Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
Lembar Pengesahan
Samarinda, 18 Maret 2020

Hormat Kami
Ketua Panitia Sekretaris Panitia

Dwi Cahyo Ismidiyanto Pratiwi


NIM : 17111024110034 NIM : 17111024110091

Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab

Ns. Bachtiar S, M.Kep, Sp.Kom


NIDN : 1112118701

Menyetujui

Ketua Program Studi Ilmu


Keperawatan

Ns. Dwi Rahmah Fitriani M.Kep


NIDN : 1119097601
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah seks masih dianggap tabu dikalangan masyarakat dan
dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada anak-
anak. Masyarakat beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas
diberikan kepada anak kecil. Padahal pndidikan seks yang diberikan sejak
dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia memasuki masa
remaja. Apalagi anak-anak sekarang kritis, dari segi pertanyaan dan tingkah
laku. Itu semua karena pada masa ini anak-anak memiliki rasa keingintahuan
yang besar.
Pendidikan seks yang tidak diberikan di usia dini mengakibatkan
tingginya kekerasan seksual pada anak yang dilakukan orang-orang terdekat
anak termasuk keluarga. Fenomena ini menunjukkan pentingnya pemahaman
akan pendidikan seks pada anak usia dini. Masalah pendidikan seks pada
saat ini kurang diperhatikan orang tua sehingga mereka menyerahkan semua
pendidikan anak kepada sekolah termasuk pendidikan seks. Padahal yang
bertanggungjawab akan pendidikan seks pada anak usia dini adalah orang
tua, sedangkan sekolah hanya sebagai pelengkap dan disekolah tidak ada
kurikulum tentang pendidikan seks sehingga pendidikan seks pada anak usia
dini kadang terabaikan.
Setiap tahun kekerasan terhadap anak semakin meningkat. Data
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melansir sejak januari hingga
Oktober 2014, tercatat 784 kasus kekerasan seksual pada anak di Indonesia.
Itu artinya rata-rata 129 anak menjadi korban kekerasan seksual setiap
bulannya, dan 20% anak menjadi korban pornografi. Anak menjadi korban
pornografi dan kekerasan seksual online, umumnya melalui media sosial
facebook, twiter instagram, chatting, path dan lain-lain. Data kekerasan
seksual anak ini meningkat di banding tahun 2013 yang mencapai 525 kasus.
Meningkatnya kasus kekerasan seksual pada anak disetiap tahunnya
merupakan bukti nyata kurangnya pengetahuan anak mengenai pendidikan
seksual yang seharusnya sudah mereka peroleh sejak usia dini dari orang
tuanya. Tetapi persepsi masyarakat mengenai pendidikan seks yang masih
menganggap tabu untuk dibicarakan bersama anak menjadi sebab yang harus
dibenahi untuk membekali anak melawan arus globalisasi yang semakin
transparan dalam berbagai hal termasuk seksualitas.
Pandangan yang kurang setuju dengan pendidikan seks
mengkhawatirkan bahwa pendidikan seks yang diberikan kepada anak akan
mendorong mereka melakukan hubungan seks lebih dini. Sementara
pandangan yang setuju pada pendidikan seks beranggapan dengan semakin
dini mereka mendapatkan informasi mereka akan lebih siap menghadapi
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya dan mampu
menghindarkan diri dari kemungkinan yang bisa terjadi. (Kusumawati: 2011)
Suatu penelitian mengatakan saat ini perkembangan teknologi
semakin berkembang pesat, sehingga semakin mudah orang untuk
mengakses informasi melalui internet. Informasi yang beredar di internet
tidak hanya berupa informasi yang bersifat positif dan memberikan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
pengetahuan tetapi juga informasi yang bersifat negative dan
menjerumuskan pada halhal yang tidak baik, contohnya berita mengenai
gambar-gambar pornografi. Begitu mudahnya informasi ini diakses oleh
siapa saja baik orang dewasa, remaja bahkan anakanak, melalui berbagai
media seperti; media hand phone, laptop, handbook dan computer, hal ini
dapat dilakukan siapa saja tanpa adanya pengawasan yang ketat. Informasi
ini dapat diunggah dan diakses secara lebih lanjut, untuk memenuhi rasa
keingintahuan mereka. Sementara tidak semua orang menganggap bahwa
informasi yang mereka peroleh tidak hanya sekedar untuk memenuhi rasa
ingintahunya tetapi juga menumbuhkan keinginan untuk mempelajarinya
(mempraktekkan) tanpa adanya pertimbangan yang rasional dan bertanggung
jawab, sehingga akhirnya melampiaskan keinginan atau hasrat seksualnya
terhadap anak-anak yang dianggap sebagai obyek yang tidak berdaya dan
tidak berani untuk memberikan perlawanan oleh orang-orang yang kurang
bertanggung jawab (Sri Wahyuni, 2016).

