya

akan menurun5, 6

A. Penuaan (Aging)

Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi

berbagai organ tubuh. Akibat penurunan fungsi tersebut, menyebabkan berbagai

tanda dan gejala proses penuaan, yang di bagi menjadi 2 klassifikasi antara lain

berupa (1) Tanda fisik seperti massa otot yang berkurang, kulit berkerut, memori

berkurang, kemampuan dan aktivitas fisik menurun serta rentan terjadinya sakit

pada tulang. Selain beberapa tanda fisik yang telah disebutkan diatas, terdapat (2)

Tanda psikis antara lain menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, dan

4
terjadinya hendaya. Beberapa tanda perubahan pada kulit akibat dari proses

penuaan secara klinis dan dari pemeriksaan histologi antara lain pada lapisan

epidermis terjadi dermo-epidermal junction yang menyempit, ketebalan

bervariasi, ukuran dan bentuk sel bervariasi, nukleus atipik berkala, sel melanosit

berkurang. Pada lapisan dermis terjadi atrofi, sel fibroblast yang berkurang, sel

mast berkurang, pembuluh darah berkurang, loop kapiler memendek dan beberapa

aktivasi reseptor saraf yang mulai menurun. Beberapa perubahan lain antara lain

rambut kehilangan pigmen, rambut rontok, dasar kuku abnormal, dan jumlah

kelenjar berkurang5, 6, 7.

B. Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas

ukurannya, yaitu 15 % dari berat tubuh dan luasnya yaitu 1,50 – 1,75 m2. Rata-

rata tebal dari kulit yaitu 1-2 mm4, 8.

Kulit terdiri dari 3 lapisan secara berturut-turut dari luar ke dalam yang terdiri

dari lapisan epidermis, dermis, dan hipodermis (subkutan). Struktur didalam

epidermis terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam yaitu stratum korneum, stratum

lucidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basalis.Epidermis

adalah struktur yang dinamis dimana 95 % tersusun oleh sel keratinosit yang

berdifferensiasi. Sel-sel lain pada epidermis yaitu sel melanosit yang berfungsi

sebagai sel yang menghasilkan pigmen melanin yang terdapat pada stratum

5
basalis, sel-sel Langerhans dan sel limfosit intraepithelial yang berfungsi sebagai

barrier imunologis dan sel merkel yang berperan pada persepsi sensoris4, 8

Dermis terdiri dari 2 lapisan yaitu pars papillaris dibagian permukaan dan pars

retikularis dibagian dalam. Pada lapisan papillaris terdapat serat kolagen, elastin,

fibrous dan ground substance (mukopolisakarida, asam hyaluronat, dan kondroitin

sulfat) serta kaya akan mikrosirkulasi. Pada lapisan retikularis terdapat beberapa

jaringan ikat yang lebih kasar dengan serabut-serabut elastin yang tersebar.Berikut

disajikan gambar struktur dari kulit4, 8

Gambar 1. Anatomi Kulit

C. faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan pada kulit

6
1. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik atau yang juga dikenal dengan proses penuaan secara alami,

adalah suatu proses berkelanjutan yang secara normal dimulai pada usia dewasa

pertengahan. Selama proses tersebut, produksi serat kolagen dan serat elastin.

