Anda di halaman 1dari 137

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KEMUDAHAN

PAJAK, DAN KEADILAN PAJAK TERHADAP KEPATUHAN


WAJIB PAJAK UMKM
(Studi pada KPP Pratama Surabaya
Surabaya Karangpilang
Karangpilang))

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN


DALAM MEMPEROLEH GELAR SARJANA AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DIAJUKAN OLEH
NUR AINI FIRDAUS
NIM: 041013123

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2014

i
KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul  “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kemudahan Pajak, dan

Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (studi pada KPP

Pratama Surabaya Karangpilang)”  dengan baik.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan yang telah diberikan oleh

 berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Muslich Anshori, SE., M.Sc., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Airlangga.

2. Drs. Agus Widodo Mardijuwono, M., M.Si., Ak., CMA selaku ketua

Departemen Akuntansi Universitas Airlangga.

3. Alfa Rahmiati, SE., MM., Ak., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, ilmu dan pengetahuan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Wiwik Supratiwi, Dra., MBA, Ak. selaku dosen wali yang telah memberikan

nasihat dan motivasi dalam menjalani perkuliahan.

5. Kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Airlangga, terima kasih atas bimbingan dan ilmu perkuliahan

yang telah diberikan.

iv
6. Pegawai Direktorat Jenderal Pajak di KPP Pratama Surabaya Karangpilang,

Pak Zauki, Pak Janti, Pak Agus, Pak Hendri, dan Pak Edy, yang telah

membantu berjalannya penelitian.

7. Keluarga penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa. Ayah, Ibu,

Kakak, dan Adik tercinta yang telah memberikan perhatian, kasih sayang,

semangat, teladan, dan doa selama pendidikan penulis.

8. Teman dekat penghuni kos, khususnya Cyntia, Ayun, Ayuk, Fenny, dan

Debby. Terimakasih atas segala bantuan, canda tawa, dan petuah-petuahnya.

9. Teman-teman terdekat selama kuliah, Amel, Dita, Aqmar, Bibik, Mentari,

Fina, Ullun, dan Mita. Terimakasih telah menghabiskan waktu bersama

selama masa-masa kuliah.

10. Teman-teman seperjuangan mengerjakan skripsi, Fenti, Radit, Zulfa, Ahmed,

Ula. Terimakasih telah berbagi ilmu dan informasi. Dan juga untuk teman-

teman AKS1, terutama angkatan 2010.

11. Terimakasih kepada Mbak Weni dan Mas Cahyo yang telah membantu

kelancaran skripsi.

12. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Airlangga yang telah membantu kelancaran selama masa kuliah dan dalam

mengerjakan penulisan skripsi ini.

13. Kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

terimakasih atas semua dukungan, bantuan, serta doanya.

v
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala apa yang telah

diberikan. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat baik bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya,

Penulis,

 Nur Aini Firdaus

vi
ABSTRAK 

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari pengetahuan pajak,


kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM
yang berlandaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu yaitu yang omzetnya tidak 
lebih dari Rp 4,8 Milyar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Variabel independen yang digunakan adalah pengetahuan pajak, kemudahan
 pajak, dan keadilan pajak. Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kepatuhan wajib pajak UMKM. Penelitian ini menggunakan metode survei
kuisioner pada 100 responden wajib pajak UMKM efektif yang omzetnya tidak 
lebih dari Rp 4,8 Milyar yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surabaya Karangpilang. Kuisioner yang terkumpul dianalisis menggunakan
PASW Statistik 18. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pajak dan kemudahan pajak 
 berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM. Sedangkan keadilan
 pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

Kata Kunci: keadilan pajak, kemudahan pajak, kepatuhan wajib pajak UMKM,


 pengetahuan pajak.

vii
ABSTRACT 

This study aimed to examine the impact of tax knowledge, tax simplicity,
and tax fairness for compliance Mikro-Small-Medium Enterprise taxpayer based 
on Goverment Regulation No. 46 of 2013 about income tax on business income
that received or provided of taxpayers who have specific gross distribution that 
turnover is not more than 4,8 billon rupiah. This study use quantitative approach.
The independent variables used are tax knowledge, tax simplicity, and tax
 fairness. While the dependent variable in this research was the compliance Mikro-
Small-Medium Enterprise taxpayer. This research used questionnaires survey
method in 100 effective respondent of Mikro-Small-Medium Enterprise taxpayer 
that were listed in KPP Pratama Surabaya Karangpilang. Questionnaires were
collected and analyzed using PASW Statistic 18. This research used multiple
linier regression analysis. Result of this research showed that tax knowledge and 
tax simplicity have positif effect on compliance Mikro-Small-Medium Enterprise
taxpayer. While the tax fairness has negatif effect on compliance Mikro-Small-
 Medium Enterprise taxpayer.

Keywords:    compliance Mikro-Small-Medium Enterprise taxpayer, tax fairness,


tax knowlegde, tax simplicity

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI......................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

ABSTRACT..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BAB 1 : PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 10

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 11

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 11

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 12

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 15

2.1 Landasan Teori ................................................................................. 15

2.1.1 Teori Atribusi ......................................................................... 15

2.1.2 Teori Fairness ........................................................................ 17

2.1.3 Pajak ....................................................................................... 18

ix
2.1.4 Pengetahuan Pajak.................................................................. 21

2.1.5 Kemudahan Pajak................................................................... 23

2.1.6 Keadilan Pajak........................................................................ 26

2.1.7 Kepatuhan Pajak..................................................................... 28

2.1.8 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah....................................... 30

2.1.9 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013........................ 33

2.2 Penelitian Terdahulu......................................................................... 35

2.3 Kerangka Konseptual ....................................................................... 39

2.4 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 39

2.4.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM .............................................................. 40

2.4.2 Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM ........................................................................ 41

2.4.3 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM ........................................................................ 42

BAB 3 : METODE PENELITIAN ............................................................... 44

3.1 Pendekatan Penelitian....................................................................... 44

3.2 Identifikasi Variabel ......................................................................... 44

3.3 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 45

3.31 Variabel Independen (X) ........................................................ 45

3.3.2 Variabel Dependen (Y) .......................................................... 49

3.4 Jenis dan Sumber Data...................................................................... 49

3.5 Metode Pengumpulan Data............................................................... 50

x
3.6 Populasi dan Sampel......................................................................... 51

3.7 Metode Analisis Data ....................................................................... 52

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................. 52

3.7.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................. 53

3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda........................................... 55

3.7.4 Uji Hipotesis ........................................................................... 56

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 57

4.1 Gambaran Umum.............................................................................. 57

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian........................................ 57

4.1.1.1 Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Surabaya Karangpilang ............................................. 57

4.1.1.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak ................... 58

4.1.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak 

Pratama Surabaya Karangpilang ............................... 58

4.1.2 Gambaran Umum Subjek Pajak ............................................. 61

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................... 62

4.2.1 Deskripsi Jawaban Responden .............................................. 63

4.2.2 Karakteristik Responden ........................................................ 63

4.2.3 Tanggapan Responden tentang Pengetahuan Pajak................ 67

4.2.4 Tanggapan Responden tentang Kemudahan Pajak................. 68

4.2.5 Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak ..................... 69

4.2.6 Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak 

UMKM .................................................................................. 71

xi
4.3 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis................................ 72

4.3.1 Uji Validitas dan Reabilitas ................................................... 72

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................. 75

4.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda .......................................... 78

4.3.3.1 Koefisien Determinasi ............................................... 78

4.3.3.2 Koefisien Korelasi Berganda .................................... 79

4.3.3.3 Koefisien Regresi ...................................................... 79

4.3.4 Hasil Analisis Uji Hipotesis .................................................. 80

4.4 Pembahasan ..................................................................................... 83

4.4.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM .............................................................. 83

4.4.2 Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM......................................................................... 84

4.4.3 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak UMKM ......................................................................... 86

4.5 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 89

BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 91

5.1 Simpulan .......................................................................................... 91

5.2 Saran ................................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan APBN 2011-2013................................................. 2

Tabel 2.1 Kriteria Industri UMKM............................................................... 32

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 37

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ....................................................................... 51

Tabel 4.1 Distribusi Kuisioner ...................................................................... 62

Tabel 4.2 Interval Jawaban Responden ........................................................ 63

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia.................................. 64

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................. 64

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ........ 65

Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha ...................... 65

Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Usaha................... 66

Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha .................... 66

Tabel 4.9 Tanggapan Responden tentang Pengetahuan Pajak ...................... 67

Tabel 4.10 Tanggapan Responden tentang Kemudahan Pajak ....................... 68

Tabel 4.11 Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak ............................ 69

Tabel 4.12 Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM . 71

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Bebas ............................................... 73

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Variabel Terikat ............................................. 74

Tabel 4.15 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian ............................................... 74

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 75

Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................ 76

Tabel 4.18 Analisis Regresi Linier Berganda ................................................. 78

Tabel 4.19 Hasil Uji Regresi ........................................................................... 81

xiii
DAFTAR GAMBAR 

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ................................................................... 39

Gambar 4.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya Karangpilang.......... 59

Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 77

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Pemberian Ijin Penelitian

Lampiran 2 : Kuisioner 

Lampiran 3 : Tabel Demografi Responden

Lampiran 4 : Tabulasi Data

Lampiran 5 : Frekuensi Data

Lampiran 6 : Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 7 : Hasil Uji Regresi Berganda

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan instrumen keuangan yang penting dalam perekonomian

di Indonesia dan sekaligus sebagai sumber daya utama dalam pembangunan

daerah. Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi   budgeter    dan fungsi

regulerend . Fungsi   budgeter    yaitu mengenai fungsi pajak sebagai sumber 

anggaran negara, sedangakan fungsi   regulerend   digunakan untuk mengatur 

kebijakan dalam masyarakat di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan

tujuan tertentu (Suandy, 2011) .  Oleh karena itu, dalam pemungutan pajak bukan

hanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun

 juga untuk memberikan penerimaan pajak yang besar bagi negara.

Pajak dalam APBN di Indonesia merupakan penyumbang terbesar 

 pendapatan negara. Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah

rencana tahunan keuangan negara yang telah disetujui oleh Dewan Perwakilan

Rakyat. APBN merupakan pegangan bagi pemerintahan dalam mengatur 

 pendapatan dan pengeluarannya atau belanja negara. Penerimaan untuk negara

dari sektor pajak ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Seperti pada

tahun 2011 penerimaan negara yang berasal dari pajak mencapai 72,2 persen, dari

 penerimaan bukan pajak 27,4 persen, dan sisanya sebesar 0,4 persen berasal dari

hibah. Pada tahun 2012 penerimaan negara dari sektor pajak meningkat menjadi

1
2

74,8 persen dan pada 2013 penerimaan APBN dari sektor pajak ditargetkan

menjadi 78 persen (Kementerian Keuangan, Laporan Semester Pelaksanaan

APBN, 2012).

Tabel 1.1

Perkembangan APBN 2011-2013

Tahun 2011 Tahun 2012 Target Tahun


Penerimaan Negara
(%) (%) 2013 (%)

Penerimaan Pajak  72,2% 74,8% 78%

Penerimaan Negara
27,4% 25,1% 21,7%
Bukan Pajak 

Penerimaan Hibah 0,4% 0,1% 0,3%

Total 100% 100% 100%


Sumber: Kementerian Keuangan

Target penerimaan negara dari sektor pajak yang semakin besar tiap

tahunnya mendorong Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya untuk menggenjot

 penerimaan pajaknya. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki   tax ratio   yang

sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya.  Tax ratio di Indonesia

 pada tahun 2012 hanya sekitar 12,3 persen dan dalam lima tahun terakhir tidak 

 pernah mencapai 14 persen.   Tax ratio   Indonesia berada di bawah rata-rata

international yang telah mencapai 20 persen bahkan   tax ratio   Indonesia juga

dibawah negara yang mempunyai pendapatan perkapita rendah (Harinurdin,

2009).

Tax ratio atau rasio penerimaan pajak terhadap Produk Domestik Bruto

mempunyai dua implikasi utama berkenaan dengan rendahnya  tax ratio. Pada satu
3

sisi, menggambarkan kepatuhan pajak masyarakat yang rendah sehingga jumlah

 pajak yang dikumpulkan masih relatif kecil dibandingkan dengan basis pajak.

Pada sisi lainnya, relatif rendahnya jumlah pajak yang dikumpulkan terhadap

 basis pajak memberikan harapan bahwa peningkatan penerimaan pajak masih

dapat dilakukan (Gunadi, 2005).

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak dalam

meningkatkan   tax ratio   ini adalah dengan mengoptimalkan peningkatan

 penerimaan pajak yang berasal dari sektor informal, yaitu Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM). UMKM di Indonesia merupakan wajib pajak yang memiliki

 potensi pajak yang besar karena menurut Ditjen Pajak Fuad Rahmani menyatakan

 bahwa UMKM memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

sebesar 61 persen, namun hanya menyumbangkan sebesar 5 (lima) persen

terhadap total penerimaan pajak. Kecilnya kontribusi pajak dari sektor UMKM ini

dikarenakan wajib pajak masih banyak yang belum menyetorkan pajak mereka.

Kontribusi terhadap PDB yang cukup besar tersebut menunjukkan bahwa UMKM

sebenarnya memiliki potensi yang besar dalam menyumbang total penerimaan

 pajak di Indonesia (Tambunan, 2013).

Potensi penerimaan pajak dari UMKM di Indonesia memang cukup

menjanjikan. Berdasarkan sumber data dari Kementerian Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah per Juni 2013, saat ini terdapat 55,2 juta UMKM atau 99,98

 persen dari total usaha di Indonesia. Jumlah tenaga kerja yang diserap UMKM ini

sekitar 101,72 juta atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Dari jumlah

kontribusi UMKM yang sangat besar itulah maka pemerintah dan Direktorat
4

Jenderal Pajak berupaya untuk menggenjot penerimaan pajak dari sektor UMKM

dengan mengeluarkan peraturan mengenai pajak UMKM yang tercermin dalam

 peraturan pemerintah yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan

atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaram Bruto Tertentu yang mulai berlaku efektif mulai tanggal 1

Juli 2013.

Dikeluarkannya PP Nomor 46 Tahun 2013 ini oleh pemerintah

dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi wajib pajak orang pribadi dan

 badan yang memiliki peredaran bruto tertentu yang diperlukan ketentuan

tersendiri mengenai perhitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan

yang terutang. Batasan peredaran usaha wajib pajak orang pribadi dan badan

dalam PP Nomor 46 tahun 2013 sebesar Rp 4,8 Milyar, besaran omzet ini masih

dalam lingkup UMKM menurut Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang

Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Tarif dari PP Nomor 46 tahun 2013 dikenakan

 pajak final sebesar 1 persen dari jumlah omzet per bulan dan berlaku juga bagi

wajib pajak UMKM yang omzetnya masih dalam lingkup peraturan pemerintah

tersebut.

Terkait UMKM, sebelum diberlakukannya PP Nomor 46 Tahun 2013

sudah terdapat ketentuan perpajakan yang mengatur khusus mengenai tarif 

UMKM, namun hanya yang berbentuk badan usaha. Undang-undang No. 36

Tahun 2008 tentang UU PPh, pada pasal 31 huruf E disebutkan bahwa wajib

 pajak dalam negeri yang peredaran brutonya mencapai Rp 50 Milyar mendapat

fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50 persen dari tarif umum sebagaimana
5

diatur dalam pasal 17 ayat 2 UU PPh yang dikenakan atas penghasilan kena pajak 

dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 Milyar. Dengan tarif PPh

 badan yang berjumlah 25 persen, maka bagi wajib pajak yang memenuhi

 persyaratan tersebut tarif efektinya menjadi 12,5 persen.

Perubahan tarif terkait dikeluarkannya PP Nomor 46 Tahun 2013 tersebut

harus memerlukan kerjasama yang baik antara Wajib Pajak dan fiskus yang

melaksanakannya agar peraturan pemerintah yang baru dapat dilaksanakan

dengan tepat dan lancar. Wajib pajak harus memiliki pemahaman dan

 pengetahuan yang baik tentang perpajakan dan tata cara pelaksanaan peraturan

 perpajakan yang berlaku. Selain itu fiskus sebagai aparat pajak harus membantu

meningkatkan pengetahuan Wajib Pajak dengan memberikan sosialisasi terkait PP

 Nomor 46 Tahun 2013 dan pelayanan tanya jawab baik melalui kring pajak atau

saat Wajib Pajak bertanya secara langsung.

Pengetahuan perpajakan yang dimiliki oleh wajib pajak merupakan hal

yang paling mendasar yang harus dimiliki oleh wajib pajak, karena tanpa adanya

 pengetahuan tentang pajak, maka sulit bagi wajib pajak dalam menjalankan

kewajiban perpajakannya (Aziza, 2011). Menurut Herdiningsih (2010)

 pengetahuan pajak merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan formal dan nonformal.

Supriyati dan Nur Hidayati (2008) mengungkapkan bahwa penelitian

yang dilakukan di KPP Sidoarjo Timur menunjukkan pengetahuan pajak memiliki

 pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan persepsi wajib pajak 


6

mengenai petugas pajak dan persepsi kriteria wajib pajak patuh tidak memiliki

 pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

Pertimbangan pemerintah atas pengenaan PPh final dengan tarif 1 persen

dari peredaran usaha terhadap UMKM, sebagaimana yang terdapat dalam

 penjelasan umum PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah kesederhanaan dalam

 pemungutan pajak, berkurangnya beban administrasi bagi wajib pajak maupun

Direktorat Jenderal Pajak, serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan

moneter. Dengan lebih sederhananya pemungutan pajak untuk sektor UMKM ini

 pemerintah mengharapkan agar kepatuhan wajib pajak meningkat sehingga

 penerimaan pajak negara pun ikut meningkat.

Seperti halnya reformasi di bidang perpajakan, penetapan peraturan

 pemerintah terkait pajak UMKM bertujuan untuk memberikan kemudahan dan

kesederhanaan kepada wajib pajak UMKM. Undang-undang pajak harus

sederhana, sehingga wajib pajak dapat memahami dan mematuhi aturan dengan

 benar dan dengan cara yang hemat biaya (AICPA, 2010).

Kemudahan dan kesederhanaan dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 terlihat

dari tarif yang ditetapkan yaitu satu persen dari peredaran bruto. Sehingga

 pemerintah bermaksud agar wajib pajak akan lebih mudah menghitung besar 

 pajak terhutang hanya dengan tarif tunggal satu persen. Beberapa kemudahan

lainnya dapat dilihat dari cara pembayaran yang dapat dilakukan melalui ATM,

kemudahan dalam mengajukan permohonan SKB (Surat Keterangan Bebas) untuk 

 pajak, dan kemudahan lainnya.


7

Menurut paper yang dibuat oleh BG Consulting (2003) kemudahan pajak 

dapat dicapai melalui kemudahan dalam sistem pajak, undang-undang pajak, dan

 penetapan aturan-aturan perpajakannya. Hotlzman (2007) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi beban kepatuhan

 pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks. Dan diperkuat oleh

 penelitian dari Priantara (2011) yang menyimpulkan bahwa faktor kebutuhan,

kemudahan, sanksi, dan persepsi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan WPOP pengusaha kecil dan mikro.

Penetapan tarif baru dalam PP Nomor 46 Tahun 2013 sebesar satu persen

dari peredaran bruto ini masih menimbulkan pro dan kontra baik dikalangan wajib

 pajak maupun para ahli di bidang perpajakan. Dari segi keadilan pajak yang

menurut para praktisi dan ekonom berpendapat bahwa PP Nomor 46 tahun 2013

adalah adil karena mereka menganggap memang sudah diperlukan penetapan tarif 

khusus untuk UMKM yakni satu persen dari peredaran bruto yang tadinya

mempunyai tarif sebesar 12,5 persen dengan norma perhitungan khusus. Namun

sebagian besar wajib pajak menilai penetapan tarif tersebut memberatkan mereka.

Hal ini dikarenakan wajib pajak harus tetap membayar pajak dengan tarif satu

 persen dari peredaran bruto tidak peduli apakah wajib pajak memperoleh laba

ataupun tidak.

Pemajakan yang adil adalah semakin besar penghasilan, maka semakin

 besar pula pajak yang harus dibayar. Hal ini disebut juga dengan keadilan vertikal

atau  vertical equity (Musgrave & Musgrave, 1976). Penghasilan yang dimaksud

disini adalah penghasilan neto, yaitu setelah dikurangi dengan biaya-biaya


8

 pengurang penghasilan bruto menurut ketentuan perpajakan yang berlaku

(Mansury R, 1996). Perhitungan PPh final yang langsung dari peredaran brutonya

menyatakan bahwa pemajakan tersebut tidak sesuai dengan konsep keadilan

menurut pajak. Hal ini dikarenakan peredaran bruto seorang wajib pajak belum

tentu mencerminkan keuntungan wajib pajak tersebut.

Kebijakan atau kegiatan yang dapat menimbulkan persepsi, bahwa pajak 

itu adil bagi semua orang akan sangat membantu menyadarkan wajib pajak untuk 

memenuhi kewajiban dalam membayar pajak (Mc Mahon, 2001). Menurut Vogel,

Spicer, dan Becker (dalam Richardson, 2006) pembayar pajak cenderung untuk 

menghindari membayar pajak jika mereka menganggap sistem pajak tidak adil.

Hal tersebut menunjukkan pentingnya dimensi keadilan pajak sebagai variabel

yang mempengaruhi kepatuhan pembayar pajak.

Dimensi keadilan pajak merupakan sifat yang tidak sewenang-wenang

atau tidak berat sebelah atas sistem perpajakan yang berlaku. Menurut Gerbing

(1988), dalam Richardson (2006) terdapat lima dimensi keadilan pajak, yakni:

( general fairness), timbal balik yang diterima pemerintah (exchanges with

 government ) , kepentingan pribadi ( self interest ), ketentuan-ketentuan yang

diberlakukan secara khusus ( special provisions), dan struktur tarif pajak (tax rate

 structures).

Pris (2010) menyimpulkan bahwa tidak ada satupun dari dimensi kedilan

 pajak yang berpengaruh secara signifikan pada perilaku kepatuhan WP badan.

Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Richardson (2006) menunjukkan bahwa

dimensi-dimensi keadilan pajak yang terkait dengan   General Fairness, Exchange


9

with Government, dan middle income earners tax share/burden   memiliki

hubungan positif yang signifikan dengan kepatuhan pajak di Hong Kong. Namun,

dimensi-dimensi keadilan pajak lainnya, seperti Self Interest, Tax Rate Structure,

dan Attittude Towards Taxation of the Wealthy   tidak memiliki hubungan yang

signifikan.

Seluruh aspek yang terkait dengan pengetahuan pajak, kemudahan pajak,

dan keadilan pajak Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib

Pajak. Kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu,

yang didalamnya didasari oleh kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat

 perilaku seseorang dapat sesuai dengan yang diharapkan (Mc Mahon 2001). Mc

Mahon (2001) juga mengartikan kepatuhan sebagai kegiatan individu untuk 

menjalankan kewajibannya dalam memberikan kontribusi pada pemenuhan

kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya.

Masalah mengenai kepatuhan wajib pajak ini merupakan masalah yang

sering dalam bidang perpajakan. Penelitian di bidang ini pun sering dilakukan.

Rata-rata fokus penelitain adalah perilaku pembayar pajak dan pengaruh variabel-

variabel yang terkait. Adapun variabel yang pernah diteliti adalah tarif pajak 

(Mason dan Calvin, 1984; Keller, 1998 dalam Mustikasari, 2007), faktor-faktor 

ekonomi (Duncan et al., 1989 dalam Mustikasari, 2007), dan perilaku wajib pajak 

(Marti,   et al., 2010). Penelitian mengenai kepatuhan pajak sangat penting,

mengingat peran pajak dalam meningkatkan pembangunan di Indonesia sangat

 besar. Beberapa penelitian mengenai kepatuhan pajak diantaranya seperti

 penelitian yang dilakukan oleh Witono (2008) membuktikan bahwa terdapat


10

 pengaruh signifikan antara pengetahuan pajak dan keadilan pajak terhadap tingkat

kepatuhan pajak. Albari (2008) menyimpulkan bahwa adanya pengaruh positif 

dan langsung maupun tidak langsung dari keadilan pajak terhadap kepatuhan

 pajak melalui variabel antara kepuasan.

Berdasarkan fenomena dan ketidakkonsistenan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya yang telah dipaparkan di atas, maka akan dilakukan penelitian dan

analisa mengenai pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan

 pajak terhadap kepatuhan wajib pajak PP 46 Tahun 2013 di Indonesia khususnya

sektor UMKM. Studi dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya

Karangpilang karena telah memenuhi target pencapaian penerimaan pajaknya

tahun 2012 sebesar 101,21% yang berarti kepatuhan waib pajak pada KPP

Pratama Surabaya Karangpilang dalam memenuhi kewajiban perpajakannya

sangat baik. Penelitian dan analisa ini dikembangkan dalam bentuk skripsi yang

 berjudul “Pengaruh Pengetahuan Pajak, Kemudahan Pajak, dan Keadilan

Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM (studi pada KPP Pratama

Surabaya Karangpilang)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini

dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak 

 berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang dikaitkan dengan PP

 Nomor 46 Tahun 2013 (studi pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang)?


11

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah dijabarkan

diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

Menguji dan memberikan gambaran mengenai pengaruh pengetahuan

 pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak 

UMKM yang dikaitkan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 (studi pada KPP

Pratama Surabaya Karangpilang).

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitiaan adalah:

1. Bagi Penulis

Dengan adanya penelitian ini, penulis dapat memahami penerapan dan

 pengaplikasian serta menambah pengetahuan mengenai peraturan tarif 

UMKM terbaru yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan

atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang

Memiliki Peredaram Bruto Tertentu yang ditetapkaan oleh Menteri Keuangan

dan mulai berlaku efektif pada 1 Juli 2013.

2. Bagi Instansi/Perusahaan

Dapat memberikan masukan kepada Instansi maupun UMKM dalam menilai

kebijakan tarif pajak terbaru yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak 

Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib

Pajak yang Memiliki Peredaram Bruto Tertentu.

3. Bagi Pembaca
12

Dapat memberikan bukti empiris dan pengetahuan lebih mengenai apakah

terdapat pengaruh persepsi wajib pajak mengenai pengetahuan pajak,

kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak 

UMKM PP Nomor 46 Tahun 2013 (studi pada KPP Pratama Karangpilang

Surabaya).

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang

dilakukan, maka disusunlah suatu sistematika penulisan skripsi, yaitu sebagai

 berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Secara garis besar dalam bab ini berisi latar belakang yang

 berhubungan dengan topik skripsi, yaitu pengaruh pengetahuan

 pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuuhan

wajib pajak UMKM di Indonesia terkait dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Bab ini juga berisi rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

 penelitian.

BAB 2 : Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang digunakan di dalam

 penelitian yang berhubungan dengan topik skripsi yaitu mengenai

 pengetahuan pajak, kemudahan pajak, keadilan pajak, dan

kepatuhan wajib pajak UMKM yang terkait dengan PP Nomor 46


13

Tahun 2013. Bab ini juga menjelaskan tentang konsep-konsep

dasar yang dijadikan sebagai pedoman dalam analisis dan

 pembahasan, serta menjalaskan hubungan antar variabel penelitian,

 juga termasuk penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan skripsi ini, kerangka berpikir, serta hipotesis.

BAB 3 : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang pendekatan penelitian, identifikasi variabel,

definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode

 pengumpulan data, populasi dan sampel, metode analisis data yang

meliputi uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik yang terdiri

dari uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan analisis

regresi linier berganda.

BAB 4 : Hasil dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan gambaran umum objek dan subjek penelitian,

deskripsi hasil penelitian, teknik analisis, pengujian hipotesis,

 pembahasan, dan keterbatasan penelitian. Dari hasil analisis dapat

diperoleh jawaban atas rumusan masalah serta jawaban atas

hipotesis tentang pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak,

dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM yang

terkait dengan PP Nomor 46 Tahun 2013.


14

BAB 5 : Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir dari skripsi yang berisi simpulan

dari hasil analisis tentang pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan

 pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM

di Indonesia yang terkait dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Dalam

 bab ini juga menyajikan saran untuk penelitian selanjutnya.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Teori adalah suatu konseptualisasi yang umum (Sugiyono, 2009). Teori

adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling

 berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai

fenomena. Teori mempunyai fungsi untuk menjelaskan meramalkan, dan

mengendalikan suatu gejala.

2.1.1 Teori Atribusi

Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan persepsi atau

 perilaku seseorang. Atribusi merupakan suatu teori yang menggambarkan

mengenai hal yang menyebabkan seseorang berperilaku (Anggraeni, 2013).

Atribusi merupakan penilaian mengenai orang lain dalam berperilaku apakah

dipengaruhi secara internal atau eksternal.

Pada dasarnya, teori atribusi menyatakan bahwa bila individu-individu

mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah hal

tersebut ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins, 1996). Perilaku

internal adalah suatu perilaku yang diyakini timbul atau dilakukan karena berada

dibawah kendali pribadi individu itu sendiri, misal: kemampuan, sikap sukarela,

atau pengetahuan, hal ini merupakan atribusi internal. Sedangkan perilaku

eksternal adalah suatu perilaku yang diyakini timbul atau dilakukan karena adanya

15
16

 pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut, artinya individu tersebut

melakukannya secara terpaksa atau adanya kesempatan dan lingkungan yang

mendukung, hal ini merupakan atribusi eksternal.

Menurut Robbins (2003) penentuan internal atau eksternal tergantung

 pada tiga faktor, yaitu kekhususan, konsensus, dan konsistensi. Pertama

kekhususan artinya seseorang akan mempersepsikan perilaku individu lain secara

 berbeda dalam situasi yang berlainan. Jika perilaku seseorang dianggap suatu hal

yang luar biasa, maka individu pengamat memberikan atribusi eksternal pada

 perilaku tersebut, maksudnya individu pengamat menganggap perilaku tersebut

dilakukan karena adanya faktor eksternal yang membuat seseorang melakukan hal

tersebut. Kedua, konsensus artinya jika semua orang mempunyai kesamaan

 pandangan dalam merespon perilaku seseorang dalam situasi yang sama. Apabila

konsensusnya tinggi, maka hal itu termasuk atribusi internal, sedangkan jika

konsensusnya rendah, maka hal tersebut termasuk atribusi eksternal. Faktor yang

terakhir adalah konsistensi, yaitu jika seseorang menilai perilaku orang lain

dengan respon sama dari waktu ke waktu. Semakin konsisten perilaku yang

dilakukan, maka orang akan menghubungkan hal tersebut dengan sebab-sebab

internal (Fikriningrum, 2012).

Perilaku kepatuhan Wajib Pajak UMKM sangat ditentukan oleh persepsi

Wajib Pajak dalam menilai pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan

 pajak. Persepsi dalam menilai suatu perilaku berasal dari faktor internal dan

eksternal. Oleh karena itu, teori atribusi relevan untuk menjelaskan hal tersebut.
17

2.1.2 Teori  F air ness 

 Fairness   berasal dari bahasa inggris yang mempunyai arti adil, wajar,

dan jujur. Dalam penelitian ini, kata   fairness   lebih ditujukan pada definisi adil.

Pengertian adil menunjukkan bahwa sistem pajak yang ada pada suatu negara

harus terfokus pada kepentingan seluruh pihak, tidak mementingkan dan

merugikan pihak yang satu dengan yang lain.

Teori keadilan dalam penelitian ini berperan sebagai teori yang melihat

apakah peraturan perpajakan yang diterapkan sudah berjalan sesuai dengan hukum

dan standar dalam memenuhi kriteria adil atau belum. Dalam perpajakan, keadilan

mengacu pada pertukaran antara pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa

yang wajib pajak terima dari pemerintah atas sejumlah pajak yang telah dibayar 

(Spicer & Lundstedt, 1976). Jika wajib pajak merasa tidak mendapatkan

 pertukaran yang adil dari pemerintah atas pajak yang telah dibayarkannya, maka

mereka akan mengubah pandangan mereka atas keadilan pajak sehingga berakibat

 pada perilaku mereka dalam membayar pajak. Mereka akan melaporkan

 pendapatan mereka kurang dari apa yang seharusnya agar beban pajak yang

mereka bayarkan berkurang.

Menurut Greenberg (2003), ada dua premis yang mendasari teori

keadilan, yang pertama adalah bahwa penilaian keadilan diasumsikan berdasarkan

 proksi atas kepercayaan antar pribadi untuk berperilaku dengan cara yang

kooperatif dalam lembaga-lembaga sosial. Premis yang kedua adalah banyak 

orang diasumsikan menggunakan jalan pintas kognitif untuk memastikan apakah

mereka memiliki penilaian mengenai keadilan yang tersedia ketika mereka perlu
18

untuk membuat keputusan tentang keterlibatan dalam perilaku yang kooperatif.

Hal ini berarti bahwa adil bagi seseorang akan mempengaruhi perilaku mereka

ketika berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan dengan pemerintah dan

secara tidak langsung juga mempengaruhi perilaku dari setiap orang yang terlibat

secara bersamaan dengan kegiatan yang dilakukan pemerintah tersebut.

 Namun menurut Rawls (1971) salah satu kategori dalam masalah

keadilan adalah keadilan distributif. Dalam teori keadilan distributif   (distributive

 justice theory) menyatakan bahwa untuk menjadi adil, sebuah sistem tidak hanya

membutuhkan untuk memperlakukan seseorang dalam kondisi yang sama dan

cara yang sama, melainkan tergantung pada kebutuhan individu masing-masing.

Hal ini berarti keadilan dalam pajak tidak seharusnya memperlakukan seseorang

dengan kondisi yang sama, namun juga ditentukan dari kebutuhan mereka, baik 

itu kebutuhan yang sifatnya pribadi ataupun tidak.

2.1.3 Pajak 

Pajak merupakan penerimaan negara yang paling besar dan merupakan

 penyumbang APBN terbesar bagi negara. Menurut Mardiasmo (2009) pajak 

merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

 perpajakan yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan jasa timbal

 balik yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai

 pengeluaran umum. Pajak mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi anggaran

(budgeter) dan fungsi mengatur  (regurelend). Fungsi anggaran  (budgeter) adalah

 pajak berfungsi untuk mengisi kas negara atau anggaran pendapatan negara yang

digunakan untuk keperluan pembiayaan umum pemerintah baik rutin maupun


19

untuk pembangunan. Fungsi mengatur    (regurelend)   adalah pajak berfungsi

sebagai alat untuk mengatur atau alat untuk melaksanakan kebijakan yang

ditetapkan negara dalam bidang ekonomi sosial untuk mencapai tujuan tertentu.

Fungsi pajak tersebut membuat pemerintah berupaya untuk 

meningkatkan pendapatan dari sektor pajak dengan melakukan pemungutan pajak 

kepada Wajib Pajak yang telah memenuhi subjek dan objek pajaknya. Untuk itu

ada tiga sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia (Suandy, 2011),

yaitu:

a. Official Assessment System

Official assessment system adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak 

yang harus dilunasi atau terutang oleh Wajib Pajak dihitung dan ditetapkan oleh

fiskus/aparat pajak. Ciri dari sistem pajak ini adalah:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

2) Wajib pajak bersifat pasif.

3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Self assessment system   adalah sistem pemungutan pajak dimana Wajib Pajak 

harus menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terutang

sendiri. Ciri dari sistem pajak ini adalah:

1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak 

sendiri.

2) Wajib pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.


20

3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

c. Withholding System

Withholding system   adalah sistem pemungutan pajak dimana besarnya pajak 

terhutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga, yakni antara lain pemberi kerja

dan bendaharawan negara. Ciri dari sistem pajak ini adalah wewenang

menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, yaitu pihak 

selain fiskus dan wajib pajak.

Wajib pajak dalam membayarkan pajaknya memperoleh kewajiban-

kewabijan dan hak-hak yang diatur dalam ketentuan umum perpajakan. Beberapa

kewajiban yang harus dilaksanakan oleh wajib pajak menurut Mardiasmo (2009)

adalah:

a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

 b. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

c. Menghitung dan membayar sendiri pajak dengan benar.

d. Mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap SPT dan memasukkan ke Kantor 

Pelayanan Pajak dalam batas waktu yang telah ditentukan.

e. Jika diperiksa wajib:

1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang

menjadi dasar dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan

yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas, atau objek yang terutang

 pajak.

2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan yang

dipandang perlu dan memberikan bantuan guna kelancaran pemeriksaan.


21

f. Apabila dalam waktu mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen

serta keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk 

merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh

 permintaan untuk keperluan pemeriksaan.

Sedangkan hak Wajib Pajak menurut Mardiasmo (2009) adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan keberatan dan surat banding.

 b. Menerima tanda bukti pemasukan SPT.

c. Melakukan pembetulan SPT yang telah dimasukkan.

d. Mengajukan permohonan penundaan penyampaian SPT.

e. Mengajukan permohonan penundaan atau pengangsuran pembayaran pajak.

f. Meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

g. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi, serta

 pembetulan surat ketetapan pajak yang salah.

h. Memberi kuasa kepada orang untuk melaksanakan kewajiban pajaknya.

i. Meminta bukti pemotongan atau pemungutan pajak.

 j. Mengajukan keberatan dan banding.

2.1.4 Pengetahuan Pajak 

Pengetahuan adalah hasil kerja fikir (penalaran) yang merubah seseorang

dari tidak tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan terhadap suatu perkara

(Widayati dan Nurlis, 2010). Pengetahuan pajak sendiri merupakan proses

mengubah sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak 

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan

(Hardiningsih, 2011).
22

Pengetahuan akan peraturan perpajakan dipengaruhi oleh banyak hal,

antara lain pendidikan formal dan non formal yang mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan perilaku seseorang,

semakin banyak aspek positif maka akan berdampak pada kepatuhan wajib pajak 

untuk membayar pajak. Palil (2005) mengungkapkan bahwa pengetahuan wajib

 pajak tentang pajak yang baik akan memperkecil   tax evasion. Begitupun

 penelitian yang ditemukan oleh Kassipillai yang menyatakan pengetahuan tentang

 pajak merupakan hal yang sangat penting bagi berjalannya sistem  self assessment .

Hal tersebut sesuai juga dengan penelitian terbaru Palil pada 2010 tentang

 pengetahuan pajak di Malaysia yang mengungkapkan bahwa pengetahuan pajak 

adalah penting dalam penilaian diri dan dapat mempengaruhi kepatuhan wajib

 pajak.

Widayati dan Nurlis (2010) menjelaskan bahwa terdapat beberapa

indikator yang mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman terhadap peraturan

 perpajakan yaitu (1) kepemilikan NPWP, (2) pengetahuan dan pemahaman

mengenai hak dan kewajiban, (3) pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi

 perpajakan, (4) pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif 

 pajak, (5) wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui

sosialisasi, dan (6) wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan

mengenai training yang mereka ikuti. Penelitian ini memberikan hasil bahwa

semua faktor pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan pajak mempunyai

 pengaruh yang signifikan terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak.
23

Menurut Nugroho (2012) semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman

wajib pajak, maka wajib pajak dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik 

dan sesuai dengan ketentuan perpajakan. Tetapi jika wajib pajak tidak memiliki

 pengetahuan mengenai peraturan pajak mereka tidak dapat menentukan

 perilakunya dengan tepat. Dengan adanya pengetahuan perpajakan akan

membantu wajib pajak untuk patuh dalam membayar pajak dan akan

meningkatkan kepatuhan pajak mereka.

2.1.5 Kemudahan Pajak 

Kemudahan umumnya dipandang sebagai keutamaan dalam sistem pajak 

di suatu negara ( Institute on Taxation and Economic Policy, 2011). Kemudahan

atau kesederhanaan tersebut akan memudahkan pembayar pajak untuk memahami

(dan untuk membayar) pajak mereka, dan akan mempermudah bagi administrator 

 pajak untuk mengumpulkan pajak secara adil. Kemudahan dalam pajak ini yang

menjadi solusi sehingga wajib pajak dapat memperoleh pengurangan biaya

 berkaitan dengan pembayaran pajak, dan pemerintah dapat mengurangi biaya

terkait administrasi pajak untuk menilai dan mengumpulkan pajak.

Untuk sektor swasta baik badan maupun UMKM, biaya pajak tidak 

hanya mencakup jumlah pajak itu sendiri, namun juga biaya-biaya kepatuhan

 pajak yang muncul secara berkala dalam operasional perusahaan. Biaya tersebut

diantaranya adalah (1) gaji staf untuk menghitung pajak dan memelihara

informasi pajak, (2) biaya pelatihan bagi staf secara khusus, (3) biaya yang

diberikan kepada ahli seperti konsultan pajak, akuntan, dan pengacara untuk 

 beberapa hal khusus. Sedangkan bagi pemerintah biaya administrasi untuk pajak 
24

mencakup biaya untuk sumber daya staf pajak, infrastruktur, dan pelatihan yang

antara lain ditujukan untuk memaksa, menilai, mengumpulkan dan memecahkan

klaim, keberatan, dan banding.

Kemudahan dalam administrasi pajak merupakan salah satu asas atau

 prinsip pemungutan pajak. Menurut Rosdiana (2010) asas kemudahan

administrasi perpajakan mempunyai beberapa aspek yang mendasarinya, yaitu:

a. Asas Certainty (kepastian)

Asas certainty merupakan kepastian baik bagi petugas pajak maupun semua

wajib pajak terkait dengan subjek pajak, objek pajak, besarnya jumlah pajak 

yang harus dibayar, serta prosedur untuk pemenuhan kewajiban pembayaran

dan pelaporannya.

 b. Asas Convenience (kemudahan/kenyamanan)

Asas convenience terkait pada kemudahan atau kenyamanan sistem dan

 prosedur perpajakannya.

c. Asas Efficiency

Pemungutan pajak dapat dikatakan efisien jika biaya dalam memenuhi

kewajiban pajak lebih rendah dari hasil pemungutannya (cost of taxation).

d. Asas Neutrality

Pajak yang dikeluarkan menurut asas neutrality harus bebas dari distorsi

terhadap produksi juga faktor-faktor ekonomi lainnya.

BG Consulting (2003) dalam papernya menjelaskan kemudahan pajak 

dapat dicapai melalui penyederhanaan dalam (1) sistem pajak, yang berarti

mengurangi jumlah pajak agar memudahkan untuk membayar dan mengumpulkan


25

 pajak, (2) peraturan pajak, yang berarti penyederhanaan undang-undang dan

hukum yang terkait agar mudah dimengerti dan mengurangi distorsi, dan (3)

 penerapan peraturan pajak, yang berarti mengkomunikasikan peraturan pajak 

secara langsung dan efektif kepada sektor yang tepat. Penerapan peraturan pajak 

tersebut juga dapat dicapai melalui (1) pembuatan undang-undang yang lebih

singkat dan mudah dimengerti, (2) memperluas basis pajak, yang juga berarti

menghilangkan distorsi, dan (3) mengurangi pemotongan dan tarif pajak.

