Anda di halaman 1dari 13

KASUS 1

Ringkasan Hasil Pengkajian sesuai Kasus:


Sampel agregat yang digunakan adalah 15 KK (50 %) KK dari total 30 KK warga
Sawojajar Kecamatan Kedungkandang Kota Malang 65139. Data yang didapatkan berupa
data subjective dari Door to Door yang dilakukan pada 10 September 2016.
Olahraga adalah aktifitas yang penting untuk menunjang kebugaran dan imunitas
tubuh namun dari 15 KK yang disurvei didapati hasil 12 KK (80 % KK) tidak melakukan
olahraga rutin. Selain itu, komunitas tersebut juga belum mempunyai program bersama yang
memfasilitasi olahraga secara rutin. Mungkin ini yang menjadi salah satu penyebab
kurangnya daya tahan tubuh masyarakat terhadap virus-virus mudah menular seperti batuk
pilek. Tidak menutup kemungkinan pula hal tersebut menjadi resiko terhadap rawan
terjangkitnya penyakit. Data yang didapatkan juga menunjukkan sebanyak 30 warga atau
54,5 % dari total 55 warga sering mengalami flu dan batuk pilek.
Selain itu, ada hasil yang menunjukkan beberapa kebiasaan kesehatan warga yang
kurang baik, terlebih pada lansia yang jumlahnya cukup besar di didaerah tersebut, yaitu:
1. 40 % lansia jarang ke posyandu
2. 21 % lansia tidak pernah ke posyandu
3. 63% lansia tidak pernah ke layanan pemeriksaan kesehatan
4. 23 % lansia tidak rajin ke layanan pemeriksaan kesehatan
Sebanyak 15 warga mengalami asam urat serta 5-10 warga menderita sakit kepala.
Sebagian besar ibu nifas mengeluhkan ASI tidak lancar. Sebagian besar pasangan usia subur
tidak mengikuti program KB dengan alasan takut KB dan tunda KB.
JAWABAN KASUS 1:

A. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : Rendahnya kesadaran Defisiensi kesehatan
1) Ketua RT berkata, “ Disini masyarakat tentang komunitas di Sawojajar
memang tidak pernah ada gaya hidup sehat Kecamatan
kegiatan olahraga bersama, Kedungkandang Kota
warga sibuk sendiri sendiri dalam Malang
melakukan aktivitas sehari-hari,
hingga tidak sempat melakukan
olahraga.”
2) Warga berkata,”Lebih nyaman
tiduran dirumah kalau libur kerja
daripada olahraga.”
3) Warga berkata,” Hari Minggu
sebenarnya memang nyaman
kalau dilakukan olahraga
bersama di kompleks ini namun
karena tidak ada yang membuat
program, kami pun lebih memilih
tinggal dirumah.”
DO :
1) 12 KK (80 % KK) tidak
melakukan olahraga rutin
2) Komunitas tersebut juga belum
mempunyai program bersama
yang memfasilitasi olahraga
secara rutin.
3) Sebanyak 30 warga atau 54,5 %
dari total 55 warga sering
mengalami flu dan batuk pilek.
Sebanyak 15 warga mengalami
asam urat serta 5-10 warga
menderita sakit kepala sedangkan
sisanya menderita diare dan DM.

2. DS: Rendahnya kesadaran Ketidakefektifan


1) Kader posyandu berkata,”Lansia lansia tentang pemeliharaan
tidak datang posyandu seringkali pentingnya kesehatan kesehatan pada agregat
karena alasan tidak sempat dan lansia di Sawojajar
tidak ada keluarga yang dapat Kecamatan
mengantarkan.” Kedungkandang Kota
2) Kader posyandu berkata,” Banyak Malang
lansia yang tidak pernah dan tidak
rajin memeriksakan kesehatan
lantaran tidak ada keluarga yang
mengantarkan.”

DO:
1) 40 % lansia jarang ke posyandu
2) 21 % lansia tidak pernah ke
posyandu
3) 63% lansia tidak pernah ke
layanan pemeriksaan kesehatan
4) 23 % lansia tidak rajin ke layanan
pemeriksaan kesehatan
3. DS: Kurangnya Ketidakefektifan
1) Kader posyandu berkata,”Hampir pengetahuan ibu nifas pemberian ASI pada
sebagian besar ibu nifas tentang teknik agregat ibu nifas/buteki
mengeluhkan ASI tidak keluar pemberian ASI yang di Sawojajar
atau tidak lancar.” tepat Kecamatan
2) Kader posyandu berkata,”Ibu Kedungkandang Kota
nifas yang mengeluhkan ASI Malang
tidak lancar tersebut rata-rata baru
melahirkan anak pertamanya.”
3) Salah seorang ibu nifas
berkata,”Saya tahu sebaiknya
anak saya bisa ASI eksklusif
selama 6 bulan, tapi ini ASI saya
seret.”
4) Salah seorang ibu nifas lainnya
berkata,”Saya ingin bisa
memberikan ASI, produksi ASI
melimpah, biar anak saya bisa
sehat dan tidak kurang berat
badannya.”

DO:
1) Sebagian besar (80%) ibu nifas
mengeluhkan ASI tidak lancar.
2) 80% ibu nifas juga tidak
mengetahui cara pemberian ASI
yang benar.
3) 80% ibu nifas juga tidak
mengetahui teknik dalam
memperbanyak pengeluaran ASI

B. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Defisiensi kesehatan komunitas di Sawojajar Kecamatan Kedungkandang Kota Malang
berhubungan dengan rendahnya kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat
ditandai oleh Ketua RT berkata, “ Disini memang tidak pernah ada kegiatan olahraga
bersama, warga sibuk sendiri sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari, hingga
tidak sempat melakukan olahraga.”, warga berkata,”Lebih nyaman tiduran dirumah
kalau libur kerja daripada olahraga.”, warga berkata,” Hari Minggu sebenarnya
memang nyaman kalau dilakukan olahraga bersama di kompleks ini namun karena
tidak ada yang membuat program, kami pun lebih memilih tinggal dirumah.”, 12 KK
(80 % KK) tidak melakukan olahraga rutin, komunitas tersebut juga belum
mempunyai program bersama yang memfasilitasi olahraga secara rutin, sebanyak 30
warga atau 54,5 % dari total 55 warga sering mengalami flu dan batuk pilek, sebanyak
15 warga mengalami asam urat serta 5-10 warga menderita sakit kepala sedangkan
sisanya menderita diare dan DM.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada agregat lansia di Sawojajar Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang berhubungan dengan rendahnya kesadaran lansia tentang
pentingnya kesehatan ditandai oleh kader posyandu berkata,”Lansia tidak datang
posyandu seringkali karena alasan tidak sempat dan tidak ada keluarga yang dapat
mengantarkan.”, kader posyandu berkata,” Banyak lansia yang tidak pernah dan tidak
rajin memeriksakan kesehatan lantaran tidak ada keluarga yang mengantarkan.”, 40 %
lansia jarang ke posyandu, 21 % lansia tidak pernah ke posyandu, 63% lansia tidak
pernah ke layanan pemeriksaan kesehatan, dan 23 % lansia tidak rajin ke layanan
pemeriksaan kesehatan.
3. Ketidakefektifan pemberian ASI pada agregat ibu nifas/buteki di Sawojajar Kecamatan
Kedungkandang Kota Malang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu nifas
tentang teknik pemberian ASI yang tepat ditandai oleh kader posyandu
berkata,”Hampir sebagian besar ibu nifas mengeluhkan ASI tidak keluar atau tidak
lancar.”, kader posyandu berkata,”Ibu nifas yang mengeluhkan ASI tidak lancar
tersebut rata-rata baru melahirkan anak pertamanya.”, salah seorang ibu nifas
berkata,”Saya tahu sebaiknya anak saya bisa ASI eksklusif selama 6 bulan, tapi ini ASI
saya seret.”, salah seorang ibu nifas lainnya berkata,”Saya ingin bisa memberikan ASI,
produksi ASI melimpah, biar anak saya bisa sehat dan tidak kurang berat badannya.”,
sebagian besar (80%) ibu nifas mengeluhkan ASI tidak lancar, 80% ibu nifas juga tidak
mengetahui cara pemberian ASI yang benar, dan 80% ibu nifas juga tidak mengetahui
teknik dalam memperbanyak pengeluaran ASI.

C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Kriteria
Pentingnya Kemungkin Peningkatan
masalah an terhadap
untuk perubahan kualitas hidup
dipecahkan: positif jika bila diatasi : Prior
No Diagnosa Total
1 Rendah diatasi : 0 tidak ada itas
2 Sedang 0 tidak ada 1 Rendah
3 Tinggi 1 Rendah 2 Sedang
2 Sedang 3 Tinggi
3 Tinggi
1. Defisiensi kesehatan 3 3 3 9 1
komunitas di Sawojajar
Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang berhubungan
dengan rendahnya kesadaran
masyarakat tentang gaya
hidup sehat ditandai oleh
Ketua RT berkata, “ Disini
memang tidak pernah ada
kegiatan olahraga bersama,
warga sibuk sendiri sendiri
dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, hingga tidak
sempat melakukan
olahraga.”, warga
berkata,”Lebih nyaman
tiduran dirumah kalau libur
kerja daripada olahraga.”,
warga berkata,” Hari
Minggu sebenarnya
memang nyaman kalau
dilakukan olahraga bersama
di kompleks ini namun
karena tidak ada yang
membuat program, kami
pun lebih memilih tinggal
dirumah.”, 12 KK (80 %
KK) tidak melakukan
olahraga rutin, komunitas
tersebut juga belum
mempunyai program
bersama yang memfasilitasi
olahraga secara rutin,
sebanyak 30 warga atau
54,5 % dari total 55 warga
sering mengalami flu dan
batuk pilek, sebanyak 15
warga mengalami asam urat
serta 5-10 warga menderita
sakit kepala sedangkan
sisanya menderita diare dan
DM.
2. Ketidakefektifan 2 3 2 7 3
pemeliharaan kesehatan
pada agregat lansia di
Sawojajar Kecamatan
Kedungkandang Kota
Malang berhubungan
dengan rendahnya kesadaran
lansia tentang pentingnya
kesehatan ditandai oleh
kader posyandu
berkata,”Lansia tidak datang
posyandu seringkali karena
alasan tidak sempat dan
tidak ada keluarga yang
dapat mengantarkan.”, kader
posyandu berkata,” Banyak
lansia yang tidak pernah dan
tidak rajin memeriksakan
kesehatan lantaran tidak ada
keluarga yang
mengantarkan.”, 40 % lansia
jarang ke posyandu, 21 %
lansia tidak pernah ke
posyandu, 63% lansia tidak
pernah ke layanan
pemeriksaan kesehatan, dan
23 % lansia tidak rajin ke
layanan pemeriksaan
kesehatan
3. Ketidakefektifan pemberian 2 3 3 8 2
ASI pada agregat ibu
nifas/buteki di Sawojajar
Kecamatan Kedungkandang
Kota Malang berhubungan
dengan kurangnya
pengetahuan ibu nifas
tentang teknik pemberian
ASI yang tepat ditandai oleh
kader posyandu
berkata,”Hampir sebagian
besar ibu nifas mengeluhkan
ASI tidak keluar atau tidak
lancar.”, kader posyandu
berkata,”Ibu nifas yang
mengeluhkan ASI tidak
lancar tersebut rata-rata baru
melahirkan anak
pertamanya.”, salah seorang
ibu nifas berkata,”Saya tahu
sebaiknya anak saya bisa
ASI eksklusif selama 6
bulan, tapi ini ASI saya
seret.”, salah seorang ibu
nifas lainnya berkata,”Saya
ingin bisa memberikan ASI,
produksi ASI melimpah,
biar anak saya bisa sehat dan
tidak kurang berat
badannya.”, sebagian besar
(80%) ibu nifas
mengeluhkan ASI tidak
lancar, 80% ibu nifas juga
tidak mengetahui cara
pemberian ASI yang benar,
dan 80% ibu nifas juga
tidak mengetahui teknik
dalam memperbanyak
pengeluaran ASI.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Khusus dan Kriteria Hasil
Tujuan Umum NIC
Keperawatan (NOC)
Defisiensi kesehatan Setelah dilakukan asuhan Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas selama Intervensi yang dapat diberikan yaitu meliputi:
komunitas di Sawojajar keperawatan selama empat minggu, masyarakat Sawojajar Kecamatan
Kecamatan empat minggu, Kedungkandang Kota Malang dapat:
