PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan
fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam atau sampai menyebabkan kematian, tanpa
penyebab lain selain gangguan vaskuler.1
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai kematian jaringan otak karena
pasokan darah yang tidak adekuat. Iskemi jaringan otak timbul akibat 2 sumbatan
pada pembuluh darah serviko-kranial atau hipoperfusi jaringan otak oleh berbagai
faktor seperti aterotrombosis, emboli atau ketidakstabilan hemodinamik.3
2.2. Epidemiologi
Stroke adalah penyebab neurologis utama pasien datang ke rumah sakit dan
penyebab kematian tertinggi ketiga di Amerika Serikat setelah penyakit jantung
dan kanker (Purve, 2004). Setiap tahunnya 500.000 orang di negara ini mengalami
stroke dan 150.000 meninggal. Prevalensi secara keseluruhan adalah 750/ 100.000
(Davis, 2005). Di Indonesia, penyebab kematian utama pada semua umur adalah
stroke (15,4%), yang disusul oleh TB (7,5%), Hipertensi (6,8%), dan cedera
(6,5%). Hasil Riskesdas 2007, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan sebesar
8,3 per 1.000 penduduk, dan yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan adalah
6 per 1.000. Prevalensi stroke tertinggi Indonesia dijumpai di Nanggroe Aceh
Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan terendah di Papua (3,8 per 1.000
penduduk).3
2.3. Etiologi
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya stroke non
hemoragik diantaranya:1
2
1. Non modifiable risk factors:
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Keturunan/genetik
2. Modifiable risk factors
a. Behaviour
- Merokok
- Diet tidak sehat
- Peminum alcohol
- Pemakaian obat-obatan
b. Physiological risk factors
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Diabetes mellitus
- Infeksi, arteritis, trauma
- Gangguan ginjal
- Obesitas
- Polisitemia
- Kelainan pembuluh darah
Adapun faktor risiko utama penyebab stroke iskemik adalah :
1. Hipertensi
2. Merokok
3. Diabetes mellitus
4. Kelainan jantung
5. Kolesterol
2.4. Klasifikasi
Secara garis besar stroke dibagi menjadi 2 golongan yaitu stroke yang
terjadi karena pembuluh darah di otak pecah yang diakibatkan tidak kuat menahan
tekanan yang terlalu tinggi yang disebut stroke perdarahan dan stroke yang paling
3
banyak dijumpai yaitu stroke non hemoragik disebut stroke non hemoragik karena
tidak ditemukanya perdarahan otak.3
1. Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah arteri ke dalam ruang
interstitial otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut dan
mengganggu vaskularisasi jaringan sekitarnya. Stroke hemoragik terjadi apabila
susunan pembuluh darah otak mengalami ruptur sehingga timbul perdarahan di
dalam jaringan otak atau di dalam ruang subarakhnoid.
2. Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragik dapat di bagi berdasarkan perjalanan klinis:
a. Serangan Iskemia Sementara/Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan
peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu kurang dari 24
jam.
b. Defisit Neurologik Iskemia Sementara/Reversible Ischemic
Neurological Deficit (RIND). Gejala neurologik yang timbul akan
menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari
seminggu.
c. Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke in evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Gejala klinis sudah menetap.
4
infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonalis.
Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
serangan biasanya muncul disaat penderita tengah beraktivitas fisik
seperti berolahraga.
2.5. Patofisiologi
Stroke iskemik terjadi akibat oklusi trombotik atau embolik pembuluh darah
otak. Trombosis biasanya mengenai a. Carotis interna, a. Cerebri media, atau a.
Basilaris. Embolus dari jantung, arcus aorta, atau a. Carotis biasanya menyumbat
a. Cerebri media karena pembuluh darah ini mengangkut lebih dari 80% alirah
darah ke hemisfer serebrum.1
Stroke iskemik melibatkan oklusi arteri-arteri kecil terjadi dilokasi tertentu,
tempat perfusi bergantung pada pembuluh-pembuluh kecil yang merupakan end-
artery. Sebagian besar terjadi akibat degenerasi pembuluh darah, yang secara
patologis disebut lipohialinosis yang disebabkan oleh hipertensi kronik dan
mudah mengalami oklusi. Oklusi pembuluh darah ini menyebabkan di daerah
kecil otak yang dinamai infark lakunar. Hal ini biasanya terjadi di putamen,
caudatus, thalamus, pons dan capsula interna.1
Beberapa penyakit vaskular, jantung, dan hematologis dapat juga
menyebabkan iskemia di otak. Yang tersering adalah aterosklerosis arteri besar
dileher dan otak. Aterosklerosis diperkirakan terjadi akibat jejas sel endotel
vaskuler oleh gangguan mekanis, biokimiawi, atau peradangan. Jejas endotel
5
merangsang perlekatan monosit dan limfosit darah yang bermigrasi kedalam
dinding pembuluh darah dan merangsang proliferasi sel otot polos dan fibroblas.
Hal ini menyebabkan terbentuknya plak fibrosa. Kerusakan sel endotel yang
menyebabkan terbentuknya nidus untuk agregasi dan pengaktifan trombosit.
Trombosit yang aktif kemudian mengeluarkan faktor pertumbuhan yang
mendorong proloferasi otot polos dan fibroblas. Plak kemudian membesar dan
akhirnya menyumbat pembuluh atau mengalami ruptur atau melepaskan
embolus.1
2.7. Diagnosis
6
a. Anamnesis
Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak
tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.2
b. Pemeriksaan Fisik
Gejala defisit neurologik yang sudah jelas mudah dikenali. Terutama
hemiparesis yang sudah jelas, setiap dokter pasti mengenalnya. Juga tanda-
tanda yang mengiringi hemiparesis mudah diingat. Adapun tanda-tanda
tersebut, yang dinamakan tanda-tanda gangguan upper motor neuron
(UMN):
Tonus otot pada sisi yang lumpuh meningkat.
Refleks tendon meningkat pada sisi yang lumpuh
Refleks patologik positif pada sisi yang lumpuh.2
7
Penilaian tonus otot dilakukan dengan jalan menggerak-gerakkan otot
secara pasif pada sendi siku/ lutut. Adanya hipertonia ringan sesisi tidak
akan diketahui bila mana penilaian tonus otot dilakukan pada anggota
secara sendiri.2
3. Penilaian refleks tendon
Hiper-refleksia pada sisi hemiparetik tidak selalu dijumpai. Jika
terdapat lesi di tingkat korteks, maka beberapa hari sampai minggu
setelah hemiparesis menjadi kenyataan hiper-refleksia ada kalanya masih
belum didapati. Juga dapat penderita DM yang mengidap stroke tidak
didapat hiper-refleksia tendon lutut, walaupun pada umumnya masih
terdapat hiper-refleksia tendon bisep. Dalam hal itu, kedua refleks tendon
lutut hilang karena neuropatia diabetika yang sudah ada jauh sebelum
orang sakit mendapatkan hemiparesis. 3
4. Refleks patologik
Pada sisi hemiparetik, dapat dijumpai refleks patologik. Refleks
patologik yang dapat dibangkitkan pada tangan ialah: refleks Tromner-
Hoffmann,. Refleks Tromner-Hoffmann yang positif tidak selalu
menunjukkan. Pada orang-orang sehat pun dapat dijumpai refleks
Tromner-Hoffmann yang positif. Refleks patologik yang dibangkitkan di
kaki ialah refleks Babinski, Chadock, Oppenheim, Gordon, Schaefer,
Gonda. Bila refleks Babinski dan chadock sudah terbukti ada maka tidak
perlu untuk melakukan tindakan pemeriksaan untuk membangkitkan
refleks patologik lainnya. Refleks Babinski dan Chadock merupakan
refleks yang dapat dipercaya penuh.3
8
kesadaran
+ + + Perdarahan
+ - - Perdarahan
- + - Perdarahan
- - + Iskemik
- - - Iskemik
c. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase
akut. Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau
bila scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali
dapat membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik
perdarahan intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
- Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan
darah rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila
perlu gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit,
Doppler, Elektrokardiografi(EKG).2
2.8 Penatalaksanaan
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital : paru-paru, jantung, ginjal, keseimbangan
elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus :
Penderita stroke non hemoragik atau stroke iskemik biasanya diberikan:
9
a. Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol,
cilostazol
b. Trombolitik : Alteplase (recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Indikasi : Terapi trombolitik pada stroke non hemoragik akut. Terapi
harus dilakukan selama 3 – 4,5 jam sejak onset terjadinya simptom
dan setelah dipastikan tidak mengalami stroke perdarahan dengan CT
scan.
c. Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
d. Neuroprotektan.
3. Terapi komplikasi
a. Antiedema : larutan Manitol 20%
b. Antibiotik, antidepresan, antikonvulsan : atas indikasi
c. Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
4. Penatalaksanaan faktor risiko
a. Antihipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
b. Antidiabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
c. Antidislipidemi : atas indikasi.
5. Terapi non medikamentosa
a. Operatif
b. Phlebotomi
c. Neurorestorasi (dalam fase akut) dan rehabilitasi medik
d. Low Level Laser Therpahy (ekstravena/intravena)
e. Edukasi (aktifitas sehari-hari, latihan pasca stroke, diet).4
2.9 Prognosis
Prognosis stroke dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan defisit
neurologis yang dihasilkan. usia pasien, penyebab stroke, gangguan medis yang
terjadi bersamaan juga mempengaruhi prognosis.2
10
BAB III
STATUS PASIEN MAHASISWA SMF ILMU NEUROLOGI RSUPM
I. Anamnesa Pribadi
Nama : Pargaulan Sianturi
Umur : 62 tahun
11
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Protestan
Suku : Batak
Alamat : Dusun I Desa Belang Malum Sumatera Utara
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal Masuk : 14 Februari 2017
No. RM : 01.02.20.92
12
V. Anamnesa Sosial
Kelahiran dan Pertumbuhan : Tidak jelas
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Perkawinan : Menikah
b. Cranium
Bentuk : Bulat, simetris
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
13
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Rangsangan Meningeal
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Tanda Brudzinsky I : Tidak dijumpai
Tanda Brudzinsky II : Tidak dijumpai
Tanda Kerniq : Tidak dijumpai
Tanda Laseque : Tidak dijumpai
e. Saraf-Saraf Otak
a. Nervus I (Olfactorius)
Normosmia
b. Nervus II (Opticus)
OD OS
Visus Tidak dilakukan pemeriksaan
Melihat Warna Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks Cahaya Dijumpai Dijumpai
14
Eksoftalmus Tidak dijumpai
Strabismus Tidak dijumpai
Pupil
Lebar ± 3 mm ± 3 mm
Bentuk Bulat Bulat
Kesamaan Isokor Isokor
RC langsung (+) (+)
RC tidak langsung (+) (+)
d. Nervus IV (Trochlearis)
Gerakan Bola
OD OS
Mata
Ke arah bawah (+) (+)
Ke arah medial (+) (+)
e. Nervus V (Trigeminus)
a. Motorik
1. Membuka dan menutup mata : Dalam batas normal
2. Palpasi otot masseter dan temporalis : Dalam batas normal
3. Kekuatan gigitan : Dalam batas normal
4. Menggerakkan rahang : Dalam batas normal
b. Sensorik
1. Kulit : Dalam batas normal
2. Selaput lendir : Dalam batas normal
3. Refleks kornea : Positif
4. Refleks masseter : Dalam batas normal
f. Nervus VI (Abducens)
OD OS
Pergerakan bola mata
(+) (+)
ke arah lateral
15
g. Nervus VII (Facialis)
a. Motorik
Kanan Kiri
Mimik wajah Dalam batas normal
Kerut kening Dalam batas normal
Menutup mata Dalam batas normal
Mengangkat alis Dalam batas normal
Memperlihatkan gigi Dalam batas normal
Tertawa Dalam batas normal
b. Sensorik
1. Pengecapan 2/3 lidah depan : Tidak dilakukan
2. Produksi kelenjar ludah : Positif
b. Vestibularis
1. Nistagmus : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Reaksi kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Vertigo : Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Tinitus : Tidak dilakukan pemeriksaan
i. Nervus IX (Glosofaringeus)
Palatum mole : Simetris
Uvula : Berada ditengah
Disartria : Tidak dijumpai
Pengecapan1/3 belakang lidah : Tidak dilakukan pemeriksaan
16
j. Nervus X (Vagus)
Disfagia : Tidak dijumpai
Refleks muntah : Sulit dinilai
k. Nervus XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Dalam batas normal
Menolehkan kepala Dalam batas normal
Kekuatan Otot
Ekstremitas superior Kiri Kanan
Fleksi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
Ekstensi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
Ekstremitas Inferior
Fleksi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
Ekstensi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
Sikap
Duduk : Harus dengan bantuan
Berdiri : Harus dengan bantuan
Berbaring : Baik
17
Gerakan Spontan Abnormal
a. Tremor : Tidak dijumpai
b. Chorea : Tidak dijumpai
c. Balismus : Tidak dijumpai
d. Mioklonus : Tidak dijumpai
e. Atetosis : Tidak dijumpai
f. Distonia : Tidak dijumpai
g. Spasme : Tidak dijumpai
h. Tic : Tidak dijumpai
X. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps (+) (+)
Triceps (+) (+)
KPR (+) (+)
APR (+) (+)
b. Refleks Patologis
Kanan Kiri
Babinsky (-) (-)
18
Chaddok (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Hoffman-Tromner (-) (-)
Klonus Lutut (-) (-)
c. Koordinasi
Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bicara : Tidak dilakukan pemeriksaan
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensi libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Vertebrae
Bentuk : Dalam batas normal
Pergerakan leher : Dalam batas normal
Pergerakan pinggang : Sulit dinilai
g. Gejala-Gejala Serebellar
Ataksia : Tidak dijumpai
Disartria : Tidak dijumpai
Tremor : Tidak dijumpai
Nistagmus : Tidak dijumpai
19
Fenomena Rebound : Tidak dijumpai
Vertigo : Tidak dijumpai
h. Gejala Ekstrapiramidal
Tremor : Tidak dijumpai
Rigiditas : Tidak dijumpai
Bradikinesia : Tidak dijumpai
i. Fungsi Luhur
Kesadaran kualitatif : Composmentis
Ingatan Baru : Baik
Ingatan Lama : Baik
Orientasi
-Diri : Baik
-Tempat : Baik
-Situasi : Baik
Intelegensia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Daya pertimbangan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Reaksi Emosi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Kesimpulan Pemeriksaan
Telah datang seorang pasien laki-laki bernama Pargaulan Sianturi, umur
62 tahun ke RSUPM pada tanggal 14 Februari 2017 dengan keluhan
kelemahan anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan. Hal ini sudah
dialami os kurang lebih 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat trauma
pada kepala tidak dijumpai, riwayat hipertensi dijumpai, riwayat DM tidak
20
dijumpai, riwayat hiperkolestrolemia tidak jelas, riwayat herediter dan
familial tidak dijumpai.
b. Pemeriksaan Neurologi
Nervus I : Normosmia
Nervus II : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor
Nervus III : Dapat menggerakkan bola mata ke superior dan inferior
Nervus IV : Dapat menggerakkan bola mata ke medial
Nervus V : Dapat merasakan nyeri pada dahi dan pipi
Nervus VI : Dapat menggerakkan bola mata ke arah medial
Nervus VII : Dapat mengangkat alis dan mengerutkan dahi
Nervus VIII : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus IX : Disartria (-)
Nervus X : Disfagia (-)
Nervus XI : Dapat mengangkat bahu dan menolehkan leher
Nervus XII : Lidah deviasi (-)
c. Kekuatan Otot
Ekstremitas superior Kiri Kanan
Fleksi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
Ekstensi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
Ekstremitas Inferior
Fleksi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
21
Ekstensi 4/4/4/4/4 3/3/3/3/3
d. Refleks
Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
k. SIRIRAJ SCORE
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 100) – (3 x 0) – 12= -2
l. DIAGNOSA BANDING
1. Stroke Non-Hemorrhagic
dd Hemorrhagic
m. DIAGNOSA KERJA
22
Stroke Non-Hemorrhagic
n. TERAPI
- IVFD NaCL 0,9% 20 gtt/menit
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- Citicolin 500 mg/8 jam
- Amlodipin 10 mg 1x1
- Paracetamol 500 mg (kp)
3. Elektrolit
Parameter 14-02-2017
Natrium 115 mmol/L
23
Kalium 3,80 mmol/L
Chlorida 98,00 mmol/L
4. Kadar Glukosa
Parameter 14-02-2017
Glukosa ad random 97,00mg/dl
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Head CT-Scan (18 Februari 2017)
Atrofi serebri, tak tampak lesi fokal, SOL pada supra dan infra
tentorial, lesi iskemik belum dapat disingkirkan.
Sistem ventrikel dan sisterna dilatasi.
p. PROGNOSA
Dubia ad bonam
24
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S O A P
14-02- Kelemahan kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 160/100mmHg 20 gtt/menit
dan bawah HR : 86 x/i Inj. Ranitidine 1
RR : 24 x/i amp/12 jam
T : 38,2oC Citicolin 500 mg/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
Paracetamol 500
mg (kp)
R/
Head CT Scan
15-02- Kelemahan kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 150/80mmHg 20 gtt/menit
dan bawah HR : 84 x/i Inj. Ranitidine 1
RR : 24 x/i amp/12 jam
o
T : 37,2 C Citicolin 500 mg/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
Paracetamol 500
mg (kp)
16-02- Kelemahan kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 150/100mmHg 20 gtt/menit
dan bawah HR : 86 x/i Inj. Ranitidine 1
RR : 24 x/i amp/12 jam
T : 37,5oC Citicolin 500 mg/8
25
jam
Piracetam 3 gr/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
Paracetamol 500
mg (kp)
17-02- Kelemahan kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 140/90mmHg 20 gtt/menit
dan bawah HR : 82 x/i Inj. Ranitidine 1
RR : 23 x/i amp/12 jam
T : 37,3oC Citicolin 500 2x1
Piracetam 3 gr/8
jam
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
R/
Konsul rehabilitasi
18-02- Kelemahan kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 150/90mmHg 20 gtt/menit
dan bawah HR : 83 x/i Inj. Ranitidine 1
RR : 24 x/i amp/12 jam
T : 36,3oC Citicolin 500 2x1
Piracetam 1200
mg 2x1
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
19-02- Kekuatan otot kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 140/90mmHg 20 gtt/menit
semakin membaik, HR : 83 x/i Inj. Ranitidine 1
kedua anggota gerak RR : 24 x/i amp/12 jam
o
bawah masih lemah T : 36,3 C Citicolin 500 2x1
Piracetam 1200
26
mg 2x1
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
20-02- Kekuatan otot kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 140/90mmHg 20 gtt/menit
semakin membaik, HR : 77 x/i Inj. Ranitidine 1
kedua anggota gerak RR : 24 x/i amp/12 jam
bawah masih lemah T : 36,3oC Citicolin 500 2x1
Piracetam 1200
mg 2x1
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
21-02- Kekuatan otot kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 110/90mmHg 20 gtt/menit
semakin membaik, HR : 81 x/i Inj. Ranitidine 1
kedua anggota gerak RR : 24 x/i amp/12 jam
bawah mulai T : 36,7oC Citicolin 500 2x1
membaik Piracetam 1200
mg 2x1
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
22-02- Kekuatan otot kedua Sens: CM Stroke non hemorhagic IVFD NaCL 0,9%
2017 anggota gerak atas TD : 120/90mmHg 20 gtt/menit
semakin membaik, HR : 84 x/i Inj. Ranitidine 1
kedua anggota gerak RR : 22 x/i amp/12 jam
bawah mulai T : 36,4oC Citicolin 500 2x1
membaik Piracetam 1200
mg 2x1
Amlodipin 10 mg
1x1
CPG 75 mg 1x1
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Stroke Non Hemoragik dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun
thrombus pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama
atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi
proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Terapi medikamentosa
pada stroke non hemoragik diantaranya anti agregasi platelet, trombolitik,
antikoagulan, dan neuroprotektan. Selain itu, pengendalian faktor-faktor risiko
secara optimal harus dijalankan.
28
REFERENSI
29