Penanggung Jawab
Administrasi
Sub Instalasi
Sub Instalasi
Pengawasan Mutu,
Dekontaminasi, Sterilisasi Sub Instalasi Distribusi
Pemeliharaan Sarana &
dan Produksi
Peralatan, K3 & Diklat
Gambar 2.4. Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi (Depkes RI, 2009)
Setiap personil yang ada di CSSD memiliki tugas dan kualifikasi sendiri, berikut
merupakan tugas dan kualifikasi personil dalam CSSD:
1. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
Adapun Uraian tugas Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi sebagai berikut:
a. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan supply alat medis yang
steril bagi perawatan pasien di rumah sakit.
b. Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengembangan
diri atau personel lainnya.
c. Menentukan metoda yang lebih efektif bagi penyiapan dan penanganan alat atau
bahan yang steril.
d. Bertanggung jawab agar staf dapat mengerti akan prosedur dan penggunaan
mesin sterilisasi secara benar.
e. Memastikan bahwa teknik aseptik yang diterapkan pada saat penyiapan dan
penanganan alat steril baik yang hanya sekali pakai maupun alat yang dapat
dipakai ulang.
f. Melakukan kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan koordinasi
yang bersifat intern ataupun ekstern.
g. Melakukan seleksi untuk calon tenaga di pusat sterilisasi, menyiapkan konsep
dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu yang telah ditentukan.
h. Membuat perencanaan suatu program kerja.
i. Membuat laporan kinerja pusat sterilisasi.
Kualifikasi yang harus dimiliki Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi adalah:
a. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi pada rumah sakit kelas A dan B, pendidikan
terakhir minimal S1 di bidang kesehatan, atau S1 umum dengan minimal masa
kerja 5 tahun pada bidang sterilisasi.
b. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi pada rumah sakit kelas C, pendidikan terakhir
minimal D3 di bidang kesehatan, atau D3 umum dengan minimal masa kerja 5
tahun di bidang sterilisasi.
c. Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan sterilisasi.
d. Telah mendapatkan kursus tambahan tentang manajemen.
e. Mengetahui tentang psikologi personel
f. Mempunyai pengalaman kerja di bagian kamar operasi atau sterilisasi.
g. Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi.
2. Kepala Sub Instalasi
Adapun Uraian tugas Kepala Sub Instalasi sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
b. Bertanggung jawab sebagai kepala instalasi pusat sterilisasi apabila kepala
instalasi sedang berhalangan untuk hadir di suatu pertemuan.
c. Membantu kepala instalasi dalam pengendalian dan penanganan alat, supervisi
langsung, mengajar atau merevisi prosedur baru, mengevaluasi staf dan
melaporkannya kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
d. Membuat program orientasi untuk tenaga baru.
e. Membuat rencana kebutuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan masing-
masing sub instalasi.
f. Membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang sudah rusak.
g. Membuat laporan hasil kerja dari masing-masing sub instalasi (Sub Instalasi
dekontaminasi, sterilisasi dan produksi, Sub Instalasi pengawasan mutu,
pemeliharaan sarana dan peralatan, K3 dan diklat, serta Sub Instalasi distribusi)
kepada kepala instalasi.
Kualifikasi yang harus dimiliki Kepala Sub Instalasi adalah:
a. Pendidikan minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa kerja selama 3 tahun
ddi bidang sterilisasi.
b. Pernah mengikuti kursus tambahan tentang pusat sterilisasi.
c. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari sub instalasi
yang dipimpinnya.
d. Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi apapun.
e. Kondisi kesehatan yang baik.
3. Penanggung Jawab Administrasi
Adapun uraian tugas Penanggung Jawab Administrasi sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kepala instalasi.
b. Membantu kepala instalasi dalam penyusunan suatu perencanaan yang
berdasarkan masukan dari kepala sub instalasi.
c. Melakukan rekapitulasi laporan kegiatan dari masing-masing sub instalasi.
d. Menyiapkan keperluan administrasi.
Kualifikasi yang harus dimiliki Penanggung jawab Administrasi adalah:
a. Minimal lulusan SMA/SMU/SMEA atau sekolah pendidikan perawat atau yang
setara dengan tambahan kursus administrasi.
b. Dapat melakukan pengetikan dan penggunaan komputer.
c. Rapi dalam menyusun setiap dokumentasi.
4. Staf Di Pusat Sterilisasi
Adapun uraian tugas Staf di pusat Sterilisasi sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi.
b. Tidak memiliki alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat sterilisasi.
c. Mengerti dengan semua perintah dan menerapkannya menjadi suatu aktivitas.
d. Menerapkan apa yang sudah diajarkan dan yang diperoleh dari pengalaman
atasannya.
e. Mengikuti prosedur kerja atau standar prosedur operasional yang telah dibuat
dan ditetapkan.
f. Menjalankan pekerjaan dengan baik melalui perintah langsung maupun tidak
langsung seperti melalui telepon.
g. Mengerjakan pekerjaan secara rutin atau berulang.
h. Menerima tekanan kerja dan juga yang kadang-kadang lembur.
i. Memakai alat pelindung diri seperti apron, masker, penutup kepala, sandal yang
khusus dan sarung tangan.
j. Memelihara peralatan pusat sterilisasi, alat dan bahan yang steril.
Kualifikasi yang harus dimiliki staf adalah:
a. Harus mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang sudah bersertifikasi.
b. Dapat belajar dengan cepat.
c. Memiliki keterampilan yang baik.
d. Mempunyai “personal hygiene” yang baik.
e. Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian
(Depkes RI, 2009)
Selain kualifikasi yang harus dipenuhi personil yang bekerja di CSSD dianjurkan untuk:
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan yang mencangkup data fisik, X-ray untuk
TBC, paling sedikit sekali dalam setahun
2. Imunisasi untuk hepatitis B, tetanus, demam tifoid
3. Melaporkan mengenai sakit yang dialami selama bekerja di pusat sterilisasi
seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi saluran pencernaan, tertusuk
jarum maupun infeksi pada mata sekali setahun.
(Depkes RI, 2009)
B. Ruangan
Besar kecilnya instalasi ditetapkan berdasarkan beban kerja dan tugas-tugas
yang diaksanakan oleh pegawai pada instalasi bersangkutan dalam jabatan fungsional
serta disesuaikan dengan tipe atau kapasitas kamar rumah sakit tersebut, adapun
ketentuan luas daerah CSSD adalah:
1. 200 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 130 m2
2. 400 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 200 m2
3. 600 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 350 m2
4. 800 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 400 m2
5. 1000 tempat tidur, luas bangunan kurang lebih 450 m2
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat/bahan steril
terbesar di rumah sakit. Pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan
pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta
meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril. Ruangan dalam CSSD umumnya
terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang dibuat sedemikian rupa untuk
menghindari kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Ruang CSSDdibagi
menjadi 5 ruangan yaitu:
1. Ruang dekontaminasi
Ruangan ini merupakan tempat terjadi proses penerimaan barang kotor,
melakukan dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus
direncanakan,dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi
dan untuk melindungi pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi,racun
dan hal-hal berbahaya lainnya. Suhu ruangan dijaga antara18 0-220C dan kelembapan
35%-75%. Sistem ventilasi pada ruangan harus didesain sedemikian rupa sehingga
udara di ruang dekontaminasi harus:
a. Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
b. Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
c. Tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
Kebersihan ruangan harus selalu diperhatikan dengan melakukan pembersihan
secara rutin sebagai berikut:
a. Dipel dan di-vacum basah sekali sehari
b. Mebersihakan dan mendisinfeksi tempat mencuci, meja kerja dan peralatan
sekali sehari
c. Langsung membersihkan dan mendisinfeksi tumpahan darah
d. Secara teratur membersihakan AC, rak penyimpanan, dinding, langit-langit dan
fasilitas penunjang lainnya.
e. Prosedur kontrol terhadap bintang perusak (serangga, tikut dan binatang
lainnya).
f. Pemisahan sampah infectious dan noninfectious serta sampah dibuang
setidakanya satu kali dalam sehari.
2. Ruang pengemasan alat:
Ruangan melakukan pengemasan dan penyimpanan alat atau barang bersih. Pada
ruang ini dianjurkan ada tempat penyimpanan tertutup.
3. Ruang produksi dan processing:
Proses yang dilakukan di ruangan ini adalah pemeriksaan linen, dilipat, dan
dikemas untuk persiapan sterilisasi. Selain linen, pada daerah ini dipersiapkan pula
bahan-bahan seperti kain kasa, cotton swab, dan lain-lain. Sebaiknya disediakan tempat
untuk penyimpanan barang tertutup.
4. Ruang sterilisasi:
Ruangan tempat proses sterilisasi dilakukan. Khusus untuk sterilisasi Etilen
Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit
pusat sterilisasi dan dilengkapi exhaust.