B. Rumusan Konsep
Adapun rumusan konsep dari pendidikan kesehatan ini adalah :
Dilakukan pendidikan kesehatan dengan memberikan persepsi pendidikan
seks melalui media animasi sex education, agar dapat membantu orangtua
untuk mengarahkan sikap dan perilaku seks pada anak. Jika persepsinya
positif, diharapkan pendidikan seks ini dapat diberikan kepada anak sedini
mungkin. Pendidikan kesehatan ini dilakukan dengan memberikan
pendidikan kesehatan melalui animasi agar anak dapat memahami dan
tertarik dengan pesan yang disampaikan.

C. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan selama 60 menit,
diharapkan siswa dan siswi dapat memahami tentang pelecehan seksual pada
anak usia dini.

D. Manfaat
1. Bagi institusi
Meningkatkan pembelajaran dan pemahaman di Institusi
2. Bagi mahasiswa
 Menambah pengalaman dalam mengabdi kepada masyrakat
 Untuk memahami motivasi mahasiswa dalam melakukan pendidikan
kesehatan
3. Bagi siswa
 Menambah pengetahuan tentang pendidikan seks dini
 Sebagai gambaran untuk mengetahui bahaya pelecehan seksual pada
anak usia dini
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pelecehan Seksual

(Kurnia dan Tjandra, 2012 : 3-4) mengatakan Secara harfiah, seks berarti
jenis kelamin. Jadi, pendidikan seks oleh sebagian besar orang dimaknai
sebagai pendidikan yang berkaitan dengan hubungan antara laki-laki dan
perempuan. Sebenarnya pendidikan seks sendiri tidak hanya membahas seputar
interaksi antara laki-laki dan perempuan atau perkembangan alat reproduksi.
Pendidikan seks juga membahas bagaimana membekali anak dengan
keterampilan untuk memilih tindakan yang akan diambilnya, mengembangkan
kepercayaan diri, dan meningkatkan kompetisi anak untuk menentukan sikap
saat menghadapi sebuah situasi. Melalui pengembangan rasa percaya diri dan
kemampuan untuk menentukan sikap ini lah anak diharapkan kelak dapat
melindungi dirinya sendiri terhadap kejahatan atau pelecehan seksual, perilaku
seksual yang tidak tepat, dan penyakit menular seksual seperti HIV dan AIDS ().

Menurut Lagan (2014), Beberapa waktu yang lalu marak diberitakan di


media massa tentang kasus-kasus kejahatan kekerasan seksual (sexual assault)
yang menimpa anak-anak laki-laki yang dilakukan oleh laki-laki dewasa. Ada 2
istilah yaitu pelecehan sexual (sexual harassment) dan kekerasan seksual
(sexual assault). Handayani (2012) menguraikan pelecehan seksual adalah
segala macam bentuk perilaku yang mengarah kepada hal seksual (pemuasan
kebutuhan seksual) yang dilakukan oleh satu pihak dan tidak diharapkan oleh
orang yang menjadi korban sehingga menimbulkan reaksi negatif seperti benci,
marah, malu, sedih, tersinggung, dan lain sebagainya. Pelecehan seksual bisa
mengarah menjadi kekerasan seksual seperti perkosaan.