Kematian sel pada kulit tidak secepat pertumbuhan baru sel kulit yang mulai

mengalami penurunan. Perubahan ini biasanya dimulai dari usia dua puluh tahun,

tanda dari penuaan secara intrinsik pada umumnya seringkali tidak terlihat dalam

beberapa dekade. Beberapa tanda-tanda dari penuaan secara intrinsik antara

lainkulit yang tipis dan transparant, kehilangan lemak pada jaringan subkutan,

kulit kering dan rambut yang rontok5, 6

Beberapa sistem komponen kulit yang lain seperti tulang, cartilago, dan

kompartement subkutan , yang berperan sebagai bangunan dasar yang menyokong

struktur dari dermis, epidermis dan stratum korneum. Beberapa proses dengan

suatu pendekatan terhadap terjadinya penuaan melibatkan beberapa perubahan

yang tidak di inginkan terhadap lapisan struktur ini, dan dipengaruhi oleh

beberapa keadaan yang memperberat yaitu adanya celluler aging, pemendekan

telomere, mutasi DNA mitokondrial, stress oksidatif, mutasi genetik dan

penurunan beberapa kadar konsentrasi hormon didalam tubuh. Penuaan secara

intrinsik atau disebut juga penuaan secara kronologis menyebabkan perubahan

disemua lapisan kulit. Epidermis mengalami perlambatan regenerasi, dan pada

kulit usia muda epidermal turnover membutuhkan waktu selama 28 hari, tetapi

pada usia tua membutuhkan waktu selama 40-60 hari. Perlambatan ini

mengakibatkan penipisan epidermis sehingga kulit tampak translusen.Perlambatan

7
regenerasi epidermis juga mengganggu fungsi pertahanan dan perbaikan

kulit.Korneosit berkumpul dipermukaan kulit sehingga kulit tampak kasar dan

bersisik. Pada gambaran histologi kulit yang tua tampak penipisan dermal-

epidermal junction sehingga meningkatkan kerapuhan pada kulit dan penurunan

transfer nutrisi pada epidermis dan dermis. Jumlah sel melanosit yang terdapat

didalam stratum basalis epidermis akan semakin berkurang dan sel melanosit yang

ada akan mengalami penurunan aktivitas. Kulit tua akan mengalami perubahan

diskromik seperti bintik-bintik pigmentasi, freckles, dan lentigines. Kulit tua juga

mudah terbakar oleh karena paparan sinar UV akibat keadaan kulit yang menjadi

tipis. Penuaan pada kulit juga mempengaruhi jumlah sel-sel Langerhans sehingga

terjadi penurunan sistem imunitas dan barrier kulit dan peningkatan resiko

terjadinya kanker kulit. Dermis tampak hiposelluler yang ditandai dengan adanya

penurunan jumlah sel fibroblast dan sel mast dan hilangnya volume dermis 5, 6.

beberapa aspek teori yang berkaitan dengan faktor penuaan secara intrinsik antara

lain5, 6 :

a. Celluler Aging

ROS (Reaactive oxygen spesies) yang berlimpah akan merusak komponen sel.

Kerusakan ini akan semakin meningkatkan ROS, akibatnya akan menurunkan

kemampuan oksidatif dan pada akhirnya akan menyebabkan penuaan secara

selluler.

b. Pemendekan Telomere

8
Telomere merupakan daerah terminal atau struktur paling ujung pada

kromosom eukariotik, yang berperan untuk melindungi kromosom dengan

menjaga kestabilan genom tiap sel. Tiap pembelahan sel, panjang telomere

memendek, sehingga terjadi apoptosis yang menyebabkan jumlah sel berkurang

seiring dengan usia.

c. Stress Oksidatif

Stress oksidatif merupakan stress yang menyebabkan kerusakan pada sel hidup

akibat terpajan oleh Reactive oxygen spesies.

d. Mutasi Genetik

Mutasi genetik akan semakin banyak terjadi terkait dengan banyaknya ROS

yang dihasilkan. Sumber ROS endogen utama adalah mitokondria. Selain

berperan secara fisiologis sebagai molecule signalling, juga berperan sebagai

oksidatif akibat defence selluler.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik merupakan proses penuaan yang terjadi akibat berbagai

faktor dari luar tubuh seperti radikal bebas, sinar matahari, kelembapan udara, dan

Polusi. Penuaan dini dapat membuat perubahan warna kulit menjadi tidak

menyeluruh dan tidak sesuai dengan usia yang sebenarnya. Beberapa faktor dari

luar (ekstrinsik) antara lain yang pertama yaitu radikal bebas, merupakan salah

satu penyebab terjadinya penuaan dini dan molekulnya memiliki electron yang

tidak berpasangan yang menyerang sel-sel tubuh yang normal seperti jaringan

kolagen. Radikal bebas berasal dari paparan sinar matahari, polusi lingkungan, air

9
yang terkontaminasi dengan bahan kimia, perubahan cuaca maupun faktor lain

yang bisa menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan serat kolagen.

Antioksidan terbukti dapat melawan adanya radikal bebas5, 6. Beberapa faktor lain

yaitu adanya penuaan yang disebabkan oleh karena paparan sinar ultraviolet yang

disebut sebagai mekanisme penuaan photoaging, yang akan dijelaskan secara

terperinci pada bagian tersebut serta faktor ekstrinsik lain yang ikut berpengaruh

yaitu adanya faktor kelembaban udara. Faktor ekstrinsik atau paparan

eksogenakan memberikan dampak fisiologi yang permanen pada kulit, (misalnya

prooxidant dan antioxidant yang berpengaruh pada pergantian neuro-endokrin-

imun), pencegahan dan pengobatan pada penuaan karena faktor ekstrinsik pada

struktur kulit. Namun, dampak penuaan karena faktor ekstrinsik tidak dapat

dipisahkan sepenuhnya dan bagaimana kulit merespon penuaan secara

kronologis5, 6, 7.

D. Proses Penuaan kulit secara kronologis

Manifestasi klinis atau gambaran kulit akibat dari proses penuaan meliputi

xerosis, kulit kendor, kulit keriput, serta adanya keratosis seboroik dan cherry

angioma. Pada epidermis terjadi beberapa perubahan ketebalan, bentuk keratinosit

dan kohesi korneosit, dan berkurangnya sel melanosit serta sel

Langerhans.Perubahan kulit yang besar pada penuaan kulit secara kronologis

terlihat pada dermoepidermal junction yang menunjukkan adanya perataan pada

rete ridges yang menyebabkan reduksi kontak antara epidermis dan dermis yang

10
menyebabkan penurunan pertukaran nutrient dan metabolit pada kedua

kompartemen ini 5, 6, 7

Penuaan kulit adalah proses biologi kompleks yang merupakan konsekuensi

dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Penuaan intrinsik atau disebut juga

penuaan kronologis mengakibatkan perubahan di semua lapisan kulit. Epidermis

mengalami perlambatan regenerasi. Pada kulit usia muda, epidermal turnover

membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia tua membutuhkan waktu 40-60 hari.

Perlambatan ini mengakibatkan penipisan epidermis sehingga kulit tampak

translusen. Perlambatan regenerasi epidermis juga mengganggu fungsi

pertahanan dan perbaikan kulit. Korneosit berkumpul di permukaan kulit

sehingga kulit tampak kasar dan bersisik. Pada histologi kulit tua akan tampak

penipisan dermal-epidermal junction sehingga meningkatkan kerapuhan kulit

dan penurunan transfer nutrisi pada epidermis dan dermis. Populasi melanosit di

epidermis semakin berkurang dan melanosit yang ada akan mengalami penurunan

aktivitas. Kulit tua mengalami perubahan diskromik seperti bintik-bintik

pigmentasi, freckles dan lentigines. Kulit tua juga mudah terbakar sinar matahari

sebab kulit menipis dan sedikit melanosit. Penuaan kulit juga mempengaruhi sel-

sel Langerhans, Penurunan jumlah sel-sel Langerhans sampai 50% sehingga

terjadi penurunan imunitas kulit dan peningkatan risiko kanker kulit5, 6.

11
Dermis tampak hiposelular dengan lebih sedikit fibroblast dan mast cells dan

hilangnya volume dermis. Penelitian dengan mikroskop elektron menunjukkan

bahwa serabut kolagen menjadi longgar dan terjadi peningkatan moderat dan

penebalan serabut elastin dengan resorbsi sebagian besar pada serabut sub-

epidermis. Selain itu, terjadi penurunan jumlah pembuluh darah dermis,

pemendekan capillary loop, dan penurunan densitas Pacinian corpuscles dan

Meissner’s corspuscles, yakni reseptor saraf yang bertanggung jawab terhadap

persepsi tekanan dan sentuhan ringan. Adanya Kehilangan inervasi sensorik dan

otonom yang melibatkan epidermis maupun dermis5, 6, 7

E. Proses penuaan kulit secara biologis (Photoaging)

Photoaging meliputi perubahan kulit yang diakibatkan oleh paparan sinar

matahari kronik diatas lapisan penuaan kulit kronologis. Photoaging dihasilkan

dari kerusakan kumulatif dari radiasi sinar UV yang menyebabkan

kelainan kulit yang parah. Radiasi ini dibagi menjadi UVA (320-400 nm),

UVB (280-320 nm) dan UVC (100-280 nm). Bagian UVC dari spektrum

tersebut tidak terdapat pada sinar mahatari di bumi, kecuali pada garis bujur

tinggi, karena bagian UVC tersebut diserap oleh lapisan ozon atmosfer

melalui absorpsi sinar UVA dan UVB oleh kromofor seluler seperti urocanic

acid, riboflavin dan precursor melanin yang bekerja sebagai fotosensitizer

berperan utama untuk produksi reactive oksigen species (ROS) dan radikal

bebas8

12
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa radiasi UVA, jika diberikan

terus-menerus, dapat menginduksi perubahan yang sama dengan yang

diinduksi oleh UVB, termasuk hiperplasia dermis, penebalan stratum

corneum, penipisan sel langerhans, inflamasi dermis dan akumulasi lisozim

diatas serabut dermis. Kulit yang mengalami photoaging secara klinis

menunjukkan karakteristik kasar, kerutan halus dan kasar, hiperpigmentasi yang

tidak merata dapat berupa lentigen atau bercak (freckles), kelemahan, bengkak,

dan teleangiektasis8

Gambar 2. Efek Radiasi UV pada keratinosit dan Fibroblast

13
Radiasi UV memicu terbentuknya reactive oxygen species (ROS) yang dapat

merusak DNA dan menghambat kerja enzim tirosin fosfatase. UV juga dapat

menurunkan reseptor asam retinoat (RA) dan memicu peningkatan nuclear

factor-kB (NFkB), dengan efek akhir penurunan produksi kolagen, pemecahan

kolagen, akibat aktivitas matriks metaloproteinase (MMP)8,

Radiasi UVB utamanya mengenai epidermis. Ini diserap langsung

oleh DNA selular, mengakibatkan pembentukan lesi DNA, utamanya dimer

cyclobutane dan photoproduct pyrimidine (6 -4) pyrimidone. Meski

mempunyai sistem perbaikan kerusakan nuclear DNA, kerusakan DNA

jarang diperbaiki secara menyeluruh. Jika sel terus menyimpan banyak

DNA rusak, maka mereka mengalami apoptosis, suatu proses yang

utamanya diperantarai oleh protein tumor suppressor p53. P53 juga ikut serta

dalam perbaikan kerusakan DNA dan dalam penghentian siklus sel transien

sesudah kerusakan DNA. Sel yang tidak mengalami apoptosis dan yang

kerusakannya tidak diperbaiki secara menyeluruh akan beresiko mutasi dan

pada akhirnya menjadi kanker. Ini sangat penting mengingat beberapa

penelitian epidemiologi terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 90%

squamous cellcarcinoma pada epidermis dan lebih dari 50% basal cell

carcinoma (BCC) memperlihatkan mutasi terinduksi UV yang menonaktifkan

actinic keratosis . Selanjutnya, mutasi p53 terdapat pada premalignant actinic

keratosis, menunjukkan bahwa mutasi p53 terjadi secara dini, meningkatkan

risiko transformasi ganas pada sel yang terserang8

14
Terlepas dari efek langsungnya terhadap DNA epidermis,

beberapa penelitian pada sistem mencit menunjukkan bahwa iradiasi UVB

mempengaruhi respons imun kulit dan sistemik yang menyebabkan

presentasi antigen defektif dan pembentukan suppressor T-cells, sehingga

memungkinkan penyebaran sel kanker yang akan ditolak. Dalam hal ini, UVB

dengan menginduksi peroksidasi lipid menstimulasi migrasi keluar sel

respons imun dari epidermis dan dengan demikian turut menyebabkan

imunospuresi. Iradiasi UVB juga menginduksi sekresi sitokin epidermis,

dan bukti menunjukkan bahwa, diantara sitokin yang terinduksi, tumor

necrosis factor-  dan interleukin-10 berperan penting dalam

imunosupresi terinduksi UVB8

F. Pengaruh hormon terhadap penuaan kulit

Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa fungsi hormon akan mengalami

penurunan antara lain berupa Hormon sex di Gonad, Kelenjar Pituitary, dan

Adrenal yang disebabkan oleh adanya proses penuaan yang memiliki

karakteristik hilangnya komunikasi antara fungsi sel dan jaringan secara

progresif, sehingga terjadi penurunan pertahanan dan produksi pada tubuh.

Beberapa hormon utama lain seperti hormon estrogen, progesteron, testosteron,

dehidroepiandrosteron (DHEA), melatonin, kortisol, tiroksin dan IGF-1 juga

mengalami penurunan, pada wanita akan mengalami menopause pada 1/3 akhir

hidupnya, dan pada pria akan mengalami defisiensi parsial pada akhir 20 tahun

hidupnya. Hormon pertama yang mengalami perubahan dan pengaruhnya

15
terhadap kulit adalah melatonin, setelah itu diikuti oleh kadar penurunan serum

GH dan DHEA. Pada pria penurunan dari GH dan DHEA lebih bersifat drastis

jika dibandingkan dengan testosteron dan IGF-1. Menurut teori yang

diperkenalkan oleh Dilman and Dean, yaitu teori penuaan melalui mekanisme

Neuroendokrin. Dasar dari hipotesis ini sendiri adalah peran utama dari

hypothalamus dalam proses penuaan dan berkurangnya sensitivitas hormon dan

komunikasi beberapa peptida lainnya. Ini menandakan bahwa proses penuaan

diatur oleh hypothalamus dan kelenjar pituitary, yang merupakan pacemaker

utama yang mengontrol perubahan fisiologis dalam tubuh. Menurunnya

sensitivitas hipothalamus akan menyebabkan berkurangnya kontrol homeostasis

didalam tubuh secara progresif serta konsentrasi atau kadar hormon dan

berkurangnya neurotransmitter dan molekul signalling9, 10

Didalam tubuh manusia, adanya perubahan secara struktural dan fungsional

yang disebabkan oleh adanya proses penuaan akan menyebabkan beberapa

perubahan pada fisiologi kulit jika dibandingkan dengan beberapa perubahan di

organ lain. Hormon estrogen memiliki efek pada kondisi fisiologi kulit dalam

bentuk modulasi keratinosit pada lapisan epidermis, dan sel fibroblast dan

melanosit pada lapisan dermis, juga termasuk beberapa komponen kulit lainnya

seperti folikel rambut dan kelenjar seabacea. Menurut beberapa penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa hormon estrogen memiliki peran penting

yaitu fungsi protektif pada kondisi fisiologis kulit. Hormon estrogen yang

berfungsi sebagai proteksi kulit, sangat penting dalam hal perbaikan atau

regenerasi kulit jika terjadi luka atau trauma serta beberapa penyakit kulit lainnya

16
yang sering terjadi pada ibu hamil berupa psoariasis selama proses kandungan.

Hormon estrogen juga memiliki peran dalam proteksi kulit dari adanya

mekanisme photoaging dan beberapa studi epidemiologis membuktikan bahwa

rendahnya prevalensi serta angka mortalitas melanoma dan non-melanoma

terhadap wanita. Beberapa efek estrogen pada kulit mulai mengalami perubahan

yang terlihat pada wanita pasca menopause. Adanya menopause pada wanita

akan menyebabkan hypoestrogenisme yang disebabkan oleh terjadinya

penurunan sensitivitas reseptor estrogen yang menyebabkan berkurangnya fungsi

proteksi sehingga terjadi perubahan-perubahan pada kulit berupa kulit yang

menjadi lebih tipis, kulit keriput, kulit kering serta penurunan elastisitas pada

kulit9, 10

DAFTAR PUSTAKA

1. Lauralee S, 2015. Textbook of Medichal Physiology. Jakarta : EGC.

17
2. Hiller S et al. 1998. An Overview The Endocrine System. Journal of Science
and Medicine in Sport Elesevier [Serial Online] 1998 [cited 2018 March 3];
Available from : URL : www.sciencedirect.com

3. The Endokrinolgy Textbook. 2014. Jakarta : Erlangga Medichal Series

4. Nakagawa H. 2001. Structure and Function of the Skin. Journal of


Dermatological disorders.

5. Masnec I et al. 2010. Skin Aging. Journal of Original Scientific Papers [Serial
Online] 2010 [cited 2018 March 3]; Available from : URL : Acta Clin Croat.

6. Tobin DJ. 2016. Introduction to Skin Aging. Journal of Tissue Viability


Elsevier [Serial Online] 2016 [cited 2018 March 3]; Available from : URL :
http://dx.doi.org/10.1016/j.jtv.2016.03.002

7. Copeland J. 2004. Aging, Physical Activity and hormones in Woman. Journal


of Aging and Physical Activity [Serial Online] 2004 [cited 2018 March 3];
Available from : humankineticspublishers.Inc

8. Ichihashi M. 2009. Mechanisms of Photoaging of the Skin Profile. Journal of


Anti Aging Medicine [Serial Online] 2009 [cited 2018 March 3]; Available from :
humankineticspublishers.Inc

9. Vanja Z et al. 2010. Hormones and Aging. Journal of Original Scientific Papers
[Serial Online] 2010 [cited 2018 March 3]; Available from : URL : Acta Clin
Croat.

10. Stevenson S et al. 2007. Effect of Estrogens on skin aging and the potential
role of SERMs. Journal of Dove Medical Press Limited [Serial Online] 2007
[cited 2018 March 3]; Available from : URL : thorntonbradford.ac.uk

18

Anda mungkin juga menyukai