DISUSUN OLEH:
Resky Karnita Dewi
111 2019 2067
SUPERVISOR PEMBIMBING:
dr. Haizah Nurdin, M.Kes, Sp.An-KIC
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
memberikan secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat dr. Haizah
Anestesi.
keterbatasan baik dalam penguasaan ilmu, sehingga referat ini masih jauh
dari kesempurnaan. Untuk saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
LAMBAR PENGESAHAN..................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................... iV
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
2.1 Definisi............................................................................................ 2
2.2 Etiologi............................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 18
iv
BAB I
PENDAHULUAN
karena respon tubuh yang berlebihan terhadap suatu infeksi yang meliputi
negara maju seperti Amerika Serikat, CDC (Centre for Disease Control
Angka kematian pada sepsis atau syok septik yang cukup tinggi
tingkat keparahan infeksi utama, usia, dan juga kemampuan tenaga medis
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. SEPSIS 1
(band).
tersebut). Biakan darah tidak harus positif. Meskipun SIRS, sepsis dan
terdapat bakterimia.3
Asidosis laktat
Oligouria
2
Syok septik merupakan keadann dimana terjadi penurunan tekanan
penatalaksanaan syok septik yang tepat dan optimal perlu diketahui untuk
2. SEPSIS 3
Assessment (SOFA) dari dua poin atau lebih untuk pasien dalam
perawatan ICU dan skor quick SOFA (qSOFA) dua atau lebih untuk
disfungsi organ yang paling mungkin terjadi di setiap sistem organ utama:
3
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, tetapi tetap
menjadi kontroversi.5
kadar laktat serum (> 2 mmol/l). Para penulis menggambarkan syok septik
meningkatkan mortalitas.5
2.2 Etiologi
dapat menstimulasi sel imun. Sel tersebut akan terpacu untuk melepaskan
angka kejadian 20 sampai 40% dari keseluruhan kasus. Selain itu jamur
4
2.3 Kriteria Diagnosis
a. Sepsis
Skor
Sistem
0 1 2 3 4
Respirasi ≥400 <400 <300 < 200 < 100
PaO2/FIO2, dengan dengan
mmHg (kPa) alat bantu alat bantu
nafas nafas
Koagulasi ≥150 <150 <100 < 50 < 20
Platelet x103/
μl
Liver <1,2 <1,2- <2,0-5,9 < 6,0-11,9 < 12,0
Bilirubin 1,9
mg/dl (μmol/L)
Kardiovaskule MAP <70 Dopamin Dopamin Doapamin
r ≥70 mmH <5 atau 5,1-15 atau >15 atau
mmH g dobutamin epinefrin atau
g (dosis ≤0,1 atau epinefrin
berapapun norepinefri >0,1 atau
) n ≤0,1 noepinefri
n >0,1
Sistem Saraf 15 13-14 10-12 6-9 <6
Pusat
Skor Glasgow
Coma Scale
Renal <1,2 1,2- 2,0-3,4 3,5-4,9 >5,0
Kreatinin mg/dL 1,9
(μmol/L) <500 <20
Urin output
ml/d
Tabel 1. Skor SOFA.
5
Ketika mendapatkan pasien infeksi perlu dilakukan skrining
dan kapan saja. Metodenya dengan quick SOFA (qSOFA). Skoring ini
laboratorium.15
Skor ini dapat digunakan dengan cepat oleh klinisi untuk mengetahui
adanya disfungsi organ, untuk menginisiasi terapi yang tepat, dan sebagai
b. Syok Septik
untuk mempertahankan MAP ≥65 mmHg dan kadar laktat serum >2
6
Gambar 1. Algoritma Skrining dengan Kecurigaan Sepsis dan Syok Septik.
keputusan.6,7
7
penyakit atau kondisi klinis. Biomarker sebagai prognostik dapat
akhir dari suatu penyakit seperti kematian atau komplikasi penyakit yang
serius.6,8
manajemen medis pasien. Apabila terbukti tidak ada infeksi dan SIRS
8
1. C-Reaktive Protein (CRP)
diidentifikasi pada tahun 1930, yaitu saat Tillet dan Francis menemukan
pneumoniae. Protein ini cepat menurun saat pasien pulih dan tidak
oleh sel hati setelah distimulasi oleh mediator inflamasi seperti IL-6. C-
yang terdapat pada bakteri, fungi, dan parasit dengan adanya kalsium.
Selain itu, CRP dapat juga terikat pada komponen inti sel pejamu yang
jaringan yang cidera. CRP merupakan salah satu protein yang kadarnya
nonspesifik.6,9,10
ialah 0,8 mg/L (kisaran 0,3-1,7 mg/L) dan <10 mg/L pada 99% sampel
9
meningkat dua kali lipat setiap 8 jam, dan mencapai puncaknya pada 36-
mencapai 500 mg/L atau lebih dari 1000 kali lipat nilai rujukan. Setelah
stimulus hilang, CRP menurun dengan cepat karena memiliki waktu paruh
19 jam. Di satu sisi, CRP bisa tetap tinggi bahkan untuk waktu yang lama
bakteri Gram positif dan negatif akut dan sistemik, serta infeksi jamur
virus akut, meskipun keadaan ini tidak mutlak, karena infeksi dengan
yang tinggi. Data CRP pada infeksi parasit masih terbatas, tetapi
peningkatan CRP. Pada infeksi kronis seperti tuberkulosis dan lepra, CRP
sehingga laju endap darah juga akan meningkat. CRP yang tetap tinggi
10
pada keadaan inflamasi yang tidak disebabkan oleh infeksi seperti pasca
operasi, luka bakar, infark miokard, tumor ganas, dan penyakit rematik.
respon yang baik terhadap terapi awal antimikroba pada pasien sepsis,
virus, bakteri dan inflamasi non infeksi, oleh karena nilai spesifitas yang
2. Prokalsitonin (PCT)
amino dengan berat molekul 14,5 kDa dan dikode oleh gen Calc-1 pada
11
peptida yang terletak di tengah dan merupakan kalsitonin imatur, dan
neuroendokrin di kelenjar tiroid dan paru sehingga kadar PCT serum pada
ekspresi gen Calc-1 ditingkatkan dan PCT dilepaskan oleh hampir semua
jaringan tubuh. Pada infeksi bakteri, kombinasi produk mikroba dan sitokin
jantung dan dada, sedangkan pasien dengan infeksi saluran napas bawah
12
Konsentrasi prokalsitonin muncul cepat dalam 2 jam setelah
bakteri konsentrasi prokalsitonin > 1 ng/ml. Pada kasus akibat infeksi virus
Konsentrasi >2 ng/mL diduga kuat adanya proses infeksi dengan dampak
dapat terjadi tanpa adanya infeksi bakteri, yaitu pada trauma berat,
operasi, pasca syok kardiak, stres partus pada neonatus, syok suhu
13
Pengukuran serial prokalsitonin sebagai monitoring biomarker
yang terlalu dini (sebelum 4-6 jam) setelah timbulnya sakit. Konsentrasi
yang tinggi dapat terjadi setelah pembedahan, trauma, luka bakar, syok
dan SIRS berat non infeksius lainnya. Pemeriksaan serial sangat penting
digunakan bisa berupa serum atau plasma (EDTA atau heparin). Karena
14
>80% dan bila disimpan pada suhu 4◦C konsentrasi dapat dipertahankan
>90%.18
3. Laktat
menjadi biomarker yang berguna untuk disfungsi organ dan juga berfungsi
sebagai titik akhir untuk resusitasi pada pasien dengan sepsis dan syok
juga tidak terlalu sensitif. Pada umumnya, konsentrasi laktat yang normal
sepsis dan syok septik dengan memprediksi tingkat laktat serum. Selama
15
beberapa dekade serum laktat telah diakui dan dimanfaatkan sebagai
patofisiologi utama yang membedakan antara sepsis dan septic syok. 6,16
baik dibandingkan dengan laktat yang tetap tinggi. Laktat dapat digunakan
16
BAB III
KESIMPULAN
akhir.
paling baik saat ini. Laktat dapat membantu dalam mengindentifikasi syok
test diagnostik yang memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Seymour CW, Angus DC. Sepsis and Septic Shock. In: Kasper DL,
Faucy AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalso J, editors.
Harrison’s Principles of Internal Medicine. 20th ed. New York: McGraw-
Hill; 2018. p. 2044–52.
2. Putu Herdita, Juslaksmi D. Syok septik disertai hipoksia hepatik pada
RSUD Klungkung, Bali-Indonesia: laporan kasus. Intisari medis. 2018.;
9(3). 47-50
3. H. AG. Sepsis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M,
Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014. p. 4108–13.
4. Chen K, Pohar HT. Penatalaksanaan Syok Septik. In: Setiati S, Alwi I,
Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Jakarta: Interna Publishing; 2014. p.
4125–9.
5. Nunnally ME, Patel A. Sepsis - What’s new in 2019? Wolters Kluwer
Heal [Internet]. 2019;32:1–6. Available from: www.co-
anesthesiology.com
18
11. Bratawidjaja KG. Immunologi dasar. Edisi tujuh. FKUI, 2006.
h.121- 130
13. Becker KL, Nylen ES, White JC, Mueller B, Snider Jr RH.
Procalcitonin and the calcitonin gene family af peptides in
inflammation, infection, and sepsis. JCEM. 2004; 89:1512-25
14. Jensen Ju, Heslet L, Jensen TH. Procalcitonin Increase in early
identification of critically ill patients at high risk mortality. Crit
Care Med. 2006; 34:2596-2602
15. Pangalila FJ V, Mansjoer A. Penatalaksanaan Sepsis dan Syok
Septik: Optimalisasi FASTHUGSBID. 1st ed. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia; 2017. 1–13 p.
16. Mervyn Singer. Biomarkers for sepsis – past, present, future. Qatar
Medical Journal. 2019 (2): 8
17. Diana S. Purwanto, Dalima A.W.A. Pemeriksaan Laboratorium sebagai
Indikator Sepsis dan Syok Sepsis. Jurnal Biomedik. Volume 11. No. 1.
2019. Hal. 1-9
19