5. Ruang penyimpanan barang steril.
Ruang ini sebaiknya dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila digunakan mesin
sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang
penyimpanan. Suhu ruangan dijaga antara180-220C dan kelembapan 35%-75%, ventilasi
menggunakan sistem bertekanan positif dengan efisiensi filtrasi pasrtikel 90-95% (untuk
partikel 0,5 mikro). Dinding dan lantai ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat
sehingga mudah dibersihkan. Akses ke ruang penyimpanan steril dilakukan oleh
petugas pusat sterilisasi yang terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunakan
pakaian yang sesuai dengan persyaratan. Lokasi ruangan harus jauh dari lalu lintas,
jendala dan pintu sesedikit mungkin serta terisolir (Depkes RI, 2009).
C. Proses Sterilisasi
Mesin sterilisasi harus dibersihkan dan periksa setiap hari untuk menurunkan
kemungkinan tidak berfungsinya mesin sterilisasi. Adapun contoh item yang harus
dibersihkan setiap hari recording chart dan jarum petunjuk, gasket pintu,bagian dalam
chamber dan bagian luar lainnya. Kalibrasi alat juga harus dilakukan secara periodik
untuk menjamin mesin berkerja dengan baik serta efektif. Contoh item yang harus
dikalibrasi adalah pengukur suhu, tekanan, timer dan elemen pencatat lainnya. Ketika
melakukan proses sterilisasi personil harus dilengkapi dengan alat pelindung diri
(APD). APD yang dapat digunakan seperti apron lengan panjang yang tahan terhadap
cairan atau karet yang tahandari cairan kimia heavy duty, penutup kepala, masker high
filtration, tight fitting goggle yang dipakai oleh staf. Staf yang bekerja di ruang
dekontaminasi harus menggunakan alas kaki khusus dan penutup sepatu tahan air. Alat
pelindung yang akan dipakai ulang harus dicuci setiap selesai digunakan (Depkes RI,
2009). Adapun tahap sterilisasi yang di lakukan di CSSD adalah sesuai pada gambar
2.5.
Gambar 2.5. Alur Sterilisasi Bahan dan Alat Medik. (Depkes RI, 2009)
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan proses pebersihan benda-benda yang terkontaminasi
oleh mikroorganisme yang berbahaya sehingga aman bagi proses berikutnya.
Alat yang akan dipakai ulang dikumpulkan dibawa ke ruang dekontaminasi
sedemikian rupa sehingga tidak mengkontaminasi pasien. Peralatan dipisahkan
dari limbah, benda tajam diletakkan dikontainer. Peralatan dibungkus dengan
kantong plastik tertutup serta tahan bocor dan langsung dibawa ke ruang
dekontaminasi dengan tetap menjaga kelembapan agar kotoran tidak mengering
sehingga sulit dibersihkan. Alat-alat yang teah sampai ruang dekontainasi dibuka
semua sambungannya, disortir berdasarkan metode pebersihannya kemudian alat
dibersihkan menggunakan desinfektan. Metode pencucian dapat dilakukan
dengan beberapa metode yaitu:
Metode rendam dan bilas dimana alat atau bahan dierndam pada air dengan
suhu 200-430C atau enzim yang dapat mengangkat darah dan protein
kemudian dibilas dengan air keran yang mengalir.
Mencuci secara manual dengan sikat yang telah didesinfeksi setiap hari,
dibilas dengan air keran pada suhu 40-550C kemudian dikeringkan dan
dilubrikasi dengan parafin.
Pembersihan dengan mesin ultrasonik yang dapat melepaskan kotoran serta
mikroorganisme dari alat dan bahan.
(Depkes RI, 2009)
2. Pengemasan
Adapun prinsip pengemasan yang dilakukan adalah sterilan harus dapat diserapa
dengan baik dan menjangkau seluruh permukaan kemasan dan isinya, menjaga
sterilitas alat hingga dibuka, mudah dibuka dan isisnya mudah dikeluarkan tanpa
mengkontaminasi. Syarat yang harus dipenuhi oleh bahan pengemas adalah
dapat menahan mikroorganisme, kuat,tahan lama, mudah digunakan, tidak
mengandung racun, dibuka dengan mudah dan aman, segel yang baik dan perlu
diperhatikan masa kadaluarsanya. Adapun bahan pengemas yang dapat
digunakan adalah kertas, film plastik, kain (linen) dan kain campuran. Bahan
pengemas disesuaikan dengan metode sterilisasi yang akan digunakan. Saat
pengemasan alat dan bahan juga diisi identitas, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa
serta indikator (Depkes RI, 2009).
3. Sterilisasi
Pemilihan metode sterilisasi dilakukan berdasakana alat dan bahan yang akan
disterilisasi. Adapun metode sterilisasi yang dapat dipilih adalah: