Disusun Oleh
SRIYANI, S.Kep
2020032087
Mengetahui
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau proses spesifik
(m.tuberkulosa, jamur).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik.
2. Anatomi Fisiologi
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk
pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung
dan melindungi lunak organ, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatkan otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur dan fosfat.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatkan otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh.
Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang.
Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam
kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku., Tetapi sepertiga dari bahan
tersebut adalah fibrosa yang kuat dan elastis.
Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah kontrol pada
batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra
lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia,
dan falang.
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut. Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel antara lain: osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun
tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks
tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peran
penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.
Ostesit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas adalah sel-sel besar
berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat di
absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit, osteklas mengikis tulang. Sel-
sel ini menghsilkan enzim-enzim proteolotik yang memecahkan matriks
dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan
fosfat terlepas ke dalam aliran darah
3. Etiologi
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh:
a. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak
90% dan jarang oleh Streptococcus hemolyticus
b. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
c. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus
mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacterioides fragilis.
4. Patofisiologi
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung
pada usia, daya tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman.Infeksi
terjadi melalui saluran darah dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase
bakteremia dan dapat menimbulkan septikimia. Embulus infeksi kemudian
masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang.
Proses selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah
metafisis di sertai dengan pembentukan pus. Terbentuknya pus ketika
jaringan tulang tidak dapat bersekpensi,menyebabkan tekanan dalam tulang
meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya
sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulng dan akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang.disamping proses yang di sebutkan di atas,
pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam poreosteus
sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga terbentuk suatu
lingkungan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di
dalamnya.proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus
menembus tulang, terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang
yang di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang
kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronis.
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis osteomeilitis hematogen bergantung pada stadium
fotogenesis penyakit. Osteomeilitis hematogen berkembang secara
cepat.pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan infeksi bakteri pada kulit
dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada daerah
infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan. Gejala timbul akibat bakteremia dan septikimia yang berupa
nafas tinggi, malaise, serta nafsu makan yang berkurang. Pada orang
dewasa, lokasi infeksi nya biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal
yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urogolis dan dapat di
temukan riwayat diabetes militus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau
pengobatan dengan imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal
tersebut perlu ditanyakan.
6.
6. Pathway Keperawatan
7. Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
a. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang
baru dan pengeluaran pus
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kemampuan pergerakan
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses
pembentukan tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan
penekanan lokal.
d. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
e. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi
DO :
Keadaan umum lemah
Tercium aroma kurang sedap
dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin. 2015. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta (ID): EGC.
Rasjad. 2017. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta (ID): PT.Yarsif Watampone
Disusun Oleh
SRIYANI, S.Kep
2020032087
Mengetahui
A. PENGKAJIAN
1. DATA DEMOGRAFI
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. H
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Ds. Lembah Mukti
Diagnosa medis : Post Op Remove Inplant
No. Register : 10-20-56
Tanggal MRS : 26-02-2021
Ruang / Kelas : Teratai/III
Tgl Pengkajian : 09 Maret 2021 (11.00 WITA)
2. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada kaki kanan bekas operasi.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Februari 2021 dengan keluhan
nyeri pada kaki sebelah kanan. Klien mengatakan akibat tertimpa pohon.
Keluhan di rasakan sejak kurang lebih 8 bulan lalu.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 9 maret 2021 klien mengatakan
nyeri pada bekas luka operasi dibagian fibula sinistra
P: Klien mengatakan nyeri saat digerakan dan pada waktu diganti verban
Q: Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri bekas operasi
S: Skala nyeri 6
T: Klien mengatakan nyeri hilang timbul pada saat digerakan
Pada saat dikaji, klien juga tampak cemas dengan proses penyembuhannya
dan klien tampak kesulitan melakukan melakukan aktifitas. Ekspresi wajah
tampak meringis. Klien mengatakan sulit menggerakan tubuhnya. Terpasang
infus pada tangan kanan dan terpasang pen terbalut verban pada kaki kiri.
C D
Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Tinggal serumah
A = Orang tua dari klien
B = Orang tua dari istri klien
C = Saudara klien
D = Saudara istri klien
E = Anak klien
6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Klien tinggal di tempat yang cukup padat penduduk. Klein mengikuti
kegiatan sosial dilingkunganya
b. Hubungan klien dengan lingkungan sekitar tempat tinggal baik, dan klien
puas dengan keadaan dirinya apa adanya.
c. Klien mengatakan semua biaya dirinya di RS di tanggung oleh BPJS yang
klien miliki.
d. Klien mengatakan bahwa klien menerima keadaan penyakitnya yang
diderita saat ini.
7. RIWAYAT SPIRITUAL
Klien melakukan ibadah atau sholat saat di rumah dan saat dirumah sakit klien
tidak pernah sholat.
8. AKTIVITAS SEHARI-HARI
KEGIATAN ADL DIRUMAH ADL DI RS
Pemenuhan nutrisi :
Makan dan Minum Nasi putih + lauk Makan bubur
Air putih Air putih, susu
Porsi 3x sehari 3-4 sendok makan/hari
1 piring sedang 3-4 gelas sehari
3-4 gelas sehari
Kesukaan Minum teh dan biskuit Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Muntah saat makan
Eliminasi
BAK
Frekuensi 2-3 kali/hari 1600cc (terpasang
kateter)
Warna kuning kuning
Bau khas khas
BAB
Frekuensi 1-2 kali sehari
Warna kuning kuning
Bau lunak lunak
Kesulitan Tidak ada Jarang BAB selama
dirawat
Istirahat dan Tidur
Waktu 21.00 - 05.00 23.00- 03.30
Lama tidur 7-8 jam 4-5 jam
Kesulitan Tidak ada Ada kesulitan tidur
karena nyeri yang
dirasakan
Personal Hygine
Mandi 2x sehari Sejak dirawat
Belum pernah mandi
Cuci rambut Tidak menentu Belum pernah cuci
rambut sejak dirawat
Sikat gigi 1x sehari Belum pernah sikat
gigi sejak dirawat
Potong kuku 2x seminggu Sejak dirawat tidak
pernah potong kuku
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. GCS : E: 4 M: 6 V: 5
d. Tinggi Badan : 160 cm
e. Berat Badan : 68 kg
f. Ekspresi wajah : wajah klien tampak meringis menahan nyeri
g. TTV : S : 36,5 0 C
N : 80 x/Menit
R : 20x/menit
TD : 110/70 mmHg
h. Sistem pernafasan :
Inspeksi :
bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping
hidung, bentuk dada simetris kiri dan kanan,tidak terdapat retraksi dinding
dada tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, dengan frekuensi
pernafasan 20x/menit.
Palpasi :
Vocal fremitus klien teraba saat klien mengatakan satu satu,tidak ada nyeri
tekan,
Perkusi :
Saat diperkusi bunyi paru sonor.
Auskultasi :
Suara nafasa vesiculer , tidak ada bunyi nafas tambahan.
i. Sistem integumen
Inspeksi :
Warana kulit sawo matang ,suhu 36,5oC, rambut beruban keadaan rambut
lepek da berminyak
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan kulit lengket
j. Sistem pengindraan
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan,sclera tidak ikterus, gerakan bola
mata baik, kpnjungtiva tidak anemis, klien rabun jauh, pada hidung klien
dapat membedakan bau, telinga masih bisa mendengar dengan baik
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan/massa pada mata hidumh dan telinga,
k. Sistem kardiovaskuler :
Inspeksi :
tidak terdapat sianosis
Palpasi :
CRT < 2 detik, tidak ada pembesaran arteri karotis, frekuensi nadi 80x/
menit, konjungtiva tiak anemis, akral teraba hangat.
Auskultasi :
Tekan darah 110/70 mmHg , bunyi jantung S1 dan S2 murni.
l. Sistem pencernaan
Inspeksi :
Jumlah gigi tidak lengkap, gigi tampak kotor, tampak luka operasi yang
tertutup verban di bagian peruh bawah sebelah kiri,terpasang drain
Palpasi :
Nyeri tekan pada abdomen dengan sala 6
Auskultasi : bisisng usus 8x/menit
Perkusi : bunyi timpani
m. Sistem Syaraf
1) Funsgi Cerebral
Status mental baik
Kesadaran Composmentis dengan GCS 15
2) Fungsi Cranial
Seluruh fungsi nervus cranial tidak ada kelainan
n. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas : ekstremitas kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi, pada
tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit, tampak lemah untuk
bergerak
Ekstremitas bawah : ekstremitas kiri terdapat luka operasi terbalut verban
dan susah digerakan.
5 5
5 2
10. PENGOBATAN :
a. IVFD RL 0,9 % 20 tetes/menit
b. Cefazolin 1Gr/12 J/IV
c. Gentamicin 1 Amp/12 J/IV
d. Ketorolac 1 Amp /8 J/IV
e. Ranitidin 1 Amp/12 J/IV
5 5
5 2
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri (post operasi)
2. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan pembatasan pergerakan
3. Kecemasan berhubungan dengan koping individu tidak efektif
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan dalam beraktifitas
C.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut 9-3-2021 Setelah dilakukan tinfakan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Memi
berhubungan dengan: keperawatan, Pasien tidak 2. Pertahankan tirah baring selama menin
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Jam 11.00 mengalami nyeri, dengan fase akut. 2. Pening
psikologis) kriteria hasil: 3. Beri tindakan non farmakologi menye
7. Mampu mengontrol nyeri untuk menghilangkan nyeri, 3. Tindak
DS: (tahu penyebab nyeri, misalnya: relaksasi, distraksi, tarik vaskul
Klien mengatakan nyeri pada mampu menggunakan nafas dalam. mengh
waktu digerakan dan ganti tehnik nonfarmakologi 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai simpa
verban untuk mengurangi nyeri, kebutuhan mengh
Klien mengatakan nyeri pada mencari bantuan) 5. Edukasi pasien kompl
kaki kiri bekas operasi 8. Melaporkan bahwa nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter dalam 4. Aktivi
berkurang dengan pemberian obat analgetik vasoko
menggunakan manajemen 5. Eduka
Data objektif : nyeri peraw
Wajah klien tampak meringis 9. Mampu mengenali nyeri inform
Terpasang infus di tangan (skala, intensitas, frekuensi mengi
kanan dan tanda nyeri) sehing
Skala nyeri 6 10. Menyatakan rasa nyaman keseha
TD : 110/70 mmHG setelah nyeri berkurang 6. Analg
R : 20 X/menit 11. Tanda vital dalam rentang menur
normal simpa
N : 80 X/Menit 12. Tidak mengalami gangguan
S : 36,5 0C tidur
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Gangguan mobiltas fisik 9-3-2021 Setelah dilakukan tindakan Latihan Kekuatan 1. Pasien
keperawatan, gangguan 1. Ajarkan dan berikan dorongan melaku
berhubungan dengan pembatasan
Jam 11.00 mobilitas fisik teratasi dengan pada klien untuk melakukan 2. Mence
pergerakan kriteria hasil: 3. Memu
program latihan secara rutin
1. Klien meningkat dalam melaku
aktivitas fisik Latihan untuk ambulasi 4. Pasien
DS 2. Mengerti tujuan dari 2. Ajarkan teknik ambulasi & melaku
peningkatan mobilitas perpindahan yang aman kepada 5. Klien
Klien mengatakan sulit klien dan keluarga.
3. Memverbalisasikan mobili
menggerakan tubuhnya.
perasaan dalam 3. Sediakan alat bantu untuk klien 6. Klien
meningkatkan kekuatan seperti kruk, kursi roda, dan anggot
DO : dan kemampuan walker 7. Klien
berpindah kekaku
Klien tampak kesulitan 4. Beri penguatan positif untuk
4. Memperagakan memba
melakukan aktifitas penggunaan alat Bantu berlatih mandiri dalam batasan
Terpasang pen pada kaki kiri. untuk mobilisasi (walker) yang aman.
Latihan mobilisasi dengan kursi
roda
5. Ajarkan pada klien & keluarga
tentang cara pemakaian kursi
roda & cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
6. Dorong klien melakukan latihan
untuk memperkuat anggota
tubuh
7. Ajarkan pada klien/ keluarga
tentang cara penggunaan kursi
roda
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Kecemasan berhubungan dengan 9-3-2021 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat kecemasan dan 1. Menge
keperawatan, kecemasan reaksi fisik pada tingkat menen
koping individu tidak efektif
Jam 11.00 teratasi dgn kriteria hasil: kecemasan 2. Kecem
1. Klien mampu 3. Inform
2. Tenangkan klien
mengidentifikasi dan perawa
DS:
mengungkapkan gejala 3. Berikan informasi tentang inform
Klien sering menanyakan tentang cemas diagnosa prognosis dan tindakan mengid
2. Mengidentifikasi, 4. Gunakan pendekatan dan sehing
penyembuhan luka operasinya.
mengungkapkan dan sentuhan keseha
menunjukkan tehnik untuk 5. Temani pasien untuk 4. Empat
mengontol cemas mendukung keamanan dan dirasak
DO:
3. Vital sign dalam batas 5. Kecem
penurunan rasa takut
Klien tampak cemas normal 6. Pengal
4. Ekspresi wajah, bahasa 6. Sediakan aktifitas untuk dirasak
tubuh dan tingkat aktivitas menurunkan ketegangan 7. Mengu
menunjukkan 7. Intruksikan kemampuan klien
berkurangnya kecemasan
untuk menggunakan teknik
relaksasi
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Defisit perawatan diri 9-3-2021 Setelah dilakukan tindakan 4. Monitor kemempuan klien untuk 1. Mengeta
keperawatan, defisit perawatan perawatan diri yang mandiri. dalam
berhubungan dengan hambatan
Jam 11.00 diri teratas dengan kriteria 5. Sediakan bantuan sampai klien menentu
dalam beraktifitas hasil: mampu secara utuh untuk 2. Memuda
4. Klien terbebas dari bau melakukan self-care. aktifitas
badan 6. Dorong untuk melakukan secara 3. Memotiv
DS 5. Menyatakan kenyamanan mandiri, tapi beri bantuan ketika sehingga
terhadap kemampuan klien tidak mampu sendiri k
Klien mengatakan selama di
untuk melakukan ADLs melakukannya.
RS belum pernah mandi, cuci
6. Dapat melakukan ADLS
rambut.
dengan bantuan
DO :
Keadaan umum lemah
Tercium aroma kurang sedap
dari pasien.
E. IMPEMENTASI
No Tanggal/
Implementasi Respon Klien Ttd
DK Jam
1 9-3-2021 1. Mengkaji tingkat S:
11.00 nyeri Klien masih mengeluh nyeri
2. Mempertahankan tirah pada daerah luka operasi
baring selama fase
akut. O:
3. Memberikan tindakan Wajah klien masih
non farmakologi tampak meringis
untuk menghilangkan Terpasang infus di
nyeri, misalnya: tangan kanan
relaksasi, distraksi, Skala nyeri 6
tarik nafas dalam. TTV
4. Membantu pasien TD : 110/70 mmHg
dalam ambulasi sesuai R : 20 X/menit
kebutuhan N : 80 X/Menit
5. Melakukan edukasi S : 36,5 0C
pasien
6. Mengkolaborasikan
dengan dokter dalam
pemberian obat
analgetik.
O:
Wajah klien tampak meringis
Terpasang infus di tangan kanan
Skala nyeri 5
TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C
A: Nyeri Akut
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
2 10-3-2021 S:
Klien mengatakan masih sulit menggerakan
11.45 tubuhnya.
O:
Klien tampak kesulitan melakukan aktifitas
Terpasang pen pada kaki kiri
P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh
3 10-3-2021 S:
Klien masih menanyakan tentang
11.45 penyembuhan luka operasinya.
O:
Klien tampak cemas
A: Kecemasan
P: lanjutkan intervensi
1. Tenangkan klien
2. Berikan informasi tentang diagnosa
prognosis dan tindakan
3. Gunakan pendekatan dan sentuhan
4. Temani pasien untuk mendukung
keamanan dan penurunan rasa takut
5. Intruksikan kemampuan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
4 10-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu oleh
11.45 keluarga walaupun hanya menggunakan lap
basah
O:
Keadaan umum masih lemah
Aroma kurang sedap dari pasien sudah
berkurang
A: Defisit Perawatan Diri
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
No Tanggal/
Catatan Perkembangan (S.O.A.P) Ttd
DK Jam
1 11-3-2021 S:
Klien mengatakan masih nyeri pada waktu
10.00 digerakan dan ganti verban tapi sudah
berkurang
O:
Terpasang infus di tangan kanan
Skala nyeri 4
TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C
A: Nyeri Akut
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
2 11-3-2021 S:
Klien mengatakan masih sulit menggerakan
10.00 tubuhnya.
O:
Klien tampak kesulitan melakukan aktifitas
Terpasang pen pada kaki kiri
P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh
3 11-3-2021 S:
Klien sudah memahami mengenai proses
10.00 penyembuhan luka operasinya.
O:
P: lanjutkan intervensi
4 11-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu oleh
10.00 keluarga walaupun hanya menggunakan lap
basah
O:
Keadaan umum masih lemah
Aroma kurang sedap dari pasien
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
No Tanggal/
Catatan Perkembangan (S.O.A.P) Ttd
DK Jam
1 12-3-2021 S:
Klien mengatakan masih nyeri pada waktu
11.00 digerakan dan ganti verban tapi sudah
berkurang dari sebelumnya
O:
Terpasang infus di tangan kanan
Skala nyeri 4
TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C
A: Nyeri Akut
P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
2 12-3-2021 S:
Klien mengatakan sudah bisa menggerakan dan
11.00 melakukan aktifitas minimal.
O:
Klien masih tampak kesulitan melakukan
aktifitas
Terpasang pen pada kaki kiri
P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh
4. 12-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu oleh
11.00 keluarga walaupun hanya menggunakan lap
basah
O:
Keadaan umum masih lemah
Aroma kurang sedap dari pasien sudah
berkurang
P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
JURNAL KASUS
EFEKTIFITAS PERBANDINGAN KOMBINASI CLINDAMYCIN DAN
EKSTRAK NANNOCHLOROPSIS OCULATA TERHADAP PENINGKATAN
KEPADATAN KOLAGEN
PADA OSTEOMIELITIS
C. Analisis Jurnal
7. Pendahuluan
Osteomielitis merupakan proses peradangan dengan infeksi bakteri yang
terjadi pada tulang dan sumsum tulang. Infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh
infeksi yang disebabkan mikroorganisme odontogenik yang dominan yaitu
Staphilococcus aureus dan fraktur mandibula yang dapat terjadi akut maupun
kronis. Pada manusia, osteomielitis lebih sering terjadi pada mandibula karena lesi
bersifat lebih menyebar, aliran suplai darah pada mandibula kurang dan sering
terjadi pada bagian posterior dari mandibula.
Penanganan osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang orthopedi
karena membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama ,pengalaman yang cukup
dari dokter bedah, dan penanganannya sulit. Osteomielitis sulit untuk didiagnosis
dan belum ada pendekatan prospektif untuk mengidentifikasi sehingga
penyembuhannya cukup sulit, karena sering disertai kekambuhan dan eksaserbasi.
8. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian true experimental laboratories dengan
desain penelitian Post Test Only Control Group Design. Dalam desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
dibandingkan. Kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan sedangkan kelas
kontrol tidak mendapatkan perlakuan.
9. Hasil
Terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan antara K1 dengan K2
(p=0,037), K1 dengan K3 (p=0,013), K1 dengan K4 (p=0,002), K1 dengan K5
(p=0,013), dan terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan antara K2
dan K5 (p=0,013). Tetapi tidak terdapat perbedaan kepadatan kolagen secara
signifikan antara K2 dan K3 (p=1,000), K2 dan K4 (p=0,288).
10. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan tikus wistar putih (rattus novergicus strain wistar)
jantan dengan berat badan berkisar 150-200 gram dan berusia 3 bulan sebanyak 40
ekor. Pemilihan tikus wistar sebagai model hewan coba karena merupakan mamalia
yang mempunyai tipe metabolisme sama dengan manusia sehingga hasilnya dapat
digeneralisasi pada manusia. Penggunaan hewan coba tikus berjenis kelamin jantan
dengan dasar pertimbangan memiliki metabolisme tubuh seperti manusia
dibandingkan dengan tikus berkelamin betina.
Pada kelompok kontrol negatif terjadi invasi bakteri Staphylococcus aureus
kedalam tulang mandibula menyebabkan kerusakan jaringan secara langsung dan
mempunyai kemampuan untuk tumbuh serta menghindar dari imunitas inang,
sehinga dalam penanganannya dibutuhkan pengobatan yang maksimal.
Perlakuan yang dilakukan pada kelompok kontrol positif menggunakan
antibiotik yang mana merupakan terapi utama pada osteomielitis. Clindamycin
sering digunakan karena merupakan obat yang yang cukup baik untuk bakteri
Staphylococcus aureus dan anaerob. Clindamycin bekerja dengan cara mengikatkan
dirinya pada subunit 30S dari ribosom bakteri yang berperan dalam menghambat
sintesis protein dengan menghalangi perlekatan tRNAaminoasil yang bermuatan,
sehingga clindamycin menghalangi penambahan asam amino baru pada rantai
peptida yang terbentuk.
Hasil dari skoring jumlah kepadatan kolagen antara kelompok kombinasi
clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg dibanding
kelompok clindamycin, hanya ekstrak Nannochloropsis oculata dengan dosis 200
mg yang terdapat peningkatan jumlah kepadatan kolagen secara signifikan.
11. Kesimpulan
Kelompok perlakuan clindamycin saja hanya dapat menghambat pertumbuhan
bakteri tetapi tidak dapat meningkatkan jumlah kepadatan kolagen secara
signifikan. Sedangkan kelompok perlakuan clindamycin dengan kelompok
kombinasi clindamycin dengan ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg terjadi
peningkatan kepadatan kolagen secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak
Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg. Hal ini disebabkan pada kelompok
kombinasi ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg terdapat pengobatan tambahan
dari efek clindamycin sebagai antibakteri dan kombinasi clindamycin dengan
ekstrak Nannochloropsis oculata yang mengandung senyawa alkaloid, terpenoid,
dan flavonoid yang mana terdapat daya antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan
yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
D. Kelebihan
Hasil penelitian ini cukup baik karena menampilkan perbandingan bahan alami
dan non alami dimana efek dari kandungan bahan-bahan alam sebagai obat yang dapat
membantu dan mempercepat proses penyembuhan luka serta memiliki kandungan
sebagai anti bakteri
E. Kekurangan
Pada hasil penelitian tidak di jelaskan dengan rinci efek samping dari penggunaan
bahan alami dalam proses penyembuhan luka.
G. Lampiran Jurnal
(terlampir)
LAPORAN PENELITIAN
ABSTRACT
1
ABSTRAK
Latar Belakang: Osteomielitis merupakan infeksi tulang yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus. Penggunaan clindamycin dalam jangka panjang dapat menyebabkan
resistensi. Senyawa yang ada pada ekstrak Nannochloropsis oculata mengandung antibakteri,
antiinflamasi dan antioksidan yang dapat digunakan sebagai terapi osteomielitis. Tujuan:
Mengetahui efektifitas perbandingan kombinasi clindamycin dan ekstrak Nannoochloropsis
oculata terhadap peningkatan kepadatan kolagen pada osteomielitis mandibula. Bahan dan
Metode: Rancangan penelitian ini adalah post test only control group design,. Dengan
menggunakan 40 tikus wistar jantan model osteomielitis mandibula dibuat dengan menginduksi
bakteri Staphylococcus aureus yang dimasukkan kedalam soket setelah ekstraksi pada gigi insisif
kiri rahang bawah dan ditunggu selama 28 hari. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kontrol negatif
(K1), clindamycin (K2), clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 50mg (K3),
clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 100mg (K4), clindamycin dan ekstrak
Nannochloropsis oculata 200mg (K5). Setelah perlakuan selama 7 hari semua kelompok
dikorbankan lalu kepadatan kolagen diukur menggunakan preparat HPA dengan pengecatan
Masson’s Trichom dan pembesaran 100x, kemudian dilakukan analisis kepadatan kolagen
menggunakan Kruskal-Wallis dan Mann- Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan kepadatan kolagen
yang signifikan antara K1 dengan K2 (p=0,037), K1 dengan K3 (p=0,013), K1 dengan K4
(p=0,002), K1 dengan K5 (p=0,013), dan terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan
antara K2 dan K5 (p=0,013). Tetapi tidak terdapat perbedaan kepadatan kolagen secara
signifikan antara K2 dan K3 (p=1,000), K2 dan K4 (p=0,288). Simpulan: kombinasi clindamycin
dan ekstrak Nannochloropsis oculata 200mg memiliki pengaruh terhadap peningkatan jumlah
kepadatan kolagen secara signifikan pada penyembuhan osteomielitis mandibula.
3
operasi yaitu untuk membuang jaringan yang antioksidan. Ekstrak Nannochloropsis oculata
nekrotik, meningkatkan aliran darah, tekanan mengandung senyawa aktif yang salah satunya
vaskularisasi tulang korteks dan penyembuhan berupa terpenoid yang dapat digunakan
pada daerah tulang yang terkena serta sebagai antioksidan. Kandungan lainnya
dilakukan drainase untuk adalah alkaloid dan flavonoid. Kandungan
menghilangkan pus. Pada soket yang terbuka tersebut memiliki daya antiinflamasi,
dilakukan irigasi dengan larutan antiseptik antibakteri, antioksidan dan analgesik yang
atau saline. Apabila tidak dilakukan dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
pengobatan yang lengkap akan menyebabkan Pada penelitian Nuno dkk (2012) dengan
osteomielitis yang persisten. Osteomielitis menggunakan tikus yang dibuat
dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. diabetes, ekstrak
Clindamycin sering digunakan karena Nannochloropsis oculata sebagai antioksidan
merupakan obat yang cukup baik untuk kedua dengan dosis 50 ml menunjukkan adanya
macam bakteri Staphylococcus aureus dan penurunan glukosa dan kolesterol serta tidak
anaerob. Kekurangan dari antibiotik bila memiliki efek negatif pada lambung dan
digunakan dalam jangka waktu yang lama saluran pencernaan. 27
akan menyebabkan komplikasi dan resistensi Senyawa flavonoid dan alkaloid yang
bakteri. Faktor penyulit lain adalah terkandung dalam
ketidakmampuan untuk memberikan antibiotik Nannochloropsis oculata memiliki salah satu
dengan konsentrasi yang efektif ke dalam khasiat sebagai analgesik. Alkaloid bekerja
lokasi infeksi. 1, 2, 4, 16, dengan mengubah persepsi nyeri dengan
17, 23, 26, 28 meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf
Salah satu biota laut yang dapat pusat. Senyawa flavonoid merupakan senyawa
dimanfaatkan sebagai obat alami adalah jenis fenolik alam yang potensial sebagai
mikro alga Nannochloropsis occulata. antioksidan dan mempunyai bioefektifitas
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk sebagai obat. Manfaat flavonoid untuk
mengetahui efek dari kandungan bahan-bahan melindungi struktur sel, mencegah keropos
alam sebagai obat yang dapat membantu dan tulang dan sebagai antibiotik. Kolagen adalah
mempercepat proses penyembuhan luka serta protein utama yang menyusun komponen
memiliki kandungan sebagai anti bakteri. Pada matrik ekstraseluler dan merupakan protein
penelitian yang telah dilakukan oleh yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh
Selvendran (2013), ekstrak Nannochloropsis manusia. Flavonoid mampu meningkatkan
Oculata memiliki daya antibakteri yang peran TGF-β dalam mempercepat sintesis dan
signifikan terhadap Staphylococcus aureus deposit kolagen yang dapat berpengaruh
dengan zona hambat 22 mm. 8, 21 terhadap peningkatan sintesis kolagen
Nannochloropsis oculata adalah salah menyebabkan proses penyembuhan luka dapat
satu alga laut yang memiliki senyawa bahan lebih cepat. 8,12
aktif yang diduga mampu Efektifitas perbandingan
digunakan sebagai kombinasi clindamycin dan ekstrak
Nannochloropsis occulata terhadap
3
peningkatan kepadatan kolagen pada antibiotik clindamycin, ekstrak
osteomielitis mandibula belum pernah diteliti. Nannochloropsis oculata, pakan tikus dan
Maka pada penelitian ini penulis ingin alkohol 70% untuk sterilisasi alat, larutan
mengetahui pada konsentrasi mana yang lebih antiseptik, obat anestesi ketamin
efektif dalam meningkatkan kepadatan kolagen hydrochloride (25 mg/kg BB) dan xylazine
pada proses penyembuhan luka osteomielitis hydrochloride (15 mg/kg BB), larutan buffer
mandibula. formalin (larutan formalin 10% dalam phospat
buffer saline pada pH 7,0), dan bahan
BAHAN DAN METODE pengecatan preparat hapusan kolagen dengan
menggunakan Masson’s trichrom.
Penelitian ini tergolong jenis Empat puluh ekor Rattus novergicus
penelitian true experimental strain wistar jantan (3 bulan) berat badan 180-
laboratories dengan desain penelitian Post 200 gram dibagi menjadi 5 kelompok. Pada
Test Only Control Group Design. Lokasi masing-masing kelompok terdapat kelompok
penelitian di: 1) kontrol negatif (pencabutan gigi, induksi
Laboratorium Biokimia Fakultas bakteri Staphylococcus aureus), kelompok
Kedokteran Universitas kontrol positif pencabutan gigi, induksi bakteri
Airlangga– Surabaya; 2) Laboratorium Staphylococcus aureus, diberi terapi
Patologi Anatomi RSUD Dr.Sutomo– clindamycin) dan kelompok perlakuan
Surabaya; 3) Balai Besar (pencabutan gigi, induksi bakteri
Laboratorium Klinik–Surabaya; 4) Staphylococcus aureus, diberi terapi
laboratorium Mikrobiologi Universitas clindamycin 10 mg/kg BB dan ekstrak
Airlangga–Surabaya. Hewan coba Nannochloropsis oculata 50 mg/kg BB),
menggunakan 40 ekor Rattus kelompok perlakuan (pencabutan gigi, induksi
Norvergicus strain Wistar, dengan kriteria bakteri Staphylococcus aureus, diberi terapi
yaitu :kelamin jantan, umur 3 bulan, berat clindamycin 10 mg/kg BB dan ekstrak
badan 150-200 gram, sehat fisik, gigi insisif 1 Nannochloropsis oculata 100mg/kg BB),
sebelah kiri rahang bawah utuh, tidak karies kelompok perlakuan (pencabutan gigi, induksi
dan bakteri Staphylococcus aureus, diberi terapi
tidak fraktur. 25 clindamycin 10mg/kg BB dan ekstrak
Alat yang digunakan dalam penelitian Nannochloropsis oculata 200 mg/kh BB).
ini antara lain: kandang hewan coba, alat dikandangkan tiap 5 ekor (ukuran kandang
pembedahan tikus untuk mengambil bahan uji 60x40x34 cm), Tikus diadaptasi selama 1
(scalpel, pinset,gunting, kapas), syringe, minggu dalam kandang ukuran 40 cm x 30 cm
kateter plastik, bola steril yang terbuat dari x 14 cm dan ditempatkan dalam ruangan yang
serat karbon, jarum jahit, benang nylon untuk cukup udara dan cahaya. Makanan diberikan
jaringan, chamber, glass lab untuk hapusan dengan cara diletakkan dalam wadah kecil dan
dan mikroskop. diberikan tiap pagi. Sedangkan minuman
Bahan yang digunakan dalam diberikan dalam botol 300
penelitian ini antara lain: ekstrak
Nannochloropsi oculata, bakteri
9
Staphylococcus aureus 2x10 (setara
10 mcfarlan) dalam 1 mm cairan suspensi
kalsium klorida 10%,
ml yang dilengkapi pipa kecil dan diisi air diberikan ke Laboratorium Patologi Anatomi
matang. Hewan coba diadaptasi selama 1 RSUD Dr.Sutomo-Surabaya dan ditunggu
minggu untuk mendapatkan kesehatan umum hingga mandibula tadi melunak yang
yang baik dan penyesuain dengan lingkungan. kemudian diproses dan dibuat preparat dengan
Terakhir dilakukan penimbangan hewan coba menggunakan pewarnaan Masson’s Trichrom
untuk memenuhi kriteria sampel. lalu diamati menggunakan mikroskop cahaya
Setelah pembagian kelompok, tikus pembesaran 100x sebanyak 1 lapang pandang.
ditimbang lalu diberi anestesi menggunakan Kepadatan serat kolagen dihitung dengan
kombinasi Ketamine dan Xylazine (4:1) metode skoring dan dianalisis menggunakan
sebanyak 0,1ml tiap tikus. Ditunggu selama 1- uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney.
1,5 jam dari penyuntikan/setengah dari
duration of action, lalu dilakukan pencabutan HASIL
gigi insisif kiri rahang bawah mennggunakan
tang modifikasi dan elevator. Cuci lubang gigi Data yang diperoleh dari hasil
dengan kalsium klorida 10% dengan penelitian ditabulasi dan dianalisis secara
menggunakan jarum suntik dan kateter plastik deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh
tipis sampai perdarahan berhenti. Masukkan gambaran distribusi dan peringkasan data guna
bola steril yang terbuat dari serat karbon memperjelas penyajian hasil, kemudian
kedalam tabung yang berisi S. aureus (strain dilakukan uji hipotesis menggunakan statistik
VT668,2 miliar sel mikroba dalam I milliliter) analitik dengan taraf signifikansi 95%
dengan tujuan agar bakteri menempel pada (p=0,05) dengan menggunakan program SPSS
bola steril. Kemudian masukkan bola tersebut versi 17.
kedalam lubang gigi yang dicabut kemudian
dilakukan irigasi dengan larutan antiseptik
atau saline steril. Pada soket pasca pencabutan
dan ditunggu selama 28 hari untuk terjadinya
Osteomielitis. Setelah dipastikan terjadi
komplikasi tersebut, masing-masing tikus
diberi perlakuan yang berbeda sesuai
kelompoknya.
Pada hari ke 37 setelah perlakuan, tikus
dieuthanasia dan dibiopsi untuk mengambil
rahang bawah kiri, Kemudian organ difiksasi
dalam larutan buffer formalin dan dilunakkan
dengan EDTA. Hewan coba yang telah
dilakukan dekaputasi lalu dikuburkan.
Mandibula yang telah difiksasi dalam
larutan buffer formalin
5
Tabel 1. Hasil uji statistik deskriptif modus Tabel 3. Hasil uji beda dengan Mann-
kepadatan kolagen kelompok perlakuan irigasi Whitney U kombinasi terapi antibiotik dan
Kelompok N Modus Clindamycin dengan pemberian ekstrak
K1 8 1 Nannochloropsis oculata terhadap peningkatan
K2 8 2 kepadatan kolagen
K3 8 2 osteomielitis mandibula
K4 8 2 Kelom Mod Kelom Mod
K5 8 3 pok us pok us p
40
0,03
K1 1 K2 2 7*
0,01
Kepadatan Kolagen pada Osteomielitis K3 2 3*
Mandibula 0,00
K4 2 2*
3 0,00
K5 3 0*
MODUS
2
1 1,00
0 K2 2 K3 2 0
0,28
K1K2K3K4K5
Gambar 2. Nilai skoring terbanyak jumlah K4 2 8
0,01
kepadatan kolagen pada masing-masing
K5 3 3*
kelompok
0,17
K3 2 K4 2 5
Pada hasil analisis Kruskal- Wallis 0,00
kelompok perlakuan irigasi, diperoleh nilai K5 3 4*
p=0,000* (p<0,05) yang artinya terdapat 0,04
perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan K4 3 K5 3 6*
pada semua kelompok. Keterangan *p<0,05
7
bakteri untuk melawan infeksi pada dan menghambat permeabilitas vaskuler.
osteomielitis mandibula. Pada dosis Senyawa flavonoid juga berfungsi untuk
200 mg dapat meningkatkan jumlah kepadatan membatasi pelepasan mediator inflamasi.
kolagen karena dengan dosis ekstrak Aktivitas antiinflamasi flavonoid dilakukan
Nannochloropsis oculata yang lebih besar melalui penghambatan siklooksigenase dan
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan lipoksigenase sehingga terjadi pembatasan
kepadatan kolagen pada osteomielitis jumlah sel inflamasi yang bermigrasi ke
mandibula. Berdasarkan hasil penelitian yang jaringan perlukaan. Selanjutnya reaksi
telah dilakukan diketahui bahwa inflamasi akan berlangsung lebih singkat dan
ekstrak Nannochloropsis kemampuan proliferatif dari TGF-β tidak
oculata mengandung senyawa aktif alkaloid, terhambat, sehingga proses proliferasi dapat
terpenoid dan flavonoid yang memiliki daya segera terjadi. Aktivitas
antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan yang flavonoid dalam
dapat mempercepat proses penyembuhan mempercepat proses penyembuhan luka
luka.8, 27 didukung juga oleh mekanisme antioksidan
Senyawa alkaloid memiliki mekanisme dalam melakukan penghambatan aktivitas
kerja penghambatan dengan cara mengganggu radikal bebas.7, 10
komponen penyusun peptidoglican pada sel Senyawa flavonoid masuk dalam
bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak kelompok polifenol, yang dikenal berpotensi
terbentuk secara utuh dan menyebabkan sebagai antioksidan berhubungan dengan
kematian sel tersebut. Didalam senyawa kemampuannya dalam melawan radikal bebas.
alkaloid juga terdapat gugus basa yang Antioksidan sebagai salah satu komponen
mengandung reaksi nitrogen yang akan utama dalam penyembuhan luka. Antioksidan
bereaksi dengan senyawa asam amino melawan kelebihan protease dan ROS
menyusun dinding sel bakteri dan DNA (reactive oxygen species) yang seringkali
bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya dihasilkan oleh akumulasi neutrofil di area
perubahan struktur dan susunan asam amino, luka dan melindungi inhibitor protease dari
sehingga akan menimbulkan perubahan kerusakan oksidatif. ROS bertanggung jawab
keseimbangan genetik pada rantai DNA terhadap kerusakan oksidatif dan penuaan dari
kemudian akan mengalami kerusakan yang makromolekul biologis seperti DNA,
akan mendorong terjadinya lisis sel bakteri karbohidrat dan protein. Peran flavonoid
yang akan menyebabkan kematian sel pada sebagai antioksidan dapat melindungi
bakteri sehingga reaksi inflamasi akan fibroblas dari kerusakan oksidatif. Apabila
berlangsung singkat yang menjadikan proses fibroblas terlindungi, maka kolagen akan
penyembuhan luka menjadi lebih cepat.19 disintesis secara optimal. Komponen hidroksil
Senyawa terpenoid memiliki potensi yang dimiliki oleh flavonoid pada reaktivitas
anti-inflamasi yang ada pada kandungan yang tinggi dapat menyebabkan radikal bebas
saponin. Mekanisme antiinflamasi pada menjadi tidak aktif yang berakibat pada
saponin dengan menghambat pembentukan aktivasi mediator
eksudat
inflamasi oleh radikal bebas dapat dihambat.18 DAFTAR PUSTAKA
Kandungan lain dari ekstrak
Nannochloropsis oculata sebagai antioksidan 1. Adiwenanto AW and Sutejo. 2007.
yang dapat berfungsi dalam proses Management of Osteomielitic Chronic
penyembuhan luka adalah Medical Patient at Dr. Kariadi
kandungan Omega Semarang in 2001-2005 Periods. Tesis,
eicosapantenoic acid (EPA) dan Universitas Diponegoro, Semarang.
docohexaenoic acid (DHA) yang termasuk Available from
asam lemak tidak jenuh jenis omega 3 (ω-3) http://eprints.undip.ac.id/22318/
(Putri, 2013). Kandungan tersebut berfungsi 2. Bagheri S and Jo C. 2008. Clinical
untuk mempercepat perbaikan jaringan yang Review of Oral and Maxillofacial
rusak dan menghalangi pembentukan Surgery. Georgia: Mosby-Elsevier. P.
prostaglandin penyebab radang tinggi. Omega 92.
3 mempengaruhi produksi PGE2, yang dapat 3. Bayu A. 2009. Hutan mangrove
meningkatkan regulasi produksi kolagen. sebagai salah satu sumber produk alam
Omega 3 menyebabkan peningkatan sintesis laut. Jakarta : Pusat Penelitian
kolagen dengan cara menurunkan faktor PGE2 Oseanografi- LIPI. Oseana, 34(2): 23-
(Damaiyanti, 2012). 15.
Karotenoid
4. Cawson R and Odell E. 2008.
mempengaruhi regulasi pertumbuhan sel, dan
Cawson’s Essentials of Oral Pathology
memodulasi ekspresi gen dan respon
and Oral Medicine. Philadelphia:
kekebalan tubuh. (Daniel, 2008). Phyoocyanin
Churchill Livingstone–Elsevier. P. 102-
protein kompleks yang terdapat lebih dari 20%
99.
dalam seluruh berat kering, adalah pigmen
5. Collier M. 2003. Understanding
terpenting dalam spirulina. Pigmen inilah
Wound Inflamation. Boston, 99: 63.
yang berperan sebagai antioksidan.3,6, 9, 10
Available from
Berdasarkan hasil pembahasan di atas
http://www.nursingtimes.net/home/clini
dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan
c al-zones/wound-care/understanding-
clindamycin saja hanya dapat
wound-inflammation/205361.article
menghambat pertumbuhan
6. Damaiyanti. 2012. Aplikasi Ektrak Air
bakteri tetapi tidak dapat meningkatkan
Teripang Emas (Stichopus hermani)
jumlah kepadatan kolagen secara signifikan.
Sebagai Akselerator Fibroblas dan
Sedangkan kelompok perlakuan clindamycin
Kolagen tipe I Ulkus Traumatikus
dengan kelompok kombinasi clindamycin
Mukosa Rongga Mulut Tikus Wistar.
dengan ekstrak Nannochloropsis oculata 200
Tesis, Universitas Airlangga, Surabaya.
mg terjadi peningkatan kepadatan kolagen
7. Darsana. 2012. Potensi Daun Binahong
secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak
(Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis)
Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg.
dalam Menghambat Pertumbuhan
Hal ini disebabkan pada kelompok kombinasi
Bakteri Escheria Coli secara In Vitro.
ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg
Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan,
terdapat pengobatan tambahan dari efek
Universitas Udayana, Denpasar. H.
clindamycin sebagai antibakteri dan kombinasi
346.
clindamycin dengan ekstrak Nannochloropsis
8. Fadhilah A. 2013. Daya Hambat
oculata yang mengandung senyawa alkaloid,
Ekstrak Nannochloropsis oculata
terpenoid, dan flavonoid yang mana terdapat
Terhadap Pertumbuhan Bakteri
daya antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan
Enterococcus faecalis. Skripsi, Fakultas
yang dapat mempercepat proses penyembuhan
Kedokteran Gigi, Universitas Hang
luka.
Tuah, Surabaya.
H. 56
9. Fretes H, Susanto, Prasetyo B, Livingstone: Elsevier, p. Topazian RG,
Limantara. 2012. Karotenoid dari 2002. Oral and Maxillofacial
th
Makroalgae dan Mikroalgae: Potensi Infections. 4 ed., Philadelphia: W.B
Kesehatan Aplikasi dan Bioteknologi. Saunders. P. 226-214.
J.Teknol dan Industri Pangan, 23(2): 17. Peterson LJ. 2004. Principles of Oral
223-222. and Maxillofacial Surgery. 2nded.,
10. Indraswary R. 2011. Efek Konsentrasi London: BC Decker Inc. P. 322-313.
Ekstrak Konsentrasi Ekstrak Buah 18. Raras T M, Dewi D S.L.I, Nugraheny.
Adas (Foeniculum vulgare Mill) 2008. Efek Pemberian Ekstrak Daun
Topikal Pada Epitalisasi Penyembuhan Sirih (Piper betle Linn) Terhadap
Luka Gingiva Labial Sprague Dawley Optimalisasi Kepadatan Kolagen Luka
In Vivo. Majalah Sultan agung, 59(1): Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih
124. (Rattus novergicus)
11. Jewets, M, adelsberg’s. 2005. 19. Strain Wistar. Fakultas
Mikrobiologi Kedokteran Alih Bahasa Kedokteran Universitas Brawijaya.
bagian Mikrobiologi Fakultas Available from
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. http://webcache.googleusercontent.com
H. 225-224. /s earch?
12. Kafaie S, Loh SP, Muhtarrudin N. q=cache:RCi9jKJtYocJ:old.fk.ub.a
2012. Acute and Sub-chronic c.id/artikel/id/filedownload/keperawata
Toxicological Assessment of n/ MAJALAH_Ni%2520Wayan
Nannochloropsis oculata in Rats. %2520Septi
African Journal of Agricultural %2520Nugraheny_0910720008.pdf+&cd
Research, 7(7): 1220-1225. Available =1&hl=id&ct=clnk.
from 20. Rinawati ND. 2011. Daya antibakteri
www.academicjournals.org/ajar/pdf/pdf tumbuhan majapahit (Crescentia cujete
2 012/19Feb/Kafaieetal.pdf.Diakses I) terhadap bakteri Vibrio alginolyticus.
4 April 2013. Tugas akhir, Jurusan Biologi, Fakultas
13. Konjevic et al. 2011. Prevalence of Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,
Mandibular Osteomyelitis in Roe Deer Institut Teknologi Sepuluh November,
(Capreolus Capreolus)in Slovenia. Surabaya. H. 9.
Journal of wildlife disenses, 47(2): 21. Rizka, Budipramana, Fauziah. 2008.
400- Kepadatan Kolagen Tipe 1 Pada Luka
393. Available Operasi Tikus Wistar Yang Mengalami
from Anemia Karena perdarahan Akut.
http://www.torna.do/s/Prevalence-of- Jurnal. Fakultas Kedokteran Gigi
mandibular-osteomyelitis-in-roe-deer- Universitas Airlangga, Surabaya.
Capreolus-capreolus-in-Slovenia/ 22. Selvendran, 2013. Studies On
Peterson LJ, 2004. Principles of Oral Antimicrobial Compounds From
and Maxillofacial Surgery. 2nded., Selected Marine Phytoplanktons.
London: BC Decker Inc. P. 322-313. 4(2):876-888. Available from
14. Kusumawati D. 2004. Biologi Hewan http://www.ijpbs.net/cms/php/upload/2
Coba. Bersahabat Dengan Hewan 20 0_pdf.pdf. Diakses 15 Augustus
Coba. Yogyakarta: Gajah Mada 2013.
University Press. H. 20. 23. Smeltzer and Gillapsy. 2000. Molecular
15. Novriansyah R. 2008. Perbedaan Pathogenesis of Staphylococcal
Kepadatan Kolagen di Sekitar Luka Osteomyelitis. Department of
Insisi Tikus Wistar yang Dibalut Kasa Microbiology and Immunologi,
Konvensional dan Penutup Oklusif University of Arkansas of Medical
Hidrokoloid Selama 2 dan 14 hari. Sciences, Little Rock, Arkansas.
Tesis, Universitas Diponegoro, 24. Spagnolo, Greco F, Ciolli R L, Teti A,
Semarang. H. 20-17. Posteraro P. 1993. Chronic
16. Pedlar J, Frame JW. 2001. Oral and Stapylococcal osteomyelitis: a new
Maxillofacial Surgery. Churchill experimental rat model, 61(12):5225
available from http://iai.asm.org/.
Diakses 4 April 2013.
25. Sucahyo B. 2005. Peranan Terapi
Oksigen Hiperbarik pada
Perkembangan Penanganan Kasus-
kasus Kedokteran Gigi. Majalah
kedokteran gigi. Edisi khusus temu
ilmiah IV 11-13: 388.
26. Sudibyo. 2009. Metodologi Penelitian.
Aplikasi Penelitian Bidang Kesehatan.
Surabaya: Unesa University Press. H.
106-105.
27. Topazian RG. 2002. Oral and
Maxillofacial Infections. 4thed.,
Philadelphia: W.B Saunders. P. 226-
214.
28. Yanuhar U. 2011. Pengaruh Pemberian
Bahan Aktif Ekstrak Nannochloropsis
oculata Terhadap Kadar Radikal Bebas
Pada Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes
altivelis) Yang Terinfeksi Bakteri
Vibrio alginolyticus. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, Vol (1): 2.
Available from
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/J
IP K/article/download/599/599. Diakses
15