Anda di halaman 1dari 2

Sri Mulyani Pantau Tren Kenaikan Porsi

Utang Indonesia
Yuliyanna Fauzi, CNN Indonesia
Selasa, 14/02/2017 16:31 WIB
Sebarkan:
 

Pada 2016, porsi utang Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 27,5 persen, naik dari 27,4 persen di 2015
dan 24,7 persen di 2014. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan pemerintah akan terus
mengkaji kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tahun ini meski telah dirancangnya
dengan serealistis mungkin. Salah satunya ialah melihat kembali porsi utang dari keseluruhan Produk
Domestik Bruto (PDB).

Di akhir tahun lalu, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mencatat, jumlah utang Indonesia telah
mencapai Rp3.466,9 triliun atau menyedot porsi sekitar 27,5 persen dari keseluruhan PDB sebesar Rp12.406,8
triliun. 

Dalam pertimbangan porsi utang tersebut, Sri Mulyani menyebutkan akan mengkaji lebih dalam beberapa
sentimen yang berasal dari luar negeri, khususnya pergerakan ekonomi global, sembari melihat gejolak
ekonomi Tanah Air.

"Kami akan tetap waspada mengelola APBN. Kami tetap melihat dinamika yang terjadi di perekonomian
nasional dan global," ujar Sri Mulyani usai rapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa
(14/2).

Bendahara negara itu mengatakan terdapat beberapa sentimen utama, yakni pertumbuhan ekonomi global dan
beberapa negara besar, inflasi, suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed),
harga komoditas hingga harga minyak dunia. 

"Kami lihat dampaknya ke APBN dan bagaimana kemudian angka akan berubah dari sisi penerimaan dan
belanja negara," imbuh Sri Mulyani.

Namun begitu, dengan porsi utang saat ini sebesar 27,5 persen dari PDB, Sri Mulyani menekankan bahwa
porsi utang masih mencerminkan kondisi APBN yang sehat dan realistis. Pasalnya, berdasarkan Undang-
Undang (UU) Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, batas maksimal porsi utang dalam PDB
sebesar 60 persen.

Hanya saja, bila membandingkan dengan dua tahun ke belakang sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menduduki kursi RI 1, porsi utang terhadap PDB cenderung meningkat. Di 2014, porsi utang sebesar 24,7
persen dari PDB atau Rp2.608,8 triliun. Sedangkan di 2015, porsi utang meningkat menjadi 27,4 persen
dari PDB atau sebesar Rp3.165,2 triliun. 

Namun, bila dibandingkan dengan beberapa negara, porsi utang Indonesia paling terjaga. Misalnya,
Amerika Serikat mencapai 108 persen dari PDB, Jepang 250 persen dari PDB, Jerman mendekati 70
persen dari PDB. (gir)

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170214160716-78-193479/sri-mulyani-pantau-tren-kenaikan-
porsi-utang-indonesia/

Faktor 1: Kenaikan porsi utang meningkat 2 tahun belakangan ini

Kenaikan porsi utang menyebabkan pengeluaran kas negara yang telah dianggarkan dalam APBN yang
semakin meningkat seiring dengan pembayaran bunga hutang yang tinggi pula. Meskipun porsi utang
Indonesia masih menunjukkan kondisi APBN yang sehat dan realistis, namun dalam pengelolaan akan
APBN perlu ditekannkan dan diwaspadai. Hal ini dapat bedampak APBN menjadi defisit apabila porsi
utang dari tahun ke tahun terus meningkat.

Analisis Artikel Berita:

Kenaikan porsi utang Indonesia yang semakin meningkat 2 tahun belakangan ini mencapai 27,5% dari
PDB. Terdapat beberapa sentimen utama, yakni pertumbuhan ekonomi global dan beberapa negara besar,
inflasi, suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed), harga komoditas hingga
harga minyak dunia. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia masih menduduki porsi utang yang
paling terjaga atau dianggap normal dibandingkan dengan negara Amerika Serikat, Jepang dan Jerman. Namun
dengan porsi utang Indonesia masih perlu diwaspadai dalam mengelola APBN dengan melihat dinamika
perekonomian dan global.

Anda mungkin juga menyukai