Berikut ini adalah jenis-jenis pelecehan seksual (Handayani, 2012): 1)


Verbal atau omongan. Contohnya adalah siulan, sindiran, humor, panggilan,
dan komentar yang membuat korban merasa risih atau tidak nyaman. 2) Non
verbal atau gerakan tubuh. Contohnya adalah gerakan atau isyarat yang bersifat
seksual. 3) Fisik. Contohnya adalah sentuhan, belaian, atau gesekkan yang
menuju ke arah bagian tubuh tertentu yang bersifat seksual

B. Penyebab Perbuatan Seksual

Pelecehan seksual pada anak terjadi karena adanya segala perlakuan


seksual yang dilakukanoleh orang dewasa kepada siapapun yang berusia
dibawah 18 tahun. Selain ini pelaku seksual pada anak ini biasanya dilakukan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
oleh yang lebih tua namun pada kenyataannya saat ini pelaku seksual bisa
dilakukan pada usia anak-anak itu sendiri dengan melibatkan beberapa
kelompok orang yang dilakukan terhadap satu orang. Pelaku pelecehan seksual
yang disertai dengan kekerasan tidak hanya dilakukan oleh orang luar rumah
tapi dari dalam rumah bisa saja terjadi. Berikut beberapa penyebab sesorang
melakukan perbuatan pelecehan seksual terhadap anak:

1. Riwayat pelecehan seksual masa lalu yaitu adanya tindakan yang pernah
dialami oleh orang tersebut sehingga ada keinginan untuk melakukan
perbuatan yang sama terhadap orang lain
2. Keluarga yang tidak harmonis yang menimbulkan rasa kurang kasih
sayang sehingga melampiaskan permasalahan kepada orang lain
3. Benci terhadap anak-anak
4. Kelainan seksual dari pelaku yang menyebabkan selalu ingin melakukan
perbuatan untuk menyalurkan hasrat seksualnya
5. Kontrol dan pengawasan terhadap anak yang sangat kurang baik dalam
bermain dirumah, diluar rumah atau di sekolah
6. Penggunaan media televisi, internet dan buku yang tidak terkontrol dan
berlebihan khususnya yang menampilkan beberapa tayangan, gambar dan
akses yang yang tidak boleh dilihat oleh anak-anak
7. Pola dan bentuk permaian yang mempengaruhi untuk berperilaku
menyimpang
8. Pendidikan seksualitas yang tidak tepat
9. Pengaruh lingkungan yaitu berada ditengah-tengah kehidupan yang serba
bebas, baik dalam berperilaku, bergaul, dan berpakaian
10. Kurangnya pendidikan moral dan agama

C. Pencegahan pelecehan Seksual

Pelecehan seksual pada anak dapat dicegah sedini mungkin dengan cara:

1. Biasakan untuk mengikuti kata "tidak" dan "stop" dari anak. Misalnya saat
ia menolak dicium atau minta berhenti saat digelitiki. Apakah anak belajar
mengendalikan dan menghormati kenyamanan tubuhnya akan ditentukan
oleh reaksi orangtua.

2. Jangan bilang "sedikit saja", atau "masak gak mau dicium". Bayangkan bila
kalimat yang sama diucapkan orang yang berbahaya.

3. Anjurkan anak berpikir cara untuk lebih berhati-hati, menunggu sampai ada
orang yang menyeberang berbarengan, tidak duduk di taksi sebelum
orangtua masuk duluan, dan seterusnya.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
4. Latih secara spesifik kemampuan anak menghadapi bahaya di tempat
umum. Misalnya berteriak "tolong" dan bukan "bunda/mama" akan
membuat orang disekeliling lebih waspada.

5. Bangun secara perlahan jaringan sosial Jaringan ini bisa lebih dari satu
orang yang ikut menjaga keamanan anak - seperti nenek dan kakak yang
bisa menjadi tempat bercerita. Kenyataan yang menyedihkan tapi sering
terjadi, orangtua seringkali bukan pihak yang tahu pertama tentang berbagai
hal, sehingga anak perlu beberapa figur lain yang bisa membela dia.

6. Ajarkan anak tentang rahasia, apa informasi yang boleh disembunyikan dari
orangtua, dan mana yang harus diceritakan walaupun diminta seseorang
untuk tidak membocorkannya. "Rahasia baik, itu kejutan yang kalau ibu
tahu pasti senang -- misalnya hadiah ulangtahun. Rahasia buruk bila bikin
ketakutan dan malu kalau nanti ketahuan ibu,"..

7. Tumbuhkan disiplin diri anak tanpa ancaman dan sogokan. Pelaku


kekerasan seksual dengan sengaja memilih anak-anak rentan yang mudah
ketakutan, kecanduan pujian dan mencari imbalan untuk melakukan sesuatu.

Setelah peneliti melakukan analisis serta pengujian terhadap rancang bangun


media animasi sex education untuk pembelajaran dan pencegahan pelecehan
seksual pada anak usia dini studi kasus di TK Kartini dapat disimpulkan: media
animasi sex education untuk pembelajaran dan pencegahan dapat di
implementasikan untuk pembelajaran dan pencegahan pelecehan seksual pada
anak usia dini studi kasus di TK Kartini dan ini dapat menjadi terobosan
barusebagai media penyampaian informasi dan pembelajaran yang menarik serta
dapat membantu pengajar dalam penyampaikan materi dalam proses belajar di TK
Kartini (Hanafri, et al, 2016)

BAB III
DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Nama Kegiatan


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
Pendidikan Kesehatan Melalui Animasi mengenai Pelecehan Seksual pada
Anak Usia Dini

3.2 Tema Kegiatan


Tema Kegiatan ini adalah “Perilaku-perilaku Hidup Sehat Untuk Generasi
Milenial”

3.3 Sasaran Kegiatan


1. Mahasiswa Keperawatan Reguler Angkatan 2017/2018
2. Siswa/I SD XXXXX           

3.4 Kegiatan Umum


1. Pendidikan Kesehatan
2. Menyanyi dan Menari Lagu Sex Edukasi
3. Games

3.5 Bentuk Kegiatan


Adapun bentuk kegiatan yang akan dijalankan yaitu penyampaian materi,
tanya jawab, penyuluhan dan lain-lain.

3.6 Pelaksanaan Kegiatan


Hari/Tanggal :xxx
Tempat : SD xxxx

3.7 Susunan Panitia


Lampiran 1

3.8 Susunan Acara


Lampiran 2

3.9 Rekapitulasi Rencana Pengeluaran Dana


Lampiran 3
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
BAB III
PENUTUP

Demikian proposal kegiatan ini kami susun dengan sepenuh hati, dengan
harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menjalankan kegiatan ini.
Kami berharap semoga apa yang kami rencanakan dapat berjalan dengan baik
seperti yang kami harapkan. Kami selaku panitia kegiatan mengucapkan terima
kasih atas perhatian dan kerja sama dari semua pihak dalam mendukung
kegiatan ini. Kami mohon maaf apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam
pengajuan proposal kegiatan ini. Semoga kegiatan ini bermanfaat bagi semua
pihak.

Samarinda, 18 Maret 2020

Penulis
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
Lampiran 1
Susunan Panitia
Penanggung Jawab : Ns. Bachtiar s, M.kep, Sp.Kom
Ketua Panita : Dwi Cahyo Ismidiyanto
Sekretaris : Pratiwi
Bendahara : Nur Elviana Daud
Divisi Acara : Priti
Divisi Perlengkapan : Muhammad Arief Choesari
Divisi Pubdekdok : Dita Veranita
Divisi Konsumsi : Afira Khofifah
Dhea Nur Arifah
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
Lampiran 2
Susunan Kegiatan
1. Kegiatan : Pendidikan Kesehatan Pelecehan Seksual
Hari/tanggal : xxxx
Tempat : SD xxx

Waktu Kegiatan Pengisi


08.00-08.10 Pembukaan & Pembacaan Seluruh peserta
Doa
08.10-08.50 Materi Pendidikan Kesehatan Mahasiswa
08.50-09.10 Menyanyi dan Menari lagu
Sex edukasi
09.10-09.40 Tanya Jawab
09.40-10.00 Games
10.00-10.15 Evaluasi
10.15 Penutup
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
Jl.Ir.H.Juanda No.15 Sidodadi, Kampus 1 Samarinda 75124,
Lampiran 3
Rekapitulasi Rencana Pengeluaran Dana

Divisi Acara
No. Nama Barang Jumlah Harga Jumlah Harga

Barang
1. Leaflet 50 Rp1.000,00 Rp50.000,00
Jumlah Rp50.000,00
Terbilang “Lima Puluh Ribu Rupiah”

Divisi Konsumsi
No. Nama Barang Jumlah Harga Jumlah Harga

Barang
1. Susu Kotak 50 Rp2.500,00 Rp125.000,00
Jumlah Rp125.000,00
Terbilang “Seratus Dua Puluh Lima Ribu Rupiah”

Total Rencana Pengeluaran Dana Per/Divisi


No. Divisi Jumlah Harga
1. Divisi Acara Rp50.000,00
3. Divisi Konsumsi Rp125.000,00
Jumlah Rp175.000,00
Terbilang “Seratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah”

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai