Anda di halaman 1dari 3

5.

Interpretasi dari hasil pemeriksaan :

a. Pernapasan cepat atau sesak napas


 
1) Sesak nafas akut saat istirahat terjadi pada penyakit :
 
a) Gagal inhibitor ventrikel kiri  
 
b) Emboli paru akut
 
c) Stenosis mitral (jarang)
 
2) Sesak nafas kronik saat istirahat terjadi pada penyakit:
 
a) Gagal jantung kronik  
 
b) Sesak angina ekuivalen
 
c) Emboli paru kronik

Ditemukan juga gejala penyakit jantung sebagai berikut yang mendasari:


 
1) Pada gagal jantung ringan sesak hanya terjadi saat aktivitas
 
2) Pada gagal jantung yang lebih berat sesak juga dapat terjadi bila berbaring (ortopnea),
yang langsung menghilang bila duduk atau berdiri ( <5-10 menit). Bila gejala ini berat,
disebut dyspnea noktural poroksismal. Sering ditandai edema tungkai bawah, membaik
pada pagi hari dan memburuk  pada malam hari.

b. Krepitasi pada basal paru Bunyi krepitasi merupakan bunyi tambahan yang biasa terdengar pada
akhir inspirasi. Peniruannya seperti garam yang dimasukkan ke dalam api atau gesekan
tangan yang kuat juga bisa dindaikan seperti krtas yang diremuk. Biasa ditemukan pada :
 Edema paru
 Koch pulmonum
 Tumor paru
 Pada awal dan ahir pneumonia lobaris

c. Edema Tungkai
1. Edema bilateral pada penyakit :
a. Gagal jantung kongestif  
b. Gagal hati
c. Gagal ginjal
d. Sindrom nefrotik
e. Malnutrisi
f. Imobilitas
g. Obat-obatan

2. Edema unilateral pada penyakit


a. Obstruksi limfatik  
b.  Obstruksi vena
c.  Selulitis
d.  Rupture kista beker
e.  Imobilitas local, misalnya hemiparesis

Pada gagal jantung, edema tungkai terjadi pada gagal jantung kanan dan selalu disertai
peningkatan tekanan vena jugularis. Sering ditemukan hepatomegaly sebagai tanda yang
mendasarinya. Jika edema nampak sedikit di tungkai, dan berat di abdomen, harus dipertimbangkan
adanya konstriksi  pericardial.

d. Bendungan vena leher +8 cm posisi 45 derajat menandakan adanya kelainan pada faal jantung
kanan yang mengakibatkan terjadi bendungan besar di vena  jugularis. Biasa didapatkan
pada penderita gagal jantung kanan yang dapat diawali right ventrikel hypertrophy
(RVH), juga didapatkan pada obstruksi vena cava superior, stenosis atau regurgitasi
trikuspidalis, efusi perikardial, juga  pericarditis konstriktif.

e. Ictus cordis teraba di linea axillaris anterior kiri/ interkostal V menandakan adanya
pembesaran jantung sebelah kiri sehingga terjadi cardiomegaly. Normal ictus cordis
berada pada apex cordis, yaitu pada ventrikel kiri. Pembesaran ini dapat berupa
hipertropi ataupun dilatasi dari ventrikel kiri atau atrium kiri.

f.   Pemeriksaan rontgen didapatkan CTR 0,69, akibat adanya cardiomegaly yang dapat
ditegaskan dari perabaan ictus cordis yang berada di linea axillaris anterior.  Normalnya nilai
cardiothoracic ratio ialah tidak melebihi 0,5 yang berarti lebar  jantung tidak melebihi
setengah dari lebar thoraks. Selain itu, pada foto rontgen  juga didapatkan adanya
bendungan pembuluh darah paru yang normalnya tidak ada. Biasa ditemukan pada
penyakit gagal jantung kongesti yang sudah menyebabkan kongesti di pembuluh darah paru, atau
juga bisa didapatkan pada edema paru serta pad gagal jantung kiri.

Referensi :

Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik . Jakarta: Erlangga Medical
Series. Halaman 112-137.

Rasad, Sjahrar. 2005.  Radiologi Diagnostik . Jakarta: FK UI. Halaman 166-167

Anda mungkin juga menyukai