Anda di halaman 1dari 17

3.

7 Pusat Sterilisasi Perlengkapan Medik


Instalasi Pusat Sterilisasi Perlengkapan Medik atau Central Sterile Supply
Department (CSSD) merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit yang
menyelenggarakan proses peneriamaan, pencucian, pengemasan, sterilisasi,
penyimpanan serta pendistribusian semua alat atau bahan di rumah sakit yang
membutuhkan kondisi steril. Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan
yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk
endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Salah satu indikator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit yang merupakan institusi penyedia
pelayanan kesehatan adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit, dalam
upaya mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Setiap rumah
sakit harus memiliki pusat sterilisasi mandiri yang mampu memberikan pelayanan
sterilisasi di rumah sakit dengan baik. Fungsi utama dari CSSD adalah menyiapkan alat-
alat bersih dan steril untuk perawatan pasien di rumah sakit. CSSD diharapkan dapat
memberikan pelayanan sterilisasi bahan dan alat medik untuk kebutuhan unit-unit di
rumah sakit selama 24 jam (Depkes RI, 2009). Tujuan berdirinya CSSD sendiri adalah:
1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril untuk
mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadiaan infeksi dan membantu mencegah serta
menanggulangi infeksi nasokomial.
3. Efisiensi tenga medis/paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.
(Depkes RI, 2009)
Tanggung jawab dan tugas CSSD bervariasi tergantung besar kecilnya ruah
sakit, struktur organisasi dan proses sterilisasi yang dilakukan. Adapun tugas CSSD di
rumah sakit adalah:
1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
2. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan.
3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan, kamar
operasi maupu ruangan lainnya.
4. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta
bermutu.
5. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluaan perawatan
pasien.
6. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan
7. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun sterilisasi
sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu.
8. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial.
9. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi.
10. Menyelengarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi pusat sterilisasi
baik yang bersifat intern maupun ekstern.
11. Mengevaluasi hasil sterilisasi.
(Depkes RI, 2009)
A. Personil
CSSD adalah unit pelayanan non struktural, yang dipimpin oleh kepala yang
diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan rumah sakit. Kepala instalasi akan
bertanggung jawab angsung pada wakil direktur penunjang medik. Kepala instalasi
melakukan tugasnya dibantu oleh tenag-tenaga fungsional dan atau tenaga non medis,
dengan struktur organisasi sekurang-kurangnya sebangai berikut:

Kepala Instalasi Pusat


Sterilisasi

Penanggung Jawab
Administrasi

Sub Instalasi
Sub Instalasi
Pengawasan Mutu,
Dekontaminasi, Sterilisasi Sub Instalasi Distribusi
Pemeliharaan Sarana &
dan Produksi
Peralatan, K3 & Diklat
Gambar 2.4. Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi (Depkes RI, 2009)
Setiap personil yang ada di CSSD memiliki tugas dan kualifikasi sendiri, berikut
merupakan tugas dan kualifikasi personil dalam CSSD:
1. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
Adapun Uraian tugas Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi sebagai berikut:
a. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis yang
steril bagi perawatan pasien di rumah sakit.
b. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengembangan
diri atau personel lainnya.
c. Menentukan metoda yang lebih efektif bagi penyiapan dan penanganan alat atau
bahan yang steril.
d. Bertanggung jawab agar staf dapat mengerti akan prosedur dan penggunaan
mesin sterilisasi secara benar.
e. Memastikan bahwa teknik aseptik yang diterapkan pada saat penyiapan dan
penanganan alat steril baik yang hanya sekali pakai maupun alat yang dapat
dipakai ulang.
f. Melakukan kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan koordinasi
yang bersifat intern ataupun ekstern.
g. Melakukan seleksi untuk calon tenaga di pusat sterilisasi, menyiapkan konsep
dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu yang telah ditentukan.
h. Membuat perencanaan suatu program kerja.
i. Membuat laporan kinerja pusat sterilisasi. 
Kualifikasi yang harus dimiliki Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi adalah:
a. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi pada rumah sakit kelas A dan B, pendidikan
terakhir minimal S1 di bidang kesehatan, atau S1 umum dengan minimal masa
kerja 5 tahun pada bidang sterilisasi.
b. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi pada rumah sakit kelas C, pendidikan terakhir
minimal D3 di bidang kesehatan, atau D3 umum dengan minimal masa kerja 5
tahun di bidang sterilisasi.
c. Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan sterilisasi.
d. Telah mendapatkan kursus tambahan tentang manajemen.
e. Mengetahui tentang psikologi personel
f. Mempunyai pengalaman kerja di bagian kamar operasi atau sterilisasi.
g. Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi.
2. Kepala Sub Instalasi
Adapun Uraian tugas Kepala Sub Instalasi sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
b. Bertanggung jawab sebagai kepala instalasi pusat sterilisasi apabila kepala
instalasi sedang berhalangan untuk hadir di suatu pertemuan.
c. Membantu kepala instalasi dalam pengendalian dan penanganan alat, supervisi
langsung, mengajar atau merevisi prosedur baru, mengevaluasi staf dan
melaporkannya kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
d. Membuat program orientasi untuk tenaga baru.
e. Membuat rencana kebutuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan masing-
masing sub instalasi.
f. Membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang sudah rusak.
g. Membuat laporan hasil kerja dari masing-masing sub instalasi (Sub Instalasi
dekontaminasi, sterilisasi dan produksi, Sub Instalasi pengawasan mutu,
pemeliharaan sarana dan peralatan, K3 dan diklat, serta Sub Instalasi distribusi)
kepada kepala instalasi.
Kualifikasi yang harus dimiliki Kepala Sub Instalasi adalah:
a. Pendidikan minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa kerja selama 3 tahun
ddi bidang sterilisasi.
b. Pernah mengikuti kursus tambahan tentang pusat sterilisasi.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari sub instalasi
yang dipimpinnya.
d. Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi apapun.
e. Kondisi kesehatan yang baik.
3. Penanggung Jawab Administrasi
Adapun uraian tugas Penanggung Jawab Administrasi sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kepala instalasi.
b. Membantu kepala instalasi dalam penyusunan suatu perencanaan yang
berdasarkan masukan dari kepala sub instalasi.
c. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan dari masing-masing sub instalasi.
d. Menyiapkan keperluan administrasi.
Kualifikasi yang harus dimiliki Penanggung jawab Administrasi adalah:
a. Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA atau sekolah pendidikan perawat atau yang
setara dengan tambahan kursus administrasi.
b. Dapat melakukan pengetikan dan penggunaan komputer.
c. Rapi dalam menyusun setiap dokumentasi.
4. Staf Di Pusat Sterilisasi
Adapun uraian tugas Staf di pusat Sterilisasi sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi.
b. Tidak memiliki alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat sterilisasi.
c. Mengerti dengan semua perintah dan menerapkannya menjadi suatu aktivitas.
d. Menerapkan apa yang sudah diajarkan dan yang diperoleh dari pengalaman
atasannya.
e. Mengikuti prosedur kerja atau standar prosedur operasional yang telah dibuat
dan ditetapkan.
f. Menjalankan pekerjaan dengan baik melalui perintah langsung maupun tidak
langsung seperti melalui telepon.
g. Mengerjakan pekerjaan secara rutin atau berulang.
h. Menerima tekanan kerja dan juga yang kadang-kadang lembur.
i. Memakai alat pelindung diri seperti apron, masker, penutup kepala, sandal yang
khusus dan sarung tangan.
j. Memelihara peralatan pusat sterilisasi, alat dan bahan yang steril.
Kualifikasi yang harus dimiliki staf adalah:
a. Harus mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang sudah bersertifikasi.
b. Dapat belajar dengan cepat.
c. Memiliki keterampilan yang baik.
d. Mempunyai “personal hygiene” yang baik.
e. Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian
(Depkes RI, 2009)
Selain kualifikasi yang harus dipenuhi personil yang bekerja di CSSD dianjurkan untuk:
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan yang mencangkup data fisik, X-ray untuk
TBC, paling sedikit sekali dalam setahun
2. Imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, demam tifoid
3. Melaporkan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di pusat sterilisasi
seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan, tertusuk
jarum maupun infeksi pada mata sekali setahun.
(Depkes RI, 2009)
B. Ruangan
Besar kecilnya instalasi ditetapkan berdasarkan beban kerja dan tugas-tugas
yang diaksanakan oleh pegawai pada instalasi bersangkutan dalam jabatan fungsional
serta disesuaikan dengan tipe atau kapasitas kamar rumah sakit tersebut, adapun
ketentuan luas daerah CSSD adalah:
1. 200 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 130 m2
2. 400 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 200 m2
3. 600 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 350 m2
4. 800 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 400 m2
5. 1000 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 450 m2
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril
terbesar di rumah sakit. Pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan
pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta
meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril. Ruangan dalam CSSD umumnya
terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk
menghindari kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Ruang CSSDdibagi
menjadi 5 ruangan yaitu:

1. Ruang dekontaminasi
Ruangan ini merupakan tempat terjadi proses penerimaan barang kotor,
melakukan dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus
direncanakan,dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi
dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi,racun
dan hal-hal berbahaya lainnya. Suhu ruangan dijaga antara18 0-220C dan kelembapan
35%-75%. Sistem ventilasi pada ruangan harus didesain sedemikian rupa sehingga
udara di ruang dekontaminasi harus:
a. Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
b. Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
c. Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
Kebersihan ruangan harus selalu diperhatikan dengan melakukan pembersihan
secara rutin sebagai berikut:
a. Dipel dan di-vacum basah sekali sehari
b. Mebersihakan dan mendisinfeksi tempat mencuci, meja kerja dan peralatan
sekali sehari
c. Langsung membersihkan dan mendisinfeksi tumpahan darah
d. Secara teratur membersihakan AC, rak penyimpanan, dinding, langit-langit dan
fasilitas penunjang lainnya.
e. Prosedur kontrol terhadap bintang perusak (serangga, tikut dan binatang
lainnya).
f. Pemisahan sampah infectious dan noninfectious serta sampah dibuang
setidakanya satu kali dalam sehari.
2. Ruang pengemasan alat:
Ruangan melakukan pengemasan dan penyimpanan alat atau barang bersih. Pada
ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan tertutup.
3. Ruang produksi dan processing:
Proses yang dilakukan di ruangan ini adalah pemeriksaan linen, dilipat, dan
dikemas untuk persiapan sterilisasi. Selain linen, pada daerah ini dipersiapkan pula
bahan-bahan seperti kain kasa, cotton swab, dan lain-lain. Sebaiknya disediakan tempat
untuk penyimpanan barang tertutup.
4. Ruang sterilisasi:
Ruangan tempat proses sterilisasi dilakukan. Khusus untuk sterilisasi Etilen
Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit
pusat sterilisasi dan dilengkapi exhaust.
5. Ruang penyimpanan barang steril.
Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan mesin
sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang
penyimpanan. Suhu ruangan dijaga antara180-220C dan kelembapan 35%-75%, ventilasi
menggunakan sistem bertekanan positif dengan efisiensi filtrasi pasrtikel 90-95% (untuk
partikel 0,5 mikro). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat
sehingga mudah dibersihkan. Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh
petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan
pakaian yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruangan harus jauh dari lalu lintas,
jendala dan pintu sesedikit mungkin serta terisolir (Depkes RI, 2009).
C. Proses Sterilisasi
Mesin sterilisasi harus dibersihkan dan periksa setiap hari untuk menurunkan
kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Adapun contoh item yang harus
dibersihkan setiap hari recording chart dan jarum petunjuk, gasket pintu,bagian dalam
chamber dan bagian luar lainnya. Kalibrasi alat juga harus dilakukan secara periodik
untuk menjamin mesin berkerja dengan baik serta efektif. Contoh item yang harus
dikalibrasi adalah pengukur suhu, tekanan, timer dan elemen pencatat lainnya. Ketika
melakukan proses sterilisasi personil harus dilengkapi dengan alat pelindung diri
(APD). APD yang dapat digunakan seperti apron lengan panjang yang tahan terhadap
cairan atau karet yang tahandari cairan kimia heavy duty, penutup kepala, masker high
filtration, tight fitting goggle yang dipakai oleh staf. Staf yang bekerja di ruang
dekontaminasi harus menggunakan alas kaki khusus dan penutup sepatu tahan air. Alat
pelindung yang akan dipakai ulang harus dicuci setiap selesai digunakan (Depkes RI,
2009). Adapun tahap sterilisasi yang di lakukan di CSSD adalah sesuai pada gambar
2.5.
Gambar 2.5. Alur Sterilisasi Bahan dan Alat Medik. (Depkes RI, 2009)
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan proses pebersihan benda-benda yang terkontaminasi
oleh mikroorganisme yang berbahaya sehingga aman bagi proses berikutnya.
Alat yang akan dipakai ulang dikumpulkan dibawa ke ruang dekontaminasi
sedemikian rupa sehingga tidak mengkontaminasi pasien. Peralatan dipisahkan
dari limbah, benda tajam diletakkan dikontainer. Peralatan dibungkus dengan
kantong plastik tertutup serta tahan bocor dan langsung dibawa ke ruang
dekontaminasi dengan tetap menjaga kelembapan agar kotoran tidak mengering
sehingga sulit dibersihkan. Alat-alat yang teah sampai ruang dekontainasi dibuka
semua sambungannya, disortir berdasarkan metode pebersihannya kemudian alat
dibersihkan menggunakan desinfektan. Metode pencucian dapat dilakukan
dengan beberapa metode yaitu:
 Metode rendam dan bilas dimana alat atau bahan dierndam pada air dengan
suhu 200-430C atau enzim yang dapat mengangkat darah dan protein
kemudian dibilas dengan air keran yang mengalir.
 Mencuci secara manual dengan sikat yang telah didesinfeksi setiap hari,
dibilas dengan air keran pada suhu 40-550C kemudian dikeringkan dan
dilubrikasi dengan parafin.
 Pembersihan dengan mesin ultrasonik yang dapat melepaskan kotoran serta
mikroorganisme dari alat dan bahan.
(Depkes RI, 2009)
2. Pengemasan
Adapun prinsip pengemasan yang dilakukan adalah sterilan harus dapat diserapa
dengan baik dan menjangkau seluruh permukaan kemasan dan isinya, menjaga
sterilitas alat hingga dibuka, mudah dibuka dan isisnya mudah dikeluarkan tanpa
mengkontaminasi. Syarat yang harus dipenuhi oleh bahan pengemas adalah
dapat menahan mikroorganisme, kuat,tahan lama, mudah digunakan, tidak
mengandung racun, dibuka dengan mudah dan aman, segel yang baik dan perlu
diperhatikan masa kadaluarsanya. Adapun bahan pengemas yang dapat
digunakan adalah kertas, film plastik, kain (linen) dan kain campuran. Bahan
pengemas disesuaikan dengan metode sterilisasi yang akan digunakan. Saat
pengemasan alat dan bahan juga diisi identitas, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa
serta indikator (Depkes RI, 2009).
3. Sterilisasi
Pemilihan metode sterilisasi dilakukan berdasakana alat dan bahan yang akan
disterilisasi. Adapun metode sterilisasi yang dapat dipilih adalah:

a. Sterilisasi panas kering


Metode ini digunakan untuk alat-alat dimana uap tidak dapat berpenetrasi
dengan mudah dan peralatan yang terbuat dari kaca. Pembunuhan
mikroorganisme terjadi melalui proses oksidasi sampai dengan koagulasi sel.
Alat yang digunakan adalah oven dengan suhu1400-1800C. Metode ini tidak
memiliki sifat korosif pada logam dan dapat menjangkau seluruh permukaan
tanpa dibongkar pasang. Namun penetrasi berjalan lambat dan tidak merata,
perlu waktu lama untuk mencapai keadaan steril, dan suhu tinggi dapat
merusak beberapa bahan.
b. Sterilisasi Uap
Metode ini merupakan proses sterilisasi yang paling efektif dan efisien. Uap
dapat membunuh sel mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel
protein secara ireversibel. Keberhasilan sterilisasi uap tergantung pada
proses pebersihan alat dan bahan saat proses dekontaminasi. Selain itu
kualitas uap akan berpengaruh pada proses sterilisasi dimana kualitas uap
yang baik adalah fraksi kekeringan 97%. Suhu dan durasi sterilisasi berbeda
berdasarkan alat dan bahan yang disterilisasi. Alat atau bahan yang
dimasukkan kedalam mesin harus ditata dengan baik untuk memudahkan
penetrasi dan pengosongan udara.
c. Sterilisasi Etilen Oksida
Metode ini digunakan untuk alat yang tidak dapat disterilisasi dengan panas
kering maupun panas uap atau basah. Etilen oksida membunuh
mikroorganisme dengan cara bereaksi terhadap DNA mikroorganisme
melaui mekanisme alkilasi. Metode sterilisasi gas biasa diaplikasikan untuk
mensterilkan materi yang sensitif terhadap panas seperti alat-alat endoskopi
yang terbuat dari kaca atau kateter. Adapun keuntungan dari metode ini
adalah menggunakan temperatur rendah dan memiliki kemampuan penetrasi
gas yang baik. Sedangkan kerugiannya adalah agen kimia yang digunakan
bersifat karsinogenik dan mutagenik (Sultana et al., 2007). Sterilisasi ini
berlangsung dengan konsentrasi gas tidak kurang dari 400 g/liter pada suhu
360-600C dan kelembapan 40%-100%. Semakin tinggi suhu dan konsentrasi
gas yang digunakan maka waktu yang diperlukan semakin sedikit.
d. Sterilisasi dengan Plasma
Plasma yang digunakan dalamproses sterilisasi terbentuk dari hidrogen
peroksida 58% yang membentuk uap ketika memasuki chamber melalui
metode difusi. Hidrogen peroksida pada dasarnya mempunyai aktivitas
membunuh mikroorganisme. Alat dan bahan kemudian akan terpapar uap
hidrogen peroksida selama 50 menit pada konsentrasi 6mg/L, sterilisasi akan
selesai ketika spesies reaktif bergabung kembali bergabung mebentuk air dan
oksigen.
e. Sterilisasi Suhu Rendah Uap Formaldehid
Kemampuan formaldehid untuk membunuh ikroorganisme melalui proses
alkilasi sudah lama digunakan untuk proses disinfeksi ruangan, lemari,
maupun instrumen-instrumen. Sterilisasi dilakukan dengan cara steam secara
kontinu hingga chamber mencapai suhu 730C dan pemaparan formaldehid
hingga konsentrasi 15 mg/m3.
(Depkes RI, 2009)
Pemamtauan proses sterilisasi dilakuakan dengan mengguanakan indikator fisika
kimia dan biologi, sedangkan pemantauan hasil sterilisasi dilakukan dengan tes
mikroorganisme (Depkes RI, 2009).
4. Penyimpanan
Alat dan bahan disimpan pada ruang penyimpanan sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi kontaminasi kembali pada alat dan bahan. Alat dan bahan yang
telah steril disimpan pada jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari
langit-langit serta 5 cm dari dinding serta diupayakan untuk menghindari
terjadinya penumpukan debu pada kemasan, serta alat-alat steril tidak disimpan
dekat wastafel atau saluran pipa lainnya. Alat akan disimpan hingga waktu untuk
didistribusikan dengan sistem distribusi alat tergantung dari rumah sakit masing-
masing (Depkes RI, 2009).
1. Pusat Sterilisasi Perlengkapan Medik (CSSD)
Pusat sterilisasi perlengkapan medik (Central Sterilization Supply Department,
CSSD) merupakan salah satu bagian dari akreditasi rumah sakit, dimana hal ini
termasuk dalam standar kelima yang membahas tentang usaha penurunan angka infeksi
akibat perlengkapan medis. Bagian CSSD yang ada di RS PTN UNUD bertanggung
jawab atas penyelenggaraan proses dekontaminasi, pengemasan, dan sterilisasi semua
alat medis yang diperlukan dalam kondisi steril. Terdapat 7 kegiatan penting (7 steps
instrument processing) yang menjadi tanggung jawab CSSD yaitu pemidahan
(transportation), pencucian (precleaning and cleaning), pengemasan (packing),
sterilisasi (sterilization), penyimpanan (storage) dan pengembalian ke ruangan
(distribution).
Gambar. Alur sterilisasi di RS PTN UNUD
Tahapan sterilisasi yang dilakuan di CSSD RS UNUD yaitu :
1. Penerimaan dan Pengumpulan
Merupakan kegiatan pencatatan, penyerahan dan penerimaan alat atau
instrument yang akan disterilkan seperti linen operasi, alat-alat operasi dan
lain-lain, bahan bahan atau intrument yang terkontaminasi ditempatkan pada
container.
2. Pembersihan (pencucian)
Pada proses pembersihan dilakukan kegiatan perendaman menggunakan
desinfektan dan dekontaminasi. Proses ini dilakukan di ruangan kotor yang
bertekanan negatif agar tidak ada udara yang keluar dari ruangan kotor
sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruangan kotor.
Bahan kimia (chemical) yang digunakan untuk melakukan dekontaminasi
adalah larutan enzimatis seperti protease untuk melarutkan kotoran dan
desinfektan
golongan glutaraldehid. Setelah dilakukan proses perendaman dan
dekontaminasi dilakukan proses pencucian dengan air recverse osmosis.
Proses ini bertujuan untuk membunuh atau menghambat perkembangan
mikroorganisme. digunakannya larutan enzimatis yang megandung
protease dikarenakan juga karena enim ini dapat memecah protein, dimana
komponen dalam darah yang paling banyak adalah protein, sehingga
diharapkan alat alat yang terkontaminasi darah dapat lebih mudah
dibersihkan, berikut gambaran proses perendaman intrumen kotor :
3. Pengeringan
Pada proses pengeringan dapat menggunakan mesin (washer) dimana proses
ini masih dilakukan pada ruang kotor, proses ini bertujuaan agar alat ataupun
linen dalam kondisi kering sebelum menjalani proses sterilisasi, menghindari
timbulnya karat dan memudahkan pengambilan, alat ini dapat juga
digunakan untuk mencuci peralatan yang telah dilakukan proses perendaman
tetapi akan membutuhkan waktu yang lama oleh karena itu pencucian
dilakukan dengan mengkombinasikan dengan mesin dan manual, sehingga
alat ini lebih sering digunakan untuk mengeringkan intrumen yang telah di
cuci dan di rendam dengan enzyme protease. dalam menggunakan mesin
drying dipastikan terbelih dauhu bahwa mesin telah dikalibrasi dan siap
digunakan.
4. Pemilihan
Proses ini dilakukan di ruang bersih, dimana pemilihan bertujuan
memisahkan barang yang masih baik yang dapat digunakan, bisa
diperbaiki atau dihapuskan. proses ini digunakan sebelum melakukan
sterilisasi, dimana dengan melakukan proses pemilihan dapat diketahui
bahan yang tahan terhadap panas dan basah, sehingga tidak merusak alat
pada saat akan dilakukan proses sterilisasi dengan autoclaf.
5. Pengemasan
Pada proses ini intrumen atau alat yang telah dikeringkan dan dipilih
dilakukan proses pengemasan dimana instrumen dibungkus dan dipress
untuk menghilangkan udara didalamnya. Kemudian diberi
label untuk memudahkan pengambilan saat diperlukan. Ruangan bersih
memiliki tekanan yang lebih positif dibandingkan ruangan
kotor, pada proses ini alat yang akan di sterilisasi ditempelkan indikator
secara internal dan eksternal, dimana pada indikator eksternal akan di
tempelkan tip yang akan berubah warna menjadi hitam jika alat sudah di
sterilisasi, selain itu tip ini brfungsi sebagai fiksasi, selain itu indikator
eksternal dapat dilihat dengan garis pada pouches yang akan berubah
warna menjadi kehitaman jika alat sudah disterilisasi.pada indikator
internal digunakan label class 1 yang akan berubah warna menjadi
kehitaman jika bahan telah disterilisasi, label ini dimasukkan ke dalam
pouches dan bahan yang akan disterilisasi, indikator ini hanya dapat berubah
warna hanya dengan peruahan suhu saja sehingga dapat dikatakan
belum spesifik.
6. Sterilisasi
Sterilisasi yang digunakan di RSUD Wangaya Kota Denpasar adalah
sterilisasi panas basah dengan menggunakan autoklaf (gambar 2 (a) ).
Sebelum dilakukan proses sterilisasi, autoklaf harus dipanaskan terlebih
dahulu agar siap digunakan selain itu perlu dilakukan pengecekan terkait
dengan kalibrasi mesin autoclaf, proses ini berlangsung pada ruang bersih.
dimana jnis alat yang disterilisasi adalah bahan yang tahan panas seperti
logam, dan kain kasa untuk bahan yang tidak tahan panas disiasati dengan
penggunaan sekali pakai (single use), Selain itu dilakukan juga Tes Boidic
(gambar2 (b)) dengan cara memasukkan kertas indicator ke dalam autoklaf
selama ±2 menit. Kertas indikator tes boidic akan mengalami perubahan
warna dari biru ke merah muda. Apabila perubahan warna tidak merata,
menunnjukkan bahwa vakum dalam autoklaf tidak dalam kondisi yang
baik sehingga terjadi kebocoran udara. Perubahan warna yang sempurna
menunjukkan vakum pada autoklaf dalam kondisi yang baik dan siap
digunakan untuk proses sterilisasi. Pengaturan suhu dan waktu sterilisasi
tergantung pada jenis barang yang akan disterilisasi. Barang yang terbuat
dari karet, kaca, dan barang sensitif terhadap panas disterilisasi pada suhu
121°C selama 20 menit, sedangkan untuk linen, kapas, kasa dan instrumen
disterilisasi pada suhu 134°C selama 7 menit. Indikator steril
menggunakan indikator internal. Apabila alat-alat telah steril maka
indikator internal yang dipasangkan akan berubah warna menjadi hitam.
Untuk menjamin hasil dari proses sterilisasi yang dilakukan maka
dilakukan evaluasi sterilisasi dengan indikator biologi yaitu dengan
memasukkan tabung yang berisikan spora bakteri yang paling kuat atau
sulit untuk dimusnahkan yang dimasukkan ke dalam mesin autoclaf
kemudian setelah proses setesai maka tabung akan dipecahkan dan
diinkubasi pada adat kuhus dalam kurun waktu 12 jam maka diliat
perubahan warna jika dibandingkan dengan kontrol, kemudian dilakukan uga
uji mikrobiologi yang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan cara
mnggunakan swab kemudan hasil swab akan di inkubasi pada media, dan
dilihat apakah ada pertumbuhan bakteri atau tidak. CSSD RS PTN UNUD
belum memiliki alat untuk sterilisasi alat-alat yang tidak tahan terhadap
pemanasan. Maka selama ini alat tersebut hanya digunakan sekali pakai
dan alat tersebut juga jarang digunakan di CSSD RS PTN UNUD.
7. Penyimpanan
Setelah melakukan proses sterilisasi dengan atuoclaf maka dilakukan
pengecekan terlebih dahulu dengan melihat indikator eksternal dan internal
yaitu indikator pada tip yang berubah warna menjadi hitam dan garis pada
pouches yang berwarna kehitaman menandakan bahwa bahan teah di
sterilisasi dan sterilisasi berlangsung dengan baik selain itu dilihat pula
indikator internal dengan melihat label internal class 1 yang akan berbah
warna menjadi kehitaman, maka bahan akan di pindah ke ruang steril yaitu
dilakukan proses penyimpanan proses ini merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk menjaga kesterilan alat dan bahan sampai ketika
didistribusikan. Kegiatan penyimpanan instrumen yang telah steril
dilakukan di ruangan steril dengan mengelompokkan bahan yang telah
disterilisasi sesuai dengan asal ruangan dan jumlah bahan yang disterilkan.
8. Distribusi
Distribusi merupakan kegiatan penyaluran alat dan bahan yang sudah steril
ke bagian pengiriman dilakukan dengan pengambilan langsung oleh
perawat/petugas ruangan yang memerlukan alat steril sesuai dengan
amprahan sebelumnya, proses ini dilakukan oleh seorang petugas yang
akan memberikan peralatan yang telah di sterilisasi yang akan diserahkan
di bagian loket pengambilan alat steril

Anda mungkin juga menyukai