Pembuatan undang-undang menjadi lebih mudah dimengerti berarti

menggunakan bahasa yang lebih sederhana sehingga menghindari perbedaan

dalam makna dan cakupan. Pengurangan dalam distorsi penerapan undang-

undang pajak adalah kunci dari kesederhanaan pajak. Elemen distorsi biasanya

mencakup peningkatan biaya administrasi yang mengakibatkan meningkatnya

upaya pemerintah dalam menarik pajak. Selain itu peraturan pajak yang kompleks

 juga dapat menimbulkan penghindaran dan penggelapan pajak oleh Wajib Pajak.

Umumnya, untuk administrasi pajak akan lebih masuk akal jika pemerintah

menurunkan tarif pajak sementara memperluas dasar pengenaan pajak dan

memberikan insentif kepada beberapa Wajib Pajak melalui pembebasan pajak dan

manfaat lainnya.

Terkait dengan kemudahan dan dalam meraih kepercayaan masyarakat,

Ditjen Pajak melakukan program modernisasi perpajakan secara komprehensif 

yang meliputi modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan, modernisasi

Organisasi dan Sistem Informasi dan modernisasi Kualitas Sumber Daya Manusia

(The Indonesian Tax in Brief ,   2006). Mustikasari (2007) menunjukan bahwa


26

kemudahan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak 

 badan. Hal tersebut terjadi karena wajib pajak badan merasakan banyak manfaat

dan kemudahan setelah membayar pajak.

2.1.6 Keadilan Pajak 

Adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (a) sama berat, tidak 

 berat sebelah, tidak memihak; (b) berpihak pada yang benar, berpegang pada

kebenaran; (c) sepatutnya tidak sewenang-wenang. Sedangkan keadilan adalah

sifat atau perbuatan yang tidak sewenang-wenang atas sistem perpajakan yang

 berlaku (Pris, 2010).

Salah satu syarat pemungutan pajak adalah keadilan (Mardiasmo, 2009).

Keadilan ini meliputi keadilan dalam prinsip mengenai peraturan perundang-

undangan dan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mansury (1996) keadilan

dalam perpajakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Keadilan horizontal, yaitu semua orang yang mempunyai kemampuan ekonomi

atau mendapatkan tambahan keemampuan ekonomi yang sama harus

dikenakan pajak yang sama.

2. Keadilan vertikal, yaitu berkenaan dengan kewajiban membayar pajak yang

kemampuan membayarnya tidak sama, yaitu semakin besar kemampuannya

untuk membayar pajak maka harus semakin besar tarif pajak yang dikenakan.

Persepsi masyarakat akan keadilan pajak yang berlaku di suatu negara

sangat mempengaruhi pelaksanaan perpajakan di negara tersebut. Jika persepsi

atas keadilan masyarakat tinggi, maka mereka akan memiliki kesadaran untuk 

 berperilaku patuh terhadap peraturan pajak yang berlaku. Tetapi jika sebaliknya,
27

maka masyarakat akan menurunkan


menurunkan tingkat kepatuhan
kepatuhan mereka dan akan membuat

mereka
mereka melakuk
melakukan
an penghin
penghindara
daran
n pajak
pajak dan pengura
penguranga
ngan
n pajak 
pajak    (tax evasion).
evasion).

Seperti dikemukakan Misu (2011) keadilan dalam sistem pajak merupakan salah

satu faktor yang penting dalam mempengaruhi kepatuhan pajak.

Chisten
Chistensen
sen (1994)
(1994) dalam
dalam Azmi dan Peruma
Perumall (2008)
(2008) mengu
mengungk
ngkapk
apkan
an

 bahwa konsep keadilan pajak sulit ditetapkan karena (1) keadilan pajak 

merupakan
merupakan masalah multidimensional
multidimensional,, (2) dapat diidentifikasikan
diidentifikasikan pada tingkat
tingkat

individu maupun masyarakat luas, (3) keadilan terkait dengan kompleksitas, (4)

kura
kurang
ngny
nyaa kead
keadil
ilan
an dapa
dapatt menj
menjad
adii pert
pertim
imba
bang
ngan
an untu
untuk
k meny
menyeb
ebab
abka
kan
n

ketidakpatuhan. Penelitan Chistensen (1994) dalam Witono (2008) menemukan

 bahwa ada hubungan positif antara persepsi keadilan pajak terhadap tingkatan

kepatuhan.
kepatuhan. Pembayar pajak cenderung
cenderung akan menghindar
menghindarii membayar
membayar pajak jika

mereka menganggap bahwa sistem pajak tidak adil. Namun penelitian ini tidak 

mendukung penelitian yang dilakukan oleh Saad (2010) yang menemukan bahwa

terdapat hubungan negatif antara keadilan pajak dan kepatuhan pajak.

Gerb
Gerbing
ing mewak
mewakili
ili pene
penelit
litia
ian
n yang
yang perta
pertama
ma meng
mengem
emba
bang
ngka
kan
n mode
modell

multid
multidimen
imension
sional
al yang
yang mengh
menghubu
ubungk
ngkan
an keadila
keadilan
n pajak
pajak dan kepatu
kepatuhan
han wajib
wajib

 pajak. Dalam Azmi dan Perumal (2008), penelitian Gerbing menemukan lima

indikator keadilan pajak, yaitu:

a. Keadilan
Keadilan umum
umum (General
 (General Fairness).

 b. Struktur tarif


t arif pajak  (Tax
  (Tax Rate).

c. Timbal balik
balik dengan
dengan pemerintah
pemerintah (Exchange
 (Exchange with the Goverment)

d. Kepentingan
Kepentingan pribadi
pribadi (Self-Interest)
 (Self-Interest)
28

e. Ketentuan-ke
Ketentuan-ketentua
tentuan
n khusus (Special
khusus (Special Provision)

Azmi dan Perumal (2008) meneliti eksistensi keadilan pajak di Malaysia.

Dalam penelitian ini hanya tiga variabel dari keadilan pajak Gerbing (1988) yang

 berpengaruh terhadap kepatuhan pajak yaitu keadilan umum  (general fairness),

struktur pajak  
pajak   (tax structure),
structure), dan kepentingan pribadi   (self-interest). 
(self-interest).   Penelitian

yang baru dilakukan oleh Bank  et


Bank  et al.  (2012), meneliti persepsi keadilan pajak di

Turki dengan mengembangka


mengembangkan
n penelitian
penelitian yang dilakukan
dilakukan oleh Azmi dan Perumal

 pada 2008. Keduanya memakai variabel yang sama.

Richardson (2006) juga melakukan penelitian mengenai keadilan pajak di

Hong
Hongko
kong
ng deng
dengan
an dasar
dasar pene
penelit
litia
ian
n Gerb
Gerbing
ing (198
(1988)
8).. Dala
Dalam
m pene
penelit
litian
ian ini
ini

Rich
Richar
ards
dson
on mena
menamb
mbah
ahka
kan
n varia
variabe
bell baru
baru yaitu
aitu   middl
middlee inco
income
me earn
earner
erss tax
tax

 share/burden.
 share/burden. Hal ini disesuaikan dengan kondisi yang berlaku di Hong Kong

yang berbeda dari Amerika.

2.1.
2.1.7
7 Kepa
Kepatu
tuha
han
n Paja
Pajak 

Kepatuhan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti tunduk atau

 patuh pada ajaran atau aturan. Dalam perpajakan kepatuhan dapat diartikan

ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan. Jadi wajib

 pajak yang patuh adalah wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan

kewajiban
kewajiban perpajakan
perpajakan sesuai dengan
dengan ketentuan
ketentuan peraturan
peraturan perundang-un
perundang-undanga
dangan
n

yang berlaku (Imaniyah dan Handayani, 2008).

Pengertian
Pengertian kepatuhan
kepatuhan pajak  
pajak   (tax compliance)
compliance)   menurut
menurut Simon
Simon (2003)
(2003)

yang dikutip oleh Gunadi (2005) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk 

memenu
memenuhi
hi kewajib
kewajiban
an pajakny
pajaknya.
a. Kepatu
Kepatuhan
han wajib
wajib pajak
pajak memenu
memenuhi
hi kewajib
kewajiban
an
29

 perpajakannya akan meningkatkan penerimaan negara dan pada gilirannya akan

meningkatkan besarnya rasio pajak (Nurmantu, 2003). Menurut Peraturan Menteri

Keuangan
Keuangan Nomor 74/PMK.03/2
74/PMK.03/2012
012 menjelaskan
menjelaskan kepatuhan
kepatuhan perpajakan
perpajakan adalah

tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan

ketent
ketentuan
uan perund
perundang
ang-un
-undan
dangan
gan dan peratur
peraturan
an pelaks
pelaksana
anaan
an perpaj
perpajakan
akan yang
yang

 berlaku dalam suatu negara. Adapun dua macam


mac am kepatuhan wajib pajak adalah:
ad alah:

1. Kepa
Kepatu
tuha
han
n form
formal
al adal
adalah
ah suat
suatu
u kead
keadaa
aan
n dima
dimana
na waji
wajib
b paja
pajak
k meme
memenh
nhii

kewajib
kewajiban
an secara
secara formal
formal sesuai
sesuai dengan
dengan ketentu
ketentuan
an dalam
dalam Undang
Undang-un
-undan
dang
g

 perpajakan.

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif 

atau hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai

dengan isi dan jiwa Undang-undang perpajakan.

Fakt
Faktor
or-f
-fak
akto
torr yang
ang memp
mempen
enga
garu
ruhi
hi kepa
kepatu
tuha
han
n waji
wajib
b paja
pajak
k dala
dalam
m

membayar pajak menurut Kusumawati (2006) diantaranya adalah:

1. Fakto
Faktorr pendid
pendidika
ikan
n wajib
wajib pajak,
pajak, yang
yang melipu
meliputi
ti pendid
pendidika
ikan
n formal
formal dan non
non

formal serta pengetahuan wajib pajak.

2. Faktor
Faktor pendap
pendapata
atan
n wajib
wajib pajak,
pajak, yang
yang meliput
meliputii besarny
besarnyaa pendap
pendapatan
atan bersih
bersih

wajib
wajib pajak
pajak dari pekerja
pekerjaan
an pokok
pokok dan sampinga
sampinganny
nnya,
a, serta
serta jumlah
jumlah anggo
anggota
ta

keluarga yang masih harus dibiayai.

3. Fakt
Faktor
or pela
pelay
yanan
anan apar
aparat
atur
ur paja
pajak,
k, yaitu
aitu disa
disaat
at pela
pelay
yanan
anan peny
penyam
ampa
paia
ian
n

informasi, pelayanan pembayaran, pelaporan, maupun pelayanan keberatan.

4. Faktor penegak hukum pajak, yang terdiri dari sanksi-sanksi, keadilan dalam

 penentuan jumlah pajak yang dipungut, pengawasan, dan pemeriksaan.


30

5. Faktor sosialisasi, diantaranya pelaksanaan sosialisasi dan media sosialisasi.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2012,

kriteria wajib pajak patuh adalah:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua

tahun terakhir.

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana di bidang

 perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.

4. Dalam dua tahun pajak terakhir:

a. Menyelenggarakan pembukuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal

28 Undang-undang KUP.

 b. Dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi

 pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak terhutang

 paling banyak lima persen.

5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh

akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau pendapat

dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi fiskal.

2.1.8 Usaha Mikro Kecil dan Menengah

UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

UMKM diatur berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro Kecil dan Menengah. Pengertian UMKM menurut UU No. 20 Tahun 2008

adalah:
31

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur 

dalam Undang-undang ini.

 b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

 bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha

 besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.

Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2008)

industri usaha kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau

menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau

usaha besar, dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam Undang-undang.


32

Selain mengacu kepada pengertian UMKM yang berdasarkan Undang-

undang, dalam perspektif pengembangannya, UMKM juga dapat diklasifikasikan

menjadi empat kelompok, yaitu

1.   Livelihood Activities, merupakan UMKM yang digunakan sebagai kesempatan

kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.

Salah satu contohnya adalah pedagang kaki lima.

2. Micro Enterprise, merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin dan

memiliki kemampuan untuk menghasilan suatu produk, namun belum memiliki

sifat kewirausahaan.

3.   Small Dynamic Enterprise, merupakan UMKM yang telah memiliki jiwa

kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.

4. Fast Moving Enterprise, merupakan UMKM yang telah memiliki

kewirausahaan dan telah memiliki tujuan untuk memajukan usahanya dengan

melakukan transformasi menjadi Usaha Besar.

Industri usaha mikro kecil dan menengah terbagi menjadi tiga golongan

usaha, yaitu usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Ketiga usaha tersebut

mempunyai kriteria sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kriteria Industri UMKM

No. Uraian Kriteria


Asset Omzet
1. Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta
2. Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta >300 Juta – 2,5 Milyar 
3. Usaha Menengah >500 Juta – 10 Milyar >2,5 Milyar – 50 Milyar 
Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008
33

2.1.9 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

 Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha

Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto

Tertentu diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Juli 2013.

Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini

didasari dengan maksud sebagai berikut:

1. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan.

2. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi.

3. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi.

4. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam

 penyelenggaraan negara.

Dan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah dari penetapan PP Nomor 46

Tahun 2013 ini adalah:

1. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

2. Meningkatkan pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat.

3. Terciptanya kondisi kontrol sosial dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Kriteria wajib pajak yang dikenai pajak penghasilan berdasarkan

ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah wajib pajak orang pribadi dan badan,

tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima penghasilan dari usaha

dengan peredaran bruto atau omzet yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (4,8

Milyar rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.


34

Wajib pajak yang tidak dikenai atau dikecualikan dari pajak penghasilan

 berdasarkan ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah:

1. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa

yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan

sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. Misalnya: pedagang

keliling, pedagang asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya.

2. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka

waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh

 peredaran bruto atau omzet melebihi Rp 4.800.000.000,00 (4,8 Milyar 

rupiah).

Wajib pajak orang pribadi dan badan yang dikecualikan dari subjek pajak 

menurut PP Nomor 46 Tahun 2013 tersebut akan melaksanakan ketentuan

 perpajakannya sesuai dengan Undang-undang KUP maupun Undang-undang

 pajak penghasilan secara umum.

Objek pajak yang dikenakan untuk pajak penghasilan dalam ketentuan

PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah penghasilan dari usaha yang diterima atau

diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto atau omzet yang tidak melebihi Rp

4.800.000.000,00 (4,8 Milyar rupiah). Peredaran bruto atau omzet merupakan

 jumlah peredaran bruto atau omzet untuk semua gerai/counter/outlet atau

sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Dan tarif pajak yang harus dibayar oleh

wajib pajak menurut ketentuan ini adalah sebesar 1% (satu persen) dari jumlah

 peredaran bruto atau omzet.


35

Objek pajak yang tidak dikenai pajak penghasilan sesuai dengan

ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 ini adalah:

1. Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya:

dokter, advokat/pengacara, akuntan, notaris, PPAT, arsitek, pemain musik,

 pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut.

2. Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final (Pasal 4 ayat (2)), seperti

misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa konstruksi (perencanaan,

 pelaksanaan dan pengawasan), PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang

diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri.

3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan

 pajak terhadap kepatuhan wajib pajak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian

mengenai pengetahuan pajak dan kepatuhan wajib pajak dilakukan oleh Rizal

Palil pada tahun 2010 di Malaysia dengan judul   “Tax Knowledge and Tax

Compliance Determinants in Self Assessment System in Malaysia”  menggunakan

tujuh variabel, yaitu pengetahuan mengenai hak dan kewajiban wajib pajak,

 pengetahuan mengenai penghasilan, pengetahuan mengenai dividen dan bunga,

 pengetahuan mengenai personel relief, pengetahuan mengenai   child relief ,  

 pengetahuan mengenai rabat, dan pengetahuan mengenai hukuman, sanksi, dan

 pelanggaran. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Widayati dan Nurlis

(2010) dengan menggunakan enam variabel hampir sama dengan penelitian Palil

(2010).
36

Paper yang ditulis oleh BG Consulting (2003) dengan judul   “Tax

Simplicity and Stability: Attracrive to Countries and Inventors”   menggunakan

tiga pendekatan untuk mencapai kemudahan dalam pajak, yaitu: pembuatan

undang-undang yang lebih singkat dan mudah dimengerti, memperluas basis

 pajak, yang juga berarti menghilangkan distorsi, dan mengurangi pemotongan dan

tarif pajak. Pada tahun 2007, Hotlzman dalam penelitiannya yang berjudul

“Challenges in Achieving Transparancy, Simplicity, and Administering of United 

States Tax Code” menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi

 beban kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks. Hasil

yang sama pun diungkapkan oleh Mustikasari (2007) yang melakukan penelitian

mengenai kepatuhan wajib pajak badan dan dari penelitian tersebut menunjukan

 bahwa kemudahan wajib pajak badan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak badan.

Penelitian mengenai keadilan pajak dan kepatuhan pajak yang dilakukan

oleh Azmi dan Perumal (2008) di Malaysia dengan judul   “The Fairness

 Dimension in an Asian Context: The Malaysian Perspective”  menggunakan lima

variabel yang dikembangkan oleh Gerbing (1988), yaitu keadilan umum

 perpajakan, struktur tarif pajak, pertukaran dengan pemerintah, kepentingan

 pribadi, dan ketentuan khusus. Pada tahun 2005, Giligan dan Richardson

melakukan penelitian dengan menggunakan variabel yang sama tetapi dilakukan

di Australia dan Hongkong. Dan pada tahun 2010, Natrah Saad juga melakukan

 penelitian yang di Malaysia dengan menggunakan variabel yang sama. Penelitian


37

di Indonesia mengenai keadilan pajak dan kepatuhan wajib pajak juga dilakukan

oleh Andarini Pris pada tahun 2010 dan Heniar pada tahun 2012.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

No. Nama (Tahun) Variabel yang Diteliti Alat Uji Hasil


“Judul”
1. Rizal Palil 1. Pengetahuan Pajak  Regresi Hasil penelitian ini
(2010) “Tax (X1) Berganda menyebutkan bahwa
Knowledge and 2. Kepatuhan Pajak (Y)  pengetahuan pajak penting
Tax dalam sistem penilaian diri dan
Compliance: dapat mempengaruhi
Determinants in kepatuhan pajak.
Self Assessment
System in
Malaysia”
2. Widayati dan 1. Kesadaran Regresi Pengetahuan dan pemahaman
 Nurlis (2010) membayar pajak  Berganda tentang peraturan berpengaruh
“Faktor-faktor  (X1)  positif signifikan terhadap
yang 2. Pengetahuan dan kemauan membayar pajak,
Mempengaruhi Pemahaman tentang sedangkan kesadaran WP dan
Kemauan untuk   peraturan pajak (X2)  persepsi yang baik atas
Membayar  3. Persepsi yang baik  efektifitas sistem perpajakan
Pajak WPOP atas Efektifitas tidak berpengaruh signifikan
yang Melakukan Sistem Perpajakan terhadap kemauan membayar 
Pekerjaan (X3)  pajak.
Bebas” 4. Kemauan Membayar 
Pajak (Y)
3. Giligan dan 1. Keadilan umum dan Regresi Di Australia, keadilan umum
Richardson distribusi Berganda dan distribusi pembebanan
(2005)  pembebanan pajak   pajak, sikap terhadap
“Perception of  (X1)  perpajakan orang kaya,
Tax Fairness 2. Timbal balik  struktur tarif pajak yang
and Tax  pemerintah (X2) diinginkan, dan kepentingan
Compliance in 3. Sikap terhadap  pribadi mempunyai korelasi
Australia and  perpajakan orang signifikan terhadap kepatuhan
Hongkong” kaya (X3)  pajak. Sedangkan di
4. Struktur tarif pajak  Hongkong, keadilan umum
yaang diinginkan dan distribusi pembebanan
(X4)  pajak dan timbal balik 
5. Kepentingan Pribadi  pemerintah memiliki korelasi
(X5) signifikan dengan kepatuhan
6. Kepatuhan pajak (Y)  pajak.
4. Azmi dan 1. Kedilan umum (X1) Analisis Terdapat tiga dimensi keadilan
Perumal (2008) 2. Struktur tarif pajak  Faktor   pajak yang berpengaruh di
“Tax Fairness in (X2) Malaysia, yaitu keadilan
38

an Asian 3. Pertukaran dengan umum, struktur pajak, dan


Context: The  pemerrintah (X3) kepentingan pribadi terhadap
Malaysian 4. Kepentingan pribadi  perilaku kepatuhan pajak.
Perspective” (X4)
5. Ketentuan khusus
(X5)
6. Kepatuhan pajak (Y)
5. Natrah Saad 1. Multidimensi Partial Wajib pajak mempersepsikan
(2010) “Fairness keadilan pajak (X1) Least keadilan pajak sebagai
Perception and 2. Keadilan pajak (X2) Square multidimensi, namun tidak 
Compliance 3. Pengetahuan pajak  (PLS) mempersepsikan keadilan
Behaviour: The (X3)  pajak sebagai pengaruh positif 
Case of Salaried 4. Kerumitan peraturan dan signifikan terhadap
Taxpayers in  pajak (X4) kepatuhan pajak. Dan
Malaysia after  5. Kepatuhan Wajib  pengetahuan pajak 
Implementation Pajak (Y)  berpengaruh positif terhadap
of the Self  keadilan pajak, sedangkan
Assessment kerumitan peraturan pajak 
System”  berpengaruh negatif.
6. Andarini Pris 1. Keeadilan umum Analisis Dari 5 dimensi keadilan pajak,
(2010) “Dampak  (X1) Multivari tidak ada stupun yang
Dimensi 2. Timbal balik  at mempunyai pengaruh
Keadilan Pajak   pemerintah (X2) Structural  signifikan terhadap perilaku
terhaap Tingkat 3. Ketentuan khusu  Equation kepatuhan pajak WP Badan di
Kepatuhan (X3)  Modelling  Indonesia.
Wajib Pajak  4. Struktur tarif pajak  (SEM)
Badan” (X4)
5. Kepentingan pribadi
(X5)
6. Kepatuhan WP
Badan (Y)
7. BG Consulting 1. Tax simplicity Studi Kemudahan/kesederhanaan
(2003) “Tax 2. Tax stability Literatur  harus diterapkan dalam sistem
Simplicity and  perpajakan agar menjadi lebih
Stability: mudah dan harmonis. Dan
Atractive to stabilitas pajak perlu
Countries and diterapkan agar menigkatkan
Investor” kepatuhan pajak.
8. Holtzman 1. Transparansi pajak  Studi Sistem pajak yang sulit untuk 
(2007) 2. Kemudahan pajak  Literatur  dipatuhi dan dikelola akan
“Challenges in 3. Keadilan dan mengurangi transparansi
Achieving efektifitas karena menimbulkan
Transparancy, administrasi pajak  ketidakkonsistenan dalam
Simplicity, and menerapkan hukum kepada
Administering wajib pajak dengan situasi
of United States yang sama. Transparansi
Tax Code” terkait dengan kesederhanaan
dan keefektifan pengelolaan
sistem pajak di Amerika
39

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan telaah pustaka yang telah dipaparkan, penelitian ini

menggambarkan hubungan antara variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak,

dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM pada Gambar 2.2

Pengetahuan Pajak 
5 Indikator 
Palil (2010), Widiyati dan
 Nurlis (2010)
(X1)

Kemudahan Pajak 
3 Indikator  Kepatuhan Wajib Pajak 
Holtzman (2007), BG UMKM
Consulting (2003) (Y)
(X2)

Keadilan Pajak 
5 Indikator 
Giligan dan Richardson
(2005) Azmi dan Perumal
(2008), Pris (2010), Saad
(2010)
(X3)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

 penelitian, oleh karena itu rumusan masalah biasanya disusun dalam bentuk 

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2009).


40

2.4.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 


UMKM

Menurut teori atribusi, pengetahuan pajak merupakan atribusi internal.

Hal ini dikarenakan pengetahuan pajak timbul karena berada dibawah kendali

 pribadi individu itu sendiri. Wajib pajak memiliki pengetahuan pajak tidak karena

 paksaan dari pihak lain, melainkan timbul karena hasil kerja fikir (penalaran) dari

dalam diri mereka sendiri.

Pengetahuan pajak berhubungan dengan tingkat pemahaman dan

 pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan perpajakan yang berlaku. Penelitian

ini mengukur pengetahuan pajak dari penelitian Widayati dan Nurlis (2010), yaitu

(1) kepemilikan NPWP, (2) pengetahuan dan pemahaman mengenai hak dan

kewajiban, (3) pengetahuan dan pemahaman mengenai sanksi perpajakan, (4)

 pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak, (5) wajib

 pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan melalui sosialisasi, dan (6)

wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan perpajakan dari training yang

mereka ikuti. Jika pemahaman dan pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan

 perpajakan dalam hal ini PP Nomor 46 Tahun 2013 menunjukkan hasil positif 

maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat, sebaliknya jika wajib pajak 

merespon negatif maka kepatuhan pajak akan menurun.

Palil (2005) menemukan bahwa pengetahuan wajib pajak tentang pajak 

yang baik akan memperkecil   tax evasion. Hal tersebut sesuai juga dengan

 penelitian terbaru Palil pada 2010 tentang pengetahuan pajak di Malaysia yang

mengungkapkan bahwa pengetahuan pajak adalah penting dalam penilaian ini dan
41

dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan penjelasan tersebut

hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H1: Pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak 

UMKM.

2.4.2 Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 


UMKM

Menurut teori atribusi, kemudahan pajak merupakan atribusi eksternal.

Hal ini dikarenakan kemudahan pajak timbul atau dilakukan karena adanya

 pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut. Kemudahan pajak timbul

karena wajib pajak merasa peraturan pemerintah yang dibuat memudahkan

mereka dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang.

Kemudahan pajak berhubungan dengan penerapan dan pelaksanaan

 peraturan perpajakan serta sistem perpajakan yang berlaku. PP Nomor 46 Tahun

2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima

Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dibuat oleh

 pemerintah dengan harapan untuk memudahkan wajib pajak yang melaksanakan

dan menerapkan peraturan perpajakan tersebut. Kemudahan pajak dalam suatu

 peraturan perpajakan merupakan hal yang penting dan perlu diperhatikan karena

akan mempengaruhi sikap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban

 perpajakannya. Jika peraturan perpajakan dibuat menjadi lebih mudah dipahami

dan sederhana terkait administrasi perpajakannya maka kepatuhan wajib pajak 

akan meningkat, sebaliknya jika peraturan perpajakan yang dibuat menimbulkan

kerumitan wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak akan menurun.


42

Penelitian Hotlzman (2007) menyebutkan bahwa sistem pajak yang

mudah akan mengurangi beban kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem

 pajak yang kompleks. Hasil yang sama pun diungkapkan oleh Mustikasari (2007)

yang melakukan penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak badan dan dari

 penelitian tersebut menunjukan bahwa kemudahan wajib pajak badan berpengaruh

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan. Berdasarkan penjelasan tersebut

hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H2: Kemudahan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak 

UMKM

2.4.3 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 


UMKM

Menurut teori atribusi, keadilan pajak merupakan atribusi eksternal. Hal

ini dikarenakan keadilan pajak timbul atau dilakukan karena adanya pengaruh

eksternal atau dari luar individu tersebut. Keadilan pajak timbul karena wajib

 pajak merasa peraturan perpajakan dan sistem perpajakan yang dibuat oleh

 pemerintah belum adil sehingga mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak meraka.

Dan menurut teori  fairness, dalam perpajakan keadilan mengacu pada pertukaran

antara pembayar pajak dengan pemerintah, yaitu apa yang wajib pajak terima dari

 pemerintah atas sejumlah pajak yang telah dibayar. Jika wajib pajak merasa tidak 

mendapatkan pertukaran yang adil dari pemerintah atas pajak yang telah

dibayarkannya, maka mereka akan mengubah pandangan mereka atas keadilan

 pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka dalam membayar pajak dengan

mengurangi beban pajak yang akan mereka bayarkan. Hal ini berarti bahwa

semakin wajib pajak merasa tidak adil, maka mereka akan semakin tidak patuh.
43

Keadilan pajak berhubungan dengan persepsi wajib pajak terhadap

keadilan sistem perpajakan secara keseluruhan. Keadilan pajak ini sesuai dalam

 penelitian Azmi dan Perumal (2008) mencakup keadilan umum, struktur tarif 

 pajak, timbal balik dengan pemerintah, kepentingan pribadi, dan ketentuan-

ketentuan khusus. Jika keadilan pajak dalam sistem perpajakan sudah

menunjukkan hasil yang positif atau mendapatkan respon yang positif dari wajib

 pajak, maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat. Namun jika keadilan pajak 

menurut persepsi wajib pajak tidak menunjukkan respon yang positif maka

kepatuhan wajib pajak akan menurun.

Azmi dan Perumal (2008) meneliti eksistensi keadilan pajak di Malaysia.

Dalam penelitian ini hanya tiga variabel dari keadilan pajak Gerbing (1988) yang

 berpengaruh terhadap kepatuhan pajak yaitu keadilan umum  (general fairness),

struktur pajak   (tax structure), dan kepentingan pribadi   (self-interest).   Namun

 penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010) membuktikan tidak adanya pengaruh

keadilan umum terhadap kepatuhan WP Badan. Penelitian ini menguji kembali

apakah terdapat pengaruh keeadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak badan

terkait PP Nomor 46 Tahun 2013, maka hipotesis yang akan diajukan adalah

sebagai berikut:

H3: Keadilan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada

hipotesis. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang terstruktur dan

mengkuantifikasikan data untuk dapat digeneralisasikan (Anshori dan Iswati,

2006). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan membuktikan adanya

 pengaruh variabel bebas yang diambil dari data primer berupa jawaban responden

dalam kuisioner dan diukur menggunakan alat bantu statistik untuk kemudian

digunakan dalam menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan.

3.2. Identifikasi Variabel

Variabel merupakan suatu konsep yang mempunyai bermacam-macam

nilai (Anshori dan Iswati, 2006). Variabel yang akan dianalisis dalam penelitian

ini adalah:

a. Variabel bebas/independent variabel  (X)

Menurut Sugiyono (2009) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan pajak 

(X1), kemudahan pajak (X2), dan keadilan pajak (X 3).

 b. Variabel terikat/dependent variabel  (Y)

44
45

Menurut Sugiyono (2009) variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

 penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak UMKM (Y).

3.3 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada

suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional untuk meengukur variabel atau

konstrak tersebut (Anshori dan Iswati, 2006).

3.3.1 Variabel Independen (X)

Variabel independen dari penelitian ini adalah:

1. Pengetahuan Pajak (X 1)

Pengetahuan pajak adalah apa yang diketahui Wajib Pajak UMKM tentang

ketentuan perpajakan secara umum dan PP Nomor 46 tahun 2013. Penelitian

ini menggunakan lima indikator pengetahuan pajak dalam penelitian Widayati

dan Nurlis (2010) yang telah dimodifikasi, yaitu:

a. Pendaftaran NPWP dan NPPKP bagi Wajib Pajak yang memiliki

 penghasilan.

Wajib pajak akan mendaftarkan NPWP setelah memiliki penghasilan dan

akan mendaftarkan NPPKP ketika memenuhi persyaratan menjadi

 pengusaha.

 b. Pengetahuan dan pemahaman tentang hak dan kewajiban perpajakan.


46

Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak UMKM tentang hak-hak yang

mereka terima dan kewajiban yang harus mereka penuhi terkait PP Nomor 

46 Tahun 2013.

c. Pengetahuan dan pemahaman tentang sanksi jika melakukan suatu

 pelanggaran.

Pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai macam sanksi terkait PP

 Nomor 46 Tahun 2013 yang akan wajib pajak peroleh jika mereka

melanggar peraturan perpajakan.

d. Pengetahuan dan pemahaman mengenai PTKP, PKP, dan tarif pajak.

Pengetahuan dan pemahaman tentang penghasilan tidak kena pajak yang

dapat wajib pajak peroleh dalam pengurangan penghasilan bruto mereka,

 pengetahuan dalam menghitung penghasilan kena pajak, dan tarif pajak 

yang berlaku untuk Wajib Pajak UMKM terkait PP Nomor 46 Tahun 2013.

e. Pengetahuan dan pemahaman peraturan pajak melalui sosialisasi.

Pengetahuan dan pemahaman wajib pajak tentang peraturan perpajakan

yaitu PP Nomor 46 Tahun 2013 melalui sosialisasi yang dilakukan oleh

 petugas pajak (fiskus).

2. Kemudahan Pajak (X 2)

Kemudahan pajak adalah kesederhanaan dalam sistem perpajakan dan

administrasi perpajakan menurut persepsi wajib pajak UMKM terkait PP

 Nomor 46 Tahun 2013, disebut sederhana jika peraturan perpajakan tersebut

memberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban

 perpajakannya. Penelitian ini menggunakan dua dari tiga indikator kemudahan


47

 pajak yang digunakan dalam paper BG Consulting (2003) yang telah

dimodifikasi, yaitu:

a. Pembuatan undang-undang atau PP Nomor 46 Tahun 2013 yang lebih

singkat dan mudah dimengerti.

Lebih singkat berarti peraturan perundang-undangan dalam pajak dibuat

lebih sederhana dan singkat. Sedangkan lebih mudah dimengerti berarti

undang-undang dibuat menggunakan bahasa yang lebih sederhana sehingga

menghindari perbedaan dalam makna dan cakupan

 b. Mengurangi pemotongan dan tarif pajak UMKM.

Administrasi pajak akan lebih masuk akal jika pemerintah menurunkan

tarif pajak sementara memperluas dasar pengenaan pajak dan memberikan

insentif kepada beberapa Wajib Pajak melalui pembebasan pajak dan

manfaat lainnya.

c. Memperluas basis pajak UMKM, yang juga berarti menghilangkan distorsi

Elemen distorsi mencakup peningkatan biaya administrasi yang

mengakibatkan meningkatnya upaya pemerintah dalam menarik pajak.

Selain itu peraturan pajak yang kompleks juga dapat menimbulkan distorsi

 pada peraturan perpajakan. Indikator ini untuk selanjutnya tidak digunakan

karena tidak sesuai dengan penelitian.

3. Keadilan Pajak (X 3)

Keadilan pajak adalah sistem perpajakan yang adil menurut persepsi wajib

 pajak UMKM terkait PP Nomor 46 Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan


48

lima indikator keadilan pajak yang digunakan dalam penelitian Azmi dan

Perumal (2008) yang telah dimodifikasi, yaitu:

a. Keadilan umum pada PP No. 46 Tahun 2013 (General Fairness).

Keadilan umum ini berhubungan dengan keadilan dari sistem pajak dan

distribusi pajak terkait PP No. 46 Tahun 2013.

 b. Struktur tarif pajak UMKM  (Tax Rate).

Struktur tarif pajak berhubungan dengan struktur tarif yang lebih dianggap

adil oleh Wajib Pajak, misalnya seperti struktur tarif pajak tunggal  (flat),

strutur tarif pajak progresif, dan struktur tarif pajak proposional.

c. Timbal balik dengan pemerintah (Exchange with the Goverment).

Timbal balik dengan pemerintah berhubungan dengan manfaat yang

diterima dari pemerintah terkait pajak UMKM pada PP No. 46 Tahun

2013 yang dibayarkan.

d. Kepentingan pribadi (Self-Interest).

Kepentingan pribadi ini berhubungan dengan jumlah pajak yang dibayar 

oleh wajib pajak UMKM jika dibandingan dengan wajib pajak UMKM

lain.

e. Ketentuan-ketentuan khusus (Special Provision).

Ketentuan-ketentuan khusus ini berhubungan dengan adanya ketentuan

khusus yang diberikan kepada wajib pajak UMKM terkait PP No. 46

Tahun 2013, misalnya dalam pembuatan SKB.

Variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak 

diukur menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi (skala  modified likert )
49

dengan interval 1 sampai 4 pada kuisioner, sehingga menghasilkan data dalam

skala interval.

3.3.2 Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen dari penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak 

UMKM. Kepatuhan berarti wajib pajak secara sukarela memenuhi dan

melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan menggunakan sistem   self   

assessment , yaitu wajib pajak menghitung sendiri pajak yang terhutang,

menyetorkan, dan melaporkan pajaknya. Variabel dependen dalam penelitian ini

diukur menggunakan skala interval dengan menggunakan kuisioner.

Pengelompokan perilaku kepatuhan wajib pajak UMKM ini menggunakan empat

kriteria dari lima kriteria sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan

 Nomor 74/PMK.03/2012 yang disesuaikan dengan penelitian ini, yaitu:

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua

tahun terakhir.

 b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah

memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana di bidang

 perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.

d. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan sesuai dengan Pasal

28 Undang-undang KUP.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder yang dapat dijelaskan sebagai berikut:


50

1. Data Primer 

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner yang diisi

oleh sampel yang dipilih secara acak. Pengisian kuisioner dilakukan oleh

Wajib Pajak UMKM yang terdaftar pada KPP Pratama Surabaya Karangpilang

yang memperoleh penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib

 pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.

2. Data Sekunder 

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen,

informasi, dan data-data dari KPP Pratama Surabaya Karangpilang, serta teori

yang berkaitan dengan variabel penelitian.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan survei kuisioner terhadap Wajib

Pajak UMKM yang memperoleh penghasilan dari usaha yang diterima atau

diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Survei kuisioner 

yang diberikan untuk variabel keadilan pajak merupakan modifikasi dari kuisioner 

yang digunakan dari penelitian Azmi dan Perumal (2008). Kuisioner yang

diberikan berisi 16 pertanyaan yang mewakili lima indikator pengetahuan pajak,

tiga indikator kemudahan pajak, lima indikator keadilan pajak, dan empat

indikator kepatuhan wajib pajak UMKM. Skala yang digunakan untuk mengukur 

kuisioner adalah skala modified likert  interval 1 sampai 4, diukur dengan 1-sangat

tidak setuju sampai 4-sangat setuju.


51

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang

mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk 

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Anshori dan Iswati, 2006).

Populasi dari penelitian ini adalah semua Wajib Pajak UMKM yang memperoleh

 penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki

 peredaran bruto tertentu yaitu tidak lebih dari Rp 4,8 Milyar yang terdaftar di KPP

Pratama Surabaya Karangpilang. Populasi dalam penelitian dapat dijelaskan pada

Tabel 3.1:

Tabel 3.1

Populasi Penelitian

Keterangan Jumlah Wajib Pajak  


Wajib Pajak Terdaftar 2012 44.369
Wajib Pajak Efektif 2012 21.182
Wajib Pajak memiliki omzet tidak  3.594
melebihi Rp 4,8 Milyar 2012
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang

Pada Tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa wajib pajak terdaftar yang berarti

wajib pajak yang masih terdaftar pada administrasi KPP Pratama Surabaya

Karangpilang sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 berjumlah 44.369 Wajib

Pajak. Dan wajib pajak efektif berarti Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban

 perpajakannya berupa memenuhi kewajiban menyampaikan SPT masa dan atau

Tahunan sebagaimana mestinya di KPP Pratama Surabaya Karangpilang tahun

2012 sebesar 21.182. Selanjutnya yang populasi diperhitungkan dalam penelitian

ini adalah Wajib pajak yang memiliki omzet tidak melebihi Rp 4,8 Milyar sebesar 

3.594.
52

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh

 populasi. Sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar mewakili populasi

tersebut (Anshori dan Iswati, 2006). Selanjutnya ditentukan besarnya ukuran

sampel dengan menggunakan rumus Isaac dan Michael, dalam Zaenudin (2000)

karena dapat menggambarkan proporsi wajib pajak yang patuh dengan lebih baik,

yaitu sebagai berikut:

୒×(୞ ½ ஑)²×୮×୯
= (୒ିଵ )×(ୢమ )ା(୞ ½ ஑)²×୮×୯

dimana:

n = ukuran sampel

 N = jumlah populasi

Z½α = derajat kepercayaan 1,96 pada α 0,05

 p = proporsi prevalensi kejadian 0,5

q = 1-q

d = limit dari error ditetapkan 10%

sehingga

  ଷହଽସ×(ଵ,ଽ଺)²×଴,ହ×଴,ହ
= (ଷହଽସିଵ)×(଴,ଵమ)ା(ଵ,ଽ଺)²×଴,ହ×଴,ହ ˭˭ 93,57

n = 93,57 dibulatkan menjadi 100

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi 2 (dua)

syarat penting yang berlaku pada sebuah angket yaitu   valid  dan   reliable. Suatu

kuisioner dikatakan   valid  (sah) jika pertanyaan pada kuisioner tersebut mampu


53

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuisioner, sedangkan suatu kuisioner 

dikatakan   reliable   (andal) jika jawaban responden terhadap pertanyaan adalah

konsisten dari waktu ke waktu (Santoso, 2000).

1. Uji validitas data bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kuisioner mampu

mengukur variabel yang diinginkan peneliti, karena variabel ilmu sosial

 bersifat abstrak. Semakin tinggi suatu validitas variabel maka tes tersebut akan

semakin valid. Berdasarkan Solimun (2005) uji validitas dapat dilakukan

dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing item dengan skor total

menggunakan korelasi   product moment   (metode interkorelasi). Berdasarkan

Solimun (2005) menyatakan bahwa ”bilamana koefisien korelasi positif dan

lebih besar dari 0,3 maka indikator bersangkutan dianggap valid”.

2. Suatu kuisioner dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap

 pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas

dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi hasil pengukuran apabila

dilakukan lebih dari dua kali pengukuran terhadap objek dan alat ukur yang

sama (Nasir, 2003: 134). Uji reliabilitas yang dilakukan adalah dengan

menggunakan  Reliability Analysis   dengan parameter yang digunakan adalah

dengan   cronbach alpha.   "Kuisioner yang reliabel adalah kuisioner yang

mempunyai nilai cronbach alpha diatas 0,6" (Maholtra, 1996).

3.7.2 Uji Asumsi Klasik 

Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penggunaan model

Regresi Linier Berganda yang dianalisis telah memenuhi asumsi klasik. Model ini

akan lebih tepat digunakan jika memenuhi asumsi sebagai berikut:


54

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model pengujian,

variabel pengganggu (residual) terdistribusi normal. Salah satu alat uji

statistik yang digunakan dalam menguji normalitas residual adalah uji

statistik nonparametrik Chi-Square Goodness-of-fit-Test. Kriteria

keputusannya dapat dilihat dari signifikansi hasil perhitungan dengan PASW

18. Apabila nilai signifikan tersebut lebih besar dari 0,05 (α) maka distribusi

data dinyatakan normal.

2. Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah situasi adanya multi korelasi di antara variabel

independen satu dengan yang lainnya atau dengan kata lain di antara variabel-

variabel independen tersebut dapat dibentuk hubungan antara variabel satu

dengan variabel yang lainnya. Uji gejala multikolinieritas digunakan untuk 

mengetahui ada tidaknya hubungan yang signifikan antar masing-masing

variabel bebas yang diteliti. untuk mengetahui ada tidaknya gejala ini

digunakan indikasi nilai VIF (Varian Inflation Factor ). Uji gejala

multikolinieritas dimaksudkan untuk lebih mengetahui adanya hubungan yang

sempurna antar variabel dalam model regresi. Hakim (2001: 301)

menyebutkan angka toleransi VIF untuk terhindar dari gejala multikolinieritas

ini antara 1 – 5.

3. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji adanya ketidaksamaan yang

terjadi dalam model regresi varians dari residual satu pengamatan ke


55

 pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik yaitu apabila

varians sama atau terdapat Homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak 

sama maka dapat dikatakan terjadi Heteroskedastisitas. Dengan melihat grafik 

 plot (Scatterplot) maka dapat dideteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas.

Apabila terdapat seperti titik-titik yang membentuk suatu pola yang teratur 

maka hal tersebut mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Namun

 jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah

angka 0 pada sumbu Y maka hal tersebut mengindikasikan tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik 

analisis regresi linier berganda. Persamaan regresinya untuk menguji pengaruh

variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM yang ditunjukkan dengan rumus sebagai berikut:

Y = α + β 1X1 + β2X2 + β3X3  + e

Keterangan:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

α = Konstanta

β1-β3  = Koefisien Regresi

X1 = Pengetahuan Pajak 

X2 = Kemudahan Pajak 

X3 = Keadilan Pajak 

e = Tingkat Kesalahan/Error 
56

3.7.4 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji t atau t-test 

untuk menguji pengaruh variabel secara parsial terhadap variabel terikat. Dalam

 penelitian ini tingkat signifikan yang digunakan adalah 5%. Langkah-langkah

dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesis statistik Ho dan Ha

H0  : βi = 0, berarti bahwa masing-masing variabel bebas secara individual

tidak berpengaruh terhadap variabel terikat kepatuhan wajib pajak.

Ha : βi ≠ 0, berarti bahwa masing-masing variabel bebas secara individual

 berpengaruh terhadap variabel terikat kepatuhan wajib pajak.

 b. Menetukan taraf signifikansi (α = 5%)

c. Menghitung besarnya thitung dengan menggunakan SPSS 18.

d. Menentukan daerah penolakan hipotesis:

1. Jika signifikansi t > 0,05 (α) maka H0  diterima (Ha ditolak).

2. Jika signifikansi t ≤ 0,05 (α) maka H0  ditolak (Ha diterima).

e. Melakukan interpretasi hasil olah data.


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Surabaya Karangpilang. Pada gambaran objek penelitian akan menjelaskan

mengenai profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang, visi dan

misi Direktorat Jenderal Pajak, serta struktur organisasinya. Sedangkan subjek 

dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM baik Orang Pribadi maupun Badan

yang memiliki usaha dengan peredaran bruto tertentu tidak melebihi Rp 4,8 Milyar 

sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang terdaftar pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surabaya Karangpilang.

4.1.1 Gambaran Objek Penelitian

4.1.1.1 Profil Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang dibentuk 

 berdasarkan Keputusan Ditjen Pajak No. KEP – 158/PJ/2007 sehubungan dengan

reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 55/PMK.01/2007. Pembentukan KPP Pratama Surabaya

Karangpilang merupakan bagian dari program Modernisasi Administrasi

Perpajakan Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perpajakan,

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum,

meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi melalui reformasi dan

57
58

modernisasi, serta meningkatkan profesionalisme dan integritas sumber daya

manusia.

KPP Pratama Surabaya Karangpilang merupakan salah satu unit lini depan

( front line unit ) dari Direktorat Jenderal Pajak yang sarat dengan tugas, amanah,

dan harapan berupa pengamanan penerimaan pajak, peningkatan pelayanan,

 peningkatan kepatuhan pajak, pengelolaan sistem informasi atau teknologi

informasi yang optimal, dan pengelolaan serta peningkatan kapasitas sumber daya

manusia. KPP Pratama Surabaya Karangpilang mempunyai tugas melaksanakan

 pelayanan, pengawasan, administratif, dan pemeriksaan di bidang perpajakan yang

meliputi PPh, PPN, PPnBM, PTLL, PBB, dan BPHTB.

4.1.1.2 Visi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak 

Visi dari Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menjadi institusi pemerintah

yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif,

efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang

tinggi.”

Misi dari Direktorat Jenderal Pajak adalah “Menghimpun penerimaan

 pajak negara berdasarkan Undang-undang perpajakan yang mampu mewujudkan

kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.”

4.1.1.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya


Karangpilang

Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya

Karangpilang terdiri dari kepala kantor, kelompok fungsional, sub bagian umum,
59

seksi pengolahan data dan informasi, seksi pelayanan, seksi penagihan, seksi

 pemeriksaan, seksi ekstensifikasi, dan seksi pengawasan dan konsultasi.

Kepala
Kantor 

Kelompok  Sub Bagian


Fungsional Umum

Seksi Seksi Seksi Seksi Seksi


PDI Pelayanan Penagihan Pemeriksaan Ekstensifikasi

Seksi Seksi Seksi Seksi


Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan
dan dan dan dan
Konsultasi I Konsultasi II Konsultasi III Konsultasi IV

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Karangpilang

Gambar 4.1

Struktur Organisasi KPP Pratama Surabaya Karangpilang

Keterangan:

1. Kelompok Fungsional bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan

fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

 berlaku.
60

2. Sub Bagian Umum mempunyai empat tugas pokok, yaitu mengelola

anggaran/kebendaharaan kantor, mengadministrasikan kepegawaian, mengelola

rumah tangga KPP dan kesekretariatan kantor.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) mempunyai tupoksi

mengkoordinasikan pengumpulan data, menyiapkan informasi perpajakan,

 perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan,

 pengalokasian PBB dan BPHTB, pelayanan dukungan teknis komputer,

 pemantauan aplikasi  e-SPT  dan e-filling , dan penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk 

hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan,

 penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) dan surat lainnya,

 penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, dan melakukan

kerjasama perpajakan.

5. Seksi Penagihan mempunyai dua tugas pokok, yaitu melakukan pemetaan dan

analisis atas jumlah tunggakan pajak (selain PBB dan BPHTB) di wilayah KPP

Pratama Surabaya Karangpilang, sesuai jumlah yang tercantum dalam laporan

 bulanan perkembangan tunggakan pajak dan mempunyai tugas melakukan

serangkaian tindakan penagihan baik aktif maupun pasif agar penanggung pajak 

melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak.

6. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok mengkoordinasikan pelaksanaan

 penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan,

 penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan (SP2), serta administrasi

 pemeriksaan perpajakan lainnya.


61

7. Seksi Ekstensifikasi mempunyai tugas melaksanakan ekstensifikasi dalam

rangka penambahan jumlah Wajib Pajak, melaksanakan pemeliharaan basis data

dan pembentukan Bank Data Nilai Pasar Properti (BDNPP), penilaian

individual, penyempurnaan Zona Nilai Tanah (ZNT)/Nilai Indikasi Rata-rata

(NIR), penentuan NJOP tahun berikutnya, dan persiapan cetak massal SPPT

PBB.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Seksi

Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan Wajib Pajak,

 bimbingan, himbauan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak,

 pembuatan profil Wajib Pajak, analisa kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data

Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan evaluasi

 berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.1.2 Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM baik Orang

Pribadi dan Badan yang memiliki usaha dengan peredaran bruto tertentu sesuai

dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu tidak melebihi Rp 4,8 Milyar. Subjek pajak 

yang dipilih adalah subjek pajak yang masih efektif sampai dengan Desember 2013.

Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan yang masih efektif sampai dengan

Desember 2013 yang memiliki usaha dengan peredaran bruto tertentu sesuai

dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 sejumlah 3594 Wajib Pajak. Perhitungan dengan

menggunakan rumus Isaac dan Michael dengan nilai kritis diperoleh sebanyak 94
62

Wajib Pajak yang dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 

100 Wajib Pajak.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode distribusi langsung ( direct distribution

method ) dalam proses pengumpulan data, yaitu dengan mendatangi responden

secara langsung untuk membagikan kuisioner dan mengumpulkan kuisioner 

tersebut. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 Wajib Pajak yang

memiliki peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013.

Adapun distribusi kuisioner dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Kuisioner

Keterangan Jumlah Kuisioner


Kuisioner yang dibagikan 120
Kuisioner yang tidak kembali 9
Kuisioner yang kembali 111
Kuisioner yang diisi tidak lengkap 11
Kuisioner yang dapat diolah 100
Sumber: Kuisioner diolah

Penyebaran kuisioner dilakukan mulai tanggal 16 Desember 2013 sampai

dengan tanggal 20 Desember 2013 secara langsung kepada Wajib Pajak yang

memiliki peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang

terdaftar di KPP Pratama Surabaya Karangpilang sebanyak 120 kuisioner dan yang

kembali sebanyak 111 kuisioner. Kuisioner yang dapat diolah dalam penelitian ini

hanya sebesar 100 kuisioner dikarenakan terdapat 11 kuisioner yang diisi tidak 

lengkap oleh Wajib Pajak.


63

4.2.1 Deskripsi Jawaban Responden

Deskripsi jawaban responden mengenai variabel penelitian akan dijelaskan

 berdasarkan hasil perhitungan rata-rata masing-masing variabel. Untuk 

mengkategorikan rata-rata jawaban responden digunakan interval kelas yang dicari

dengan rumus berikut:

(Skor tertinggi − Skor terendah)


=
Banyak Kategori

Berdasarkan rumus diatas, interval kelas dengan skor tertinggi dalam kuisioner ini

adalah 4, skor terendah adalah 1, dan banyak kategori adalah 4, maka

 perhitungannya adalah:

(4 − 1)
= = 0,75
4

Interval pada masing-masing kategori berjarak 0,75, sehingga berlaku

ketentuan kategori dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.2

Interval Jawaban Responden

Interval Kategori Keterangan


3,26 < a ≤ 4,00 4 Sangat Setuju / Sangat Tinggi
2,51 < a ≤ 3,25 3 Setuju / Tinggi
1,76 < a ≤ 2.50 2 Tidak Setuju / Rendah
1,00 < a ≤ 1,75 1 Sangat Tidak Setuju / Sangat Rendah
Sumber: Hasil Perhitungan

4.2.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak UMKM yang terdaftar 

di KPP Pratama Surabaya Karangpilang dengan jumlah responden sebanyak 100


64

Wajib
Wajib Pajak
Pajak.. Kara
Karakt
kter
erist
istik
ik resp
respon
onde
den
n melip
meliput
utii usia,
usia, jenis
jenis kela
kelamin
min,, tingk
tingkat
at

 pendidikan terakhir, jenis usaha, bentuk usaha, dan lama usaha.

Karakt
Karakteris
eristik
tik respond
responden
en berdas
berdasark
arkan
an usia
usia dapat
dapat dilihat
dilihat pada
pada Tabel
Tabel 4.3
4.3

dibawah ini:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Usia Responden Presentasi


< 26 16 16 %
26 – 40 54 54 %
> 40 30 30 %
Total 100 100 %
Sumber: Lampiran 5

Berdasa
Berdasarkan
rkan Tabel 4.3 dapat
dapat diketah
diketahui
ui bahwa
bahwa dari
dari 100 respond
responden
en yang
yang

memiliki usia dibawah 26 tahun sebanyak 16% (16 responden). Responden yang

 berusia antara 26 – 40 tahun sebanyak 54% (54 responden), dan sisanya sebesar 

30% (30 responden) berusia diatas 40 tahun.

Karakt
Karakteris
eristik
tik respon
responden
den berdas
berdasarka
arkan
n jenis
jenis kelamin
kelamin dapat
dapat diliha
dilihatt pada
pada

Tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Responden Presentase


Laki-laki 60 60 %
Perempuan 40 40 %
Total 100 100 %
Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh gambaran bahwa terdapat 60% (60

resp
respon
onde
den)
n) yang
yang berje
berjenis
nis kela
kelamin
min laki-l
laki-lak
aki.
i. Dan
Dan sisan
sisanya
ya sebany
sebanyak
ak 40%
40% (40
(40

responden) yang berjenis kelamin perempuan.


65

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada

Tabel 4.5 dibawah ini:

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Terakhir Responden Presentase


SMP 1 1%
SMA 30 30 %
Diploma 14 14 %
Sarjana (S1) 53 53 %
Lainnya 2 2%
Total 100 100 %
Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukka
menunjukkan
n bahwa tingkat pendidikan
pendidikan terakhir 

mayori
mayoritas
tas respond
responden
en adalah
adalah Sarjan
Sarjanaa (S1),
(S1), yaitu
yaitu sebany
sebanyak
ak 53% (53 respond
responden)
en)..

Sisany
Sisanyaa tingkat
tingkat pendid
pendidika
ikan
n terakhi
terakhirr respond
responden
en seting
setingkat
kat SMP sebany
sebanyak
ak 1% (1

resp
respon
onde
den)
n),, pend
pendid
idik
ikan
an terak
terakhi
hirr resp
respon
onden
den tingk
tingkat
at SMA
SMA seba
sebany
nyak
ak 30%
30% (30
(30

respond
responden)
en),, pendid
pendidika
ikan
n terakh
terakhir
ir respon
responden
den tingka
tingkatt diplom
diplomaa sebany
sebanyak
ak 14%
14% (14

responden), dan sisanya sebanyak 2% (2 responden) berpendidikan lain.

Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada Tabel

4.5 dibawah ini:

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha

Jenis Usaha Responden Presentase


Industri 5 5%
Dagang 38 38 %
Jasa 49 49 %
Lainnya 8 8%
Total 100 100 %
Sumber: Lampiran 5
66

Berdasa
Berdasarkan
rkan Tabel
Tabel 4.6 menunj
menunjukk
ukkan
an bahwa
bahwa terdapa
terdapatt 5% (5 respond
responden)
en)

yang
yang memilik
memilik jenis
jenis usaha
usaha indust
industri.
ri. Selebih
Selebihny
nyaa sebany
sebanyak
ak 38% (38 respond
responden)
en)

memiliki jenis usaha dagang, sebanyak 49% (49 responden) memiliki jenis usaha

 jasa, dan sisanya


si sanya sebanyak
s ebanyak 8% (8 responden) memiliki
memi liki jenis usaha lain.
l ain.

Karakteristik responden berdasarkan bentuk usaha dapat dilihat pada Tabel

4.7 dibawah ini:

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Usaha

Bentuk Usaha Responden Presentase


Usaha Dagang (UD) 14 14 %
Perusahaan Komanditer (CV) 50 50 %
Lainnya 36 36 %
Total 100 100 %
Sumber: Lampiran 5

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat 14% (14 responden)

yang memiliki bentuk usaha Usaha Dagang (UD). Selebihnya sebanyak 50% (50

responden) memiliki bentuk usaha Perusahaan Comanditer (CV) dan sebanyak 36%

(36 responden) mempunyai bentuk usaha lain.

Karakteristik responden berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada Tabel

4.8 dibawah ini:

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Usaha

Lama Usaha Responden Presentase


< 2 tahun 15 15 %
2 – 4 tahun 24 24 %
> 4 – 8 tahun 25 25 %
> 8 tahun 36 36 %
Total 100 100 %
Sumber: Lampiran 5
67

Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat 15% (15 responden)

yang lama usahanya


usahanya kurang dari 2 tahun.
tahun. Selebihnya
Selebihnya sebanyak 24% (24 responden)
responden)

yang
ang lama
lama usah
usahan
any
ya 2 – 4 tahu
tahun,
n, seba
sebany
nyak
ak 25%
25% (25
(25 resp
respon
onde
den)
n) yang
yang lama
lama

usahanya > 4 – 8 tahun, dan sebanyak 36% (36 responden) yang memiliki lama

usaha lebih dari 8 tahun.


tahun.

4.2.3 Tanggapan
Tanggapan Responde
Responden
n tent
tentang
ang Pengeta
Pengetahuan
huan Pajak 
Pajak 

Deskripsi jawaban responden tentang pengetahuan pajak adalah sebagai

 berikut:

Tabel 4.9
Tanggapan Responden tentang Pengetahuan Pajak 
(X1)

No.
No. Indi
Indika
kato
torr Pres
Presen
enta
tase
se Sk
Skor
or Jawa
Jawaba
ban
n Tota
Totall N Mean Kategori
1 2 3 4 (%)
1. X1.1 2 11 60 27 100 100 3,12 Tinggi
2. X1.2 5 15 67 13 100 100 2,88 Tinggu
3. X1.3 2 20 67 11 100 100 2,87 Tinggi
4. X1.4 2 21 59 18 100 100 2,93 Tinggi
Variabel Pengetahuan Pajak  2,95 Tinggi
Sumber: Lampiran 5

Tabe
Tabell 4.9
4.9 menu
menunj
njuk
ukkan
kan bahw
bahwaa varia
variabe
bell peng
pengeta
etahu
huan
an paja
pajak
k terma
termasu
suk 

dalam
dalam katego
kategori
ri tinggi
tinggi dengan
dengan rata-rat
rata-rataa sebesar
sebesar 2,95.
2,95. Rata-rat
Rata-rataa terting
tertinggi
gi terdapat
terdapat

 pada indikator X1.1 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator X1.3. Penjelasan

masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Indikator X 1.1 rata-rata jawaban responden adalah 3,12 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM memiliki NPWP dan NPPKP saat

dimulainya usaha dan diterimanya penghasilan.


68

2. Indikator X 1.2 rata-rata jawaban responden adalah 2,88 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM mengerti tata cara perhitungan pajak 

PP Nomor 46 Tahun 2013 dan cara penyampaian SPT-nya.

3. Indikator X 1.3 rata-rata jawaban responden adalah 2,87 termasuk dalam kategori

tingg
tinggi.
i. Hal
Hal ini
ini berar
berarti
ti Wa
Wajib
jib Pajak
Pajak UMKM
UMKM meng
mengeta
etahu
huii sanks
sanksii yang
yang akan
akan

dite
diterim
rimaa jika
jika melak
melakuk
ukan
an pela
pelang
ngga
garan
ran atau
atau terla
terlamb
mbat
at meny
menyeto
etorr dan/
dan/ata
atau
u

melaporkan SPT PP Nomor 46 Tahun 2013.

4. Indikator X 1.4 rata-rata jawaban responden adalah 2,93 termasuk dalam kategori

tingg
tinggi.
i. Hal
Hal ini
ini bera
berart
rtii Wa
Wajib
jib Pajak
Pajak UMKM
UMKM dapa
dapatt mema
memaha
hami
mi deng
dengan
an baik 
baik 

 peraturan pajak melalui adanya sosialisasi


s osialisasi PP Nomor 46 Tahun 2013.

4.2.4 Tanggapan
Tanggapan Responde
Responden
n tent
tentang
ang Kemudahan
Kemudahan Pajak 
Pajak 

Deskri
Deskripsi
psi jawaban
jawaban respond
responden
en tentang
tentang kemuda
kemudahan
han pajak
pajak adalah
adalah sebagai
sebagai

 berikut:

Tabel 4.10
Tanggapan Responden tentang Kemudahan Pajak 
(X2)

No.
No. Indi
Indika
kato
torr
Prese
resent
ntas
asee Sk
Skor
or Jawa
Jawaba
bann Tota
Totall N Mean Kategori
1 2 3 4 (%)
1. X2.1 4 26 64 6 100 100 2,
2 ,72 Tinggi
2. X2.2 3 16 68 13 100 100 2,91 Tinggi
3. X2.3 10 43 38 9 100 100 2,46 Rendah
Variabel Kemudahan Pajak  2,69 Tinggi
Sumber: Lampiran 5

Tabe
Tabell 4.10
4.10 menu
menunj
njuk
ukkan
kan bahw
bahwaa vari
variab
abel
el kemud
kemudah
ahan
an pajak
pajak terma
termasu
suk 

dalam
dalam katego
kategori
ri tinggi
tinggi dengan
dengan rata-rat
rata-rataa sebesar
sebesar 2,69.
2,69. Rata-rat
Rata-rataa terting
tertinggi
gi terdapat
terdapat

 pada indikator X2.2 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator X2.3. Penjelasan

masing-masing indikator adalah sebagai berikut:


69

1. Indikator X 2.1 rata-rata jawaban responden adalah 2,72 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap PP Nomor 46 Tahun

2013 merupakan peraturan yang lebih mudah dimengerti dari peraturan yang

sebelumnya.

2. Indikator X 2.2 rata-rata jawaban responden adalah 2,91 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap penetapan tarif tunggal

1% mempermudah dalam menghitung pajak penghasilan dibandingkan dengan

tarif berbeda dengan memperhatikan besarnya omzet.

3. Indikator X 2.3 rata-rata jawaban responden adalah 2,46 termasuk dalam kategori

rendah. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM tidak menganggap bahwa tarif 1%

adalah ringan karena pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak bertambah.

4.2.5 Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak 

Deskripsi jawaban responden tentang keadilan pajak adalah sebagai

 berikut:

Tabel 4.11
Tanggapan Responden tentang Keadilan Pajak 
(X3)

No. IndikatorPresentase Skor Jawaban Total N Mean Kategori


1 2 3 4 (%)
1. X3.1 8 33 56 3 100 100 2,54 Tinggi
2. X3.2 4 40 48 8 100 100 2,60 Tinggi
3. X3.3 7 38 45 10 100 100 2,58 Tinggi
4. X3.4 3 29 56 12 100 100 2,77 Tinggi
5. X3.5 1 27 65 7 100 100 2,78 Tinggi
Variabel Keadilan Pajak  2,65 Tinggi
Sumber: Lampiran 5

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa variabel keadilan pajak termasuk dalam

kategori tinggi dengan rata-rata sebesar 2,65. Rata-rata tertinggi terdapat pada
70

indikator X3.5 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator X3.1. Penjelasan

masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Indikator X 3.1 rata-rata jawaban responden adalah 2,54 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap secara keseluruhan

 pajak penghasilan terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 telah dikenakan secara adil

 baik untuk pengenaan tarif dan objek pajaknya.

2. Indikator X 3.2 rata-rata jawaban responden adalah 2,60 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap bahwa keadilan PP

 Nomor 46 Tahun 2013 tercermin dari penentuan tarif tunggal 1% dari omzet.

3. Indikator X 3.3 rata-rata jawaban responden adalah 2,58 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menerima manfaat yang sesuai dan

adil dari pemerintah atas pembayaran pajak penghasilan, contohnya seperti

infrastruktur, fasilitas-fasilitas umum, serta kemudahan menjalankan aktivitas

usaha terkait dengan regulasi dan birokrasi.

4. Indikator X 3.4 rata-rata jawaban responden adalah 2,77 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap bahwa ketentuan

mengenai restitusi (pengembalian kelebihan pembayaran) dan surat keterangan

 bebas (SKB) yang hanya diberikan kepada Wajib Pajak patuh sudah adil.

5. Indikator X 3.5 rata-rata jawaban responden adalah 2,78 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menganggap apabila dibandingkan

dengan Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah maka Wajib Pajak membayar 

 pajak dalam jumlah yang lebih besar.


71

4.2.6 Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Deskripsi jawaban responden tentang kepatuhan wajib pajak UMKM

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.12
Tanggapan Responden tentang Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
(Y)

No. Indikator Presentase Skor Jawaban Total N Mean Kategori


1 2 3 4 (%)
1. Y.1 - - 73 27 100 100 3.27 Sangat
Tinggi
2. Y.2 - 3 71 26 100 100 3.23 Tinggi
3. Y.3 1 8 73 18 100 100 3.08 Tinggi
4. Y.4 - 8 64 28 100 100 3.20 Tinggi
Variabel Kepatuhan Wajib Pajak UMKM 3,19 Tinggi
Sumber: Lampiran 5

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel kepatuhan wajib pajak UMKM

termasuk dalam kategori tinggi dengan rata-rata sebesar 3,27. Rata-rata tertinggi

terdapat pada indikator Y.1 dan rata-rata terendah terdapat pada indikator Y.3.

Penjelasan masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

1. Indikator Y.1 rata-rata jawaban responden adalah 3,27 termasuk dalam kategori

sangat tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM Orang Pribadi menyampaikan

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012 sebelum tanggal atau paling lambat

tanggal 31 Maret 2013 dan Wajib Pajak UMKM Badan menyampaikan Surat

Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012 sebelum tanggal atau paling lambat tanggal

30 April 2013.

2. Indikator Y.2 rata-rata jawaban responden adalah 3,23 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menyampaikan SPT Masa untuk 
72

setiap jenis pajak bulan Oktober 2013 pada tanggal atau paling lambat tanggal

20 November 2013.

3. Indikator Y.3 rata-rata jawaban responden adalah 3,08 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM membayar pajak penghasilan PP

 Nomor 46 Tahun 2013 untuk bulan Oktober paling lambat tanggal 15 bulan

 November dalam jumlah yang sesuai dengan pajak yang terhutang.

4. Indikator Y.2 rata-rata jawaban responden adalah 3,23 termasuk dalam kategori

tinggi. Hal ini berarti Wajib Pajak UMKM menyelenggarakan pencatatan

transaksi usaha atau pembukuan secara teratur setiap bulannya.

4.3 Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

4.3.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada variabel yang digunakan

dalam penelitian ini. Variabel bebas yang digunakan yaitu pengetahuan pajak,

kemudahan pajak, dan keadilan pajak. Sedangkan variabel terikat yang digunakan

adalah kepatuhan wajib pajak UMKM. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam

 penelitian ini dilakukan dengan menggunakan PASW  Statistic 18.

1. Uji Validitas

Menurut Santoso (2000) suatu kuisioner dikatakan  valid   (sah) jika pertanyaan

 pada kuisioner tersebut mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh

kuisioner. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kuisioner 

mampu mengukur variabel yang diinginkan dalam penelitian. Semakin tinggi

suatu validitas variabel maka tes tersebut akan semakin valid. Uji validitas

yang digunakan dalam penelitian ini dihitung menggunakan PASW S tatistic


73

18. Apabila koefisien korelasi yang dinyatakan dengan   Corrected Item Total 

Correlation bernilai positif dan lebih besar dari r standar 0,3 , maka indikator 

yang bersangkutan dianggap valid. Hasil uji validitas untuk variabel bebas

ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.13

Hasil Uji Validitas Variabel Bebas

Variabel Indikator Corrected Item Keterangan


Total Correlation r standar
Pengetahuan X1.1 0,533 0,3 Valid
Pajak  X1.2 0,615 0,3 Valid
X1.3 0,701 0,3 Valid
X1.4 0,604 0,3 Valid
Kemudahan X2.1 0,460 0,3 Valid
Pajak  X2.2 0,513 0,3 Valid
X2.3 0,486 0,3 Valid
Keadilan X3.1 0,508 0,3 Valid
Pajak  X3.2 0,475 0,3 Valid
X3.3 0,351 0,3 Valid
X3.4 0,545 0,3 Valid
X3.5 -0,10 0,3 Tidak Valid
Sumber: Lampiran 6

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa variabel bebas keadilan

 pajak pada indikator X 3.5 adalah tidak valid dan indikator X 3.5 tidak diikut sertakan

 pada perhitungan regresi selanjutnya. Selebihnya indikator yang lain pada variabel

 bebas pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak adalah valid. Hal

ini dapat diketahui dari angka koefisien korelasi antara skor variabel yang

menunjukkan nilai lebih dari 0,3. Sedangkan hasil uji validitas untuk variabel

terikat adalah sebagai berikut:


74

Tabel 4.14

Hasi Uji Validitas Variabel Terikat

Variabel Indikator Corrected Item Keterangan


Total Correlation r standar
Kepatuhan Y.1 0,647 0,3 Valid
Wajib Pajak  Y.2 0,706 0,3 Valid
UMKM Y.3 0,532 0,3 Valid
Y.4 0,478 0,3 Valid
Sumber: Lampiran 6

Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa seluruh indikator untuk variabel

kepatuhan wajib pajak UMKM lebih besar dari r standar yaitu 0,3. Sehingga dapat

dinyatakan seluruh indikator valid atau dapat mengukur variabel kepatuhan wajib

 pajak UMKM.

2. Uji Reliabilitas

Menurut Santoso (2000) suatu kuisioner dikatakan   reliable   (andal) jika

 jawaban responden terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu.

Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan perhitungan koefisien Cronbach Alpha.

Analisis reliabilitas dilakukan dengan melihat apakah koefisien   Crobanch

 Alpha lebih besar dari 0,60. Jika koefisien  Crobanch Alpha menunjukkan lebih

 besar dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa variabel yang diukur reliabel atau

memiliki kehandalan untuk digunakan dalam penelitian.

Tabel 4.15

Uji Reliabilitas Variabel Penelitian

Variabel Crobanch Alpha Nilai Kritis Ket.


Pengetahuan Pajak (X1) 0,798 0,60 Reliabel
Kemudahan Pajak (X2) 0,668 0,60 Reliabel
Keadilan Pajak (X3) 0,614 0,60 Reliabel
Kepatuhan WP UMKM (Y) 0,777 0,60 Reliabel
Sumber: Lampiran 6
75

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa besarnya nilai  Crobanch Alpha  baik pada

variabel bebas dan variabel terikat lebih besar dari 0,60. Oleh karena itu, item-item

 pertanyaan yang membentuk variabel penelitian adalah reliabel (andal).

4.3.2 Uji Asumsi Klasik 

Sebelum data dianalisis menggunakan analisis regresi, perlu dilakukan

 pengujian terhadap asumsi-asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik pada penelitian

ini meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model pengujian,

variabel pengganggu (residual) terdistribusi normal. Pada penelitian ini untuk 

melakukan uji normalitas digunakan Chi-Square Goodness-of-fit-Test. Hasil uji

normalitas menggunakan Chi-Square Goodness-of-fit-Test menunjukkan hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.16

Hasil Uji Normalitas

Test Statistics

Unstandardized
Residual
a
Chi-square 32,840

Df 81

 Asymp. Sig. 1,000

a. 82 cells (100,0%) have


expected frequencies less than
5. The minimum expected cell
frequency is 1,2.
Sumber: Lampiran 7
76

Kriteria keputusan dapat dilihat dari signifikan hasil perhitungan, apabila

nilai tersebut lebih besar dari 0,05 (α) maka distribusi data dinyatakan normal. Pada

tabel 4.16 dapat dilihat bahwa nilai signifikan sebesar 1,000 yang lebih besar dari

0,05 (α), maka distribusi data dinyatakan normal.

2. Uji Multikolinieritas

Uji gejala multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan yang signifikan antar masing-masing variabel bebas yang diteliti. Untuk 

mengetahui ada tidaknya gejala ini digunakan indikasi nilai VIF (Varian Inflation

 Factor ). Multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF ≥ 10. Hasil pengujian

multikolinearitas dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.17

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Nilai VIF Keterangan


Pengetahuan Pajak 1,304 Tidak Terjadi Multikolinieritas
Kemudahan Pajak 1,803 Tidak Terjadi Multikolinieritas
Keadilan Pajak 1,477 Tidak Terjadi Multikolinieritas
Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 4.17 diketahui bahwa semua variabel bebas

mempunyai nilai VIF < 10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada model regresi

tidak terjadi multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji adanya ketidaksamaan

yang terjadi dalam model regresi varians dari residual satu pengamatan ke
77

 pengamatan yang lainnya (Ghozali, 2006). Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan

melihat gambaran sebaran residual dengan menggunakan metode scatterplot.

Sumber: Lampiran 7

Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa sebaran data tidak 

membentuk pola yang jelas. Gambar tersebut menunjukkan bahwa titik-titik 

menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y. Dari pengujian ini dapat

diambil kesimpulan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Hal ini menunjukkan bahwa variasi data bersifat homogen, sehingga variabel

tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebas.


78

4.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Pada penelitian ini pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis

regresi linier berganda. Pemilihan teknik tersebut berdasarkan tujuan untuk 

mengetahui pengaruh variabel bebas yang berjumlah lebih dari satu terhadap

variabel terikat dengan data yang berskala interval. Pengujian data dalam penelitian

ini menggunakan program SPSS (Statistical Program for Social Science) versi 18

dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.18

Analisis Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisien t hitung Signifikansi


Regresi
Konstanta 2,718 9,594 0,000
Pengetahuan Pajak  0,179 2,188 0,031
Kemudahan Pajak    0,195 2,072 0,041
Keadilan Pajak  -0,217 -2,048 0,043
2
Koefisien Determinasi (R  ) 0,142
Koefisien Korelasi (R) 0,377
F Hitung 5,301
Signifikansi 0,002

Sumber: Lampiran 7

4.3.3.1 Koefisien Determinasi

Kemampuan variabel bebas dalam menerangkan atau menjelaskan

 perubahan variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi berganda

(R²). Semakin tinggi nilai R² maka semakin baik model tersebut. Nilai dari R²

 berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin baik kemampuan

variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat pada model. Pada Tabel 4.18

dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi dari hasil perhitungan adalah
79

sebesar 0,142. Hal ini berarti sebesar 14,2% kepatuhan wajib pajak UMKM dapat

dijelaskan dengan variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak dan keadilan

 pajak. Sedangkan 85,8% dari kepatuhan wajib pajak dijelaskan oleh variabel lain

yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

4.3.3.2 Koefisien Korelasi Berganda

 Nilai koefisien berganda dapat menunjukkan tingkat hubungan atau

korelasi variabel terikat (Y) kepatuhan wajib pajak UMKM, terhadap variabel

 bebas pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak. Berdasarkan hasil

analisis regresi linier berganda diperoleh nilai koefisien korelasi berganda (R)

sebesar 0,377. Nilai ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara

variabel bebas pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak dengan

variabel terikat kepatuhan wajib pajak UMKM (Y).

4.3.3.3 Koefisien Regresi

Berdasarkan tabel 4.18 diatas, maka persamaan regresi yang dapat dibuat

adalah sebagai berikut:

Y = 2,178 + 0,179 X 1 + 0,195 X 2 – 0,217 X 3  + e

Keterangan:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

X1 = Pengetahuan Pajak 

X2 = Kemudahan Pajak 

X3 = Keadilan Pajak 

e = Error  
80

Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan perubahan yang

searah antara variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan koefisien yang

 bertanda negatif menunjukkan perubahan yang tidak searah antara variabel bebas

terhadap variabel terikat. Penjelasan untuk persamaan tersebut adalah:

1. Konstanta pada persamaan regresi linier berganda menunjukkan nilai sebesar 

2,178 yang artinya apabila variabel pengetahuan pajak, kemudahan pajak, dan

keadilan pajak bernilai 0 (nol) atau konstan, maka kepatuhan wajib pajak 

UMKM nilainya sebesar 2,178.

2.  Nilai β1   sebesar 0,179 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel pengetahuan

 pajak (X1) ditingkatkan satu, sedangkan variabel kemudahan pajak dan keadilan

 pajak nilainya tetap, maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan meningkat

sebesar 0,179.

3.  Nilai β2   sebesar 0,195 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel kemudahan

 pajak (X2) ditingkatkan satu, sedangkan variabel pengetahuan pajak dan

keadilan pajak nilainya tetap, maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan

meningkat sebesar 0,195.

4.  Nilai β3 sebesar -0,217 tersebut mempunyai arti jika nilai variabel keadilan pajak 

(X3) ditingkatkan satu, sedangkan variabel pengetahuan pajak dan kemudahan

 pajak nilainya tetap, maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan menurun sebesar 

0,217.

4.3.4 Hasil Analisis Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel pengetahuan

 pajak, kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak 
81

UMKM. Pada penelitian ini, formulasi hipotesis statistik dengan menggunakan β i

yang merupakan koefisien untuk masing-masing variabel bebas, yaitu:

H0 : β i  = 0, berarti bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak,

dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM sesuai dengan PP

 Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Surabaya Karangpilang.

Ha : βi  = 0, berarti bahwa terdapat pengaruh pengetahuan pajak, kemudahan pajak,

dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM sesuai dengan PP

 Nomor 46 Tahun 2013 di KPP Pratama Surabaya Karangpilang.

Kreteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:

1. Jika signifikansi uji t < 0,05 maka H0   ditolak, berarti pengetahuan pajak,

kemudahan pajak, dan keadilan pajak berpengaruh secara parsial terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM.

2. Jika signifikansi uji t > 0,05 maka H 0   diterima, berarti pengetahuan pajak,

kemudahan pajak, dan keadilan pajak tidak berpengaruh secara parsial terhadap

kepatuhan wajib pajak UMKM.

Pengujian hipotesis koefisien regresi secara parsial (uji t) ditunjukkan

untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual

terhadap variabel terikat dalam satu model. Berikut hasil uji parsial selengkapnya:

Tabel 4.19

Hasil Uji Regresi

Variabel Koefisien Regresi (β) t-hitung Signifikansi


Pengetahuan Pajak  0,179 2,188 0,031
Kemudahan Pajak  0,195 2,072 0,041
Keadilan Pajak  -0,217 -2,048 0,043
Sumber: Lampiran 7
82

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel pengetahuan pajak 

Formulasi hipotesis statistik H0 = β1 = 0 ; Ha = β 1  0

 Nilai koefisien regresi untuk variabel pengetahuan pajak (X1) adalah sebesar 

0,179 dengan tingkat signifikansi 0,031. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel pengetahuan pajak (X 1) berpengaruh

 positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

2. Variabel kemudahan pajak 

Formulasi hipotesis statistik H0 = β2 = 0 ; Ha = β 2  0

 Nilai koefisien regresi untuk variabel kemudahan pajak (X2) adalah sebesar 

0,195 dengan tingkat signifikansi 0,041. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel kemudahan pajak (X 2) berpengaruh

 positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

3. Variabel keadilan pajak 

Formulasi hipotesis statistik H0 = β3 = 0 ; Ha = β 3  0

 Nilai koefisien regresi untuk variabel keadilan pajak (X3) adalah sebesar -0,217

dengan tingkat signifikansi 0,043. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat dinyatakan bahwa variabel keadilan pajak (X3) berpengaruh

signifikan negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.


83

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 


UMKM

Hasil pengujian statistik koefisien regresi menunjukkan adanya pengaruh

 positif pada variabel pengetahuan pajak terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 

0,031 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menolak 

hipotesis 0 (nol). Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pengetahuan

 pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam hal ini

yang sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Wajib Pajak UMKM yang

memenuhi kriteria pada PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu wajib pajak yang memiliki

 peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi Rp 4,8 Milyar akan

mematuhi peraturan pemerintah tersebut jika wajib pajak UMKM mengetahui

tentang PP Nomor 46 Tahun 2013 dengan baik.

Sesuai dengan teori atribusi, pengetahuan pajak merupakan atribusi

internal. Hal ini dikarenakan pengetahuan pajak timbul karena berada dibawah

kendali pribadi individu itu sendiri. Wajib pajak memiliki pengetahuan pajak tidak 

karena paksaan dari pihak lain, melainkan pengetahuan pajak timbul karena hasil

kerja fikir (penalaran) yang timbul dari dalam diri mereka sendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Palil (2010) yang menyatakan

 bahwa pengetahuan pajak adalah penting dan dapat mempengaruhi kepatuhan wajib

 pajak. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan pajak mempunyai pengaruh cukup

tinggi dalam perpajakan. Artinya wajib pajak UMKM perlu untuk mengetahui

seluruh hal terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 seperti tata cara pembayaran,

 pelaporan, penyampaian SPT, serta sanksi yang akan dikenakan jika melanggar 
84

 peraturan tersebut agar wajib pajak UMKM mengerti pentingnya membayar pajak 

dan akan meningkatkan kepatuhan mereka terhadap pajak. Menurut Nugroho

(2012) semakin tinggi pengetahuan dan pemahaman wajib pajak, maka wajib pajak 

dapat menentukan perilakunya dengan lebih baik dan sesuai dengan ketentuan

 perpajakan. Pengetahuan akan peraturan perpajakan dipengaruhi oleh banyak hal,

antara lain pendidikan formal dan non formal yang mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini menentukan perilaku seseorang,

semakin banyak aspek positif maka akan berdampak pada meningkatnya kepatuhan

wajib pajak UMKM untuk membayar pajak dan sebaliknya.

4.4.2 Pengaruh Kemudahan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 


UMKM

Hasil pengujian statistik koefisien regresi menunjukkan adanya pengaruh

 positif pada variabel kemudahan pajak terbukti dengan nilai signifikansi sebesar 

0,041 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian menolak 

hipotesis 0 (nol). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kemudahan pajak 

 berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM dalam hal ini yang sesuai

dengan PP Nomor 46 Tahun 2013. Wajib pajak UMKM yang memenuhi kriteria

 pada PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu wajib pajak yang memiliki peredaran bruto

tertentu yang omzetnya tidak melebihi Rp 4,8 Milyar akan mematuhi peraturan

 pemerintah tersebut jika wajib pajak menganggap bahwa peraturan pajak tersebut

mudah untuk diterapkan. Dalam penerapan PP Nomor 46 Tahun 2013, wajib pajak 

UMKM menilai peraturan pajak tersebut cukup mudah untuk diterapkan. Mudah

dalam hal ini dapat dilihat dari segi mudah untuk menghitung jumlah pajak yang
85

terhutang, mudah untuk mengerti peraturan pajak yang dibuat, dan mudah karena

 jumlah pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak berkurang.

Sesuai dengan teori atribusi, kemudahan pajak merupakan atribusi

eksternal. Hal ini dikarenakan kemudahan pajak timbul atau dilakukan karena

adanya pengaruh eksternal atau dari luar individu tersebut. Kemudahan pajak 

timbul karena wajib pajak merasa peraturan pemerintah yang dibuat memudahkan

mereka dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terhutang.

Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Hotlzman

(2007) yang menyebutkan bahwa sistem pajak yang mudah akan mengurangi beban

kepatuhan pajak dibandingkan dengan sistem pajak yang kompleks. Beban

kepatuhan pajak tersebut tidak hanya mencakup jumlah pajak itu sendiri, namun

 juga termasuk biaya-biaya kepatuhan pajak yang muncul secara berkala dalam

operasional perusahaan, diantaranya termasuk (1) gaji staf untuk menghitung pajak 

dan memelihara informasi pajak, (2) biaya pelatihan bagi staf secara khusus, (3)

 biaya yang diberikan kepada ahli seperti konsultan pajak, akuntan, dan pengacara

untuk beberapa hal khusus. Semakin mudah sistem pajak yang berlaku maka beban

kepatuhan pajak akan berkurang dan kepatuhan wajib pajak akan meningkat.

Hasil penelitian ini pun sesuai dengan hasil yang diungkapkan dalam

 penelitian Mustikasari (2007) yang melakukan penelitian mengenai kepatuhan

wajib pajak badan dan dari penelitian tersebut menunjukan bahwa kemudahan

wajib pajak badan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak badan.

Oleh karena itu pemerintah dan Ditjen Pajak harus secara bersama-sama

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam bentuk mempermudah


86

 peraturan pajak yang dibuat agar masyarakat dalam hal ini Wajib Pajak lebih patuh

terhadap peraturan perpajakan. Semakin mudah peraturan perpajakan yang dibuat,

maka kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat.

4.4.3 Pengaruh Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Hasil pengujian statistik koefisien regresi menunjukkan adanya pengaruh

signifikan negatif pada variabel keadilan pajak terbukti dengan nilai signifikansi

sebesar 0,043 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian

menolak hipotesis 0 (nol). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa keadilan

 pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM sesuai dengan

PP Nomor 46 Tahun 2013. Berpengaruh negatif berarti semakin wajib pajak 

menganggap suatu peraturan itu adil, maka kepatuhan wajib pajak akan semakin

menurun. Hasil penelitian ini mengungkapkan wajib pajak menilai PP 46 Tahun

2013 adalah tidak adil, namun wajib pajak tetap patuh dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya dikarenakan adanya hal-hal lain selain keadilan pajak 

yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak UMKM yang merasa

tidak adil namun patuh bisa disebabkan karena mereka takut terhadap sanksi yang

mereka dapatkan ketika mereka tidak patuh dalam membayar pajak. Sedangkan

wajib pajak UMKM yang merasa adil namun mereka tidak patuh, kondisi ini dapat

disebabkan karena beban pajak yang harus dibayarkan sangat besar sehingga

mengakibatkan mereka tidak patuh dengan mengurangi beban pajak yang

seharusnya dibayarkan.

Sesuai dengan teori atribusi, keadilan pajak merupakan atribusi eksternal.

Hal ini dikarenakan keadilan pajak timbul atau dilakukan karena adanya pengaruh
87

eksternal atau dari luar individu tersebut. Keadilan pajak timbul karena wajib pajak 

merasa peraturan perpajakan dan sistem perpajakan yang dibuat oleh pemerintah

 belum adil sehingga mempengaruhi perilaku kepatuhan pajak meraka.

Sedangkan penelitian ini bertentangan dengan teori   fairness   yang

menyatakan jika wajib pajak merasa tidak mendapatkan pertukaran yang adil dari

 pemerintah atas pajak yang telah dibayarkannya, maka mereka akan mengubah

 pandangan mereka atas keadilan pajak sehingga berakibat pada perilaku mereka

dalam membayar pajak dengan mengurangi beban pajak yang akan mereka

 bayarkan. Namun hasil penelitian ini tidak bertentangan dengan teori keadilan

distributif yang menyatakan bahwa untuk menjadi adil, sebuah sistem tidak hanya

membutuhkan untuk memperlakukan seseorang dalam kondisi yang sama dan cara

yang sama, melainkan tergantung pada kebutuhan individu. Hal ini berarti keadilan

 pajak yang berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh

kebutuhan masing-masing wajib pajak yang berbeda satu sama lain. Wajib pajak 

yang merasa sistem pajak adil, namun memiliki kebutuhan yang besar akan

cenderung tidak mematuhi peraturan pajak yang berlaku dengan cara mengurangi

 beban pajak atau melakukan penghindaran pajak. Hasil penelitian ini didukung pula

dengan teori atribusi, sehingga keadilan pajak dapat dipengaruhi secara internal

maupun eksternal terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu hasil

 penelitian ini tidak seluruhnya bertentangan dengan teori keadilan dalam pajak.

Penelitian ini mempunyai hasil yang sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Saad (2010) yang menyatakan keadilan pajak horisontal memiliki

 pengaruh negatif terhadap perilaku kepatuhan yang mana pembayar pajak yang
88

menganggap sistem pajak adil, semakin kecil kemungkinan mereka untuk 

membayar pajak. Hal ini dikarenakan pembayar pajak yang sama (memiliki

 pendapatan yang sama) tidak harus dikenakan pajak yang sama pula tanpa

mempertimbangkan tanggung jawab keuangan dan kesejahteraan sosial.

Hasil dalam penelitian ini mempunyai persamaan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Azmi dan Perumal (2008) yang membuktikan adanya

 pengaruh antara keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak yang ditunjukkan

dengan hasil nilai signifikansi kurang dari 0,05. Namun terdapat perbedaan juga

dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan Perumal

(2008) yang mengungkapkan bahwa keadilan pajak berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak, sedangkan dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa

keadilan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM yang

ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi yang bernilai negatif yaitu -0,217.

Perbedaan ini dikarenakan demografi penelitian yang sedikit berbeda. Dalam

 penelitian Azmi dan Perumal (2008) lebih banyak yang berumur 40-59 tahun,

sedangkan dalam penelitian ini paling banyak berumur 26-40 yang masih berusia

 produktif. Adanya perbedaan umur memungkinkan adanya pola pikir yang juga

 berbeda.

Selain itu terdapat persamaan dan perbedaan dalam penelitian ini dengan

 penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010). Persamaan hasil penelitian ini dengan

 penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010) adalah hasil uji t yang menunjukkan

negatif terhadap kepatuhan pajak. Dan perbedaan dalam penelitian ini dengan

 penelitian yang dilakukan oleh Pris (2010) adalah penelitian Pris (2010)
89

menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh antara keadilan pajak terhadap

kepatuhan wajib pajak, sedangkan hasil penelitian ini mengungkapkan adanya

 pengaruh yang negatif antara keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak 

UMKM. Perbedaan ini kemungkinan dikarenakan adanya perbedaan pola pikir 

antara masyarakat metropolitan di Jakarta dengan masyarakat Surabaya. Hal ini

dikarenakan demografi penelitian yang hampir sama yaitu lebih banyak yang

 berumur antara 31-40 yang merupakan usia kerja dan lebih dari 50% responden

adalah laki-laki, serta tingkat pendidikan yang mayoritas adalah Sarjana.

4.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan didalamnya, yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan metode survei secara langsung melalui kuisioner 

sebagai instrumen penelitian. Kelemahan dari metode kuisioner ini adalah

adanya beberapa responden yang tidak menjawab pertanyaan dalam kuisioner 

dengan serius atau menjawab pertanyaan tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya.

2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini tidak seluruhnya telah

menerapkan PP Nomor 46 Tahun 2013 hal ini dikarenakan sanksi yang

dikenakan untuk PP Nomor 46 Tahun 2013 baru mulai dilaksanakan per 1

Januari 2014 sehingga beberapa wajib pajak belum seluruhnya menerapkan

 peraturan pemerintah ini.

3. Pemilihan responden hanya terbatas di wilayah cakupan KPP Pratama

Surabaya Karangpilang, sehingga hasil penelitian ini hanya mencerminkan

 perilaku wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu sesuai dengan PP Nomor 
90

46 Tahun 2013 yaitu tidak melebihi Rp 4,8 Milyar di KPP Pratama Surabaya

Karangpilang. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam memakai hasil

 penelitian ini kepada responden yang berada di daerah lainnya yang memiliki

karakter yang berbeda.

4. Terdapat ukuran keadilan pajak yang tidak valid yaitu pada indikator X 3.5

 bernilai sebesar -0,10. Oleh karena itu pada penelitian selanjutnya untuk 

memilih indikator lain yang disesuaikan juga dengan penelitian yang

dilakukan.
BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pengetahuan pajak,

kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak 

UMKM dengan pengetahuan pajak, kemudahan pajak, keadilan pajak sebagai

variabel bebas dan kepatuhan wajib pajak UMKM sebagai variabel terikat,

maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Pengetahuan pajak memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kepatuhan

wajib pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yaitu yang

memiliki peredaran bruto tertentu yang omzetnya tidak melebihi Rp 4,8

Milyar dan bertempat tinggal atau berkedudukan di KPP Pratama Surabaya

Karangpilang, pengaruh tersebut sebesar 3,1%. Hasil tersebut sesuai dengan

 penelitian yang dilakukan oleh Palil (2010).

2. Kemudahan pajak memiliki pengaruh positif terhadap perilaku kepatuhan

wajib pajak UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang bertempat

tinggal atau berkedudukan di KPP Pratama Surabaya Karangpilang sebesar 

4,1%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hotlzman (2007) dan Mustikasari (2007).

3. Keadilan pajak memiliki pengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak 

UMKM sesuai dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 yang bertempat tinggal

atau berkedudukan di KPP Pratama Surabaya Karangpilang sebesar 4,3%.

91
92

Hasil ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Azmi dan Perumal (2008) dan Pris (2010).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

a. Pemerintah perlu untuk mengkaji ulang peraturan pemerintah yang dibuat

dengan memperhatikan masyarakat disetiap kalangan dan juga

memperhatikan dampak dari peraturan yang dibuat.

 b. Pemerintah perlu terus berupaya dalam meningkatkan kemudahan pajak 

dan sistem perpajakan yang berlaku saat ini agar masyarakat tidak merasa

kesulitan dalam membayarkan pajaknya dan merasa adil dengan jumlah

 beban pajak yang dibayarkan sehingga kepatuhan wajib pajak akan

meningkat.

2. Bagi penelitian selanjutnya

a. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variabel lain atau

menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak 

terkait PP Nomor 46 Tahun 2013 sehingga penelitian dapat dilihat dari

sisi yang berbeda.

 b. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah jangkauan penelitian

atau memperbesar sampel ke wilayah lain sehingga dapat lebih banyak 

mewakili populasi wajib pajak terkait PP Nomor 46 Tahun 2013.


DAFTAR PUSTAKA

Albari. 2008. Pengaruh Keadilan terhadap Kepuasan dan Kepatuhan Wajib Pajak.
UNISIA, XXXI No. 69 (9)

American Institute of Certified Public Accountants, Tax Division. 2001.  Guiding 


 Principles of Good Tax Policy: A framework for Evaluating Tax
 Proposals. New York: American Institute of Certified Public Accountants,
Inc.

Anggraeni, Dian B. 2013.  Persepsi Keadilan Pajak terhadap Perilaku Kepatuhan


Wajib Pajak Orang Pribadi. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang
Universitas Diponegoro

Anshori, Muslich Sri Iswati. 2006.  Metodologi Penelitian Kuantitatif .  Surabaya:


Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga

Aziza, Sayyida. 2011.   Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan


Wajib Pajak . Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya UPN Veteran Jatim
Surabaya.

Azmi, Anna A. Che & Kamala A. Perumal. 2008. Tax Fairness Dimensions in an
Asian Context: The Malaysian Perspective.   International Review of   
 Business Research Papers, IV No. 5 (10-11): 11-19

BG Consulting. 2003.   Tax Simplicity and Stability: Attractive to Countries and 


 Investors. Paper tidak diterbitkan. United Stated: BG Consulting, Inc.

Fikriningrum, Winda K. 2012.  Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Wajib


 Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak .
Skripsi tidak diterbitkan. Semarang Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam. 2001.   Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS .


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Gunadi. 2005. Fungsi Pemeriksaan Terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak.


 Jurnal Pajak Indonesia.  IV No. 5: 4-9

Hakim, Abdul. 2001.   Statistika Deskriptif untuk Ekonomi dan Bisnis.


Yogyakarta: Ekonisia

Hardiningsih, Pancawati. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan


Membayar Pajak.  Dinamika Keuangan dan Perbankan,   III No. 1 (11):
126- 142

93
94

Harinurdin, Erwin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan . Jurnal Ilmu
 Administrasi dan Organisasi. XVI No. 2 (5-8): 96-104

Holtzman, Yair. 2007. Challenges in Achieving Transparency, Simplicity and


Administering of The United Stated Tax Code.   Journal of Management 
 Development , XXVI No. 5: 418-427

Imaniyah, Nur & Bestari Dwi Handayani. 2008. Pengaruh Penghasilan dan
Pengetahuan Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar PBB di Kelurahan Tegalrejo Kota Pekalongan.   Simposium
 Nasional Perpajakan II 

Institute on Taxation and Economic Policy. 2011. Income Tax Simplification:


 How to Achieve It . Washington, DC

Kusumawati. 2006.   Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap


 Pelaksanaan Self Assessment System. Tesis tidak diterbitkan. Malang
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya

Maholtra, N. K. 1996.   Marketing Research an Applied Oriented Second 


 Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Mansury, R. 1996. Pajak Penghasilan Lanjutan. Jakarta: Ind. Hill-Co.

Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Edisi Revisi 2009. Yogyakarta: Andi

Mc Mahon, C. 2001.   Collective Rationality and Collective Reasoning .


Cambridge: Cambridge University Press

Misu, Nicoleta Barbuta. 2011. A Review of Factors for Tax Compliance. Annals
of Dunarea de Jos University of Gelati Fascicle I. Economics and  Applied 
 Informatics Years, XVII No. 1

Musgrave, Richard A. & Peggy B. Musgrave. 1976.   Keuangan Negara dalam


Teori dan Praktek . Terjemahan oleh Alfonsus Sirait.1993. Jakarta:
Erlangga

Mustikasari, Elia. 2007. Kajian Empiris tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di
Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya.   Simposium Nasional 
 Akuntansi X , Universitas Hasanudin Makassar 

 Nasir, Mohammad. 2003.  Metode Penelitian. Jakarta: Galia Indonesia

 Nugroho, R. Adi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan Membayar 


Pajak dengan Kesadaran Membayar Pajak sebagai Variabel Intervening.
 Diponegoro Journal of Accounting,  I No. 2: 1-11

 Numantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit


95

Palil, M. Rizal. 2005. Does Tax Knowledge Matters in Self Assessment Systems?
Evidence from Malaysian Tax Administrative.   The Journal of American
 Academy of Business, VI No. 2 (3): 80-84

------------. 2010.   Tax Knowledge and Tax Compliance Determinants in Self   


 Assessment System in Malaysia. Thesis tidak diterbitkan. Birmingham
Department of Accounting and Finance The University of Birmingham

Priantara, Diaz & Bambang Supriyadi. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Pengusaha Kecil dan Mikro Mendaftar Menjadi Wajib Pajak Orang
Pribadi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan , XIII (2): 98-108

Pris, K. Andarini. 2010.   Dampak Dimensi Keadilan Pajak terhadap Tingkat 


 Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Rawls, John. 1971. A Theory of Justice, dalam Chapter II The Principle of   
 Justice. Publisher: The Belknap Press of Harvard University Press
Cambrigne, Massachusetts

Republik Indonesia. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 544/KMK.04/2000


sebagaimana diubah terakhir dalam Peraturan Menteri Keuangan
 Nomor 74/PMK.03/2012 tentang Tata Cara Penetapan dan Pencabutan
Penetapan Wajib Pajak dengan Kriteria Tertentu dalam Rangka
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak 

------------. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak 


Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaram Bruto Tertentu

------------. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah


terakhir dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak 
Penghasilan

------------. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

------------. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil,


dan Menengah

Richardson, Grant. 2006. The Impact of Tax Fairness Dimensions on Tax


Compliance Behavior in an Asian Jurisdiction: The Case of Hong Kong.
 International Tax Journal , XXXII (1): 29-42

Robbin, P. Stephen. 2003.   Organizational Behavior . Ten Edition. Prenctice Hall


Inc.

Rosdiana, Haula. 2010. Pengantar Perpajakan. Depok 


96

Saad, Natrah. 2010. Fairness Perceptions and Compliance Behaviour: The Case of 
Salaried Taxpayers in Malaysia after Implementation of the Self-
Assessment System. Journal of Tax Research, VIII No. 1 (6): 32-63

Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elek 
Media Komputindo

Solimun. 2005.   Kisi-kisi Analisis data (Pemodelan Statistika) dan Metodologi


 Penelitian. Malang: FMIPA Universitas Brawijaya

Spicer, M. W., and Lundstedt, S. B. 1976. Understanding Tax Evasion.   Public


 Finance, 31: 295-305

Suandy, Early. 2011.  Hukum Pajak . Jakarta : Salemba Empat

Sugiyono. 2009.  Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta

Suharso, Puguh. 2009.  Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitati f. Jakarta

Supriyati & Nur hidayati. 2008. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.  Jurnal Akuntansi dan Teknologi
 Informasi, VII No. 1: 41-50

Tambunan, Ruston. 2013. Ketentuan Terbaru Pajak Penghasilan Atas UMKM:


Sederhana Tapi Tidak Adil, (Online), (http://www.ortax.org, diakses 12
Oktober 2013).

The Indonesian Tax in Brief, Tinjauan Perpajakan Indonesia. 2006. Tim


Penyusun, edisi revisi. Koperasi Pegawai Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak. Jakarta

Witono, Banu. 2008. Peranan Pengetahuan Pajak pada Kepatuhan Wajib Pajak.
 Jurnal Akuntansi dan keuangan, VII No. 2 (9): 196-208

Widayati & Nurlis. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemauan untuk 


Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan
Bebas.   Simposium Nasional Akuntansi XIII , Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto

Zaenudin, Muhamad. 2000.  Metode Penelitian. Jakarta


LAMPIRAN 2

KUISIONER 

Kepada
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/i
Wajib Pajak di KPP Karangpilang Surabaya

Dengan hormat,
Sehubungan dengan penulisan skripsi S1 Akuntansi Universitas Airlangga, dengan ini
saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan untuk mengisi daftar pertanyaan
yang ada dalam kuisioner ini. Penelitian ini mengangkat topik mengenai pengetahuan pajak,
kemudahan pajak, dan keadilan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM terkait
 penetapan PP 46 Tahun 2013.
Kuisioner ini hanya digunakan untuk keperluan akademis serta bersifat RAHASIA
dan tidak akan diungkapkan kepada pihak lain. Kuisioner ini tidak terkait dengan Ditjen
Pajak sehingga tidak akan mempengaruhi jumlah/keringanan/sanksi pajak yang dibayar. Oleh
karena itu KEJUJURAN dalam pengisian kuisioner ini sangat saya harapkan.

Petunjuk Pengisisan

Jawaban bisa dituliskan di tempat yang disediakan atau memilih jawaban dengan
memberikan tanda silang (X) pada skala 1-4 terhadap kotak yang disediakan. Setiap
 pertanyaan hanya boleh diisi dengan satu jawaban.

Skala yang digunakan dalam menjawab kuisioner adalah sebagai berikut:


STS TS S SS
Sangat Tidak  Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
Setuju

Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu mengisi


kuisioner ini, saya menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya.

Hormat Saya,

 Nur Aini Firdaus,


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Airlangga
LAMPIRAN 2

PROFIL RESPONDEN WP PP No. 46 Tahun 2013

 Nama (boleh tidak diisi) :

Umur:

Jawaban untuk pertanyaan dibawah ini silahkan  dilingkari/coret

Jenis Kelamin:

Laki-laki / Perempuan

Pendidikan terakhir:

SD / SMP / SMA / D3 / S1 / Lainnya ............................

Jenis Usaha :

Industri / Dagang / Jasa / Lainnya ................................

Bentuk Usaha:

UD / CV / Lainnya ...............................

Omzet Usaha:

a. < 4,8 Milyar per tahun b. ≥ 4,8 Milyar per tahun

Lama Usaha:

a. < 2 tahun b. 2-4 tahun c. >4-8 tahun d. > 8 tahun

DAFTAR PERTANYAAN

PENGETAHUAN PAJAK (X1)

 No. Pertanyaan STS TS S SS


1. Saya memiliki NPWP dan NPPKP saat dimulainya usaha dan
diterimanya penghasilan.
2. Saya mengerti tata cara perhitungan pajak PP No. 46 Tahun 2013
dan cara penyampaian SPT-nya.
3. Saya mengetahui sanksi yang akan saya terima jika saya melakukan
 pelanggaran atau terlambat menyetor dan/atau melaporkan SPT PP
 No. 46 Tahun 2013.
4. Saya dapat memahami dengan baik peraturan pajak melalui adanya
sosialisasi PP No. 46 Tahun 2013.
LAMPIRAN 2

KEMUDAHAN PAJAK (X2)

 No. Pertanyaan STS TS S SS


5. Saya menganggap PP 46 Tahun 2013 merupakan peraturan yang
lebih mudah dimengerti dari peraturan yang sebelumnya.
6. Penetapan tarif tunggal 1 % mempermudah saya menghitung pajak 
 penghasilan dibandingkan dengan tarif yang berbeda dengan
memperhatikan besarnya omzet.
7. Saya menganggap tarif 1 persen adalah ringan karena pajak yang
saya bayarkan berkurang.

KEADILAN PAJAK (X 3)

 No. Pertanyaan STS TS S SS


8. Secara keseluruhan, pajak penghasilan terkait PP 46 Tahun 2013
telah dikenakan secara adil (untuk pengenaan tarif dan objek 
 pajaknya).
9. Keadilan PP 46 Tahun 2013 tercermin dari penentuan tarif tunggal
(flat) 1% dari omzet.
10. Saya menerima manfaat yang sesuai dan adil dari pemerintah atas
 pembayaran pajak penghasilan, contohnya infrastruktur, fasilitas-
fasilitas umum, serta kemudahan menjalankan aktivitas usaha
terkait dengan regulasi dan birokrasi.
11. Ketentuan mengenai restitusi (pengembalian kelebihan
 pembayaran) dan surat keterangan bebas (SKB) yang hanya
diberikan kepada Wajib Pajak Patuh sudah adil.
12. Apabila dibandingkan dengan Wajib Pajak yang berpenghasilan
rendah, saya membayar pajak dalam jumlah yang lebih besar.

KEPATUHAN WAJIB PAJAK UMKM (Y)

 No. Pertanyaan STS TS S SS


13. a. WP Orang Pribadi
Saya menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012
sebelum tanggal atau paling lambat tanggal 31 Maret 2013.
 b. WP Badan
Saya menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan 2012
sebelum tanggal atau paling lambat tanggal 30 April 2013.
14. Saya menyampaikan SPT Masa untuk setiap jenis pajak bulan
Oktober 2013 pada tanggal atau paling lambat tanggal 20
 November 2013
15. Saya membayar pajak penghasilan PP No. 46 Tahun 2013 untuk 
 bulan Oktober paling lambat tanggal 15 bulan November dalam
 jumlah yang sesuai dengan pajak yang terhutang.
16. Saya menyelenggarakan pencatatan transaksi usaha atau
 pembukuan secara teratur setiap bulannya.
LAMPIRAN 3
Tabel Demografi Responden

Respndn Umur JK Pendidikan Jenis Usaha Bentuk Usaha Omzet Lama Usaha
1 42 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
2 40 L SMA Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
3 31 P S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
4 23 P D3 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
5 35 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
6 26 P S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
7 38 L S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
8 29 L S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
9 34 L S1 Dagang PT ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
10 46 P SMA Dagang CV ≤ Rp 4,8 M < 2 th
11 40 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
12 60 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
13 25 L S1 Manufaktur CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
14 42 P SMA Jasa Firma ≤ Rp 4,8 M > 8 th
15 22 P SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
16 24 L D3 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
17 45 P S1 Jasa Firma ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
18 31 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M < 2 th
19 36 P D3 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
20 40 L SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
21 51 L S1 Jasa UD ≤ Rp 4,8 M > 8 th
22 50 P S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
23 31 P S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
24 43 L S1 Dagang Firma ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
25 33 P S1 Industri CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
26 26 P SMA Dagang PT ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
27 33 P S1 Industri PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
28 45 L S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
29 63 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
30 32 P SMA Jasa Firma ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
31 32 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
32 22 L S1 Dagang PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
33 52 L D3 Dagang PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
34 28 P D3 Manufaktur CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
35 42 L S1 Dagang PT ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
36 40 L D3 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M < 2 th
37 27 P SMA Dagang CV ≤ Rp 4,8 M < 2 th
38 41 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
39 36 L SMA Jasa PT ≤ Rp 4,8 M < 2 th
40 27 P SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
41 45 L S1 Dagang UD ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
42 27 L D3 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th

43 30 P SMA Industri Firma ≤ Rp 4,8 M < 2 th


43 30 P SMA Industri Firma ≤ Rp 4,8 M < 2 th
44 34 P D3 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
45 28 P S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
46 37 L S1 Dagang UD ≤ Rp 4,8 M > 8 th
47 62 P D3 Dagang UD ≤ Rp 4,8 M > 8 th
48 22 P S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
49 19 P SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
50 31 P SMA Manufaktur PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
51 33 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
52 44 L SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
53 35 P S2 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
54 42 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
55 25 P S1 Manufaktur Firma ≤ Rp 4,8 M > 8 th
56 32 L S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
57 34 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
58 29 L SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
59 28 L SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
60 24 L SMA Manufaktur CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
61 41 L SMA Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
62 46 P S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
63 38 L S1 Industri PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
64 24 P SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
65 31 P S1 Jasa UD ≤ Rp 4,8 M > 8 th
66 30 L S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
67 33 P S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
68 40 L SMA Industri Firma ≤ Rp 4,8 M > 8 th
69 36 P S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
70 42 L S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
71 28 L SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M < 2 th
72 43 L D3 Jasa UD ≤ Rp 4,8 M > 8 th
73 22 L S1 Dagang UD ≤ Rp 4,8 M < 2 th
74 44 L S1 Dagang PT ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
75 23 L SMP Dagang UD ≤ Rp 4,8 M < 2 th
76 29 P S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
77 37 L SMA Jasa UD ≤ Rp 4,8 M < 2 th
78 43 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
79 23 P SMA Jasa Firma ≤ Rp 4,8 M < 2 th
80 27 P SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 8 th
81 30 L S1 Manufaktur PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
82 27 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
83 29 P SMA Jasa CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
84 22 L D3 Dagang UD ≤ Rp 4,8 M < 2 th
85 25 L D3 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M < 2 th
86 44 P SMA Manufaktur PT ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
87 38 P D3 Jasa Firma ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
88 53 L SMA Jasa UD ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
89 34 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th

90 28 L SMA Dagang PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th


90 28 L SMA Dagang PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
91 44 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
92 45 L S1 Jasa PT ≤ Rp 4,8 M > 8 th
93 49 L S1 Dagang UD ≤ Rp 4,8 M > 8 th
94 34 L S1 Jasa CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
95 38 P SMA Manufaktur CV ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
96 33 P S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M 2-4 th
97 41 L S1 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M < 2 th
98 47 L SMA Dagang UD ≤ Rp 4,8 M < 2 th
99 25 P S2 Dagang CV ≤ Rp 4,8 M < 2 th
100 28 L D3 Dagang UD ≤ Rp 4,8 M > 4-8 th
LAMPIRAN 4
Tabulasi Data

Profil Pengetahuan Pajak Kemudahan Pajak Keadilan Pajak  Kepatuhan Pajak 


Responden Umur JK PT JU BU Omzet LU P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P 9 P 10 P 11 P 12 P 13 P 14 P15 P 16
1 42 1 5 3 3 1 4 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 3 3 3 3 3
2 40 1 3 2 2 1 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3
3 31 2 5 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 23 2 4 3 2 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 4
5 35 1 5 2 2 1 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3
6 26 2 5 2 2 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 3 3 3 3
7 38 1 5 3 2 1 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 2 2 2 4 4 4 4
8 29 1 5 3 2 1 4 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 4 3 2 4
9 34 1 5 2 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3
10 46 2 3 2 2 1 1 4 4 4 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 4
11 40 1 5 2 2 1 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 3 4 4 3 3
12 60 1 5 2 2 1 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 4 4 4 4
13 25 1 5 4 2 1 2 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
14 42 2 3 3 3 1 4 3 3 2 4 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 2 4
15 22 2 3 3 2 1 4 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 4
16 24 1 4 3 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
17 45 2 5 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 3 3 3 3 3
18 31 1 5 3 3 1 1 3 3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 3 3 3 3 3
19 36 2 4 3 2 1 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
20 40 1 3 3 2 1 4 3 3 3 4 2 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 4
21 51 1 5 3 1 1 4 4 4 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 3
22 50 2 5 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 2 1 2 3 2 3 4 4 4 4
23 31 2 5 3 3 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
24 43 1 5 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3
25 33 2 5 1 2 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3
26 26 2 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3
27 33 2 5 1 3 1 4 4 4 4 3 4 4 4 1 1 2 4 2 4 4 4 4
28 45 1 5 3 2 1 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2

29 63 1 5 3 3 1 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
30 32 2 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
31 32 1 5 2 2 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 2 4 2 2 3
32 22 1 5 2 3 1 4 4 3 3 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 4 4 4
33 52 1 4 2 3 1 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2
34 28 2 4 4 2 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
35 42 1 5 2 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2
36 40 1 4 3 2 1 1 1 2 2 2 1 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3
37 27 2 3 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
38 41 1 5 2 2 1 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 4 4 3 4
39 36 1 3 3 3 1 1 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4
40 27 2 3 3 2 1 4 3 3 3 3 2 3 2 1 2 4 3 4 3 3 3 3
41 45 1 5 2 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
42 27 1 4 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
43 30 2 3 1 3 1 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3
44 34 2 4 2 2 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
45 28 2 5 2 2 1 2 3 1 2 2 3 1 1 1 1 2 2 4 3 3 2 3
46 37 1 5 2 1 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4
47 62 2 3 2 1 1 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4
48 22 2 5 3 3 1 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
49 19 2 3 3 2 1 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 4 4 4
50 31 2 3 4 3 1 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3
51 33 1 5 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
52 44 1 3 3 2 1 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 4 4 4
53 35 2 6 2 2 1 2 2 4 3 3 3 3 1 1 1 3 3 4 4 4 4 4
54 42 1 5 3 3 1 4 4 2 4 4 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 4
55 25 2 5 4 3 1 4 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
56 32 1 5 3 2 1 3 4 4 4 4 2 2 1 2 2 3 2 1 3 3 1 2
57 34 1 5 2 2 1 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3
58 29 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3
59 28 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
60 24 1 3 4 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
29 63 1 5 3 3 1 4 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
30 32 2 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3
31 32 1 5 2 2 1 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 2 4 2 2 3
32 22 1 5 2 3 1 4 4 3 3 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 4 4 4
33 52 1 4 2 3 1 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2
34 28 2 4 4 2 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3
35 42 1 5 2 3 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2
36 40 1 4 3 2 1 1 1 2 2 2 1 3 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3
37 27 2 3 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
38 41 1 5 2 2 1 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 4 4 3 4
39 36 1 3 3 3 1 1 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4
40 27 2 3 3 2 1 4 3 3 3 3 2 3 2 1 2 4 3 4 3 3 3 3
41 45 1 5 2 1 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
42 27 1 4 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
43 30 2 3 1 3 1 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3
44 34 2 4 2 2 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
45 28 2 5 2 2 1 2 3 1 2 2 3 1 1 1 1 2 2 4 3 3 2 3
46 37 1 5 2 1 1 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4
47 62 2 3 2 1 1 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 2 3 4
48 22 2 5 3 3 1 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
49 19 2 3 3 2 1 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 4 4 4
50 31 2 3 4 3 1 4 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3
51 33 1 5 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3
52 44 1 3 3 2 1 3 4 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 4 4 4 4
53 35 2 6 2 2 1 2 2 4 3 3 3 3 1 1 1 3 3 4 4 4 4 4
54 42 1 5 3 3 1 4 4 2 4 4 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 4
55 25 2 5 4 3 1 4 4 4 4 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
56 32 1 5 3 2 1 3 4 4 4 4 2 2 1 2 2 3 2 1 3 3 1 2
57 34 1 5 2 2 1 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3
58 29 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3
59 28 1 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
60 24 1 3 4 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3
61 41 1 3 2 2 1 3 3 3 3 4 2 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3

62 46 2 5 3 2 1 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 4
63 38 1 5 1 3 1 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 4 2 4
64 24 2 3 3 2 1 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
65 31 2 5 3 1 1 4 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3
66 30 1 5 3 2 1 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3
67 33 2 5 2 2 1 4 4 3 3 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
68 40 1 3 1 3 1 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
69 36 2 5 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
70 42 1 5 3 2 1 3 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
71 28 1 3 3 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3
72 43 1 4 3 1 1 4 2 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3
73 22 1 5 2 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 3 3 3
74 44 1 5 2 3 1 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4
75 23 1 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
76 29 2 5 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
77 37 5 4 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2
78 43 1 5 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3
79 23 1 3 3 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3
80 27 2 3 3 2 1 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4
81 30 2 5 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
82 27 1 5 3 3 1 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4
83 29 1 3 3 2 1 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
84 22 2 4 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
85 25 1 4 3 3 1 1 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3
86 44 1 3 4 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
87 38 2 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
88 53 2 3 3 1 1 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3
89 34 1 5 3 3 1 4 3 1 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
90 28 1 3 2 3 1 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
91 44 1 5 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3
92 45 1 5 3 3 1 4 4 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4
93 49 1 5 2 1 1 4 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 4 4 4 3
62 46 2 5 3 2 1 4 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 4
63 38 1 5 1 3 1 4 4 4 4 4 3 4 2 3 2 2 2 4 4 4 2 4
64 24 2 3 3 2 1 4 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
65 31 2 5 3 1 1 4 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3
66 30 1 5 3 2 1 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 3
67 33 2 5 2 2 1 4 4 3 3 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
68 40 1 3 1 3 1 4 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
69 36 2 5 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
70 42 1 5 3 2 1 3 3 3 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
71 28 1 3 3 2 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3
72 43 1 4 3 1 1 4 2 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3
73 22 1 5 2 1 1 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 3 3 3
74 44 1 5 2 3 1 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4
75 23 1 2 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
76 29 2 5 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
77 37 5 4 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 3 3 4 4 4 4 3 2
78 43 1 5 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3
79 23 1 3 3 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3
80 27 2 3 3 2 1 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4
81 30 2 5 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4
82 27 1 5 3 3 1 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4
83 29 1 3 3 2 1 2 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3
84 22 2 4 2 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
85 25 1 4 3 3 1 1 3 3 3 3 3 4 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3
86 44 1 3 4 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
87 38 2 4 3 3 1 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
88 53 2 3 3 1 1 2 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3
89 34 1 5 3 3 1 4 3 1 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
90 28 1 3 2 3 1 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
91 44 1 5 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 2 3
92 45 1 5 3 3 1 4 4 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 4 4 4 4
93 49 1 5 2 1 1 4 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 4 4 4 3
94 34 1 5 3 2 1 3 4 4 4 4 3 2 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4

95 38 2 3 4 2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3
96 33 2 5 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
97 41 1 5 2 2 1 1 3 1 3 1 1 1 1 2 2 1 2 3 3 3 3 2
98 47 1 3 2 1 1 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
99 25 2 6 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
100 28 1 4 2 1 1 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3
95 38 2 3 4 2 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3
96 33 2 5 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
97 41 1 5 2 2 1 1 3 1 3 1 1 1 1 2 2 1 2 3 3 3 3 2
98 47 1 3 2 1 1 1 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
99 25 2 6 2 2 1 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
100 28 1 4 2 1 1 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3

19
22
22
22
22
22
23
23
23
24
24
24
25
25
25
25
26
26
27
27
27
27
27
28
28
28
28
28
28
19
22
22
22
22
22
23
23
23
24
24
24
25
25
25
25
26
26
27
27
27
27
27
28
28
28
28
28
28
29
29
29
29
30
30
30
31
31
31
31
31
32
32
32
33
33
33
33
33
34
34
34
34
34
35
35
36
36

36
36
37
37
38
38
38
38
40
40
40
40
40
41
41
41
42
42
42
42
42
43
43
43
44
44
44
44
45
45
45
45
46
46
47
49
50
51
52
53
60
62
63
LAMPIRAN 5

FREKUENSI DATA

Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 60 60.0 60.0 60.0
Perempuan 40 40.0 40.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 2 1 1.0 1.0 1.0
3 30 30.0 30.0 31.0
4 14 14.0 14.0 45.0
5 53 53.0 53.0 98.0
6 2 2.0 2.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Jenis usaha
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 5.0 5.0 5.0
2 38 38.0 38.0 43.0
3 49 49.0 49.0 92.0
4 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

BU
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 14 14.0 14.0 14.0
2 50 50.0 50.0 64.0
3 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
LU

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 15 15.0 15.0 15.0
2 24 24.0 24.0 39.0
3 25 25.0 25.0 64.0
4 36 36.0 36.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

Frequency Table

P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 2.0 2.0 2.0
2 11 11.0 11.0 13.0
3 60 60.0 60.0 73.0
4 27 27.0 27.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 5 5.0 5.0 5.0
2 15 15.0 15.0 20.0
3 67 67.0 67.0 87.0
4 13 13.0 13.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 2.0 2.0 2.0
2 20 20.0 20.0 22.0
3 67 67.0 67.0 89.0
4 11 11.0 11.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 2.0 2.0 2.0
2 21 21.0 21.0 23.0
3 59 59.0 59.0 82.0
4 18 18.0 18.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 4.0 4.0 4.0
2 26 26.0 26.0 30.0
3 64 64.0 64.0 94.0
4 6 6.0 6.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 3.0 3.0 3.0
2 16 16.0 16.0 19.0
3 68 68.0 68.0 87.0
4 13 13.0 13.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 10 10.0 10.0 10.0
2 43 43.0 43.0 53.0
3 38 38.0 38.0 91.0
4 9 9.0 9.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 8 8.0 8.0 8.0
2 33 33.0 33.0 41.0
3 56 56.0 56.0 97.0
4 3 3.0 3.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
P9

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 4 4.0 4.0 4.0
2 40 40.0 40.0 44.0
3 48 48.0 48.0 92.0
4 8 8.0 8.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 7 7.0 7.0 7.0
2 38 38.0 38.0 45.0
3 45 45.0 45.0 90.0
4 10 10.0 10.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 3.0 3.0 3.0
2 29 29.0 29.0 32.0
3 56 56.0 56.0 88.0
4 12 12.0 12.0 100.0
Total 100 100.0 100.0

P12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1.0 1.0 1.0
2 27 27.0 27.0 28.0
3 65 65.0 65.0 93.0
4 7 7.0 7.0 100.0
Total 100 100.0 100.0
P13

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 3 73 73.0 73.0 73.0

4 27 27.0 27.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P14

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 3 3.0 3.0 3.0

3 71 71.0 71.0 74.0

4 26 26.0 26.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P15

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 1 1.0 1.0 1.0

2 8 8.0 8.0 9.0

3 73 73.0 73.0 82.0

4 18 18.0 18.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P16

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2 8 8.0 8.0 8.0

3 64 64.0 64.0 72.0

4 28 28.0 28.0 100.0

Total 100 100.0 100.0


Descriptives
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

P1 100 1 4 3.12 .671


P2 100 1 4 2.88 .686
P3 100 1 4 2.87 .614
P4 100 1 4 2.93 .685
P5 100 1 4 2.72 .637
P6 100 1 4 2.91 .637
P7 100 1 4 2.46 .797
P8 100 1 4 2.54 .688
P9 100 1 4 2.60 .696
P10 100 1 4 2.58 .768
P11 100 1 4 2.77 .694
P12 100 1 4 2.78 .579
P13 100 3 4 3.27 .446
P14 100 2 4 3.23 .489
P15 100 1 4 3.08 .545
P16 100 2 4 3.20 .569
Valid N (listwise) 100
LAMPIRAN 6
HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
 Alpha N of Items

.798 4

Item-Total Statistics

Corrected Cronbach's
Scale Mean if  Scale Variance Item-Total  Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

P1 8.68 2.765 .533 .786


P2 8.92 2.579 .615 .746
P3 8.93 2.631 .701 .708
P4 8.87 2.599 .604 .751

RELIABILITY
/VARIABLES=P5 P6 P7
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
 Alpha N of Items

.668 3

Item-Total Statistics

Corrected Cronbach's
Scale Mean if  Scale Variance Item-Total  Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

P5 5.37 1.488 .460 .601


P6 5.18 1.422 .513 .537
P7 5.63 1.145 .486 .582

RELIABILITY
/VARIABLES=P8 P9 P10 P11 P12
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
 Alpha N of Items

.614 5

Item-Total Statistics

Corrected Cronbach's
Scale Mean if  Scale Variance Item-Total  Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

P8 10.73 2.967 .508 .483


P9 10.67 3.011 .475 .501
P10 10.69 3.105 .351 .571
P11 10.50 2.879 .545 .461
P12 10.49 4.333 -.010 .709

RELIABILITY
/VARIABLES=P13 P14 P15 P16
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL
/MODEL=ALPHA
/SUMMARY=TOTAL.
Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 100 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 100 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
 Alpha N of Items

.777 4

Item-Total Statistics

Corrected Cronbach's
Scale Mean if  Scale Variance Item-Total  Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted

P13 9.51 1.606 .647 .697


P14 9.55 1.462 .706 .660
P15 9.70 1.525 .532 .751
P16 9.58 1.539 .478 .783
LAMPIRAN 7
HASIL UJI REGRESI BERGANDA

Regression
[DataSet1]

Variables Entered/Removed
Model Variables Variables
Entered Removed Method
1 Keadilan pajak, . Enter  
Pengetahuan
pajak,
Kemudahan
a
pajak

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: Kepatuhan pajak

Model Summary

Model  Adjusted R Std. Error of the

R R Square Square Estimate

a
1 .377 .142 .115 .37454

a. Predictors: (Constant), Keadilan pajak, Pengetahuan pajak,

Kemudahan pajak

b. Dependent Variable: Kepatuhan pajak

ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 2.231 3 .744 5.301 .002
Residual 13.467 96 .140

Total 15.697 99

a. Predictors: (Constant), Keadilan pajak, Pengetahuan pajak, Kemudahan pajak


b. Dependent Variable: Kepatuhan pajak
a
Coefficients
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.718 .283 9.594 .000

Pengetahuan pajak .179 .082 .236 2.188 .031


Kemudahan pajak .195 .094 .263 2.072 .041
Keadilan pajak -.217 .106 -.235 -2.048 .043
a. Dependent Variable: Kepatuhan pajak

a
Coefficients
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)

Pengetahuan pajak .767 1.304


Kemudahan pajak .555 1.803
Keadilan pajak .677 1.477
a. Dependent Variable: Kepatuhan pajak

a
Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 2.6173 3.7342 3.1950 .15011 100


Std. Predicted Value -3.849 3.592 .000 1.000 100
Standard Error of Predicted .041 .165 .070 .028 100
Value
 Adjusted Predicted Value 2.5295 3.6699 3.1921 .15865 100
Residual -1.07502 .85365 .00000 .36882 100
Std. Residual -2.870 2.279 .000 .985 100
Stud. Residual -3.134 2.318 .004 1.014 100
Deleted Residual -1.28176 .88329 .00295 .39194 100
Stud. Deleted Residual -3.291 2.374 .007 1.027 100
Mahal. Distance .183 18.290 2.970 3.681 100
Cook's Distance .000 .472 .016 .053 100
Centered Leverage Value .002 .185 .030 .037 100

a. Dependent Variable: Kepatuhan pajak


Charts

Nonparametric Correlations
[DataSet1] E:\Project\Akuntansi\Nur Aini.sav
Correlations
Unstandardized Pengetahuan
Residual pajak
Spearman's rho Unstandardized Residual Correlation Coefficient 1.000 .037
Sig. (2-tailed) . .713
N 100 100
Pengetahuan pajak Correlation Coefficient .037 1.000
Sig. (2-tailed) .713 .
N 100 100
Kemudahan pajak Correlation Coefficient -.101 .394
Sig. (2-tailed) .319 .000
N 100 100
Keadilan pajak Correlation Coefficient .044 .269
Sig. (2-tailed) .667 .007
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai