Anda di halaman 1dari 22

Nama:

Nim:
Skenario..
2.3.2 Identifikasi Masalah
1. Tn. Simon, umur 22 tahun, datang ke dokter dengan keluhan utama bersin-bersin,
hidung tersumbat dan keluar ingus encer sejak 4 hari yang lalu.
2. Keluhan ini tidak disertai dengan sesak nafas yang disertai mengi. Tn. Simon juga
mengeluh matanya gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata
keluar.
3. Pasien juga mengeluhkan susah tidur dan terganggunya aktivitas pekerjaan, yaitu
kurang konsentrasi.
4. Ibu Tn. Simon juga memiliki keluhan yang sama.
5. Tn. Simon juga mengatakan setiap kali mengkonsumsi udang dan terkena debu
langsung mengeluh bersin-bersin dan keluar ingus encer. Keluhan ini dirasakan
Tn. Simon sejak berusia 10 tahun.
6. Pemeriksaan fisik
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang, compos mentis.
Vital Sign: TD : 120/80 mmHg, N : 110 x/menit regular, isi dan tegangan cukup,
RR: 28 x/menit, T : 37,0o C.
Wajah : terdapat bayangan gelap bawah mata.
7. Status THT
Telinga : Membrana timpani utuh, refleks cahaya +/+.
Hidung : Cavum nasi sempit, sekret (+/+) berwarna putih, konka hipertrofi
berwarna livid (pucat), massa ( - ), garis melintang pada dorsum nasi 1/3 bawah.
Tenggorokan : Arcus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1-T1 tenang,
dinding faring posterior tampak granul dan edema, lidah tampak peta.

PRIORITAS MASALAH:
Identifikasi masalah yang pertama, karena pada identifikasi masalah
pertama merukan keluhan yang mengganggu aktivitas pasien dan
merupakan keluhan yang membawa pasien datang ke dokter.

SKENARIO D | FK UMP 2012 1


2.3.3 Analisis Masalah
1. Tn. Simon, umur 22 tahun, datang ke dokter dengan keluhan utama bersin-bersin,
hidung tersumbat dan keluar ingus encer sejak 4 hari yang lalu.
a. Sistem/ organ apa yang terlibat?
Jawab.
- Sistem Respirasi
Organ yang terlibat terutama hidung
- Sistem Imunologi (Sylvia A. Price, 2005)

b. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi dari organ yang terlibat?


Jawab.
Anatomi Hidung
Hidung terdiri dari hidung luar atau piramid hidung dan rongga hidung
dengan perdarahan serta persarafannya (Ballenger, 1994).
- Hidung luar
-Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks.
-Agak ke atas dan ke belakang dari apeks disebut batang hidung (dorsum
nasi), yang berlanjut sampai ke pangkal hidung dan menyatu dengan
dahi.
-Kolumela membranosa mulai dari apeks, yaitu di posterior bagian
tengah bibir dan terletak di sebelah distal dari kartilago septum.
-Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai dasar
hidung.
- Rongga hidung
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke
belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi
kavum nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk kavum nasi bagian
depan disebut nares anterior dan lubang belakang disebut nares posterior
(koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.
- Perdarahan Hidung
-Bagian bawah rongga hidung mendapat perdarahan dari cabang
a.maksilaris interna
-Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang a.fasialis.

SKENARIO D | FK UMP 2012 2


- Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang
a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior dan a.palatina
mayor yang disebut pleksus Kiesselbach (little area).
- Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan
berdampingan dengan arterinya.
- Persarafan Hidung
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari
n.etmoidalis anterior yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris yang
berasal dari n.oftalmikus (N.V-1).
- Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernafasan (mukosa respiratori) dan
mukosa penghidu (mukosa olfaktorius). Mukosa pernafasan terdapat pada
sebagian besar rongga hidung dan permukaan permukaannya dilapisi oleh
epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar epithelium) yang
mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet. Silia yang
terdapat pada permukaan epitel mempunyai fungsi yang penting yaitu
untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke dalam rongga hidung.
Gangguan pada fungsi silia akan menyebabkan banyak sekret terkumpul
dan menimbulkan keluhan hidung tersumbat. Gangguan gerakan silia
dapat disebabkan oleh pengeringan udara yang berlebihan, radang, sekret
kental dan obat-obatan.
Fisiologi Hidung
- Jalan nafas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas
setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring,
sehingga aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi,
udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama
seperti udara inspirasi. Akan tetapi, di bagian depan aliran udara
memecah, sebagian akan melalui nares anterior dan sebagian lain kembali
ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari
nasofaring.
- Pengatur kondisi udara (air conditioning)

SKENARIO D | FK UMP 2012 3


Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir
(mucous blanket). Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena
banyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka
dan septum yang luas. Dengan demikian suhu udara setelah melalui
hidung kurang lebih 37o Celcius.
- Penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan
bakteri dan dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mukous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada
palut lendir dan partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan
refleks bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh
gerakan silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri yang
disebut lysozyme.
Histologi Hidung
Rongga hidung terdiri daari dua struktur, yaitu vestibulum dan fossa nasalis.
Vestibulum adalah bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung.
Epitelnya tidak lagi berlapis tanduk seperti pada kulit cuping hidung, tetapi
mulai beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fossa nasalis. Dalam
fossa nasalis atau cavum nasi, terdapat 3 tonjolan bertulang yaitu conchae
superior, media dan inferior. Hanya chonchae media dan inferior yang
ditutupi epitel respirasi. Sedangkan conchae superior dilapisi oleh epitel
olfaktorius khusus.
- Epitel organ pernafasan yang biasa berupa toraks bersilia, bertingkat
palsu, berbeda-beda pada berbagai bagian hidung, bergantung pada
tekanan dan kecepatan aliran udara, demikian pula suhu, dan derajat
kelembaban udara. Mukoa pada ujung anterior konka dan septum sedikit
melampaui internum masih dilapisi oleh epitel berlapis torak tanpa silia,
lanjutan dari epitel kulit vestibulum. Sepanjang jalur utama arus inspirasi
epitel menjadi toraks bersilia pendek dan agak ireguler. Sel-sel meatus
media dan inferior yang terutama menangani arus ekspirasi memiliki silia
yang panjang dan tersusun rapi.

SKENARIO D | FK UMP 2012 4


- Lamina propria dan kelenjar mukosa tipis pada daerah dimana aliran
udara lambat atau lemah. Jumlah kelenjar penghasil secret dan sel goblet,
yaitu sumber dari mucus, sebanding dengan ketebalan lamina propria.
- Terdapat dua jenis kelenjar mukosa pada hidung, yakni kelenjar mukosa
respiratori dan olfaktori. Mukosa respiratori berwarna merah muda
sedangkan mukosa olfaktori berwarna kuning kecoklatan.
- Silia, struktur mirip rambut, panjangnya sekitar 5-7 mikron, terletak pada
permukaan epitel dan bergerak serempak secara cepat ke arah aliran
lapisan, kemudian membengkok dan kembali tegak secara lambat.
(Eroschenko, 2010)
,
c. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?
Jawab.
- Usia : kurang dari 30 tahun
- Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan sama (Sudoyo, 2009)
Memasuki usia dewasa, prevalensi laki-laki dan perempuan sama. Insidensi
tertinggi terdapat pada anak-anak dan dewasa muda dengan rerata pada usia
8-11 tahun, sekitar 80% keluhan yang terjadi berkembang mulai dari usia 20
tahun. (Irawati, 2007)

b. Bagaimana patofisiologi dari bersin-bersin, hidung tersumbat, dan keluar


ingus encer?
Jawab.
Terpapar allergen  makrofag/monosit (APC) akan menangkap allergen
yang menempel di permukaan mukosa hidung  antigen akan membentuk
fragmen pendek peptida dan bergabung dengan molekul HLA kelas II
membentuk kompleks peptida MHC kelas II  dipresentasikan pada sel T
helper (Th 0)  sel penyaji akan melepaskan sitokin seperti interleukin 1 (IL
1)  aktivasi Th0 untuk berpoliferasi menjadi Th1 dan Th2  Th2 akan
menghasilkan berbagai sitokin ( IL3, IL4, IL5 dan IL13) dan diikat oleh
reseptornya di permukaan sel limfosit B  aktivasi limfosit B 
memproduksi IgE  IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan  diikat
oleh reseptor IgE di permukaan mastosit/basofil  kedua sel menjadi aktif 
proses sensitisasi.

SKENARIO D | FK UMP 2012 5


Bila mukosa telah tersensitisasi terpapar dengan allergen yang sama  kedua
rantai IgE akan mengikat allergen spesifik  terjadi degranulasi 
melepaskan mediator kimia yaitu histamin (Reaksi Alergi Fase Cepat/RAFC)
 histamin merangsang ujung saraf vidianus  bersin-bersin – kelenjar
mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi  permeabilitas kapiler  
rinorrhea (keluar ingus encer) – vasodilatasi sinusoid  hidung tersumbat.
Reseptor histamin H1 terdapat pada sel endotel, yang apabila diinduksi dapat
menyebabkan kenaikan permeabilitas kapiler dan rinorrhea. Histmain juga
terikat pada reseptor H1 di saraf nociceptive tipe C. Saraf ini secara luas
bercabang di epitel dan submukosa. Neuron berasal dari cabang pertama dan
kedua n. trigeminus. Salah satu fungsi penting dari saraf nociceptive
mengaktifkan pusat gatal, menggerakkan refleks sistemik seperti bersin-
bersin dan reflek parasimpatik yang mengakibatkan peningkatan sekresi
kelenjar. (Irawati, 2007)

Bersin-bersin:
Allergen di ingesti oleh makrofag, sel dendrite dan limfosit B => alergen
dibawa ke permukaan sel  berinteraksi dengan limfosit T (CD4)  sel
dendrite dan limfosit b meningkat  stimulasi imunitas humoral  CD4
melepaskan IL4  proliferasi limfosit B  limfosit B mengalami perubahan
isotipe  memproduksi igE  IgE berikatan dengan sel mast  melepaskan
mediator vasoaktif (histamine), kemotaktik, inflamasi (leukotrien) 
merangsang reseptor pada ujung saraf vidianus (stimulasi serabut saraf C) 
bersin-bersin.

Hidung tersumbat :
Allergen di ingesti oleh makrofag, sel dendrite dan limfosit B  alergen
dibawa ke permukaan sel  berinteraksi dengan limfosit T (CD4)  sel
dendrite dan limfosit b meningkat  stimulasi imunitas humoral  CD4
melepaskan IL4  proliferasi limfosit B  limfosit B mengalami perubahan
isotipe  memproduksi igE  IgE berikatan dengan sel mast  melepaskan
mediator vasoaktif (histamine), kemotaktik, inflamasi (leukotrien)  IL-8,
IL-5 mendorong ekspresi molekul pada sel endotel dan epitel  mengaktivasi

SKENARIO D | FK UMP 2012 6


dan meningkatkan neutrofil dan eosinofil  inflamasi  edema mukosa
nasal  vasodilatasi sinusoid  hidung tersumbat

Keluar ingus encer


Alergen di ingesti oleh makrofag, sel dendrite dan limfosit B  alergen
dibawa ke permukaan sel  berinteraksi dengan limfosit T (CD4)  sel
dendrite dan limfosit b meningkat  stimulasi imunitas humoral  CD4
melepaskan IL4  proliferasi limfosit B  limfosit B mengalami perubahan
isotipe  memproduksi igE  IgE berikatan dengan sel mast  melepaskan
mediator vasoaktif (histamine),kemotaktik, inflamasi (leukotrien)  IL-8, IL-
5 mendorong ekspresi molekul pada sel endotel dan epitel  mengaktivasi
dan meningkatkan neutrofil dan eosinofil  inflamasi  edema mukosa
nasal  kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan 
permeabilitas kapiler  ingus encer. (Arsyad, 2007)

c. Apa makna keluhan yang dialami sejak 4 hari yang lalu?


Jawab.
Berdasarkan WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) tahun 2001 mengklasifikasikan rinitis alergi berdasarkan sifat
berlangsungnya, menjadi :

1. Intermiten : bila gejala lebih dari 4 hari perminggu atau kurang dari 4
minggu.
2. Persisten : bila gejala lebih dari 4 hari perminggu dan lebih dari 4
minggu.

Pada kasus ini keluhan yang dialami Tn. Simon bermakna bahwa Tn.
Simon mengalami rinitis alergi bersifat persisten yaitu bila gejala lebih dari 4
hari perminggu dan atau lebih dari 4 minggu. (Antonicelli, 2001)

2. Keluhan ini tidak disertai dengan sesak nafas yang disertai mengi. Tn. Simon juga
mengeluh matanya gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata
keluar.
a. Apa makna keluhan ini tidak disertai dengan sesak nafas yang disertai mengi?
Jawab.

SKENARIO D | FK UMP 2012 7


Makna keluhan ini tidak disertai dengan sesak nafas yang disertai mengi
adalah gangguan yang dialami Tn.Simon yaitu pada saluran pernapasan atas
serta untuk menyingkirkan differential diagnostic yaitu asthma bronkial dan
menandakan tidak adanya obstruksi saluran nafas bawah. (Isselbacher, 2012)
b. Apa penyebab keluhan mata gatal disertai dengan banyak air mata keluar?
Jawab.
Penyebab keluhan mata gatal disertai dengan banyak air mata keluar adalah
karena terpajan alergen yang memicu pengeluaran histamin sehingga
menyebabkan mata gatal disertai banyak keluar air mata.
(Isselbacher, 2012)
c. Bagaimana patofisiologi mata gatal disertai dengan banyak air mata keluar?
Jawab.
Terpajan alergen  memicu pengeluaran mediator-mediator kimia yaitu
histamin (H1)   permeabilitas vaskuler  edema mukosa  ascending
kultumlakrimatum  infeksi kongjungtiva mata gatal dan kering  memacu
respon simpatis dan parasimpatis  banyak air mata keluar. (Arsyad, 2007)

d. Apa hubungan mata gatal disertai dengan banyak air mata keluar dengan
keluhan?
Jawab.

SKENARIO D | FK UMP 2012 8


Terpajan alergen  memicu pengeluaran mediator-mediator kimia yaitu
histamin (H1)  histamin merangsang ujung saraf vidianus  bersin-bersin
-- vasodilatasi sinusoid  hidung tersumbat --
kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi   permeabilitas
vaskuler  keluar ingus encer dan terjadi edema mukosa  ascending
kultumlakrimatum  infeksi kongjungtiva  mata gatal dan mata kering 
memacu respon simpatis dan parasimpatis  banyak air mata keluar.
Dalam keadaan normal, air mata dari permukaan mata dialirkan ke dalam
hidung melalui duktus nasolakrimalis yang bermuara pada meatus
inferior. Jika saluran ini tersumbat maka air mata akan banyak
keluar melalui mata.

3. Pasien juga mengeluhkan susah tidur dan terganggunya aktivitas pekerjaan, yaitu
kurang konsentrasi.
a. Apa makna mengeluh susah tidur dan terganggunya aktivitas pekerjaan yaitu
kurang konsentrasi?
Jawab.

SKENARIO D | FK UMP 2012 9


Berdasarkan WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on
Asthma) tahun 2001 mengklasifikasikan rinitis alergi berdasarkan tingkat berat
ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:

1. Ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian,


bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
2. Sedang-berat, bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

Pada kasus ini keluhan yang dialami Tn. Simon bermakna bahwa Tn.
Simon mengalami rinitis alergi tingkat sedang-berat, yaitu adanya gangguan
tidur, gangguan aktivitas dan kurangnya konsentrasi. (Antonicelli, 2007)

b. Apa penyebab Tn. Simon mengeluh susah tidur dan kurang konsentrasi?
Jawab.
Tn. Simon mengeluh susah tidur dan kurang konsentrasi yaitu akibat dari
gejala klinis yang dialami berupa bersin-bersin, hidung tersumbat dan rinorrhe
yang diperantarai oleh pelepasan histamin.
Rinore  hidung tersumbat  lendir jatuh ke tenggorokan (post nasal drip)
 mengorok/ kesulitan bernapas saat tidur  susah tidur

4. Ibu Tn. Simon juga memiliki keluhan yang sama.


a. Apa makna Ibu Tn. Simon juga memiliki keluhan yang sama?
Jawab.
Makna Ibu Tn. Simon juga memiliki keluhan yang sama adalah karena
adanya riwayat atopi yang diturunkan Ibu ke Tn. Simon.
Keluarga atopi mempunyai prevalensi lebih besar daripada nonatopi.
Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar
atau mencapai 50%. Atopi merupakan predisposisi genetik untuk membentuk
antibodi alergi (IgE) dalam memberikan respons terhadap alergen spesifik.
Atopi merupakan faktor risiko terjadinya rinitis alergi.

5. Tn. Simon juga mengatakan setiap kali mengkonsumsi udang dan terkena debu
langsung mengeluh bersin-bersin dan keluar ingus encer. Keluhan ini dirasakan
Tn. Simon sejak berusia 10 tahun.

SKENARIO D | FK UMP 2012 10


a. Apa makna setiap kali mengkonsumsi udang dan terkena debu langsung
mengeluh bersin-bersin dan keluar ingus encer?
Jawab.
Makna setiap kali mengkonsumsi udang dan terkena debu langsung mengeluh
bersin-bersin dan keluar ingus encer adalah Dalam kasus, udang termasuk
alergen ingestan sedangkan debu termasuk alergen inhalan, dengan adanya
alergen tersebut maka akan terbentuk histamin  merangsang kelenjar
mukosa dan sel goblet  hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat 
rinore atau ingus encer. Sedangkan bersin-bersin dikarenakan histamin
merangsang saraf vidianus. (Irawati, 2007)

b. Apa saja faktor pencetus bersin-bersin dan keluar ingus encer?


Jawab.
- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya
debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan,


misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udang.

- Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya


penisilin atau sengatan lebah.

- Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan (Kaplan, 2003).

c. Apa kandungan udang dan apakah terdapat hubungan antara mengkonsumsi


udang dengan keluhan yang dialami?
Jawab.
Udang (allergen ingestan) banyak mengandung asam amino histidin sehingga
merangsang pengeluaran histamine.
Terpajan udang (allergen ingestan)  micu pengeluaran histamine 
histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus  rasa gatal
pada hidung dan bersin-bersin -- kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami
hipersekresi  permeabilitas kapiler   keluar ingus encer (rinore) --
vasodilatasi sinusoid  hidung tersumbat. (Soeparfi E, Iskandar N, 2004)

SKENARIO D | FK UMP 2012 11


d. Apa makna keluhan yang dirasakan Tn. Simon sejak berusia 10 tahun?
Jawab.
Maknanya pada keluhan ini sejak usia 10 tahun bahwa telah terpapar alergen
yang sebelumnya dan sudah tersensitisasi sehingga tubuh akan membentuk
antibodi IgE. Apabila tubuh terpapar ulangan dengan alergen yang sama maka
alergen ini telah bersifat spesifik. Keluhan ini mengambarkan bahwa rhinitis
yang diderita merupakan serangan terus-menerus / persisten, menurut
klasifikasinya biasanya alergi ini terjadi sepanjang tahun dan penyebab yang
paling sering ialah allergen inhalasi, terutama pada orang dewasa dan allergen
ingestan.

6. Pemeriksaan fisik
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang, compos mentis
Vital Sign: TD : 120/80 mmHg, N : 110 x/menit regular, isi dan tegangan cukup,
RR: 28 x/menit, T : 37,0o C
Wajah : terdapat bayangan gelap bawah mata
a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Jawab.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Fisik
Hasil Pemeriksaan Fisik Interpretasi
Kesadaran umum : Tampak
sakit sedang, compos mentis
TD : 120/80 mmHg Normal

Nilai normal:

Sistol: 90-140 mmHg

Diastol: 60-90 mmHg


N : 110 x/menit regular, isi Takikardi
dan tegangan cukup
Nilai normal: 60-100 x/menit
RR: 28 x/menit Takipnea

Nilai normal: 16-24 x/menit

SKENARIO D | FK UMP 2012 12


T : 37,0o C Normal

Nilai normal: 36,5-37,5oC


Wajah : terdapat bayangan Allergic shiner (abnormal)
gelap bawah mata

(Burnside, John W. 2000)

b. Bagaimana mekanisme dari hasil pemeriksaan fisik?


Jawab.
Wajah: Terdapat bayangan gelap bawah mata
Stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung  sianosis infraorbital  bayangan
gelap bawah mata (allergic shiner).

RR 28x/menit (Takipnea) :
Mukosa tersensitisasi terpapar alergen → Ig E mengikat allergen dan terjadi
granulasi sel mast dan basofil → terlepas mediator kimia terutama histamine
dan mediator lain seperti prostaglandin, leukotrien, bradikinin PAF dan
sitokin → hidung tersumbat dan ingus keluar menerus → difusi O 2 terganggu
 kompensasi tubuh untuk bernafas lebih cepat (Takipnea).

Nadi 110x/menit (Takikardi) :


Mukosa tersensitisasi terpapar alergen → Ig E mengikat allergen dan terjadi
granulasi sel mast dan basofil → terlepas mediator kimia terutama histamine
dan mediator lain seperti prostaglandin, leukotrien, bradikinin PAF dan
sitokin → hidung tersumbat dan ingus keluar menerus → difusi O2
terganggu → kompensasi tubuh untuk bernafas lebih cepat → jantung
bekerja lebih cepat → peningkatan denyut nadi (Takikardia). (Sherwood,
2011)

7. Status THT
Telinga : Membrana timpani utuh, refleks cahaya +/+

SKENARIO D | FK UMP 2012 13


Hidung : Cavum nasi sempit, sekret (+/+) berwarna putih, konka hipertrofi
berwarna livid (pucat), massa ( - ), garis melintang pada dorsum nasi 1/3 bawah
Tenggorokan : Arcus faring simetris, uvula di tengah, tonsil T1-T1 tenang,
dinding faring posterior tampak granul dan edema, lidah tampak peta.
a. Bagaimana interpretasi dari hasil status THT?
Jawab.
Interpretasi hasil status THT

Pemeriksaa Pada Kasus Keadaan Interpretasi


n Normal
Telinga Membran Membran Normal, tidak
timpani utuh, timpani utuh, mengalami
reflek cahaya +/ dan reflek gangguan pada
+ cahaya (+/+) telinga.
Hidung Cavum nasi Cavum nasi Ada gangguan
sempit lapang atau pada hidungnya
tidak sempit. akibat allergen.
Sekret (+/+) Tidak Ada proses
warna putih mengeluarkan inflamasi
sekret. menyebabkan
secret keluar.
Berwarna putih
bertanda bahwa
ada alergi.
Konka Konka tidak Adanya gangguan
hipertropi mengalami pada hidung
berwarna pucat hipertropi dan menyebabkan
(livid), massa (-) warnanya konka hipertropi
merah muda. dan berwarna
Massa (-) pucat. Akibat dari
allergen. Tidak
ada massa.
Garis melintang Tidak terdapat Ada pengaruh

SKENARIO D | FK UMP 2012 14


pada dorsum garis pada gatal pada hidung
nasi 1/3 bawah dorsum nasi. menyebabkan
hidung sering
digosok.
Arcus faring Arcus faring Normal tidak ada
simetris simetris kelainan.
Tenggoroka Uvula ditengah Uvula di tengah Normal. Tidak ada
n kelainan pada
uvula.
Tonsil T1-T1 Tonsil T1-T1 Tidak ada
tenang pembesaran pada
tonsil.
Dinding faring Faring tidak Ada proses
posterior terdapat granul inflamasi maka
tampak granul dan edema terbentuk granul
dan edema dan edema
Lidah tampak Tidak terdapat Ada kelainan pada
peta peta pada lidah lidahnya.
(Burnside, John W. 2000)

b. Bagaimana mekanisme dari hasil status THT?


Jawab.
Terpajan allergen  pengeluaran mediator-mediator kimia terutama histamin
(H1)  mengaktivasi dan meningkatkan neutrofil dan eosinofil  secret (+/
+) warna putih -- inflamasi dinding faring posterior tampak granul dan
edema  edema mukosa nasal  Konka hipertropi berwarna pucat
(livid), massa (-) dan – vasodilatasi sinusoid  cavum nasi sempit --
rangsangan reseptor pada ujung saraf vidianus (stimulasi serabut saraf C) 
rasa gatal dihidung dan bersin  untuk mengurangi gatal-gatal -- menggosok
hidung dengan punggung tangan  lama kelamaan menimbulkan garis
melintang pada dorsum nasi 1/3 bawah  allergic crease. (Soeparfi E,
Iskandar N, 2004)

SKENARIO D | FK UMP 2012 15


8. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?
Jawab.
Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan:
a) Anamnesis
Pada anamnesis didapati keluhan serangan bersin yang berulang. Bersin ini
merupakan gejala pada RAFC (Reaksi Alergi Fase Cepat) dan kadang-kadang
RAFL (lambat) sebagai akibat dilkepaskannya histamin. Gejala lain adalah
keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan
mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata
(lakrimasi). Riwayat penyakit alergi dalam keluarga perlu ditanyakan (Atopi).
Pasien juga perlu ditanya gangguan alergi selain yang menyerang hidung,
seperti asma, eczema, urtikaria, atau sensitivitas obat. Keadaan lingkungan
kerja dan tempat tinggal juga perlu ditanya untuk mengaitkan awitan gejala.
b) Pemeriksaan Fisik
- Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema basah, berwarna pucat
atau livid disertai adanya secret encer yang banyak.
- Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertofi.
- Gejala spesifik lain pada anak adalah adanya bayangan gelap di daerah
bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi
hidung (allergic shiner).
- Selain itu juga tampak anak menggosok-gosok hidung, karena gatal
dengan punggung tangan. Keadaan ini disebut allergic salute.
- Menggosok-gosok hidung mengakibatkan timbulnya garis melintang di
dorsum nasi bagian sepertiga bawah yang disebut allergic crease.
- Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga
akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid).
Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone
appearance), serta dinding lateral faring menebal. Lidah tampak seperti
gambaran peta (geographic tongue).
c) Pemeriksaan penunjang
Invitro : hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat.
Demikian pula pemeriksaan IgE total seringkali menunjukkan nilai normal.

SKENARIO D | FK UMP 2012 16


Invivo : Allergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit
kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End-
Point Titration/ SET).
SET dilakukan untuk allergen inhalan dengan menyuntikkan allergen
dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya.
Untuk allergen makanan, uji kulit Intracutaneus Provocative
Dilutional Food Test (IPDFT), namun sebagai baku emas dapat dilakukan
dengan diet eliminasi dan provokasi (Challenge Test). (Irawati, 2007)

9. Apa differential diagnostic pada kasus ini?


Jawab.

10. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini?


Jawab.
- Hitung jenis sel darah tepi
- Pemeriksaan sitologi sekret dan mukosa hidung
- Tes provokasi hidung / nasal challenge test (bila fasilitas tersedia)
- Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan foto polos sinus paranasal, CT Scan maupun MRI ( bila fasilitas
tersedia) tidak dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis rinitis alergi, tetapi
untuk menyingkirkan adanya kelainan patologik atau komplikasi rinitis alergi
terutama bila respon pengobatan tidak memuaskan. Pada pemeriksaan foto
polos dapat ditemukan penebalan mukosa sinus (gambaran khas sinusitis
akibat alergi), perselubungan homogen serta gambaran batas udara cairan di
sinus maksila.

SKENARIO D | FK UMP 2012 17


- Pemeriksaan lain yaitu: fungsi penghidu dan pengukuran kadar NO (nitric
oxide) (Irawati, 2007).

11. Apa working diagnostic pada kasus ini?


Jawab.
Rhinitis Allergic

12. Apa etiologi dalam kasus ini?


Jawab.
- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya
debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya


susu, telur, coklat, ikan dan udang.

(Kaplan, 2003)

13. Bagaimana patofisiologi pada kasus ini?


Jawab.
Alergan inhalan, Alergen ingestan

Makrofag dan monosit

Tangkap alergen yang menempel di mukosa hidung

Antigen membentuk fragmen pendek peptida bergabung dengan HLA kelas 2

Peptida MHC kelas 2

Presentasi ke T helper

Sel penyaji atau APC

SKENARIO D | FK UMP 2012 18


Lepas sitokin (IL 1 mengaktivasi Tho jadi Th1 dan Th2)

Th2 menghasilkan sitokin (IL 3,IL 4,IL 5,IL 13)

IL 4 dan IL 13 diikat oleh reseptor di permukaan limfosit B

Sel B aktif

Produksi IGE

Sirkulasi di darah masuk jaringan

Diikat reseptor IgE di basofil

Terpapar kembali dengan alergen

Mastosit dan basofil pecah

Histamin dan newly formed mediators

(prostaglandin D2 ,leukotrien C4, Bradikinin, platelet activating factor dan berbagai


sitokin)

Keluar

Vasodilatasi sinusoid : Kelenjar mukosa sel Merangsang Merangsang


TERSUMBAT goblet hipereksresi dan reseptor H1 di mukosa :
permeabilitas kapiler ↑ : ujung saraf vidianus ICAM 1
RINORE : GATAL PADA
HIDUNG

SKENARIO D | FK UMP 2012 19


14. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?
Jawab.
 Non farmakologi :
- Menghindari pajanan bahan penyebab alergi
- Penggunaan penyaring udara untuk mengurangi konsentrasi partikel
penyebab alergi
 Farmakologi:
- Anti histamine golongan H1 (terfenadine, asetimizol) efektif untuk
gatal nasofaring, rinorea encer, bersin-bersin, mata gatal, keluar air
mata dan eritema.
- Obat adrenergic alfa (natrium kromolin) untuk mengatasi
pembengkakan dan sumbatan hidung.
- Glukokortikoid (beklometason atau flunisolid)
Jika pasien tidak dapat di atasi dengan antihistamin, obat adrenergic
alfa sebaiknya diganti dengan glukokortikoid potensi tinggi secara
topical.
- Imunoterapi atau sering disebut hiposensitisisasi berupa suntikan
subkutis berulang. (Harsono, 2007)

15. Apa komplikasi pada kasus ini?


Jawab.
- Otitis media serosa
Perubahan patologis yang berhubungan dengan rinitis dapat
mengakibatkan obstruksi di tuba Eustachius dengan disfungi dan efusi
telinga tengah yang dapat menyebabkan otitis media.
- Sinusitis paranasalis
- Asma bronkial
16. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Jawab.
Dubia at bonam. Secara umum, pasien dengan rinitis alergi tanpa komplikasi
yang respon dengan pengobatan memiliki prognosis baik. Perjalanan penyakit
rinitis alergi dapat bertambah berat pada usia dewasa muda dan tetap bertahan
hingga dekade lima dan enam.

SKENARIO D | FK UMP 2012 20


17. Apa Kompetensi Dokter Umum pada kasus ini?
Jawab.
Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara
mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

18. Apa pandangan Islam pada kasus ini?


Jawab.
“ Sesungguhnya allah mencintai bersin dan membenci menguap. Jika salah
seorang dari kalian bersin lalu memuji allah (dengan mengucapkan
alhamdulillah), maka wajib bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk
mendoakannya.” (HR. al-bukhari dari sahabat Abu hurairah radhiyallahu’anhu)

2.3.4. Kesimpulan

Tn. Simon, umur 22 tahun, mengalami bersin-bersin, hidung tersumbat, keluar ingus
encer, mata gatal, banyak keluar air mata, diakibatkan rhinitis alergi (Hipersensitivitas
tipe I)

2.3.5. Kerangka Konsep

Allergen Atopi
(Debu dan Udang) (Keluarga)

Sensitisasi

Reaksi Inflamasi

Hipersensitivitas
SKENARIO D | FK UMP 2012 tipe I 21
Mata gatal Hidung Bersin- Ingus
disertai tersumbat bersin encer
banyak keluar
air mata

Rhinitis Allergy

SKENARIO D | FK UMP 2012 22

Anda mungkin juga menyukai