Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA OSTEOMIELITIS

Disusun Oleh
SRIYANI, S.Kep
2020032087

Mengetahui

CI Institusi CI Lahan Praktek

Ns. Roganda Situmorang, M.Kep Rosmawati, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOMIELITIS

A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau proses spesifik
(m.tuberkulosa, jamur).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih
sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis
eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang
dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik.
2. Anatomi Fisiologi
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk
pada tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung
dan melindungi lunak organ, terutama dalam tengkorak dan panggul.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat
untuk melekatkan otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur dan fosfat.
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatkan otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh.
Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur
kalsium dan fhosfat. Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang.
Tulang adalah jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam
kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku., Tetapi sepertiga dari bahan
tersebut adalah fibrosa yang kuat dan elastis.
Tulang ekstrimitas bawah atau anggota gerak bawah kontrol pada
batang tubuh dengan perantara gelang panggul terdiri dari 31 pasang antra
lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula, patella, tarsalia, meta tarsalia,
dan falang.
Sistem muskuloskeletal adalah penunjang bentuk tubuh dan peran
dalam pergerakan. Sistem terdiri dari tulang sendi, rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur
tersebut. Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis
sel antara lain: osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun
tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai matriks
tulang dan jaringan osteoid melalui suatu proses yang di sebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
mengsekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peran
penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.
Ostesit adalah sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteklas adalah sel-sel besar
berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat di
absorbsi. Tidak seperti osteblas dan osteosit, osteklas mengikis tulang. Sel-
sel ini menghsilkan enzim-enzim proteolotik yang memecahkan matriks
dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan
fosfat terlepas ke dalam aliran darah
3. Etiologi
Osteomielitis hematogen akut dapat disebabkan oleh:
a. Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak
90% dan jarang oleh Streptococcus hemolyticus
b. Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun
c. Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus
mirabilis, Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacterioides fragilis.
4. Patofisiologi
Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung
pada usia, daya tahan klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman.Infeksi
terjadi melalui saluran darah dari focus ditempat lain dalam tubuh pada fase
bakteremia dan dapat menimbulkan septikimia. Embulus infeksi kemudian
masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang.
Proses selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah
metafisis di sertai dengan pembentukan pus. Terbentuknya pus ketika
jaringan tulang tidak dapat bersekpensi,menyebabkan tekanan dalam tulang
meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang menyebabkan terjadinya
sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulng dan akhirnya
menyebabkan nekrosis tulang.disamping proses yang di sebutkan di atas,
pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam poreosteus
sepanjang deafisis (terutam pada anak-anak) sehingga terbentuk suatu
lingkungan tulang seperti peti mayat dengan jaringan sekuestrum di
dalamnya.proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua. Apabila pus
menembus tulang, terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang
yang di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada
tahap selanjutnya, penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang
kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronis.
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis osteomeilitis hematogen bergantung pada stadium
fotogenesis penyakit. Osteomeilitis hematogen berkembang secara
cepat.pada keadaan ini, mungkin dapat ditemukan infeksi bakteri pada kulit
dan saluran nafas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri konstan pada daerah
infeksi atau nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan. Gejala timbul akibat bakteremia dan septikimia yang berupa
nafas tinggi, malaise, serta nafsu makan yang berkurang. Pada orang
dewasa, lokasi infeksi nya biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal
yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urogolis dan dapat di
temukan riwayat diabetes militus, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau
pengobatan dengan imunosupresif. Oleh karena itu, riwayat tentang hal
tersebut perlu ditanyakan.
6.
6. Pathway Keperawatan
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah; sel darah putih meningkat sampai 30.000 disertai


laju endap darah; pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus;
pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakterinya dan di ikuti
uji sensetivitas. Selain itu, harus diperiksa adanya penyakit anemia sel
sabit yang merupakan jenis osteomeilitis yang jarang terjadi.
Pemeriksaan feces; pemeriksaan feces untuk kultur dilakukan bila
trdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri. Pemeriksaan biopsy;
pemeriksaan di lakukan pada tempat yang di curigai. Pemeriksaan
ultra sound; pemeriksaan ini dapat memperlihatkan efusi pada sendi.
b. Pemeriksaan radiologi; Pada pemeriksaan foto polos sepuluh hari
pertama, tidak di temukan kelainan radiologis yang berarti, dan
mungkin hanya di temukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran
destruksi tulang dapat dilihat setelah sepuluh hari (2 minggu).
Pemeriksaan radioisotope akan memperlihatkan penangkapan isotop
pada daerah lesi.
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infus
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotikspektrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun
gram negatif diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah
secara parenteral selama 3-6 minggu.
e. Imobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan
Indikasi untuk melakukan tindakan pembedahan ialah :
1) Adanya abses
2) Rasa sakit yang hebat
3) Adanya sekuester
4) Bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan
(karsinoma epedermoid). saat yang terbaik untuk melakukan
tindakan pembedahan adalah bila involukrum telah cukup kuat
untuk mencegah terjadinya fraktur pasca pembedahan.
9. Komplikasi
Osteomielitis yang tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain:
a. Kematian tulang atau osteonekrosis. Infeksi pada tulang yang
menghambat sirkulasi darah di dalam tulang. Kondisi ini bisa berujung
pada kematian tulang.
b. Artritis septik. Infeksi di dalam tulang yang bisa menyebar ke sendi
terdekat.
c. Kanker kulit. Kondisi ini dapat menyebabkan luka terbuka dan
mengeluarkan nanah. Kulit di sekitarnya berisiko lebih tinggi terserang
kanker sel skuamosa.
d. Gangguan pertumbuhan. Gangguan pada anak ini bisa terjadi jika
osteomielitis terjadi di daerah yang lebih lunak (lempeng
pertumbuhan), di kedua ujung tulang panjang lengan dan kaki.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (misal: nyeri local,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus
disertai nyeri, pembengkakan, dan demam sedang. Pasien dikaji adanya
factor resiko (misal: lansia, diabetes, terapi kostikoroid jangka panjang)
dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Pasien selalu
menghindar dari tekanan di daerah tersebut dan melakukan gerakan
perlindungan. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan
umum akaibat reaksi sistemik infeksi.
Pemerikasaan fisik memperlihatkan adanya daerah imflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang disertai nyeri tekan. Cairan purulen
dapat terlihat. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh. Pada
osteomielitis kronik, peningkatan suhu tubuh mingkin minimal, yang
terjadi pada sore dan malam hari.
Pengumpulan data, baik subjektif maupun objektif pada klien
gangguan sistem musculoskeletal karena osteomielitis bergantung pada
lokasi dan adanya komplikasi pada tulang. Pengkajian keperawatan
osteomielitis meliputi anamnesis riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan diagnostik, dan pengkajian psikososial.
a. Anamnesis.
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui:
1) Identitas: nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomer register, tanggal masuk rumah sakit, dan
agnosis medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus
osteomielitis adalah nyeri hebat. Untuk memperolehpengkajian
yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan
metode PQRST:
 Provoking Incident: Hal yang menjadi factor presipitasi
nyeri adalah proses supurasi pada bagian tulang. Trauma,
hermatoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan
salah satu factor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut
 Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
bersifat menusuk.
 Region, Radiation, Relief: Nyeri dapat reda dengan
imobilisasi atau istirahat, nyeri tidak menjalar atau
menyebar.
 Severity (Scale) of Pain: Nyeri yang dirasakan klien secara
subjek antara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
 Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah bentuk pada malam hari atau siang hari.
2) Riwayat penyakit sekarang. Kaji adanya riwayat trauma faktur
terbuka (kerusakan pembuluh darah, edema, hematoma, dan
hubungan fraktur dengan dunia luar sehingga pada fraktur
terbuka umumnya terjadi infeksi), riwayat operasi tulang dengan
pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal (invasi bakteri
disebabkan oleh lingkungan bedah) dan pada osteomielitis
kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya proses supurasi di tulang.
3) Riwayat penyakit dahulu. Ada riwayat infeksi tulang, biasanya
pada daerah vertebra torako-lumbal yang terjadi akibat
torakosentesis atau prosedur urologis. Dapat ditemukan adanya
riwayat diabetes mellitus, malnutrisi, adiksi obat-obatan,
pengobatan dengan imunosupresif.
4) Riwayat psikososial spiritual. Perawat mengkaji respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam
kluarganya serta masyarakat, respons atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam
masyarakat. Pada kasus osteomielitis akan timbul ketakutan
terjadi kecacatan dank lien harus menjalani penatalaksanaan
kesehatan untuk membantu penyembuhan tulang. Selain itu,
pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup klien seperti
penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu mtabolisme
kalsium, konsumsi alcohol yang dapat mengganggu
keseimbangan, dan apakah klien melakukan olahraga. Klien
akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat
karena klien menjalani rawat inap. Dampak yang timbul pada
klien ostiomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat
prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu
melaksanakan aktifitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan citra diri)
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
1) Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis
yang bergantung pada keadaan klien).
2) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan
pada kasus osteomielitis biasanya akut).
3) Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan
komplikasi septikimia.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
a. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang
baru dan pengeluaran pus
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kemampuan pergerakan
c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan proses
pembentukan tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan
penekanan lokal.
d. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit
e. Defisit Perawatan Diri
3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan: ❖ Pain Level, 1. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, ❖ pain control, 2. Beri tindakan non farmakologi unt
psikologis), kerusakan jaringan ❖ comfort level menghilangkan sakit kepala, misaln
Setelah dilakukan tinfakan kompres dingin pada dahi, pijat punggung d
DS: keperawatan selama …. Pasien leher.
- Laporan secara verbal tidak mengalami nyeri, dengan 3. Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontri
DO: kriteria hasil: yang dapat meningkatkan sakit kepala
- Posisi untuk menahan nyeri 1. Mampu mengontrol nyeri mengejan saat BAB, batuk panjang, d
- Tingkah laku berhati-hati (tahu penyebab nyeri, membungkuk.
- Gangguan tidur (mata sayu, mampu menggunakan 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuh
tampak capek, sulit atau tehnik nonfarmakologi 5. Beri cairan, makanan lunak. Biarkan kl
gerakan kacau, menyeringai) untuk mengurangi nyeri, itirahat selama 1 jam setelah makan.
- Terfokus pada diri sendiri mencari bantuan) 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pember
- Fokus menyempit (penurunan 2. Melaporkan bahwa nyeri obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
persepsi waktu, kerusakan berkurang dengan
proses berpikir, penurunan menggunakan manajemen
interaksi dengan orang dan nyeri
lingkungan) 3. Mampu mengenali nyeri
- Tingkah laku distraksi, contoh : (skala, intensitas, frekuensi
jalan-jalan, menemui orang lain dan tanda nyeri)
dan/atau aktivitas, aktivitas 4. Menyatakan rasa nyaman
berulang-ulang) setelah nyeri berkurang
- Respon autonom (seperti 5. Tanda vital dalam rentang
diaphoresis, perubahan tekanan normal
darah, perubahan nafas, nadi 6. Tidak mengalami gangguan
dan dilatasi pupil) tidur
- Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan
dan minum
Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC
Berhubungan dengan : ❖ Joint Movement : Active Latihan Kekuatan
- Gangguan metabolisme sel ❖ Mobility Level
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada klie
- Keterlembatan perkembangan ❖ Self care : ADLs
- Pengobatan ❖ Transfer performance untuk melakukan program latihan secara rutin
- Kurang support lingkungan Setelah dilakukan tindakan Latihan untuk ambulasi
- Keterbatasan ketahan keperawatan 1. Ajarkan teknik ambulasi & perpindaha
kardiovaskuler selama….gangguan mobilitas yang aman kepada klien dan keluarga.
- Kehilangan integritas struktur fisik teratasi dengan kriteria 2. Sediakan alat bantu untuk klien seper
tulang hasil: kruk, kursi roda, dan walker
- Terapi pembatasan gerak ❖ Klien meningkat dalam
aktivitas fisik 3. Beri penguatan positif untuk berlati
- Kurang pengetahuan tentang
kegunaan pergerakan fisik ❖ Mengerti tujuan dari mandiri dalam batasan yang aman.
- Indeks massa tubuh diatas 75 peningkatan mobilitas Latihan mobilisasi dengan kursi roda
tahun percentil sesuai dengan ❖ Memverbalisasikan 1. Ajarkan pada klien & keluarga tentang car
usia perasaan dalam pemakaian kursi roda & cara berpinda
- Kerusakan persepsi sensori meningkatkan kekuatan dari kursi roda ke tempat tidur ata
- Tidak nyaman, nyeri dan kemampuan
sebaliknya.
- Kerusakan muskuloskeletal dan berpindah
neuromuskuler ❖ Memperagakan 2. Dorong klien melakukan latihan untu
- Intoleransi aktivitas/penurunan penggunaan alat Bantu memperkuat anggota tubuh
kekuatan dan stamina untuk mobilisasi (walker) 3. Ajarkan pada klien/ keluarga tentang car
- Depresi mood atau cemas penggunaan kursi roda
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot,
kontrol dan atau masa
- Keengganan untuk memulai
gerak
- Gaya hidup yang menetap,
tidak digunakan,
deconditioning
- Malnutrisi selektif atau umum
DO:
- Penurunan waktu reaksi
- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan gerakan (penurunan
untuk berjalan, kecepatan,
kesulitan memulai langkah
pendek)
- Keterbatasan motorik kasar dan
halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan disertai nafas pendek
atau tremor
- Ketidak stabilan posisi selama
melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kecemasan NOC : NIC
berhubungan dengan - Kontrol kecemasan Penurunan kecemasan
Faktor keturunan, Krisis - Koping
1. Tenangkan klien
situasional, Stress, perubahan Setelah dilakukan asuhan
status kesehatan, ancaman selama ……………klien 2. Berikan informasi tentang
kematian, perubahan konsep diri, kecemasan teratasi dgn kriteria diagnosa prognosis dan tindakan
kurang pengetahuan dan hasil: 3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
hospitalisasi ❖ Klien mampu pada tingkat kecemasan
mengidentifikasi dan 4. Gunakan pendekatan dan
DO/DS: mengungkapkan gejala sentuhan
- Insomnia cemas
- Kontak mata kurang ❖ Mengidentifikasi, 5. Temani pasien untuk mendukung
- Kurang istirahat mengungkapkan dan keamanan dan penurunan rasa takut
- Berfokus pada diri sendiri menunjukkan tehnik untuk 6. Sediakan aktifitas untuk menurunka
- Iritabilitas mengontol cemas ketegangan
- Takut ❖ Vital sign dalam batas
- Nyeri perut normal
7. Intruksikan kemampuan klien untu
- Penurunan TD dan denyut nadi ❖ Postur tubuh, ekspresi menggunakan teknik relaksasi
- Diare, mual, kelelahan wajah, bahasa tubuh dan
- Gangguan tidur tingkat aktivitas
- Gemetar menunjukkan
- Anoreksia, mulut kering berkurangnya kecemasan
- Peningkatan TD, denyut nadi,
RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kerusakan integritas jaringan NOC : NIC
berhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin and Manajemen tekanan
Eksternal : Mucous Membranes
1. Anjurkan pasien untuk
- Hipertermia atau hipotermia Wound Healing : primer dan
- Substansi kimia sekunder menggunakan pakaian yang longgar
- Kelembaban Setelah dilakukan tindakan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
- Faktor mekanik (misalnya : keperawatan selama….. 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
alat yang dapat menimbulkan kerusakan integritas kulit dan kering
luka, tekanan, restraint) pasien teratasi dengan kriteria 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Immobilitas fisik hasil: setiap dua jam sekali
- Radiasi ❖ Integritas kulit yang baik 5. Monitor kulit akan adanya
- Usia yang ekstrim bisa dipertahankan
kemerahan
- Kelembaban kulit (sensasi, elastisitas,
- Obat-obatan temperatur, hidrasi, 6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
Internal : pigmentasi) 7. Monitor status nutrisi pasien
- Perubahan status metabolik ❖ Tidak ada luka/lesi pada 3. Memandikan pasien dengan sabun dan air
- Tonjolan tulang kulit hangat
- Defisit imunologi ❖ Perfusi jaringan baik
- Berhubungan dengan dengan ❖ Menunjukkan
perkembangan pemahaman dalam proses
- Perubahan sensasi perbaikan kulit dan
- Perubahan status nutrisi mencegah terjadinya
(obesitas, kekurusan) sedera berulang
- Perubahan status cairan ❖ Mampu melindungi kulit
- Perubahan pigmentasi dan mempertahankan
- Perubahan sirkulasi kelembaban kulit dan
- Perubahan turgor (elastisitas perawatan alami
kulit) ❖ Menunjukkan terjadinya
proses penyembuhan luka
DO:
- Gangguan pada bagian tubuh
- Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
- Gangguan permukaan kulit
(epidermis)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kemempuan klien untuk 1. Men
keperawatan, defisit perawatan perawatan diri yang mandiri. untu
berhubungan dengan hambatan
diri teratas dengan kriteria 2. Sediakan bantuan sampai klien 2. Mem
dalam beraktifitas hasil: mampu secara utuh untuk seca
1. Klien terbebas dari bau melakukan self-care. 3. Mem
badan 3. Dorong untuk melakukan secara mel
DS: 2. Menyatakan kenyamanan mandiri, tapi beri bantuan ketika
terhadap kemampuan klien tidak mampu
 Klien mengatakan selama di
untuk melakukan ADLs melakukannya.
RS belum pernah mandi, cuci
3. Dapat melakukan ADLS
rambut.
dengan bantuan

DO :
 Keadaan umum lemah
 Tercium aroma kurang sedap
dari pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, 2017. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Medika

Muttaqin. 2015. Buku Saku Gangguan Mulskuloskeletal Aplikasi pada Praktik Klinik
Keperawatan. Jakarta (ID): EGC.

NANDA - I. 2018. Buku Diagnosa Keperawatan Nanda. Definisi dan Klasifikasi.


Jakarta (ID): EGC

Rasjad. 2017. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta (ID): PT.Yarsif Watampone

Wijaya. 2016. Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta (ID): Nuha


Medika.
ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN DIAGNOSA OSTEOMIELITIS

Disusun Oleh
SRIYANI, S.Kep
2020032087

Mengetahui

CI Institusi CI Lahan Praktek

Ns. Roganda Situmorang, M.Kep Rosmawati, S.Kep., Ns

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. DATA DEMOGRAFI
 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. H
Umur : 38 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Tani
Alamat : Ds. Lembah Mukti
Diagnosa medis : Post Op Remove Inplant
No. Register : 10-20-56
Tanggal MRS : 26-02-2021
Ruang / Kelas : Teratai/III
Tgl Pengkajian : 09 Maret 2021 (11.00 WITA)

 IDNTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. T
Umur : 23 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRS
Alamat : Ds. Lembah Mukti
Hubungan : Istri

2. KELUHAN UTAMA
Nyeri pada kaki kanan bekas operasi.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Februari 2021 dengan keluhan
nyeri pada kaki sebelah kanan. Klien mengatakan akibat tertimpa pohon.
Keluhan di rasakan sejak kurang lebih 8 bulan lalu.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 9 maret 2021 klien mengatakan
nyeri pada bekas luka operasi dibagian fibula sinistra
P: Klien mengatakan nyeri saat digerakan dan pada waktu diganti verban
Q: Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri bekas operasi
S: Skala nyeri 6
T: Klien mengatakan nyeri hilang timbul pada saat digerakan
Pada saat dikaji, klien juga tampak cemas dengan proses penyembuhannya
dan klien tampak kesulitan melakukan melakukan aktifitas. Ekspresi wajah
tampak meringis. Klien mengatakan sulit menggerakan tubuhnya. Terpasang
infus pada tangan kanan dan terpasang pen terbalut verban pada kaki kiri.

4. RIWAYAT KESEHATAN LALU


a. Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
b. Klien mengatakan imunisasi saat bayi lengkap
c. Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi baik makanan maupun obat-
obatan
d. Klien mengatakan tidak pernah mengalami prosedur operasi sebelumnya
e. Klien mengatakan pernah mengkonsumsi obat antibiotik (Amoxilin) tanpa
resep dokter

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti yang dialami klien saat ini ataupun penyait keturuna lainya.
Genogram:
A B

C D

Keterangan:
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= Tinggal serumah
A = Orang tua dari klien
B = Orang tua dari istri klien
C = Saudara klien
D = Saudara istri klien
E = Anak klien

6. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
a. Klien tinggal di tempat yang cukup padat penduduk. Klein mengikuti
kegiatan sosial dilingkunganya
b. Hubungan klien dengan lingkungan sekitar tempat tinggal baik, dan klien
puas dengan keadaan dirinya apa adanya.
c. Klien mengatakan semua biaya dirinya di RS di tanggung oleh BPJS yang
klien miliki.
d. Klien mengatakan bahwa klien menerima keadaan penyakitnya yang
diderita saat ini.

7. RIWAYAT SPIRITUAL
Klien melakukan ibadah atau sholat saat di rumah dan saat dirumah sakit klien
tidak pernah sholat.
8. AKTIVITAS SEHARI-HARI
KEGIATAN ADL DIRUMAH ADL DI RS
Pemenuhan nutrisi :
Makan dan Minum Nasi putih + lauk Makan bubur
Air putih Air putih, susu
Porsi 3x sehari 3-4 sendok makan/hari
1 piring sedang 3-4 gelas sehari
3-4 gelas sehari
Kesukaan Minum teh dan biskuit Tidak ada
Kesulitan Tidak ada Muntah saat makan

Eliminasi
BAK
Frekuensi 2-3 kali/hari 1600cc (terpasang
kateter)
Warna kuning kuning
Bau khas khas

BAB
Frekuensi 1-2 kali sehari
Warna kuning kuning
Bau lunak lunak
Kesulitan Tidak ada Jarang BAB selama
dirawat
Istirahat dan Tidur
Waktu 21.00 - 05.00 23.00- 03.30
Lama tidur 7-8 jam 4-5 jam
Kesulitan Tidak ada Ada kesulitan tidur
karena nyeri yang
dirasakan
Personal Hygine
Mandi 2x sehari Sejak dirawat
Belum pernah mandi
Cuci rambut Tidak menentu Belum pernah cuci
rambut sejak dirawat
Sikat gigi 1x sehari Belum pernah sikat
gigi sejak dirawat
Potong kuku 2x seminggu Sejak dirawat tidak
pernah potong kuku
9. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. GCS : E: 4 M: 6 V: 5
d. Tinggi Badan : 160 cm
e. Berat Badan : 68 kg
f. Ekspresi wajah : wajah klien tampak meringis menahan nyeri
g. TTV : S : 36,5 0 C
N : 80 x/Menit
R : 20x/menit
TD : 110/70 mmHg
h. Sistem pernafasan :
Inspeksi :
bentuk hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada pernapasan cuping
hidung, bentuk dada simetris kiri dan kanan,tidak terdapat retraksi dinding
dada tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, dengan frekuensi
pernafasan 20x/menit.
Palpasi :
Vocal fremitus klien teraba saat klien mengatakan satu satu,tidak ada nyeri
tekan,
Perkusi :
Saat diperkusi bunyi paru sonor.
Auskultasi :
Suara nafasa vesiculer , tidak ada bunyi nafas tambahan.
i. Sistem integumen
Inspeksi :
Warana kulit sawo matang ,suhu 36,5oC, rambut beruban keadaan rambut
lepek da berminyak
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan dan kulit lengket
j. Sistem pengindraan
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan,sclera tidak ikterus, gerakan bola
mata baik, kpnjungtiva tidak anemis, klien rabun jauh, pada hidung klien
dapat membedakan bau, telinga masih bisa mendengar dengan baik
Palpasi :
Tidak terdapat benjolan/massa pada mata hidumh dan telinga,
k. Sistem kardiovaskuler :
Inspeksi :
tidak terdapat sianosis
Palpasi :
CRT < 2 detik, tidak ada pembesaran arteri karotis, frekuensi nadi 80x/
menit, konjungtiva tiak anemis, akral teraba hangat.
Auskultasi :
Tekan darah 110/70 mmHg , bunyi jantung S1 dan S2 murni.
l. Sistem pencernaan
Inspeksi :
Jumlah gigi tidak lengkap, gigi tampak kotor, tampak luka operasi yang
tertutup verban di bagian peruh bawah sebelah kiri,terpasang drain
Palpasi :
Nyeri tekan pada abdomen dengan sala 6
Auskultasi : bisisng usus 8x/menit
Perkusi : bunyi timpani
m. Sistem Syaraf
1) Funsgi Cerebral
Status mental baik
Kesadaran Composmentis dengan GCS 15
2) Fungsi Cranial
Seluruh fungsi nervus cranial tidak ada kelainan
n. Sistem muskuloskeletal
Ekstremitas atas : ekstremitas kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi, pada
tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/menit, tampak lemah untuk
bergerak
Ekstremitas bawah : ekstremitas kiri terdapat luka operasi terbalut verban
dan susah digerakan.

5 5

5 2

o. Sistem perkemihan : warana urin kuning, volume urin 1600/hari cc.

10. PENGOBATAN :
a. IVFD RL 0,9 % 20 tetes/menit
b. Cefazolin 1Gr/12 J/IV
c. Gentamicin 1 Amp/12 J/IV
d. Ketorolac 1 Amp /8 J/IV
e. Ranitidin 1 Amp/12 J/IV

11. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Ro : Thorax dan Foto cruris sisnistra Ap/Lat
b. Pemeriksaan Laboraturium:
WBC: 7,2 ul RBC: 4,71 ul HgB: 14,4 gr/dl HCT: 4,1%
MCV: 87,3 fl MCH: 30.6 pg MCHC: 35,0 gr/dl
RDW-CW: 13,4% RDW-SD: 46,8 fl PLT: 361 ul PCT:
0,22%
MPV: 6,2 fl Gluc: 135 mg/dl GOT: 22 u/l GPT: 18 u/l
Creat: 1,25 mg/ul Ur: 14,5 mg/ul HbSAg: Non Reaktif
Rapid ntigen Sars Cov: Non Reaktif
A. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Data Subyektif : Tindakan pembedahan Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri (remove inplant)

pada waktu digerakan dan Luka /jaringan rusak
ganti verban 
Pelepasan mediator
 Klien mengatakan nyeri
kimiawi (bradikinin,
pada kaki kiri bekas histamin, prostagladin)
operasi 
Saraf afferen
menerjemahkan stimulus
Data objektif : 
 Wajah klien tampak Stimulus di salurkan ke
Medula spinalis tempat
meringis
persepsi nyeri
 Terpasang infus di tangan 
kanan Organ target

 TD : 110/70 mmHG
Nyeri akut
R : 20 X/menit
N : 80 X/Menit
S : 36,5 0C

2. Data subyektif : Tindakan pembedahan Gangguan Mobilitas Fisik


 Klien mengatakan sulit (remove inplant)

menggerakan tubuhnya. Pemasangan pen

Nyeri saat bergerak
Data objektif : 
Pembatasan pergerakan
 Klien tampak kesulitan

melakukan aktifitas Gangguan Mobilitas
 Terpasang pen pada kaki Fisik
kiri.

5 5
5 2

3. Data subyektif Tindakan pembedahan Kecemasan


 Klien sering menanyakan (remove inplant)

tentang penyembuhan luka Perubahan status
operasinya. kesehatan

Ketidaktahuan
Data obyektif : 
Koping individu tidak
 Klien tampak cemas efektif

Kecemasan
4. Data subyektif : Tindakan pembedahan Defisit perawatan diri
Klien mengatakan selama di (remove inplant)

RS belum pernah mandi, cuci Kerusakan
rambut. muskuloskeletal

Hambatan dalam
Data obyektif : beraktifitas/mobilisasi

 Keadaan umum lemah Defisit perawatan diri
 Tercium aroma kurang
sedap dari pasien

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri (post operasi)
2. Gangguan mobiltas fisik berhubungan dengan pembatasan pergerakan
3. Kecemasan berhubungan dengan koping individu tidak efektif
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan hambatan dalam beraktifitas
C.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Nyeri akut 9-3-2021 Setelah dilakukan tinfakan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Memi
berhubungan dengan: keperawatan, Pasien tidak 2. Pertahankan tirah baring selama menin
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, Jam 11.00 mengalami nyeri, dengan fase akut. 2. Pening
psikologis) kriteria hasil: 3. Beri tindakan non farmakologi menye
7. Mampu mengontrol nyeri untuk menghilangkan nyeri, 3. Tindak
DS: (tahu penyebab nyeri, misalnya: relaksasi, distraksi, tarik vaskul
 Klien mengatakan nyeri pada mampu menggunakan nafas dalam. mengh
waktu digerakan dan ganti tehnik nonfarmakologi 4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai simpa
verban untuk mengurangi nyeri, kebutuhan mengh
 Klien mengatakan nyeri pada mencari bantuan) 5. Edukasi pasien kompl
kaki kiri bekas operasi 8. Melaporkan bahwa nyeri 6. Kolaborasi dengan dokter dalam 4. Aktivi
berkurang dengan pemberian obat analgetik vasoko
menggunakan manajemen 5. Eduka
Data objektif : nyeri peraw
 Wajah klien tampak meringis 9. Mampu mengenali nyeri inform
 Terpasang infus di tangan (skala, intensitas, frekuensi mengi
kanan dan tanda nyeri) sehing
 Skala nyeri 6 10. Menyatakan rasa nyaman keseha
 TD : 110/70 mmHG setelah nyeri berkurang 6. Analg
R : 20 X/menit 11. Tanda vital dalam rentang menur
normal simpa
N : 80 X/Menit 12. Tidak mengalami gangguan
S : 36,5 0C tidur
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Gangguan mobiltas fisik 9-3-2021 Setelah dilakukan tindakan Latihan Kekuatan 1. Pasien
keperawatan, gangguan 1. Ajarkan dan berikan dorongan melaku
berhubungan dengan pembatasan
Jam 11.00 mobilitas fisik teratasi dengan pada klien untuk melakukan 2. Mence
pergerakan kriteria hasil: 3. Memu
program latihan secara rutin
1. Klien meningkat dalam melaku
aktivitas fisik Latihan untuk ambulasi 4. Pasien
DS 2. Mengerti tujuan dari 2. Ajarkan teknik ambulasi & melaku
peningkatan mobilitas perpindahan yang aman kepada 5. Klien
 Klien mengatakan sulit klien dan keluarga.
3. Memverbalisasikan mobili
menggerakan tubuhnya.
perasaan dalam 3. Sediakan alat bantu untuk klien 6. Klien
meningkatkan kekuatan seperti kruk, kursi roda, dan anggot
DO : dan kemampuan walker 7. Klien
berpindah kekaku
 Klien tampak kesulitan 4. Beri penguatan positif untuk
4. Memperagakan memba
melakukan aktifitas penggunaan alat Bantu berlatih mandiri dalam batasan
 Terpasang pen pada kaki kiri. untuk mobilisasi (walker) yang aman.
Latihan mobilisasi dengan kursi
roda
5. Ajarkan pada klien & keluarga
tentang cara pemakaian kursi
roda & cara berpindah dari kursi
roda ke tempat tidur atau
sebaliknya.
6. Dorong klien melakukan latihan
untuk memperkuat anggota
tubuh
7. Ajarkan pada klien/ keluarga
tentang cara penggunaan kursi
roda
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Kecemasan berhubungan dengan 9-3-2021 Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat kecemasan dan 1. Menge
keperawatan, kecemasan reaksi fisik pada tingkat menen
koping individu tidak efektif
Jam 11.00 teratasi dgn kriteria hasil: kecemasan 2. Kecem
1. Klien mampu 3. Inform
2. Tenangkan klien
mengidentifikasi dan perawa
DS:
mengungkapkan gejala 3. Berikan informasi tentang inform
Klien sering menanyakan tentang cemas diagnosa prognosis dan tindakan mengid
2. Mengidentifikasi, 4. Gunakan pendekatan dan sehing
penyembuhan luka operasinya.
mengungkapkan dan sentuhan keseha
menunjukkan tehnik untuk 5. Temani pasien untuk 4. Empat
mengontol cemas mendukung keamanan dan dirasak
DO:
3. Vital sign dalam batas 5. Kecem
penurunan rasa takut
Klien tampak cemas normal 6. Pengal
4. Ekspresi wajah, bahasa 6. Sediakan aktifitas untuk dirasak
tubuh dan tingkat aktivitas menurunkan ketegangan 7. Mengu
menunjukkan 7. Intruksikan kemampuan klien
berkurangnya kecemasan
untuk menggunakan teknik
relaksasi
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/
Waktu/Tgl Tujuan dan Kriteria
Masalah Kolaborasi Intervensi
Hasil
Defisit perawatan diri 9-3-2021 Setelah dilakukan tindakan 4. Monitor kemempuan klien untuk 1. Mengeta
keperawatan, defisit perawatan perawatan diri yang mandiri. dalam
berhubungan dengan hambatan
Jam 11.00 diri teratas dengan kriteria 5. Sediakan bantuan sampai klien menentu
dalam beraktifitas hasil: mampu secara utuh untuk 2. Memuda
4. Klien terbebas dari bau melakukan self-care. aktifitas
badan 6. Dorong untuk melakukan secara 3. Memotiv
DS 5. Menyatakan kenyamanan mandiri, tapi beri bantuan ketika sehingga
terhadap kemampuan klien tidak mampu sendiri k
 Klien mengatakan selama di
untuk melakukan ADLs melakukannya.
RS belum pernah mandi, cuci
6. Dapat melakukan ADLS
rambut.
dengan bantuan

DO :
 Keadaan umum lemah
 Tercium aroma kurang sedap
dari pasien.
E. IMPEMENTASI
No Tanggal/
Implementasi Respon Klien Ttd
DK Jam
1 9-3-2021 1. Mengkaji tingkat S:
11.00 nyeri Klien masih mengeluh nyeri
2. Mempertahankan tirah pada daerah luka operasi
baring selama fase
akut. O:
3. Memberikan tindakan  Wajah klien masih
non farmakologi tampak meringis
untuk menghilangkan  Terpasang infus di
nyeri, misalnya: tangan kanan
relaksasi, distraksi,  Skala nyeri 6
tarik nafas dalam.  TTV
4. Membantu pasien TD : 110/70 mmHg
dalam ambulasi sesuai R : 20 X/menit
kebutuhan N : 80 X/Menit
5. Melakukan edukasi S : 36,5 0C
pasien
6. Mengkolaborasikan
dengan dokter dalam
pemberian obat
analgetik.

2 9-3-2021 1. Mengajarkan dan S:


11.00 berikan dorongan Klien mengatakan masih
pada klien untuk sulit menggerakan
melakukan program tubuhnya.
latihan secara rutin
2. Mengajarkan teknik O:
ambulasi dan  Klien masih tampak
perpindahan yang kesulitan melakukan
aman kepada klien aktifitas
dan keluarga.  Terpasang pen pada
3. Menyediakan alat kaki kiri.
bantu untuk klien
seperti kruk, kursi
roda, dan walker
4. Memberikan
penguatan positif
untuk berlatih mandiri
dalam batasan yang
aman.
5. Mengajarkan pada
klien & keluarga
tentang cara
pemakaian kursi roda
& cara berpindah dari
kursi roda ke tempat
tidur atau sebaliknya.
6. mendorong klien
melakukan latihan
untuk memperkuat
anggota tubuh
7. Mengajarkan pada
klien/ keluarga
tentang cara
penggunaan kursi roda
3 9-3-2021 1. Mengkaji tingkat DS:
11.00 kecemasan dan reaksi Klien masih menanyakan
fisik pada tingkat tentang penyembuhan luka
kecemasan operasinya.
2. Menenangkan klien
3. Memberikan DO:
informasi tentang Klien masih tampak cemas
diagnosa prognosis
dan tindakan
4. Menggunakan
pendekatan dan
sentuhan
5. Menemani pasien
untuk mendukung
keamanan dan
penurunan rasa takut
6. Menyediakan aktifitas
untuk menurunkan
ketegangan
7. Mengintruksikan
kemampuan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi
4. 9-3-2021 1. Memonitor S:
11.00 kemampuan klien Klien mengatakan selama di
untuk perawatan diri RS belum pernah mandi,
yang mandiri. cuci rambut.
2. Menyediakan bantuan
sampai klien mampu O:
secara utuh untuk  Keadaan umum lemah
melakukan self-care.  Tercium aroma kurang
3. Mendorong untuk sedap dari pasien
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
F. CATATAN PERKEMBANGAN (EVALUASI)
No Tanggal/
Catatan Perkembangan (S.O.A.P) Ttd
DK Jam
1 10-3-2021 S:
Klien mengatakan masih nyeri pada waktu
11.45 digerakan dan ganti verban

O:
 Wajah klien tampak meringis
 Terpasang infus di tangan kanan
 Skala nyeri 5
 TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C

A: Nyeri Akut

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik

2 10-3-2021 S:
Klien mengatakan masih sulit menggerakan
11.45 tubuhnya.

O:
 Klien tampak kesulitan melakukan aktifitas
 Terpasang pen pada kaki kiri

A: Gangguan Mobilitas Fisik

P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh

3 10-3-2021 S:
Klien masih menanyakan tentang
11.45 penyembuhan luka operasinya.

O:
 Klien tampak cemas

A: Kecemasan

P: lanjutkan intervensi
1. Tenangkan klien
2. Berikan informasi tentang diagnosa
prognosis dan tindakan
3. Gunakan pendekatan dan sentuhan
4. Temani pasien untuk mendukung
keamanan dan penurunan rasa takut
5. Intruksikan kemampuan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi

4 10-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu oleh
11.45 keluarga walaupun hanya menggunakan lap
basah

O:
 Keadaan umum masih lemah
 Aroma kurang sedap dari pasien sudah
berkurang
A: Defisit Perawatan Diri

P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.

No Tanggal/
Catatan Perkembangan (S.O.A.P) Ttd
DK Jam
1 11-3-2021 S:
Klien mengatakan masih nyeri pada waktu
10.00 digerakan dan ganti verban tapi sudah
berkurang

O:
 Terpasang infus di tangan kanan
 Skala nyeri 4
 TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C

A: Nyeri Akut

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik

2 11-3-2021 S:
Klien mengatakan masih sulit menggerakan
10.00 tubuhnya.

O:
 Klien tampak kesulitan melakukan aktifitas
 Terpasang pen pada kaki kiri

A: Gangguan Mobilitas Fisik

P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh
3 11-3-2021 S:
Klien sudah memahami mengenai proses
10.00 penyembuhan luka operasinya.

O:

A: Masalah Kecemasan teratasi

P: lanjutkan intervensi

4 11-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu oleh
10.00 keluarga walaupun hanya menggunakan lap
basah

O:
 Keadaan umum masih lemah
 Aroma kurang sedap dari pasien

A: Defisit Perawatan Diri

P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.

No Tanggal/
Catatan Perkembangan (S.O.A.P) Ttd
DK Jam
1 12-3-2021 S:
Klien mengatakan masih nyeri pada waktu
11.00 digerakan dan ganti verban tapi sudah
berkurang dari sebelumnya

O:
 Terpasang infus di tangan kanan
 Skala nyeri 4
 TTV:
TD. 120/80 mmHG
R. 20 X/menit
N. 80 X/Menit
S. 36,5 0C

A: Nyeri Akut

P: Lanjutkan Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut.
3. Beri tindakan non farmakologi untuk
menghilangkan nyeri, misalnya:
relaksasi, distraksi, tarik nafas dalam.
4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
5. Edukasi pasien
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik

2 12-3-2021 S:
Klien mengatakan sudah bisa menggerakan dan
11.00 melakukan aktifitas minimal.

O:
 Klien masih tampak kesulitan melakukan
aktifitas
 Terpasang pen pada kaki kiri

A: Gangguan Mobilitas Fisik

P: Lanjutkan intervensi
1. Ajarkan dan berikan dorongan pada
klien untuk melakukan program latihan
secara rutin
2. Ajarkan teknik ambulasi dan
perpindahan yang aman kepada klien
dan keluarga.
3. Beri penguatan positif untuk berlatih
mandiri dalam batasan yang aman.
4. Dorong klien melakukan latihan untuk
memperkuat anggota tubuh

4. 12-3-2021 S:
Klien sudah membersihkan diri dibantu oleh
11.00 keluarga walaupun hanya menggunakan lap
basah

O:
 Keadaan umum masih lemah
 Aroma kurang sedap dari pasien sudah
berkurang

A: Defisit Perawatan Diri

P: Lanjutkan intervensi
1. Monitor kemempuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri.
2. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
3. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
JURNAL KASUS
EFEKTIFITAS PERBANDINGAN KOMBINASI CLINDAMYCIN DAN
EKSTRAK NANNOCHLOROPSIS OCULATA TERHADAP PENINGKATAN
KEPADATAN KOLAGEN
PADA OSTEOMIELITIS

C. Analisis Jurnal
7. Pendahuluan
Osteomielitis merupakan proses peradangan dengan infeksi bakteri yang
terjadi pada tulang dan sumsum tulang. Infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh
infeksi yang disebabkan mikroorganisme odontogenik yang dominan yaitu
Staphilococcus aureus dan fraktur mandibula yang dapat terjadi akut maupun
kronis. Pada manusia, osteomielitis lebih sering terjadi pada mandibula karena lesi
bersifat lebih menyebar, aliran suplai darah pada mandibula kurang dan sering
terjadi pada bagian posterior dari mandibula.
Penanganan osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang orthopedi
karena membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama ,pengalaman yang cukup
dari dokter bedah, dan penanganannya sulit. Osteomielitis sulit untuk didiagnosis
dan belum ada pendekatan prospektif untuk mengidentifikasi sehingga
penyembuhannya cukup sulit, karena sering disertai kekambuhan dan eksaserbasi.
8. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian true experimental laboratories dengan
desain penelitian Post Test Only Control Group Design. Dalam desain ini
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Dalam desain ini baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol
dibandingkan. Kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan sedangkan kelas
kontrol tidak mendapatkan perlakuan.
9. Hasil
Terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan antara K1 dengan K2
(p=0,037), K1 dengan K3 (p=0,013), K1 dengan K4 (p=0,002), K1 dengan K5
(p=0,013), dan terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan antara K2
dan K5 (p=0,013). Tetapi tidak terdapat perbedaan kepadatan kolagen secara
signifikan antara K2 dan K3 (p=1,000), K2 dan K4 (p=0,288).
10. Pembahasan
Penelitian ini menggunakan tikus wistar putih (rattus novergicus strain wistar)
jantan dengan berat badan berkisar 150-200 gram dan berusia 3 bulan sebanyak 40
ekor. Pemilihan tikus wistar sebagai model hewan coba karena merupakan mamalia
yang mempunyai tipe metabolisme sama dengan manusia sehingga hasilnya dapat
digeneralisasi pada manusia. Penggunaan hewan coba tikus berjenis kelamin jantan
dengan dasar pertimbangan memiliki metabolisme tubuh seperti manusia
dibandingkan dengan tikus berkelamin betina.
Pada kelompok kontrol negatif terjadi invasi bakteri Staphylococcus aureus
kedalam tulang mandibula menyebabkan kerusakan jaringan secara langsung dan
mempunyai kemampuan untuk tumbuh serta menghindar dari imunitas inang,
sehinga dalam penanganannya dibutuhkan pengobatan yang maksimal.
Perlakuan yang dilakukan pada kelompok kontrol positif menggunakan
antibiotik yang mana merupakan terapi utama pada osteomielitis. Clindamycin
sering digunakan karena merupakan obat yang yang cukup baik untuk bakteri
Staphylococcus aureus dan anaerob. Clindamycin bekerja dengan cara mengikatkan
dirinya pada subunit 30S dari ribosom bakteri yang berperan dalam menghambat
sintesis protein dengan menghalangi perlekatan tRNAaminoasil yang bermuatan,
sehingga clindamycin menghalangi penambahan asam amino baru pada rantai
peptida yang terbentuk.
Hasil dari skoring jumlah kepadatan kolagen antara kelompok kombinasi
clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg dibanding
kelompok clindamycin, hanya ekstrak Nannochloropsis oculata dengan dosis 200
mg yang terdapat peningkatan jumlah kepadatan kolagen secara signifikan.

11. Kesimpulan
Kelompok perlakuan clindamycin saja hanya dapat menghambat pertumbuhan
bakteri tetapi tidak dapat meningkatkan jumlah kepadatan kolagen secara
signifikan. Sedangkan kelompok perlakuan clindamycin dengan kelompok
kombinasi clindamycin dengan ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg terjadi
peningkatan kepadatan kolagen secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak
Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg. Hal ini disebabkan pada kelompok
kombinasi ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg terdapat pengobatan tambahan
dari efek clindamycin sebagai antibakteri dan kombinasi clindamycin dengan
ekstrak Nannochloropsis oculata yang mengandung senyawa alkaloid, terpenoid,
dan flavonoid yang mana terdapat daya antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan
yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

D. Kelebihan
Hasil penelitian ini cukup baik karena menampilkan perbandingan bahan alami
dan non alami dimana efek dari kandungan bahan-bahan alam sebagai obat yang dapat
membantu dan mempercepat proses penyembuhan luka serta memiliki kandungan
sebagai anti bakteri

E. Kekurangan
Pada hasil penelitian tidak di jelaskan dengan rinci efek samping dari penggunaan
bahan alami dalam proses penyembuhan luka.

F. Implikasi Dalam Dunia Keperawatan


Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk acuan sebagai salah metode asuhan
keperawatan kolaboratif dalam pemberian asuhan kepada pasien pasca operasi.

G. Lampiran Jurnal
(terlampir)
LAPORAN PENELITIAN

Efektifitas Perbandingan Kombinasi Clindamycin dan Ekstrak Nannochloropsis Oculata


Terhadap Peningkatan Kepadatan Kolagen
Pada Osteomielitis Mandibula
(Comparison of The Effectiveness Between The Combination of Clindamycin and
Nannochloropsis Oculata’s Extract To Increase The Density of Collagen On
The Mandibular Osteomyelitis)
Faidha Azmi N, Dian Mulawarmanti*, Noengki Prameswari**
*Departemen Biolkimia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah
**Departemen Biomedik Fakultas Kedokteran gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Osteomyelitis is an bone infection caused by bacteria of Staphylococcus aureus. The


use of clindamycin within long term may cause of resistance. A compound in Nannochloropsis
oculata’s extract contain antibacterial, antiinflamation, antioxidant that can be used as therapy of
osteomyielitis. Purpose: Knowing comparison of the effectiveness between the combination of
clindamycin and Nannochloropsis oculata’s extract to increasing the density of collagen on the
mandibular osteomyelitis. Materials and Methods: The experimental research’s type with a
design post test only control group. Fourty male wistar rats as model of mandibular osteomyelitis
has made by inducing bacteria of Staphylococcus aureus inserted in socket after an extraction of
left incisive teeth on lower jaw and waiting for
28 days. The rats are divided into 5 group: negative control (K1), clindamycin (K2), clindamycin
with 50mg Nannochloropsis oculata’s extract (K3), clindamycin with 100mg Nannochloropsis
oculata’s extract (K4), clindamycin with 200mg Nannochloropsis oculata’s extract. After 7 days,
all of group are euthanazed and then the density of collagen measured using histopathology slide
used Masson’s Trichom and 100x enlargement, so then analyzing the density of collagen by
Kruskal-Wallis and Mann-Whitney. Result: There were significant differences in collagen between
K1 and K2 (p=0,037), K1 and K3 (p=0,013), K1 and K4 (p=0,002), K1 and K5 (p=0,000). and
there were significant differences in collagen between K2 and K5 (p=0,013). But there were no
significant differences in collagen between group K2 and K3 (p=1,000), K2 and K4 (p=0,288).
Conclusion: The combination of clindamycin with 200mg Nannochloropsis oculata’s extract
having an effect on increasing number of the density of collagen significantly on the healing of
mandibular osteomyelitis.

Keywords: Nannochloropsis oculata, collagen, osteomyelitis.

Correspondence: Dian Mulawarmanti,Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry, Hang


Tuah University, Arief Rahman Hakim 150, Surabaya, Phone 031-5912191, Email:
dianmulawarmanti@yahoo.com

1
ABSTRAK

Latar Belakang: Osteomielitis merupakan infeksi tulang yang disebabkan oleh bakteri
Staphylococcus aureus. Penggunaan clindamycin dalam jangka panjang dapat menyebabkan
resistensi. Senyawa yang ada pada ekstrak Nannochloropsis oculata mengandung antibakteri,
antiinflamasi dan antioksidan yang dapat digunakan sebagai terapi osteomielitis. Tujuan:
Mengetahui efektifitas perbandingan kombinasi clindamycin dan ekstrak Nannoochloropsis
oculata terhadap peningkatan kepadatan kolagen pada osteomielitis mandibula. Bahan dan
Metode: Rancangan penelitian ini adalah post test only control group design,. Dengan
menggunakan 40 tikus wistar jantan model osteomielitis mandibula dibuat dengan menginduksi
bakteri Staphylococcus aureus yang dimasukkan kedalam soket setelah ekstraksi pada gigi insisif
kiri rahang bawah dan ditunggu selama 28 hari. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok: kontrol negatif
(K1), clindamycin (K2), clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 50mg (K3),
clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis oculata 100mg (K4), clindamycin dan ekstrak
Nannochloropsis oculata 200mg (K5). Setelah perlakuan selama 7 hari semua kelompok
dikorbankan lalu kepadatan kolagen diukur menggunakan preparat HPA dengan pengecatan
Masson’s Trichom dan pembesaran 100x, kemudian dilakukan analisis kepadatan kolagen
menggunakan Kruskal-Wallis dan Mann- Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan kepadatan kolagen
yang signifikan antara K1 dengan K2 (p=0,037), K1 dengan K3 (p=0,013), K1 dengan K4
(p=0,002), K1 dengan K5 (p=0,013), dan terdapat perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan
antara K2 dan K5 (p=0,013). Tetapi tidak terdapat perbedaan kepadatan kolagen secara
signifikan antara K2 dan K3 (p=1,000), K2 dan K4 (p=0,288). Simpulan: kombinasi clindamycin
dan ekstrak Nannochloropsis oculata 200mg memiliki pengaruh terhadap peningkatan jumlah
kepadatan kolagen secara signifikan pada penyembuhan osteomielitis mandibula.

Keywords: Nannochloropsis oculata, kolagen, osteomielitis

Correspondence: Dian Mulawarmanti, Departemen Biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Hang Tuah, Arief Rahman Hakim 150 Surabaya, Telepon. 031-5912191, Email:
dianmulawarmanti@yahoo.com

PENDAHULUAN Penanganan osteomielitis masih merupakan


masalah dalam bidang orthopedi karena
Osteomielitis merupakan proses membutuhkan biaya yang besar, waktu yang
peradangan dengan infeksi bakteri yang terjadi lama
pada tulang dan sumsum tulang. Infeksi yang ,pengalaman yang cukup dari dokter bedah,
terjadi dapat disebabkan oleh infeksi yang dan penanganannya sulit. Osteomielitis sulit
disebabkan mikroorganisme untuk didiagnosis dan belum ada pendekatan
odontogenik yang dominan yaitu prospektif untuk mengidentifikasi sehingga
Staphilococcus aureus dan fraktur mandibula penyembuhannya cukup sulit, karena sering
yang dapat terjadi akut maupun kronis. Pada disertai kekambuhan dan eksaserbasi. 1,13, 17,
manusia, osteomielitis lebih sering terjadi pada
24, 26
mandibula karena lesi bersifat lebih menyebar,
Osteomielitis mandibula dapat diobati
aliran suplai darah pada mandibula kurang dan
dengan baik menggunakan terapi kombinasi
sering terjadi pada bagian posterior dari
antibiotik dan operasi, yaitu sekuestrektomi,
mandibula.
dekortikasi dan debridement. Tujuan

3
operasi yaitu untuk membuang jaringan yang antioksidan. Ekstrak Nannochloropsis oculata
nekrotik, meningkatkan aliran darah, tekanan mengandung senyawa aktif yang salah satunya
vaskularisasi tulang korteks dan penyembuhan berupa terpenoid yang dapat digunakan
pada daerah tulang yang terkena serta sebagai antioksidan. Kandungan lainnya
dilakukan drainase untuk adalah alkaloid dan flavonoid. Kandungan
menghilangkan pus. Pada soket yang terbuka tersebut memiliki daya antiinflamasi,
dilakukan irigasi dengan larutan antiseptik antibakteri, antioksidan dan analgesik yang
atau saline. Apabila tidak dilakukan dapat mempercepat proses penyembuhan luka.
pengobatan yang lengkap akan menyebabkan Pada penelitian Nuno dkk (2012) dengan
osteomielitis yang persisten. Osteomielitis menggunakan tikus yang dibuat
dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. diabetes, ekstrak
Clindamycin sering digunakan karena Nannochloropsis oculata sebagai antioksidan
merupakan obat yang cukup baik untuk kedua dengan dosis 50 ml menunjukkan adanya
macam bakteri Staphylococcus aureus dan penurunan glukosa dan kolesterol serta tidak
anaerob. Kekurangan dari antibiotik bila memiliki efek negatif pada lambung dan
digunakan dalam jangka waktu yang lama saluran pencernaan. 27
akan menyebabkan komplikasi dan resistensi Senyawa flavonoid dan alkaloid yang
bakteri. Faktor penyulit lain adalah terkandung dalam
ketidakmampuan untuk memberikan antibiotik Nannochloropsis oculata memiliki salah satu
dengan konsentrasi yang efektif ke dalam khasiat sebagai analgesik. Alkaloid bekerja
lokasi infeksi. 1, 2, 4, 16, dengan mengubah persepsi nyeri dengan
17, 23, 26, 28 meningkatkan ambang nyeri di sistem saraf
Salah satu biota laut yang dapat pusat. Senyawa flavonoid merupakan senyawa
dimanfaatkan sebagai obat alami adalah jenis fenolik alam yang potensial sebagai
mikro alga Nannochloropsis occulata. antioksidan dan mempunyai bioefektifitas
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk sebagai obat. Manfaat flavonoid untuk
mengetahui efek dari kandungan bahan-bahan melindungi struktur sel, mencegah keropos
alam sebagai obat yang dapat membantu dan tulang dan sebagai antibiotik. Kolagen adalah
mempercepat proses penyembuhan luka serta protein utama yang menyusun komponen
memiliki kandungan sebagai anti bakteri. Pada matrik ekstraseluler dan merupakan protein
penelitian yang telah dilakukan oleh yang paling banyak ditemukan di dalam tubuh
Selvendran (2013), ekstrak Nannochloropsis manusia. Flavonoid mampu meningkatkan
Oculata memiliki daya antibakteri yang peran TGF-β dalam mempercepat sintesis dan
signifikan terhadap Staphylococcus aureus deposit kolagen yang dapat berpengaruh
dengan zona hambat 22 mm. 8, 21 terhadap peningkatan sintesis kolagen
Nannochloropsis oculata adalah salah menyebabkan proses penyembuhan luka dapat
satu alga laut yang memiliki senyawa bahan lebih cepat. 8,12
aktif yang diduga mampu Efektifitas perbandingan
digunakan sebagai kombinasi clindamycin dan ekstrak
Nannochloropsis occulata terhadap

3
peningkatan kepadatan kolagen pada antibiotik clindamycin, ekstrak
osteomielitis mandibula belum pernah diteliti. Nannochloropsis oculata, pakan tikus dan
Maka pada penelitian ini penulis ingin alkohol 70% untuk sterilisasi alat, larutan
mengetahui pada konsentrasi mana yang lebih antiseptik, obat anestesi ketamin
efektif dalam meningkatkan kepadatan kolagen hydrochloride (25 mg/kg BB) dan xylazine
pada proses penyembuhan luka osteomielitis hydrochloride (15 mg/kg BB), larutan buffer
mandibula. formalin (larutan formalin 10% dalam phospat
buffer saline pada pH 7,0), dan bahan
BAHAN DAN METODE pengecatan preparat hapusan kolagen dengan
menggunakan Masson’s trichrom.
Penelitian ini tergolong jenis Empat puluh ekor Rattus novergicus
penelitian true experimental strain wistar jantan (3 bulan) berat badan 180-
laboratories dengan desain penelitian Post 200 gram dibagi menjadi 5 kelompok. Pada
Test Only Control Group Design. Lokasi masing-masing kelompok terdapat kelompok
penelitian di: 1) kontrol negatif (pencabutan gigi, induksi
Laboratorium Biokimia Fakultas bakteri Staphylococcus aureus), kelompok
Kedokteran Universitas kontrol positif pencabutan gigi, induksi bakteri
Airlangga– Surabaya; 2) Laboratorium Staphylococcus aureus, diberi terapi
Patologi Anatomi RSUD Dr.Sutomo– clindamycin) dan kelompok perlakuan
Surabaya; 3) Balai Besar (pencabutan gigi, induksi bakteri
Laboratorium Klinik–Surabaya; 4) Staphylococcus aureus, diberi terapi
laboratorium Mikrobiologi Universitas clindamycin 10 mg/kg BB dan ekstrak
Airlangga–Surabaya. Hewan coba Nannochloropsis oculata 50 mg/kg BB),
menggunakan 40 ekor Rattus kelompok perlakuan (pencabutan gigi, induksi
Norvergicus strain Wistar, dengan kriteria bakteri Staphylococcus aureus, diberi terapi
yaitu :kelamin jantan, umur 3 bulan, berat clindamycin 10 mg/kg BB dan ekstrak
badan 150-200 gram, sehat fisik, gigi insisif 1 Nannochloropsis oculata 100mg/kg BB),
sebelah kiri rahang bawah utuh, tidak karies kelompok perlakuan (pencabutan gigi, induksi
dan bakteri Staphylococcus aureus, diberi terapi
tidak fraktur. 25 clindamycin 10mg/kg BB dan ekstrak
Alat yang digunakan dalam penelitian Nannochloropsis oculata 200 mg/kh BB).
ini antara lain: kandang hewan coba, alat dikandangkan tiap 5 ekor (ukuran kandang
pembedahan tikus untuk mengambil bahan uji 60x40x34 cm), Tikus diadaptasi selama 1
(scalpel, pinset,gunting, kapas), syringe, minggu dalam kandang ukuran 40 cm x 30 cm
kateter plastik, bola steril yang terbuat dari x 14 cm dan ditempatkan dalam ruangan yang
serat karbon, jarum jahit, benang nylon untuk cukup udara dan cahaya. Makanan diberikan
jaringan, chamber, glass lab untuk hapusan dengan cara diletakkan dalam wadah kecil dan
dan mikroskop. diberikan tiap pagi. Sedangkan minuman
Bahan yang digunakan dalam diberikan dalam botol 300
penelitian ini antara lain: ekstrak
Nannochloropsi oculata, bakteri
9
Staphylococcus aureus 2x10 (setara
10 mcfarlan) dalam 1 mm cairan suspensi
kalsium klorida 10%,
ml yang dilengkapi pipa kecil dan diisi air diberikan ke Laboratorium Patologi Anatomi
matang. Hewan coba diadaptasi selama 1 RSUD Dr.Sutomo-Surabaya dan ditunggu
minggu untuk mendapatkan kesehatan umum hingga mandibula tadi melunak yang
yang baik dan penyesuain dengan lingkungan. kemudian diproses dan dibuat preparat dengan
Terakhir dilakukan penimbangan hewan coba menggunakan pewarnaan Masson’s Trichrom
untuk memenuhi kriteria sampel. lalu diamati menggunakan mikroskop cahaya
Setelah pembagian kelompok, tikus pembesaran 100x sebanyak 1 lapang pandang.
ditimbang lalu diberi anestesi menggunakan Kepadatan serat kolagen dihitung dengan
kombinasi Ketamine dan Xylazine (4:1) metode skoring dan dianalisis menggunakan
sebanyak 0,1ml tiap tikus. Ditunggu selama 1- uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney.
1,5 jam dari penyuntikan/setengah dari
duration of action, lalu dilakukan pencabutan HASIL
gigi insisif kiri rahang bawah mennggunakan
tang modifikasi dan elevator. Cuci lubang gigi Data yang diperoleh dari hasil
dengan kalsium klorida 10% dengan penelitian ditabulasi dan dianalisis secara
menggunakan jarum suntik dan kateter plastik deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh
tipis sampai perdarahan berhenti. Masukkan gambaran distribusi dan peringkasan data guna
bola steril yang terbuat dari serat karbon memperjelas penyajian hasil, kemudian
kedalam tabung yang berisi S. aureus (strain dilakukan uji hipotesis menggunakan statistik
VT668,2 miliar sel mikroba dalam I milliliter) analitik dengan taraf signifikansi 95%
dengan tujuan agar bakteri menempel pada (p=0,05) dengan menggunakan program SPSS
bola steril. Kemudian masukkan bola tersebut versi 17.
kedalam lubang gigi yang dicabut kemudian
dilakukan irigasi dengan larutan antiseptik
atau saline steril. Pada soket pasca pencabutan
dan ditunggu selama 28 hari untuk terjadinya
Osteomielitis. Setelah dipastikan terjadi
komplikasi tersebut, masing-masing tikus
diberi perlakuan yang berbeda sesuai
kelompoknya.
Pada hari ke 37 setelah perlakuan, tikus
dieuthanasia dan dibiopsi untuk mengambil
rahang bawah kiri, Kemudian organ difiksasi
dalam larutan buffer formalin dan dilunakkan
dengan EDTA. Hewan coba yang telah
dilakukan dekaputasi lalu dikuburkan.
Mandibula yang telah difiksasi dalam
larutan buffer formalin

Gambar 1. Perhitungan kepadatan kolagen


pada foto preparat Masson’s Trichom

5
Tabel 1. Hasil uji statistik deskriptif modus Tabel 3. Hasil uji beda dengan Mann-
kepadatan kolagen kelompok perlakuan irigasi Whitney U kombinasi terapi antibiotik dan
Kelompok N Modus Clindamycin dengan pemberian ekstrak
K1 8 1 Nannochloropsis oculata terhadap peningkatan
K2 8 2 kepadatan kolagen
K3 8 2 osteomielitis mandibula
K4 8 2 Kelom Mod Kelom Mod
K5 8 3 pok us pok us p
40
0,03
K1 1 K2 2 7*
0,01
Kepadatan Kolagen pada Osteomielitis K3 2 3*
Mandibula 0,00
K4 2 2*
3 0,00
K5 3 0*
MODUS

2
1 1,00
0 K2 2 K3 2 0
0,28
K1K2K3K4K5
Gambar 2. Nilai skoring terbanyak jumlah K4 2 8
0,01
kepadatan kolagen pada masing-masing
K5 3 3*
kelompok
0,17
K3 2 K4 2 5
Pada hasil analisis Kruskal- Wallis 0,00
kelompok perlakuan irigasi, diperoleh nilai K5 3 4*
p=0,000* (p<0,05) yang artinya terdapat 0,04
perbedaan kepadatan kolagen yang signifikan K4 3 K5 3 6*
pada semua kelompok. Keterangan *p<0,05

Tabel 2. Hasil analisis Kruskal-Wallis PEMBAHASAN


kelompok perlakuan irigasi
Penelitian ini menggunakan tikus
Variabel Asymp. wistar putih (rattus novergicus strain wistar)
Sig. jantan dengan berat badan berkisar 150-200
Kepadatan kolagen 0,000* gram dan berusia 3 bulan sebanyak 40 ekor.
Pemilihan tikus wistar sebagai model hewan
Keterangan : p < 0.05 signifikan coba karena merupakan mamalia yang
mempunyai tipe metabolisme sama dengan
Selanjutnya dilakukan uji Mann- manusia sehingga hasilnya dapat
Whitney mengetahui apakah ada perbedaan digeneralisasi pada manusia. Penggunaan
yang signifikan antara dua kelompok dengan hewan coba tikus berjenis kelamin jantan
derajat kemaknaan p<0,05. dengan dasar pertimbangan memiliki
metabolisme tubuh seperti manusia
dibandingkan dengan tikus berkelamin betina,
tikus tersebut akan mengalami
menstruasi dimana terjadi Perlakuan yang dilakukan pada
ketidakseimbangan hormon yang akan kelompok kontrol positif
mempengaruhi hasil penelitian.14 menggunakan antibiotik yang mana
Pembuatan model osteomielitis pada merupakan terapi utama pada osteomielitis.
tikus dengan cara diinduksi bakteri Clindamycin sering digunakan karena
Staphylococcus aureus yang dimasukan merupakan obat yang yang cukup baik untuk
kedalam soket yang sebelumnya telah bakteri Staphylococcus aureus dan anaerob.
dilakukan ekstraksi pada gigi insisif kiri Clindamycin bekerja dengan cara mengikatkan
rahang bawah dan ditunggu selama 28 hari dirinya pada subunit 30S dari ribosom bakteri
sehingga terjadi osteomielitis mandibula. Pada yang berperan dalam menghambat sintesis
kelompok kontrol negatif terjadi invasi bakteri protein dengan menghalangi perlekatan tRNA-
Staphylococcus aureus kedalam tulang aminoasil yang bermuatan, sehingga
mandibula menyebabkan clindamycin menghalangi penambahan asam
kerusakan jaringan secara langsung dan amino baru pada rantai peptida yang terbentuk.
mempunyai kemampuan untuk tumbuh serta Adanya gangguan sintesis protein pada bakteri
menghindar dari imunitas inang, sehinga bisa mengakibatkan kematian sel bakteri,
dalam penanganannya dibutuhkan pengobatan sehingga proses inflamasi menjadi lebih cepat
yang maksimal. Selanjutnya, akan terjadi yang dapat mempengaruhi percepatan
peradangan, hiperemia serta peningkatan penyembuhan luka. Pada saat yang sama
permeabilitas kapiler dan infiltrasi granulosit. terjadi proses reparasi yang mana baru selesai
Timbul jaringan nekrosis akibat enzim sempurna setelah bakteri mati sehingga
proteolitik yang terlepas dari perusakan bakteri penyembuhan luka dapat terjadi. Proses
serta terjadi trombosis vaskular. Pus yang penyembuhan luka terjadi terus-menerus
terbentuk terdiri dari jaringan nekrotik dan dimana sel inflamasi epitel, endotel, trombosit
akumulasi bakteri yang ada di dalam leukosit. dan fibroblas berinteraksi untuk
Kemudian terjadi peningkatan intramedulla mengembalikan kerusakan jaringan
sehingga mengakibatkan kolaps vaskular, dengan memproduksi
stasis vena dan iskemia. Jika terjadi akumulasi kolagen. 5,11,17
pus secara terus-menerus akan menembus Hasil dari skoring jumlah kepadatan
periosteum dan fistula. Pus yang menyebar kolagen antara kelompok kombinasi
keseluruh jaringan menurunkan pasokan clindamycin dan ekstrak Nannochloropsis
vascular, iskemik dan hipoksia, dimana pada oculata 50 mg dan
saat pembuluh darah kekurangan suplai 100 mg dibanding kelompok clindamycin,
oksigen maka pembentukan fibroblas tidak hanya ekstrak
dapat terjadi dan sintesis kolagen menjadi Nannochloropsis oculata dengan dosis
terhambat, tulang kekurangan suplai darah 200 mg yang terdapat peningkatan jumlah
menjadi nekrotik sehingga menyebabkan kepadatan kolagen secara signifikan. Hal ini
osteomielitis yang disertai disfungsi saraf karena, pada dosis 50 mg dan 100 mg belum
alveolaris inverior. 15, 17,26 mencapai dosis terapeutik yang dapat diartikan
bahwa kandungan ektrak
Nannochloropsis oculata dengan dosis
tersebut kurang mampu membunuh

7
bakteri untuk melawan infeksi pada dan menghambat permeabilitas vaskuler.
osteomielitis mandibula. Pada dosis Senyawa flavonoid juga berfungsi untuk
200 mg dapat meningkatkan jumlah kepadatan membatasi pelepasan mediator inflamasi.
kolagen karena dengan dosis ekstrak Aktivitas antiinflamasi flavonoid dilakukan
Nannochloropsis oculata yang lebih besar melalui penghambatan siklooksigenase dan
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan lipoksigenase sehingga terjadi pembatasan
kepadatan kolagen pada osteomielitis jumlah sel inflamasi yang bermigrasi ke
mandibula. Berdasarkan hasil penelitian yang jaringan perlukaan. Selanjutnya reaksi
telah dilakukan diketahui bahwa inflamasi akan berlangsung lebih singkat dan
ekstrak Nannochloropsis kemampuan proliferatif dari TGF-β tidak
oculata mengandung senyawa aktif alkaloid, terhambat, sehingga proses proliferasi dapat
terpenoid dan flavonoid yang memiliki daya segera terjadi. Aktivitas
antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan yang flavonoid dalam
dapat mempercepat proses penyembuhan mempercepat proses penyembuhan luka
luka.8, 27 didukung juga oleh mekanisme antioksidan
Senyawa alkaloid memiliki mekanisme dalam melakukan penghambatan aktivitas
kerja penghambatan dengan cara mengganggu radikal bebas.7, 10
komponen penyusun peptidoglican pada sel Senyawa flavonoid masuk dalam
bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak kelompok polifenol, yang dikenal berpotensi
terbentuk secara utuh dan menyebabkan sebagai antioksidan berhubungan dengan
kematian sel tersebut. Didalam senyawa kemampuannya dalam melawan radikal bebas.
alkaloid juga terdapat gugus basa yang Antioksidan sebagai salah satu komponen
mengandung reaksi nitrogen yang akan utama dalam penyembuhan luka. Antioksidan
bereaksi dengan senyawa asam amino melawan kelebihan protease dan ROS
menyusun dinding sel bakteri dan DNA (reactive oxygen species) yang seringkali
bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya dihasilkan oleh akumulasi neutrofil di area
perubahan struktur dan susunan asam amino, luka dan melindungi inhibitor protease dari
sehingga akan menimbulkan perubahan kerusakan oksidatif. ROS bertanggung jawab
keseimbangan genetik pada rantai DNA terhadap kerusakan oksidatif dan penuaan dari
kemudian akan mengalami kerusakan yang makromolekul biologis seperti DNA,
akan mendorong terjadinya lisis sel bakteri karbohidrat dan protein. Peran flavonoid
yang akan menyebabkan kematian sel pada sebagai antioksidan dapat melindungi
bakteri sehingga reaksi inflamasi akan fibroblas dari kerusakan oksidatif. Apabila
berlangsung singkat yang menjadikan proses fibroblas terlindungi, maka kolagen akan
penyembuhan luka menjadi lebih cepat.19 disintesis secara optimal. Komponen hidroksil
Senyawa terpenoid memiliki potensi yang dimiliki oleh flavonoid pada reaktivitas
anti-inflamasi yang ada pada kandungan yang tinggi dapat menyebabkan radikal bebas
saponin. Mekanisme antiinflamasi pada menjadi tidak aktif yang berakibat pada
saponin dengan menghambat pembentukan aktivasi mediator
eksudat
inflamasi oleh radikal bebas dapat dihambat.18 DAFTAR PUSTAKA
Kandungan lain dari ekstrak
Nannochloropsis oculata sebagai antioksidan 1. Adiwenanto AW and Sutejo. 2007.
yang dapat berfungsi dalam proses Management of Osteomielitic Chronic
penyembuhan luka adalah Medical Patient at Dr. Kariadi
kandungan Omega Semarang in 2001-2005 Periods. Tesis,
eicosapantenoic acid (EPA) dan Universitas Diponegoro, Semarang.
docohexaenoic acid (DHA) yang termasuk Available from
asam lemak tidak jenuh jenis omega 3 (ω-3) http://eprints.undip.ac.id/22318/
(Putri, 2013). Kandungan tersebut berfungsi 2. Bagheri S and Jo C. 2008. Clinical
untuk mempercepat perbaikan jaringan yang Review of Oral and Maxillofacial
rusak dan menghalangi pembentukan Surgery. Georgia: Mosby-Elsevier. P.
prostaglandin penyebab radang tinggi. Omega 92.
3 mempengaruhi produksi PGE2, yang dapat 3. Bayu A. 2009. Hutan mangrove
meningkatkan regulasi produksi kolagen. sebagai salah satu sumber produk alam
Omega 3 menyebabkan peningkatan sintesis laut. Jakarta : Pusat Penelitian
kolagen dengan cara menurunkan faktor PGE2 Oseanografi- LIPI. Oseana, 34(2): 23-
(Damaiyanti, 2012). 15.
Karotenoid
4. Cawson R and Odell E. 2008.
mempengaruhi regulasi pertumbuhan sel, dan
Cawson’s Essentials of Oral Pathology
memodulasi ekspresi gen dan respon
and Oral Medicine. Philadelphia:
kekebalan tubuh. (Daniel, 2008). Phyoocyanin
Churchill Livingstone–Elsevier. P. 102-
protein kompleks yang terdapat lebih dari 20%
99.
dalam seluruh berat kering, adalah pigmen
5. Collier M. 2003. Understanding
terpenting dalam spirulina. Pigmen inilah
Wound Inflamation. Boston, 99: 63.
yang berperan sebagai antioksidan.3,6, 9, 10
Available from
Berdasarkan hasil pembahasan di atas
http://www.nursingtimes.net/home/clini
dapat disimpulkan bahwa kelompok perlakuan
c al-zones/wound-care/understanding-
clindamycin saja hanya dapat
wound-inflammation/205361.article
menghambat pertumbuhan
6. Damaiyanti. 2012. Aplikasi Ektrak Air
bakteri tetapi tidak dapat meningkatkan
Teripang Emas (Stichopus hermani)
jumlah kepadatan kolagen secara signifikan.
Sebagai Akselerator Fibroblas dan
Sedangkan kelompok perlakuan clindamycin
Kolagen tipe I Ulkus Traumatikus
dengan kelompok kombinasi clindamycin
Mukosa Rongga Mulut Tikus Wistar.
dengan ekstrak Nannochloropsis oculata 200
Tesis, Universitas Airlangga, Surabaya.
mg terjadi peningkatan kepadatan kolagen
7. Darsana. 2012. Potensi Daun Binahong
secara signifikan dibandingkan dengan ekstrak
(Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis)
Nannochloropsis oculata 50 mg dan 100 mg.
dalam Menghambat Pertumbuhan
Hal ini disebabkan pada kelompok kombinasi
Bakteri Escheria Coli secara In Vitro.
ekstrak Nannochloropsis oculata 200 mg
Skripsi, Fakultas Kedokteran Hewan,
terdapat pengobatan tambahan dari efek
Universitas Udayana, Denpasar. H.
clindamycin sebagai antibakteri dan kombinasi
346.
clindamycin dengan ekstrak Nannochloropsis
8. Fadhilah A. 2013. Daya Hambat
oculata yang mengandung senyawa alkaloid,
Ekstrak Nannochloropsis oculata
terpenoid, dan flavonoid yang mana terdapat
Terhadap Pertumbuhan Bakteri
daya antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan
Enterococcus faecalis. Skripsi, Fakultas
yang dapat mempercepat proses penyembuhan
Kedokteran Gigi, Universitas Hang
luka.
Tuah, Surabaya.
H. 56
9. Fretes H, Susanto, Prasetyo B, Livingstone: Elsevier, p. Topazian RG,
Limantara. 2012. Karotenoid dari 2002. Oral and Maxillofacial
th
Makroalgae dan Mikroalgae: Potensi Infections. 4 ed., Philadelphia: W.B
Kesehatan Aplikasi dan Bioteknologi. Saunders. P. 226-214.
J.Teknol dan Industri Pangan, 23(2): 17. Peterson LJ. 2004. Principles of Oral
223-222. and Maxillofacial Surgery. 2nded.,
10. Indraswary R. 2011. Efek Konsentrasi London: BC Decker Inc. P. 322-313.
Ekstrak Konsentrasi Ekstrak Buah 18. Raras T M, Dewi D S.L.I, Nugraheny.
Adas (Foeniculum vulgare Mill) 2008. Efek Pemberian Ekstrak Daun
Topikal Pada Epitalisasi Penyembuhan Sirih (Piper betle Linn) Terhadap
Luka Gingiva Labial Sprague Dawley Optimalisasi Kepadatan Kolagen Luka
In Vivo. Majalah Sultan agung, 59(1): Bakar Derajat IIA Pada Tikus Putih
124. (Rattus novergicus)
11. Jewets, M, adelsberg’s. 2005. 19. Strain Wistar. Fakultas
Mikrobiologi Kedokteran Alih Bahasa Kedokteran Universitas Brawijaya.
bagian Mikrobiologi Fakultas Available from
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. http://webcache.googleusercontent.com
H. 225-224. /s earch?
12. Kafaie S, Loh SP, Muhtarrudin N. q=cache:RCi9jKJtYocJ:old.fk.ub.a
2012. Acute and Sub-chronic c.id/artikel/id/filedownload/keperawata
Toxicological Assessment of n/ MAJALAH_Ni%2520Wayan
Nannochloropsis oculata in Rats. %2520Septi
African Journal of Agricultural %2520Nugraheny_0910720008.pdf+&cd
Research, 7(7): 1220-1225. Available =1&hl=id&ct=clnk.
from 20. Rinawati ND. 2011. Daya antibakteri
www.academicjournals.org/ajar/pdf/pdf tumbuhan majapahit (Crescentia cujete
2 012/19Feb/Kafaieetal.pdf.Diakses I) terhadap bakteri Vibrio alginolyticus.
4 April 2013. Tugas akhir, Jurusan Biologi, Fakultas
13. Konjevic et al. 2011. Prevalence of Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,
Mandibular Osteomyelitis in Roe Deer Institut Teknologi Sepuluh November,
(Capreolus Capreolus)in Slovenia. Surabaya. H. 9.
Journal of wildlife disenses, 47(2): 21. Rizka, Budipramana, Fauziah. 2008.
400- Kepadatan Kolagen Tipe 1 Pada Luka
393. Available Operasi Tikus Wistar Yang Mengalami
from Anemia Karena perdarahan Akut.
http://www.torna.do/s/Prevalence-of- Jurnal. Fakultas Kedokteran Gigi
mandibular-osteomyelitis-in-roe-deer- Universitas Airlangga, Surabaya.
Capreolus-capreolus-in-Slovenia/ 22. Selvendran, 2013. Studies On
Peterson LJ, 2004. Principles of Oral Antimicrobial Compounds From
and Maxillofacial Surgery. 2nded., Selected Marine Phytoplanktons.
London: BC Decker Inc. P. 322-313. 4(2):876-888. Available from
14. Kusumawati D. 2004. Biologi Hewan http://www.ijpbs.net/cms/php/upload/2
Coba. Bersahabat Dengan Hewan 20 0_pdf.pdf. Diakses 15 Augustus
Coba. Yogyakarta: Gajah Mada 2013.
University Press. H. 20. 23. Smeltzer and Gillapsy. 2000. Molecular
15. Novriansyah R. 2008. Perbedaan Pathogenesis of Staphylococcal
Kepadatan Kolagen di Sekitar Luka Osteomyelitis. Department of
Insisi Tikus Wistar yang Dibalut Kasa Microbiology and Immunologi,
Konvensional dan Penutup Oklusif University of Arkansas of Medical
Hidrokoloid Selama 2 dan 14 hari. Sciences, Little Rock, Arkansas.
Tesis, Universitas Diponegoro, 24. Spagnolo, Greco F, Ciolli R L, Teti A,
Semarang. H. 20-17. Posteraro P. 1993. Chronic
16. Pedlar J, Frame JW. 2001. Oral and Stapylococcal osteomyelitis: a new
Maxillofacial Surgery. Churchill experimental rat model, 61(12):5225
available from http://iai.asm.org/.
Diakses 4 April 2013.
25. Sucahyo B. 2005. Peranan Terapi
Oksigen Hiperbarik pada
Perkembangan Penanganan Kasus-
kasus Kedokteran Gigi. Majalah
kedokteran gigi. Edisi khusus temu
ilmiah IV 11-13: 388.
26. Sudibyo. 2009. Metodologi Penelitian.
Aplikasi Penelitian Bidang Kesehatan.
Surabaya: Unesa University Press. H.
106-105.
27. Topazian RG. 2002. Oral and
Maxillofacial Infections. 4thed.,
Philadelphia: W.B Saunders. P. 226-
214.
28. Yanuhar U. 2011. Pengaruh Pemberian
Bahan Aktif Ekstrak Nannochloropsis
oculata Terhadap Kadar Radikal Bebas
Pada Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes
altivelis) Yang Terinfeksi Bakteri
Vibrio alginolyticus. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan, Vol (1): 2.
Available from
http://journal.lib.unair.ac.id/index.php/J
IP K/article/download/599/599. Diakses
15

Anda mungkin juga menyukai