Kedungkandang Kota peningkatan kesehatan 1) meningkatkan kesadaran tentang gaya hidup sehat;
Malang berhubungan komunitas di Sawojajar 2) mencegah terjadinya penyakit yang berkaitan dengan
dengan rendahnya Kecamatan perilaku atau gaya hidup yang tidak sehat; serta
kesadaran masyarakat Kedungkandang Kota 3) mencegah komplikasi sedini mungkin akibat gaya
tentang gaya hidup Malang dapat tercapai. hidup yang tidak sehat.
sehat ditandai oleh dengan kriteria hasil sebagai berikut:
Ketua RT berkata, “
Disini memang tidak Pencegahan Primer (Prevensi Primer) Pencegahan Primer (Prevensi Primer)
pernah ada kegiatan Indikator dan skala outcome: Intervensi:
olahraga bersama,
warga sibuk sendiri a. 1855 pengetahuan: gaya hidup sehat a. 5515 Peningkatan kesadaran kesehatan
sendiri dalam Skala outcome: Aktivitas:
melakukan aktivitas 185516 manfaat olahraga teratur (5) 1) Sediakan materi informasi kesehatan
sehari-hari, hingga 185517 pentingnya aktif secara fisik (5) tertulis yang mudah dipahami, seperti
tidak sempat melakukan 185522 strategi mencegah penyakit (flu/batuk pilek, strategi mencegah penyakit (flu/batuk
olahraga.”, warga asam urat, DM, diare) (5) pilek, asam urat, DM, diare), gaya hidup
berkata,”Lebih nyaman sehat, manfaat olahraga teratur, dan
tiduran dirumah kalau b. 1602 perilaku promosi kesehatan pentingnya aktivitas secara fisik
libur kerja daripada Skala outcome: 2) Gunakan strategi untuk meningkatkan
olahraga.”, warga 160201 menggunakan perilaku menghindari risiko (5) pemahaman terkait materi yang
berkata,” Hari Minggu 160207 melakukan perilaku kesehatan secara rutin (5) diberikan, seperti mulai dari informasi
sebenarnya memang 160210 menggunakan dukungan sosial untuk yang paling penting terlebih dahulu dan
nyaman kalau meningkatkan kesehatan (5) fokus pada pesan inti yang ingin perawat
dilakukan olahraga sampaikan
bersama di kompleks c. 2701 status kesehatan komunitas
ini namun karena tidak Skala outcome: b. 5510 Pendidikan kesehatan
ada yang membuat 270107 tingkat partisipasi dalam program kesehatan Aktivitas:
program, kami pun komunitas (5) 1) Berikan ceramah pendidikan kesehatan
lebih memilih tinggal tentang strategi mencegah penyakit
dirumah.”, 12 KK (80 (flu/batuk pilek, asam urat, DM, diare),
% KK) tidak gaya hidup sehat, manfaat olahraga
melakukan olahraga teratur dan pentingnya aktif secara fsik
rutin, komunitas untuk menyampaikan informasi tersebut
tersebut juga belum pada warga (dalam jumlah besar) pada
mempunyai program saat yang tepat, seperti pengajian warga,
bersama yang arisan warga, dll
memfasilitasi olahraga 2) Tekankan manfaat olahraga teratur dan
secara rutin, sebanyak pentingnya aktif secara fisik secara
30 warga atau 54,5 % langsung pada warga atau manfaat jangka
dari total 55 warga pendek yang bisa diterima warga
sering mengalami flu daripada menekankan pada efek negatif
dan batuk pilek, dari tidak berolahraga rutin.
sebanyak 15 warga 3) Libatkan individu dan keluarga dalam
mengalami asam urat upaya olahraga teratur
serta 5-10 warga 4) Manfaatkan sistem dukungan sosial dan
menderita sakit kepala keluarga untuk modifikasi perilaku
sedangkan sisanya kesehatan, dalam hal ini yaitu olahraga
menderita diare dan secara teratur
DM.
c. 4350 Manajemen perilaku
1) Berikan masyarakat tanggung jawab
terhadap perilakunya sendiri
2) Berikan penghargaan apabila masyarakat
dapat melakukan perilaku kesehatan gaya
hidup sehat dalam hal ini berupa olahraga
secara rutin

d. 8700 Pengembangan program


(Program olahraga rutin)
Aktivitas:
1) Bantu masyarakat dalam
mengidentifikasi kebutuhan akan
pentingnya olahraga rutin bersama
masyarakat
2) Edukasi masyarakat mengenai proses
perencanaan program olahraga rutin
bersama warga
3) Identifikasi alternatif pendekatan untuk
mengatasi kebutuhan olahraga di
masyarakat
4) Evaluasi alternatif pendekatan terkait
rincian biaya yang dibutuhkan.
kebutuhan sumber daya, kelayakan, dan
kegiatan apa yang dibutuhkan (teknis
kegiatan olahraga bersama)
5) Jelaskan metode, kegiatan, waktu
dilakukannya kegiatan olahraga rutin
bersama dengan masyarakat
6) Identifikasi kendala pelaksanaan program
kegiatan olahraga bersama
7) Rencanakan evaluasi program secara
berkala (misal evaluasi setiap
minggu/dua minggu sekali)
8) Pasarkan kegiatan olahraga bersama
kepada masyarakat
9) Pantau kemajuan pelaksanaan program
10)Evaluasi program terkait relevansi,
efisiensi, dan efektivitas biaya
11)Modifikasi dan sempurnakan program
olahraga bersama

Pencegahan Sekunder (Prevensi Sekunder) Pencegahan Sekunder (Prevensi Sekunder)


Indikator dan skala outcome: Intervensi:

a. 2807 keefektifan skrining kesehatan komunitas a. 6520 Skrining kesehatan


Skala outcome: Aktivitas:
280701 identifikasi kondisi yang berisiko tinggi yang 1) Tentukan populasi target untuk
umum di komunitas (5) dilakukannya pemeriksaan kesehatan
280716 penyediaan skrining untuk prevalensi umum di 2) Sampaikan dan iklankan kepada
masyarakat (5) masyarakat tentang layanan skrining
280725 tingkat partisipasi populasi target saat skrining kesehatan terhadap penyakit menular
(5) maupun penyakit tidak menular yang
umum dikeluhkan (seperti batuk, pilek,
b. 2701 status kesehatan komunitas asam urat, diare, hipertensi, sakit kepala)
Skala outcome: 3) Gunakan instrument skrining yang valid
270101 tingkat partisipasi dalam pelayanan kesehatan dan terpercaya, seperti termometer untuk
preventif (5) mengukur suhu, gluko test untuk
270119 angka morbiditas (5) mengukur kadar glukosa, dan alat ukur
lainnya telah dilakukan kalibrasi secara
berkala
4) Berikan privasi, kenyamanan, dan
kerahasiaan saat skrining
5) Berikan informasi pemeriksaan diri yang
tepat selama skrining, seperti nyeri sendi
akibat asam urat, demam sebagai gejala
awal kemungkinan penyakit batuk pilek,
dll
6) Lakukan pengkajian yang sesuai, suhu,
berat badan, tinggi badan, kadar asam
urat.
7) Berikan hasil skrining
8) Berikan saran kepada warga dengan
temuan abnormal, dalam hal ini berupa
saran untuk mengatasi penyakit/masalah
kesehatan yang diderita

b. 8700 Pengembangan program


(Program Poskesdes)
Aktivitas:
1) Bantu masyarakat dalam
mengidentifikasi masalah kesehatan yang
signifikan seperti batuk pilek, asam urat,
sakit kepala, maupun diare
2) Edukasi masyarakat mengenai proses
perencanaan program poskesdes
3) Identifikasi alternatif pendekatan untuk
mengatasi masalah kesehatan tersebut
4) Evaluasi alternatif pendekatan terkait
rincian biaya yang dibutuhkan.
kebutuhan sumber daya, kelayakan, dan
kegiatan poskesdes
5) Jelaskan metode, kegiatan, waktu
pelaksanaan program poskesdes
6) Identifikasi kendala pelaksanaan program
poskesdes
7) Rencanakan evaluasi program poskesdes
secara berkala (misal evaluasi setiap dua
minggu sekali)
8) Pasarkan adanya program poskesdes
kepada masyarakat
9) Pantau kemajuan pelaksanaan program
poskesdes
10)Evaluasi program poskesdes terkait
relevansi, efisiensi, dan efektivitas biaya
11)Modifikasi dan sempurnakan program
poskesdes

Pencegahan Tersier (Prevensi Tersier) Pencegahan Tersier (Prevensi Tersier)


Indikator dan skala outcome: Intervensi:

a. 1600 Perilaku patuh (bersifat aktif) a. 4360 Modifikasi perilaku


Skala outcome: Aktivitas:
160008 menggunakan strategi untuk mengeliminasi 1) Tentukan motivasi masyarakat terhadap
perilaku tak sehat (5) perlunya dan pentingnya perubahan
160009 menggunakan strategi untuk mengoptimalkan perilaku
kesehatan (5) 2) Bantu masyarakat untuk dapat
160010 menggunakan jasa pelayanan kesehatan sesuai mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
dengan kebutuhan (5) dan menguatkannya
160011 menggunakan aktivitas hidup harian sesuai 3) Dukung untuk mengganti kebiasaan yang
dengan energi dan toleransi (5) tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
160014 melakukan monitor sendiri mengenai status diinginkan (mengeliminasi perilaku yang
kesehatan secara mandiri (5) tidak sehat dan mengoptimalkan
kesehatan) seperti mengkonsumsi
b. 1622 Perilaku patuh: diet yang disarankan makanan dan minuman sesuai diet yang
Skala outcome: ditentukan dan menghindari makanan dan
162201 berpartisipasi dalam menetapkan tujuan diet minuman yang tidak diperbolehkan
yang bisa dicapai dengan professional kesehatan (5) dalam diet
162202 memilih makanan dan cairan yang sesuai 4) Kenalkan masyarakat pada orang atau
dengan diet yang ditentukan (5) kelompok lain yang telah berhasil
162205 memakan makanan yang sesuai dengan diet sebelumnya dengan pengalaman yang
yang ditentukan (5) sama
162206 meminum minuman yang sesuai dengan diet 5) Tetapkan perilaku awal sebelum memulai
yang ditentukan (5) perubahan
162207 menghindari makanan dan minuman yang tidak 6) Dukung masyarakat dalam berpartisipasi
diperbolehkan dalam diet (5) dalam monitor dan pencatatan perilaku
7) Fasilitasi keterlibatan atau penggunaan
c. 2700 kompetensi komunitas dari perawatan kesehatan lain, seperti
Skala outcome: puskesmas, klinik, dan sebagainya
270001 tingkat partisipasi dalam kegiatan komunitas
(5)
270004 perwakilan dari semua segmen komunitas b. 8500 Pengembangan kesehatan komunitas
dalam pemecahan masalah (5) Aktivitas:
270021 kolaborasi antar kelompok komunitas untuk 1) Identifikasi bersama komunitas
menyelesaikan masalah (5) mengenai masalah, kekuatan, dan
270019 pencapaian tujuan komunitas (5) prioritas kesehatan
2) Berikan kesempatan berpartisipasi bagi
semua segmen komunitas, seperti
puskesmas, poskesdes, pemerintah
desa/kelurahan setempat
3) Bantu anggota komunitas untuk
meningkatkan kesadaran dan
memberikan perhatian mengenai
masalah-masalah kesehatan yang terjadi
seperti batuk pilek, diare, DM, asam
urat, sakit kepala dan lainnya.
4) Lakukan dialog untuk menentukan
masalah kesehatan komunitas dan
mengembangkan rencana tindakan,
seperti senam kaki diabetik bersama
bagi penderita DM, relaksasi otot
progresif bagi penderita sakit kepala dan
asam urat, latihan batuk efektif bagi
penderita batuk pilek
5) Fasilitasi implementasi yang dibuat
6) Bantu anggota komunitas terkait dengan
pengembangan dan pengadaan sumber
daya
REFERENSI

Bulechek GM, Butcher HK, Dochterman JM, dan Wagner CM. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Edisi Bahasa Indonesia. Penerjemah:
Intansari N. Dan Roxsana D.T. Elsevier.
Moorhead S, Johnson M, Maas M.L, Swanson E. (2013). Nursing Outcomes Classification
(NOC) Edisi Kelima. Edisi Bahasa Indonesia. Penerjemah: Intansari N. Dan Roxsana
D.T. Elsevier
Nanda International. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Edisi 10. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai