Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU

I. KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

 Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi.

 Tuberculosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui

inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan

mengkolonisasi bronkiolus atau alveolus (Corwin, 2001, hal. 414).

 Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

TBC (Mycobacterium Tuberculosis).Sebagian besar kuman TBC

menyerang paru, tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya (Depar

B. ETIOLOGI

Tuberculosis paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,

sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 um dan

tebal 0,3 – 0,6 um. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak

(lipid).Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam

sehingga disebut bakteri tahan asam. Sifat lain kuman ini adalah aerob

yaitu kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan O2

nya. Dalam hal ini tekanan O2pada bagian apikal paru-paru lebih

1
tinggi dari bagian lain sehingga bagian apikal ini merupakan tempat

predileksi penyakit tuberculosis.(Soeparman, 1999, hal. 715).

Mereka yang paling beresiko tertular basil adalah mereka yang tinggal

berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif khususnya individu

yang sistem imunnya tidak adekuat.

C. MANIFESTASI KLINIK

Gejala utama TB paru menurut Mansjoer (1999 hal 472) adalah:

1. Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tapi kadang-kadang

panas badan dapat mencapai 40 – 41oC,

2. Batuk

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan

untuk membuang produk-produk radang keluar, sifat batuk dimulai

dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah muncul

peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).Keadaan yang

lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah

yang pecah.

3. Sesak nafas

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak

nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah

lanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

2
4. Nyeri dada

Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura

sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Maleise

Gejala maleise sering ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu

makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan

keringat malam.

Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu:

a. Tahap asimtomatis

b. Gejala TB paru yang khas, kemudian stagnansi dan regresi

c. Eksaserbasi yang memburuk.

d. Gejala berulang dan menjadi kronik.

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda:

a. Tanda-tanda infiltrat (redup, bronchial, ronchi basah, dan

lain-lain).

b. Tanda-tanda penarikan paru diafragma, dan mediastrium.

c. Sekret di saluran nafas dan ronchi.

d. Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang

berhubungan langsung dengan bronkus.

3
 Pada anak manifestasi klinis TB Paru berupa:

 Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sabab yang

jelas atau gagal tumbuh.

 Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai

2 minggu.

 Batuk kronik > 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.

 Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

System skoring gejala dan pemeriksaan penunjang

diagnosa TB anak

Parameter 0 1 2 3 skor

Kontak dengan Tidak jelas Laporan Kontak

pasien TB keluarga,konta dengan

k dengan pasien BTA

pasien BTA positif

negativ atau

tidak tahu,

atau BTA

tidak jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif

(>10mm,ata

u >5mm,

keadaan

imunosupres

4
i)
BB/keadaan gizi Gizi kurang: Gizi buruk :

(dengan KMS BB/TB < BB/TB < 70%

atau table) 90% atau atau BB/U

BB/U <80% <60%


Demam tanpa >2minggu

sebab jelas
Batuk >3minggu
Pembesaran >1cm

kelenjar linfe Jumlah>1,tid

koli, aksila, ak nyeri

inguinal
Pembengkakan Ada

tulang/sendi pembengkaka

panggul, n

lutut,falang
Foto dada Normal/tida Sugesti TB

k jelas
Jumla

skor

5
D. PATOFISIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan melalui

inhalasi percikan ludah (droplet), orang ke orang dan mengkolonisasi

bronkiolus atau alveolus. Apabila bakteri tuberculin dalam jumlah

yang bermakna berhasil menembus mekanisme pertahanan sistem

pernapasan dan berhasil menempati saluran napas bawah, maka

pejamu akan melakukan respons imun dan peradangan yang kuat.

Karena respons yang hebat ini, akibat diperantarai oleh sel T, maka

hanya sekitar 5 % orang yang terpajan basil tersebut menderita

tuberculosis aktif. Penderita TBC yang bersifat menular bagi orang

lain adalah mereka yang mengidap infeksi tuberculosis aktif dan

hanya pada masa infeksi aktif.

Basil mycobacterium tuberculosis sangat sulit dimatikan

apabila telah mengkolonisasi saluran nafas bawah, maka tujuan

respons imun adalah lebih untuk mengepung dan mengisolasi basil

bukan untuk mematikannya.Respons selular melibatkan sel T serta

makrofag.Makrofag mengelilingi basil diikuti oleh sel T dan jaringan

fibrosa membungkus kompleks makrofag basil tersebut.Tuberkel

akhirnya mengalami kalsifikasi dan disebut kompleks Ghon, yang

dapat dilihat pada pemeriksaan sinar-x toraks.Sebelum ingesti bakteri

selesai, bahan mengalami perlunakan (perkijuan). Mikro-organisme

6
hidup dapat memperoleh akses ke sistem trakeobronkus dan menyebar

melalui udara ke orang lain. Bahkan walaupun telah dibungkus secara

efektif, basil dapat bertahan hidup dalam tuberkel.

Apabila partikel infeksi terisap oleh orang sehat, akan

menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Kuman menetap di

jaringan paru akan bertumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma

makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh

lainnya. Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan

membentuk sarang tuberkulosis pneumonia kecil dan disebut sarang

primer.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya

diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga

basil.Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di salurang

hidung dan cabang besar bronkus.Basil tuberkel ini membangkitkan

reaksi peradangan.

Kerusakan pada paru akibat infeksi adalah disebabkan oleh

basil serta reaksi imun dan peradangan yang hebat. Edema

interstisium dan pembentukan jaringan parut permanen di alveolus

meningkatkan jarak untuk difusi oksigen dan karbondioksida sehingga

pertukaran gas menurun.

7
E. PATHWAY

Droplet nucler/dahak yang mengandung


basil TBC (Mycobacterium Tuberculosis)

Faktor dari luar: Batuk, bersin Faktor dari dalam:


- Faktor toksik (alkohol, - Usia muda/bayi
rokok) - Gizi buruk
- Sosial ekonomi rendah Dihirup masuk paru - Lanjut usia
- Terpapar penderita TBC
- Lingkungan buruk
Mycobacterium menetap/dormant

Resiko tinggi
Kurang informasi Imunitas tubuh menurun Infeksi

Kurang pengetahuan Membentuk sarang TB


Premonia Kecil/sarang primer

Broncus Pleura Infiltrasi setengah


bagian paru

Iritasi Menyebabkan
infiltrasi pleura

8
Sesak napas
Peradangan
pada bronkus
Terjadi gesekan inspirasi
dan eksperasi
Malaise Batuk Pembuluh
darah pecah
Distres pernapasan

Anoreksi Skret kental Nyeri dada


a

BB Menurun Batuk darah


Resiko kerusakan
pertukaran gas

Nutrisi kurang Bersihan jalan


dari kebutuhan napas tidak efektif
F. KOMPLIKAS

Komplikasi yang mungkin muncul akibat TBC antara lain:


Sumber: (Corwin, 2001; Soeparman, 1998 & Doengoes, 2000)
a. Hemoptisis

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial

c. Bronkiektasis

d. Pneumotorak

e. Penyebaran infeksi ke organ lain

f. Insufisiensi cardio pulmoner

G. PENATALAKSANAAN

a. Medis

Menurut Mansjoer (1999 hal 473) penatalaksanaan pada

tuberculosis paru antara lain:

Obat anti TB (OAT)

9
OAT harus di berikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat

yang bersifat bakterisi dengan atau tanpa obat ketiga.

 Tujuan pemberian OAT, antara lain:

 Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif

secepat mungkin melalui kegiatan bekterisid.

 Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah

pengobatan dengan kegiatan sterilisasi.

 Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui

perbaikan daya tahan imunologis.

 Pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu:

a. Fase awal intensif, dengan kegiatan

bekterisid untuk memusnahkan populasi kuman yang

membelah dengan cepat.

b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada

pengobatan jangka pendek atau kegiatan

bakteriostatik pada pengobatan konvensional.

OAT yang biasa digunakan antara lain Isoniazid (INH), Rifampisin

(R), Pirazinamid (Z) dan Steptomosin (S) yang bersifat bekterisid

dan etambutol yang bersifat bakteriostatik.

 Panduan OAT pada TB paru (WHO 1993)

Panduan Klasifikasi dan Fase


Fase Awal
OAT Tipe Penderita Lanjutan

10
Kategori 1 2)BTA (+) baru 2 HRZS (E) 4 RH

3)Sakit berat: BTA (-) luar paru 2 RHZS (E) 4 R3H3

Kategori 2 Pengobatan Ulang:

4)Kambuh BTA (+) 2 RHZES/1 RHZE 5 RHE

5)Gagal 2 RHZES/1 RHZE 5 R3H3E3

Kategori 3 6)TB paru BTA (-) 2 RHZ 4 RH

7)TB luar paru 2 RHZ/2 R3H3Z3 4 R3H3

Keterangan:
4 HRZ : Tiap hari selama 2 bulan

4 RH: Tiap hari selama 4 bulan

4 H3R3: 3 kali seminggu selama 4 bulan

b. Keperawatan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut pemeriksaan penunjang pada Tuberculosis paru antara lain:

a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik.

b. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat,

Limfositosis)

c. Foto toraks Postereor Anterior (PA) dan lateral.

11
Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis tuberculosis,

yaitu:

 Bayang lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen

apikal lobus bawah.

 Bayangan berawan (patchy) berbercak (nodular).

 Adanya kavitas, tunggal atau ganda.

 Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.

 Adanya kalsifikasi.

 Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu

kemudian.

 Bayangan milier.

d. Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru,

namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30 – 70%

pasien TB yang dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

e. Tes PAP (Peroksislase anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat

histogen imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya

lg 6 spesifik terhadap basil TB.

f. Tes Mantoux/Tuberkulin

g. Teknik Polymerase Chain Reaction

12
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam

berbagai tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada

satu mikroorganisme dalam spesimen.

h. Becton Dikinson Diagnotic Instrumen System (BACTEC)

Deteksi Growth Index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari

metabolisme asam lemak oleh Mycobacterium Tuberculosis.

i. Enzim Inked Immunosorbent Assay

j. Mycodot

Deteksi antibodi memakai antigen lipoarabinomannan yang


direkatkan pada suatu alat berbentuk sisir plastik, kemudian
dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibodi spesifik
dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah

II. KONSEP KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN

Menurut Doengoes (2000 hal 240) data dasar pengkajian pasien antara

lain:

a. Aktivitas/istira

hat

Gejala:

2) Kelelahan umum dan kelemahan

3) Nafas pendek karena kerja

4) Kesulitan tidur pada malam hari

13
Tanda:

1) Takikardi, takipnea/dispnea pada kerja.

2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak.

b. Integritas Ego

Gejala:

1) Adanya/faktor stress lama.

2) Perasaan tak berdaya/tidak ada harapan.

Tanda:

1) Menyangkal

2) Ansietas, ketakutan, mudah terangsang.

c. Makanan/cairan

Gejala:

1) Kehilangan nafsu makan.

2) Penurunan berat badan.

Tanda:

Tugor kulit buruk, kering/kulit bersisik.

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala:

Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Tanda:

Berhati - hati pada area yang sakit.

e. Pernafasan

Gejala

14
1) Batuk, produktif atau tak produktif.

2) nafas pendek

Tanda:

1) Peningkatan frekuensi pernafasan.

2) Karakteristik sputum: hijau/purulen, mukoid kuning atau bercak

merah.

f. Keamanan

Gejala:

Adanya penekanan imun.

Tanda:

Demam rendah atau sakit panas akut.

g. Interaksi sosial

Gejala:

1) Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular.

2) Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas

fisik untuk melaksanakan peran.

h. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala:

1) Riwayat keluarga TB.

2) Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk.

3) Rencana pemulangan Memerlukan bantuan dengan/gangguan

dalam terapi obat dan pemeliharaan/perawatan rumah.

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan dan Evaluasi

15
Menurut NANDA diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

kasus tuberculosis paru adalah sebagai berikut

1. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen.

a. Kriteria hasil: Menurunkan resiko penyebaran infeksi.

b. Intervensi:

1). Kaji potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama

batuk, bersin, meludah.

Rasional : Sebagai pemahaman kepada pasien/orang terdekat

untuk mencegah infeksi ke orang lain.

2) Identifikasi orang yang beresiko.

Rasional : Orang – orang yang terpajan perlu program terapi

obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.

3) Anjurkan pasien untuk batuk/bersin mengeluarkan ludah dengan

tissue.

Rasional : Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran

infeksi.

4) Awasi suhu sesuai indikasi.

Rasional: Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.

5) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

Rasional : Periode singkat berakhir 2 – 3 hari setelah kemoterapi

awal, resiko penyebaran infeksi berlanjut sampai 3

bulan.

6) Dorong memilih makanan seimbang.

16
Rasional : Adanya anoreksia dan malnutrisi sebelumnya

merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan

mengganggu penyembuhan.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme.

a. Kriteria hasil

Mempertahankan jalan nafas pasien, mengeluarkan sekret tanpa

bantuan, menunjukkan perilaku untuk mempertahankan bersihan jalan

nafas, berpartisipasi dalam program pengobatan.

b. Intervensi

1) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif

karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

Rasional : Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan

oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronchial dan

dapat memerlukan intervensi lanjut.

2) Berikan posisi semi fowler/fowler tinggi, bantu pasien untuk batuk

dan latihan nafas dalam.

Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan

menurunkan upaya pernafasan.

3) Bersihkan sekret dari mulut dan trachea.

Rasional : Mencegah obstruksi/aspirasi

4) Pertahankan makanan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali

kontra indikasi.

17
Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu mengencerkan

sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi

pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan

penurunan curah jantung

a. Kriteria hasil

Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea, menunjukkan perbaikan

ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dengan Gas Analisa Darah

(GDA) dalam rentang normal, bebas dari gejala distress pernapasan.

b. Intervensi

1) Kaji dispnea, takipnea, menurunnya bunyi nafas, peningkatan

upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan

kelemahan.

Rasional : TB paru menyebabkan efek luar pada paru dari bagian

kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas.

2) Tunjukkan/dorong bernafas bibir selam ekshalasi, khususnya untuk

pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

Rasional : Membuat tahapan melawan udara luar, untuk

mencegah penyempitan jalan nafas sehingga membantu

menyebarkan udara melalui paru dan

menghilangkan/menurunkan nafas pendek.

3) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas

perawatan diri sesuai keperluan.

18
Rasional : Menurunkan konsumsi O2/kebutuhan selama periode

penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya

gejala.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakadekuatan intake nutrisi, dyspnue.

a. Kriteria hasil

Menunjukkan BB meningkat mencapai tujuan dengan nilai

laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi, melakukan perubahan

pola hidup untuk mempertahankan berat yang tepat.

b. Intervensi

1) Catat status nutrisi: turgor, kulit, BB, integritas mukosaoral, adanya

tonus usus, mual/muntah atau diare.

2) Pastikan pola diet biasa pasien yang disukai/tidak disukai.

Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan

khusus.

3) Awasi input/out put dan BB secara periodik.

Rasional : Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan

dukungan cairan.

4) Selidiki anoreksia, mual, muntah, frekuensi, volume dan

konsistensi feses.

Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi

area pemecahan untuk meningkatkan

pemasukan/penggunaan nutrien.

19
5) Dorong/berikan periode istirahat sering.

Rasional : Membantu menghemat energi khususnya bila

kebutuhan metabolik meningkat saat demam.

6) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan

pernafasan.

Rasional : Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau

obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang

pusat muntah.

7) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein

dan karbohidrat.

Rasional : Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan

yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan makanan

banyak dan menurunkan iritasi gaster.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan

berhubungan dengan kurang informasi, keterbatasan kognitif, tak

akurat/tak lengkap informasi yang ada.

a. Kriteria hasil

1) Menyatakan pemahaman proses penyakit dan kebutuhan

pengobatan.

2) Melakukan perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan

umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB.

3) Mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi/intervensi.

20
4) Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan

adekuat

b. Intervensi

1) Kaji kemampuan pasien untuk belajar.

Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan

tingkatkan pada tahapan individu.

2) Identifikasi gejala: hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan

bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.

Rasional : Menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang

penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi

lanjut.

3) Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet

karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat.

Rasional : Memenuhi kebutuhan metabolisme membantu

meminimalkan kelemahan dan meningkatkan

penyembuhan, cairan dapat

mengencerkan/mengeluarkan sekret.

4) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan

dan alasan pengobatan lama.

Rasional : Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan

dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan

kondisi pasien.

5) Kaji potensi efek samping pengobatan

21
Rasional : Mencegah/menurunkan ketidaknyamanan sehubungan

terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program.

 Discharge Planning

1. Pelajari penyebab dan penularan dari TB serta pencegahan saat di

luar rumah

2. Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat

penumpukan sekret di saluran pernafasan

3. Nafas dalam dan perlahan saat duduk setengak mungkin

4. Lakukan pernafasan diafragma; tahan nafas selama 3-5 detik

kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin

melalui mulut

5. Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari cara yang baik saat

batuk dan setelah batuk juga cara pengontrolan batuk

6. Jangan memberikan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan

konsultasikan kepada tenaga medis terlebih dahulu sebelum vaksin

7. Ibu menderita TB aman untuk memberikan ASI pada bayinya

dengan catatan menghindari cara penularan TB

8. Jalankan terapi obat dengan teratur dan jangan sampai putus tanpa

instruksi

9. Berhenti merokok dan berhenti minum alkohol

10. Olah raga secara teratur, makan makanan yang bergizi serta

istirahat cukup.

22
Untuk penderita rawat jalan makan makanan yang bergizi, bila

dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan( pada prinsipnya

tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberculosis, kecuali

untuk penyakit kemorbidnya).

Bila demam dapat di berikan obat penurun panas/demam.

Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak

nafas atau keluhan lain.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara Erickson. 2008. Bunyi Jantung & Murmur Dari Bayi Hingga Dewasa.
Edisi 4. Jakarta : EGC

Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC

Mansjoer, dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta :


Media Aesculapius

NANDA International Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi


2015-2017. Edisi 10. Jakarta :EGC

NANDA International Inc. 2016.Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC

Nurarif, A.H. & Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction
Jogja

Oda Debora. 2013. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta :


Salemba Medika

Price Sylvia. A. 2012. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta : EGC

23
Sodikin, 2011.Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal Dan
Hepetobilier.Jakarta: Salemba Medika.

24

Anda mungkin juga menyukai