RESPIRATORY ( PPOM )
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkat rahmat dan hidayahNya maka dengan ini
kami dapat menyelesaikan makalah dengan lancar.
Terselesainya makalah ini berkat kerja sama dari berbagai pihak untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada Ibu Ns Novita Mansoben, S.Kep,. M.Kep selaku dosen pembimbing kami.
Kami menyadari bahwa makalah kami banyak terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari sisi
tulisan maupun sistem penulisan, maka dari itu kami mohon maaf dan mengucapkan terima kasih.
Semoga apa yang kami sajikan pada makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Kata pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
D. Metode Penulisan.......................................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan.................................................................................... 2
D. Aspek Klinik................................................................................................. 10
A. Pengkajian.................................................................................................... 16
B. Diagnosa keperawatan.................................................................................. 19
C. Intervensi...................................................................................................... 20
D. Evaluasi........................................................................................................ 27
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 28
B. Saran............................................................................................................. 28
Daftar Pustaka................................................................................................................... 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada usia lanjut, selain terjadi perubahan anatomik-fisiologik dapat timbul pula penyakit-penyakit
pada sistem pernafasan. Umumnya, penyakit-prnyakit yang diderita kelompok usia lanjut
merupakan : (1) kelanjutan penyakit yang diderita sejak umur muda; (2) akibat gejala
sisa penyakit yang pernah diderita sebelumnya; (3) penyakit akibat kebiasaan- kebiasaan tertentu
di masa lalu (misalnya kebiasaan merokok, minum alkohol dan sebagainya); dan (4) penyakit-
penyakit yang mudah terjadi akibat usia lanjut. Penyakit-penyakit paru yang diderita kelompok
usia lanjutjuga mengikuti pola penyebab atau kejadian tersebut (Mangunegoro, I992. Didalam
buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Insidens. Belum banyak dijumpai laporan para ahli tentang insidens PPOM orang usia lanjut.
Insidens PPOM usia lanjut yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi tahun 1990 — 1991 adalah sebesar
5,6% (Rahmatullah, 1994. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Pada kesempatan ini akan diuraikan mengenai gangguan sistem respirasi pada usia lanjut, meliputi
aspek anatomik-fisiologik, aspek epidemiologik, serta aspek klinik, dan terapi modalitas yang
akan diberikan.
B. Tujuan Penulisan
Penyusunan ini hanya membahas tentang perubahan fisiologis sistem respiratori dan terapi
modalitas sistem respiratori pada lansia.
D. Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan perubahan fisiologis
sistem respiratori dan terapi modalitas sistem respiratori pada lansia dengan studi literature yang
diperoleh dari buku-buku perpustakaan, internet dan hasil dari diskusi kelompok yang disajikan
dalam bentuk makalah.
E. Sistematika Penulisan
LANDASAN TEORITI
Untuk dapat mengatakan bahwa suatu kemunduran fungsi tubuh adalah disebabkan oleh proses
menua dan bukan disebabkan oleh peayakit yang menyertai proses menua, ada 4 kriteria yang
harus dipenuhi (Widjayakusumah, 1992. R Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi
Martono. 1999) :
2. Proses menua disebabkan oleh faktor intrinsik, yang berarti perubahan fungsi sel dan
jaringan disebabkan oleh penyimpangan yang terjadi di dalam sel dan bukan oleh faktor luar.
Pada usia lanjut terjadi perubahan-perubahan anatomik yang mengenai hampir seluruh susunan
anatomik tubuh, dan perubahan fungsi tel, jaringan atau organ yang bersangkutan.
a. Gerak pernafasan: adanya perubahan hentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada
akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan
sesak nafas. Kelemahan otot pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas, lebih-
Iebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan (Bahar, 1990. Didalam
buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
c. Volume dan kapasitas paru menurun. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1)
kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim parts menurun, (3) resintensi saluran nafas
(menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi
paru (Bahar. 1190; Widjajakusumah, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi
Martono. 1999)
Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa02 secara bertahap, yang penyebabnya terutama disebabkan
(deli adanya ketidakseimhangan ventilasi-perfusi (Mangunegoro, 1992). Selain itu diketahui
bahwa pengambilan 02 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport 02 ke jaringan-jaringan
berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olah raga. Penurunan pengambilan 02maksimal
disebabkan antara lain karena : (1) berbagai perubahan pada jaringan paru yang menghambat
difusi gas, dan (2) karena berkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnya curah jantung
(Widyakusumah, 1992.Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya penurunan kepekaan
kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata
dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan Pa02, peninggian PaCO2, perubahan pH darah
arteri dan sebagainya (Bahar, 1990. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Selain penurunan fungsi paru akibat proses penuaan, terdapat beberapa faktor yang dapat
memperburuk fungsi paru (Silverman dan Speizer, 1996; Tim Pneumobil Indonesia,
1994. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999) Faktor-faktor
yang memperburuk fungsi paru antara lain :
1. Faktor merokok
Merokok akan memperburuk fungsi paru, yaitu terjadi penyempitan saluran nafas. Pada tingkat
awal, saluran nafas akan mengalami obstruksi clan terjadi penurunan nilai VEP1 yang besarnya
tergantung pada beratnya penyakit paru tad. Pada tingkat lanjut dapat terjadi obstruksi yang
iereversibel, timbul penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) (Silverman dan Speizer, 1996;
Burrows, 1990. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
2. Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memperburuk fungsi paru seseorang. Pala obesitas, biasanya terjadi
penimbunan lemak pada leher, dada dan (finding perut, akan dapat
mengganggu compliance dinding dada, berakibat penurunan volume paru atau terjadi keterbatasan
gerakan pernafasan (restriksi) dan timbul gangguan fungsi paru tipe restriktif (Taylor et al, 1989;
Levinxky, 1995. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
3. Imobilitas
Tidak semua operasi (pembedahan) mempengaruhi faal paru. Dari pengalaman para ahli diketahui
bahwa yang pasti memberikan pengaruh faal paru adalah : (1) pembedahan toraks (jantung dan
paru); (2) pembedahan abdomen bagian atas; dan (3) anestesi atau jenis obat anestesi tertentu.
Peruhahan fungsi paru yang timbul, meliputi perubahan proses ventilasi, distribusi gas, difusi gas
serta perfusi darah kapiler paru. Adanya perubahan patofisiologik paru pasca bedah mudah
menimbulkan komplikasi paru: atelektasis, infeksi atau sepsis dan selanjutnya mudah terjadi
kematian, karena timbulnya gagal nafas (Rahmatullah, 1997. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo
dan H.Hadi Martono. 1999)
Mekanisme timbulnya penyakit yang menyertai usia lanjut dapat dijelaskan atau dapat dikaitkan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan-perubahan tersebut.
adalah :
1. Perubahan anatomik-fisiologik
Pada usia lanjut terjadi penurunan daya tahan tubuh, antara lain karena lemahnya fungsi limfosit B
dan T (Subowo, 1993; Roosdjojo dkk, 1988), sehingga penderita rentan terhadapkuman-kuman
pathogen virus, protozoa, bakteri atau jamur (Haryanto clan Nelwan, 1990,Didalam
buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Pada orang usia lanjut sering terjadi peruban metabolik tuhuh, dan paru dapat ikut mengalami
peruban penyebab tersering adalah penyakit-penyakit metabolik yang bersifatsistemik: diabetes
mellitus, uremia, artritis rematoid dan sebagainya. Fakator usia peranannya tidak jelas, tetapi
lamanya menderita penyakit sistemik mempunyai andil untuk timbulnya kelainan paru tadi
(Davies,88.Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Pada orang usia lanjut, bisa terjadibahwa penggunaan obat-ohat tertentu akan nemnemberikansan
respons atau perubahanpada paru dan saluran nafas, yang mungkinperubahan-perubahan tadi tidak
terjadi pada usia muda. Contoh, yaitu penyakit paru akibat idiosinkrasi terhadap obat yang sering
digunakan dalam pengobatan penyakit yang sedang dideritanya yang mana proses tadi jarang
terjadi pada usia muda (Davies, 1985. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono.
1999)
5. Perubahan degeneratif
Ada pengaruh-pengaruh lain yang terjadi sebelum atau selama usia lanjut yang dapat
mempengaruhi dirinya sehingga dapat memudahkan penyakit paru tertentu pada usia lanjut,
misalnya :
Merokok yang berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan- perubahan struktur pada saluran
nafas, juga dapat menurunkan fungsi sistem pertahanantubuh yang diperankan oleh
paru dan saluran nafas, sehingga memudahkan timbulnya infeksi pada paru dan saluran nafas.
Merokok selain dapat memberikan perubahan- perubahan pada saluran nafas, dapat pula
memudahkan timbulnya keganasan paru, PPOM, bronkitis kronis dan sebagainya (Mangunegoro,
1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
Pada usia lanjut telah diketahui terjadi penurunan daya tahan tubuh, terutama respons imun seluler
(Roosdjojo, 1988). Ini merupakan konsekuensi lanjut atas terjadinya involusi kelenjar timus pada
usia lanjut. Proses involusi kelenjar timus menyebabkan jumlah hormon timus yang beredar dalam
peredaran darah menurun, berakibat proses pemasakan limfosit T berkurang dan limfosit T yang
beredar dalam peredaran darah juga berkurang. Imunitas humoral pada usia lanjut juga terdapat
perubahan yang berarti, bahkan terdapat peninggian kadar autoantibodi (Subowo, 1993). IgA dan
IgG terdapat peningkatan, sedangkan IgM mengalami penurunan.
D. Aspek Klinik
Ada beberapa penyakit paru yang menyertai orang usia lanjut, yang paruing ada 4 macam:
pneumoni, tuberkulosis paru, penyakit paru obstruktif menahun (PPOM),dan karsinoma paru.
PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis,
emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002. , Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi
Martono. 1999)
PPOM merupakan kondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan
aliran masuk dan keluar udara paru-paru.
Termasuk dalam kelompok PPOM adalah bronkitis kronis, emfisema paru dan penyakit saluran
nafas perifer.
2. Etiologi.
3. Patofisiologi.
Faktor-faktor resiko yang telah disebutkan di atas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus
dan juga menimbulknn kerusakan pada dinding bronkiolis terminal. Akibat dari kerusakan yang
timbul akan terjadi obstruksi bronkus keel (bronkiolus terminal), yang mengalami penutupan atau
obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang pada saat inspirasi mudah masuk ke dalam alveoli, saat
ekspirasi banyak yang terjebak. dalam alveolus dan terjadilah penumpukan
udara (airtrapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segara
akibat-akibatnya. Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi
dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi
gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993. ,Didalam
buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
5. Diagnosis.
Diagnosis PPOM ditegakkan dengan metode yang lazim (terarah dan sistimatik), meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan kelemahan badan, batuk, sesak nafas, sesak nafas waktu
aktivitas clan nafas berbunyi, mengi atau wheeze. Oleh karena perjalanan penyakitnya lambat,
maka anamnesis harus dilakukan secara hati-hati dan teliti.
Pada pemeriksaan fisik, pada penderita tingkat penyakitnya masih awal mungkin tidak ditemukan
kelainan. Adanya ekspirasi yang memanjang merupakan petunjuk kelainan dial. Pada penyakit
tingkat lanjut, tampak bentuk dada seperti tong, ditemukan penggunaan otot-otot bantu nafas,
suara nafas melemah, terdengar suara mengi yang lemah. Kaitting ditemukan (gerak) pernafasan
paradoksal. Selain itu dapat ditemukan edema kaki, mites dan jari tabuh (Mangunegoro, 1992;
Das Jardin dan Burton,1995).
Peak Plow Meter. Pengukuran volume ekspirasi paksa satu detik pertama (VEP I ) merupakan
pemeriksaan akurat, standar, mudah dilakukan dengan spirometer, dan dapat digunakan untuk
melihat beratnya obstruksi saluran nafas(Mangunegoro, 1992. , Didalam buku R.Boedi-Dharmojo
dan H.Hadi Martono. 1999)
Tingkatan hemoglobin dalam darah itu dapat memperkirakan adanya Polycytemia, yang
mengakibatkan terjadinya Hypoxemia secara perlahan-lahan. Tingkatan PPOM menurut National
Institu Of Health Lung and Blood. Bethesda 2001
Spirometry Normal
I Ringan ≥ 80 %
II Sedang < 80 %
6. Penatalaksanaan.
Dalam penatalaksanaan penderita PPOM perlu diperhatikau faktor-faktor yang dapat memperjelek
perjalanan penyakit, yang hams dicegah terjadinya pada penderita. Apabila faktor-faktor tadi
sudah ada pada penderita, hendaknya diusahakan .meniadakannya atau menguranginya. Faktor-
faktor yang dapat memperjelek keadaan penyakit penderita, misalnya :
b. Derajat obstruksi saluran nafas yang terjadi. Oleh karena itu identifikasi komponen-
komponen yang memungkinkan terdapatnya reversibilitas (obstruksi) sangat perlu dilakukan.
c. Tahap perjalanan penyakit. Perjalanan penyakit PPOM lambat progresif. Oleh karena itu
perlu diketahui apakah penyakit PPOM sedang tenang atau progresif perjalanannya.
Penyakit lain di luar paru, misalnya sinusitis, faringitis dan sebagai- nya (Mangunegoro,
1992. ,Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
a. Memperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala, tidak hanya pada fase akut, tetapi juga
pada fase kronik.
g. Tindakan rehabilitasi.
2) Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang paling
efektif baginya
Pencegahan terhadap timbulnya beberapa macam penyakit dilakukan dengan Fara yang lazim.
Yang bisa dilakukan ialah menghindari kontak person denganpenderita TB paru atau mengbindari
Fara-cara penularan lainnya.
Sejak usia muda, bagi orang-orang yang beresiko tinggi terhadap timbulnya kelainan paru (PPOM
dan karsinoma paru), perlu dilakukan pemantauan secara berkala: (1) pemeriksaan foto rontgen
toraks, dan (2) pemeriksaan faal paru, paling tidak setahua sekali. Sangat dianjurkan bagi mereka
yang beresiko tinggi tadi (perokok berat dan laki-laki) menghindari atau segera berhenti merokok
(Mangunegoro, 1992. Didalam buku R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono. 1999)
BAB III
Dalam hal ini kelompok mengangkat askep PPOM pada lansia dikarenakan penyakit ini
sangat menonjol (berdasarkan buku Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri hal 39 tahun
200)
A. Pengkajian
Pengkajian pada pernafasan dengan klien PPOM yang didasarkan pada kegiatan sehari – hari.
Ukur kualitas pernafasan antara skala 1 sampai 10. Dan juga mengidentifikasi faktor sosial dan
lingkungan yang merupakan faktor pendukung terjadinya gejala. Perawat juga mengidentifikasi
type dari gejala yang muncul antara lain, tiba-tiba atau membahayakan dan faktor presipitasi
lainnya antara lain perjalanan penularan temperatur dan stress.
Pengkajian fisik termasuk pengkajian bentuk dan kesimetrisan dada, Respiratory Rate dan Pola
pernafasan, posisi tubuh menggunakan otot bantu pernafasan dan juga warna, jumlah, kekentalan
dan bau sputum.
Palpasi dan perkusi pada dada diidentifikasikan untuk mengkaji terhadap peningkatan gerakan
Fremitus, gerakan dinding dada dan penyimpanan diafragma. Ketika mengauskultasi dinding dada
pada dewasa tua / akhir seharusnya diberi cukup waktu untuk kenyamanan dengan menarik nafas
dalam tanpa adanya rasa pusing (dizzy) (Loukenotte, M.A, 2000).
Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan
riwayat kesehatan yang jelas dari proses penyakit :
4. Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?
5. Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?
Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan; pertanyaan yang patut
dipertimbangkan untuk mendapatkan data lebih lanjut termasuk :
1. Aktifitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Makanan / cairan
Mual / muntah, anoreksia, ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, turgor kulit
buruk, berkeringat.
5. Higiene
6. Pernafasan
Nafas pendek, rasa dada tertekan, dispneu, penggunaan otot bantu pernafasan.
7. Keamanan
8. Seksualitas
Penurunan libido.
9. Interaksi sosial
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim pada lansia dengan PPOM, antara lain :
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan in adekuat pertahanan primer dan
sekunder, penyakit kronis.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disprisa, kelemahan,
efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual / muntah.
( Doenges, 2000).
4. Resiko infeksi b.d in adekuat pertahanan primer dan sekunder, dan penyakit kronik.
7. Berkurangnya peran b.d perubahan persepsi diri dan perubahan kapasitas fisik dalam
menjalankan peran.
8. In efektif pola nafas b.d kelemahan muskuloskeletal dan penurunan energi atau fatique.
9. Ketidakmampuan untuk melakukan ventilasi secara spontan b.d kelemahan otot pernafasan.
C. Intervensi / Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Dan KH Intervensi Rasional
Dx Keperawatan
7. Membantu dalam pr
penyembuhan.
mukosa hipoksemia.
7. Dapat memperbaiki
mencegah buruknya hipoksia.
1. Menurunkan ansietas
dapat menimbulkan perba
partisipasi pada ren
1. Jelaskan / kuatkan pengobatan.
penjelasan proses penyakit
individu 2. Nafas bibir + nafas abdom
keterbatasan hubungan tanda / udara terlalu kering, angin, menimbulkan infeksi saluran n
proses penyakit dan ekstrem, serbuk, asap tembakau, 5. : Faktor lingkungan ini d
menghubungkan sprei aerosol, polusi udara. menimbulkan iritasi bron
dengan faktor menimbulkan peningkatan prod
6. Diskusikan pentingnya
penyebab sekret dan hambatan jalan nafas
mengikuti perawatan medik,
foto dada periodik dan kultur 6. Pengawasan proses peny
untuk membuat program te
untuk memenuhi perub
kebutuhan dan dapat memb
mencegah komplikasi
( Doenges, 2000 : 152).
D. Evaluasi
Fokus utama pada klien Lansia dengan PPOM adalah untuk mengembalikan kemampuan dalam
ADLS, mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin
membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor kemampuan
beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk mengurangi sesak nafas, dan
kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi paru. Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama
untuk mempelajari tehnik rehabilitasi yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar,
mereka harus mempunyai pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya
hidup mereka.(Leukenotte, M A, 2000 : 502)
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada usia lanjut terjadi penularan analomik-fisiologik paru dan saluran nafas, antara lain berupa
pengurangan elastic recoil paru; kecepatan arus ekspirasi, tekanan oksigen acted serta respons
pusat reflek pernafasan terhadap rangsangan oksigen arteri atau hiperkapnia. Hal-hal tersebut
berpengaruh pada mekanisme perthanan tubuh terhadap timbulnya penyakit paru
Penyakit paru yang sering ditemukan pada usia lanjut adalah infeksi saluran nafas akut bagian
bawah PPOM. Berhagai cara dapat dilakukan untuk pencegahan terhadap timbulnya infeksi
pernafasan akut bagian bawah, PPOM. Untuk mencegab melanjunya penurunan fungsi paru,
antara lain dapat diatasi dengan melakukan olah raga atau latihan fisik yang teratur, selain
meningkatkan taraf kesehatan usia lanjut. Laju penurunan fungsi paru dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal paru secara berkala.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran Bandung.
Matteson, M.A and MC, Connel, E.S. 1988. Gerontological nursing : Concept and Practice.
Philadelphia : WB Sounders Company.
Price, Syna, A and Wilson, Lorraine M. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis proses-proses
Penyakit, edisi ke-4. Jakarta : EGC.
R.Boedi-Dharmojo dan H.Hadi Martono (1999). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan usia lanjut)
edisi ke-3. Jakarta : EGC.
Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC.