Oleh:
Yohanes G. Bangun
1307101030009
Pembimbing:
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Menurut International Headache Society (IHS) migren adalah nyeri
kepala vaskular berulang dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam.
Nyeri biasanya sesisi (unilateral), sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya
sedang sampai berat, diperberat oleh aktivitas, dan dapat disertai dengan mual
dan atau muntah, fotofobia, dan fonofobia.3
2.2 Epidemiologi
Migraine dapat terjadi pada 18% dari wanita dan 6% dari pria
sepanjang hidupnya.Prevalensi tertinggi berada diantara umur 25-55 tahun.
Migraine timbul pada 11% masyarakat Amerika Serikat yaitu kira-kira 28
juta orang.4Prevalensi migraine ini beranekaragam bervariasi berdasarkan
umur dan jenis kelamin. Migraine dapat tejadi dari mulai kanak-kanak sampai
dewasa. Migraine lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan
dengan anak perempuan sebelum usia 12 tahun, tetapi lebih sering ditemukan
pada wanita setelah pubertas, yaitu paling sering pada kelompok umur 25-44
tahun. Onset migraine muncul pada usia di bawah 30 tahun pada 80% kasus.
Migraine jarang terjadi setelah usia 40 tahun. Wanita hamil pun tidak luput
dari serangan migraine yang biasanya menyeang pada trimester I kehamilan.
Risiko mengalami migraine semakin besar pada orang yang mempunyai
riwayat keluarga penderita migraine.5
2.3 Etiologi
Penyebab pasti migraine tidak diketahui, namun 70-80% penderita
migraine memiliki anggota keluarga dekat dengan riwayat migraine juga.
Risiko terkena migraine meningkat 4 kali lipat pada anggota keluarga para
penderita migraine dengan aura.3,5 Namun, dalam migraine tanpa aura tidak
ada keterkaitan genetik yang mendasarinya, walaupun secara umum
menunjukkan hubungan antara riwayat migraine dari pihak ibu. Migraine
juga meningkat frekuensinya pada orang-orang dengan kelainan mitokondria
seperti MELAS (mitochondrial myopathy, encephalopathy, lactic acidosis,
and strokelikeepisodes).Pada pasien dengan kelainan genetik CADASIL
(cerebral autosomal dominant arteriopathy with subcortical infarcts and
leukoencephalopathy) cenderung timbul migrane dengan aura.
2.4 Klasifikasi
Menurut The International Headache Society (2013), klasifikasi migren
adalah sebagai berikut6:
1. Migraine tanpa aura
2. Migraine dengan aura
Migraine dengan tipikal aura
Tipikal aura dengan sakit kepala
Tipikal aura tanpa sakit kepala
Migraine dengan brainstem aura
Hemiplegic migraine
Familial hemiplegic migraine (FHM)
- Familial hemiplegic migraine type 1
- Familial hemiplegic migraine type 2
- Familial hemiplegic migraine type 3
- Familial hemiplegic migraine, other loci
Sporadic hemiplegic migraine
Retinal migraine
3. Chronic migraine
4. Complications of migraine
Status migrainosus
Persistent aura without infarction
Migrainous infarction
Migraine aura-triggered seizure
5. Probable migraine
Probable migraine without aura
Probable migraine with aura
6. Episodic syndromes that may be associated with migraine
Recurrent gastrointestinal disturbance
Cyclical vomiting syndrome
Abdominal migraine
Benign paroxysmal vertigo
Benign paroxysmal torticollis
2.5 Patofisiologi5,7
Teori vascular
Vasokontriksi intrakranial di bagian luar korteks berperan dalam
terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri
kepala disertai denyut yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang
mengalami konstriksi terutama terletak di perifer otak akibat aktivasi saraf
nosiseptif setempat. Teori ini dicetuskan atas observasi bahwa pembuluh
darah ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba denyut
jantung. Vasodilatasi ini akan menstimulasi orang untuk merasakan sakit
kepala. Dalam keadaan yang demikian, vasokonstriktor seperti ergotamin
akan mengurangi sakit kepala, sedangkan vasodilator seperti nitrogliserin
akan memperburuk sakit kepala.
Hemiplegic migraine
A. Sekurang-kurangnya dua kali serangan memenuhi kriteria B dan C
B. Serangan aura terdiri dari dua gejala:
1. Kelemahan motorik yang reversibel
2. Gangguan visual, sensorik dan atau bicara dan bahasa yang
reversibel
C. Setidaknya terdapat satu gejala dari empat kriteria dibawah ini:
1. Paling sedikit satu gejala aura secara gradual ≥5menit, dan atau
dua atau lebih gejala aura yang terjadi secara berturut-turut.
2. Gejala aura terjadi 5-60 menit atau gangguan motorik yang
terjadi <72 jam
3. Paling sedikit terdapat satu gejala aura yang unilateral
4. Gejala aura diikuti oleh sakit kepala yang terjadi selama 60
menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi migrain lain dan diagnosis
TIA dan stroke disingkirkan
Retinal migraine
A. Sekurang-kurangnya 2 serangan memenuhi kriteria B dan C
B. Terdapat phenomena visual positif/negatif monokuler yang
reversibel penuh (skintilasi, skotama, atau kebutaan, yang
dikonfirmasi dengan pemeriksaan selama serangan atau penderita
menggambarkan adanya gambaran defek lapangan pandang
monokuler selama serangan.
C. Paling sedikit memenuhi dua dari tiga kriteria dibawah ini:
1. Serangan aura terjadi ≥ 5 menit
2. Serangan berakhir dalam 5-60 menit
3. Diikuti nyeri kepala yang terjadi dalam 60 menit
D. Tidak berhubungan dengan klasifikasi lain dan penyebab lain dari
amaurosis fugax dapat disingkirkan.
3. Chronic migraine
A. Sakit kepala terjadi ≥15 hari dalam satu bulan atau > 3 bulan dan
memenuhi kriteria B dan C
B. Terjadi paling sedikit lima serangan pada kriteria B-D mirgrain tanpa
aura dan atau kriteria B dan C migrain dengan aura.
C. Terjadi ≥ 8 hari dalam satu bulan selama > 3 bulan yang memenuhi
kriteria dibawah ini:
1. Kriteria C dan D pada migrain tanpa aura
2. Kriteria B dan C pada migrain dengan aura
3. Pasien mengaku sakit kepala berkurang dengan pemberian obat
golongan triptipan atau ergot.
D. Tidak terdapat kelainan lain.
4. Komplikasi Migren
Status Migren
A. Serangan sakit kepala yang memenuhi kriteria B dan C
B. Adanya serngan pada pasien dengan kriteria migrain tanpa aura dan
atau migrain dengan aura, seperti serangan sebelumnya kecuali
lama serangannya.
C. Gambaran sakit kepala yang terjadi adalah:
1. Tidak hilang ≥ 72 jam
2. Nyeri kepala intensitas berat
D. Tidak berkaitan dengan gangguan lain.
5. Probable migraine
A. Serangan nyeri kepala memenuhi semua kriteria A-D dari migren
tanpa aura atau salah satu dari kriteria A-C dari migren dengan aura.
B. Tidak berhubungan dengan gangguan lain.
Abdominal migraine
A. Sekurang-kurangnya 5 serangan memnuhi kriteria B-D
B. Nyeri abdominal paling sedikit memenuhi dua dari tiga kriteria:
1. Lokasi midline, periumbilikal, atau sulit terlokalisir
2. Nyeri tumpul
3. Intensitas sedang sampai dengan berat
C. Selama serangan, sekurang-kurangnya memenuhi dua dari
kriteria dibawah ini:
1. Anoreksia
2. Nausea
3. Muntah
4. Pucat
D. Serangan akan berakhir dalam 2-72 jam apabila tidak diterapi
atau terapi tidak berhasil.
E. Tidak terdapat gejala diantara dua serangan.
F. Tidak berhubungan dengan kelainan lain
1. Pencitraan
CT scan dan MRI dapa dilakukan dengan indikasi tertentu, seperti:
pasien baru pertama kali mengalami sakit kepala, ada perubahan dalam
frekuensi serta derajat keparahan sakit kepala, pasien mengeluh sakit
kepala hebat, sakit kepala persisten, adanya pemeriksaan neurologis
abnormal, pasien tidak merespon terhadap pengobatan, sakit kepala
unilateral selalu pada sisi yang sama disertai gejala neurologis
kontralateral.
2. Pungsi Lumbal
Indikasinya adalah jika pasien baru pertama kali mengalami sakit
kepala, sakit kepala yang dirasakan adalah yang terburuk sepanjang
hidupnya, sakit kepala rekuren, onset cepat, progresif, kronik, dan sulit
disembuhkan. Sebelum dilakukan LP seharusnya dilakukan CT scan atau
MRI terlebih dulu untuk menyingkirkan adanya massa lesi yang dapat
meningkatkan tekanan intracranial.
2.8 Tatalaksana9
Tatalaksana pengobatan migren dapat dibagi kepada 4 kategori :
A. Langkah umum
B. Terapi abortif
C. Langkah menghilangkan rasa nyeri
D. Terapi preventif
A. Langkah Umum
Perlu menghindari pencetus nyeri, seperti perubahan pola tidur, makanan,
stress dan rutinitas sehari-hari, cahaya terang, kelap kelip, perubahan
cuaca, berada ditempat yang tinggi seperti gunung atau di pesawat udara.
B. Terapi Abortif
Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat yang
berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik
OTCs(Over The Counters), NSAIDs (oral)
Bila tidak respon terhadap NSAIDs, dipakai obat spesifik seperti:
Triptans (naratriptans, rizatriptan, sumatriptan, zolmitriptan), Dihydro
ergotamin (DHE), Obat kombinasi (mis.nya : aspirin dengan
asetaminophen dan kafein), Obat golongan ergotamin
Yang tidak respon terhadap obat-obat diatas dapat dipakai opiate dan
analgetik yang mengandung butalbital 30
Pada tabel dibawah ini dicantumkan daftar obat non spesifik untuk
serangan migren ringan sampai sedang. Monitor agar jangan sampai “over
use” yang memicu “rebound headache”.
Tabel 1. Pengobatan Non Spesifik
Jenis Obat
Analgetik/NSAIDs
Paracetamol Dosis : 500 – 1000 mg/6-8 jam
Aspirin Dosis: 650-1000 mg /4-6 jam,dosis maksimal
4 gr/hr
Kontraindikasi: gangguan /penyakit
perdarahan
Adverse reaction : GI upset
Ibuprofen Dosis : 400-800 mg/6 jam, dosis maksimal
2.4 gr/hari)
Kontraindikasi: Aspirin/NSAID-induced
asthma
Adverse react : Dizziness, rash, GI upset
Naproxen sodium Dosis: 275-550 mg/2-6 jam/hari, dosis
maksimal 1.5 gr/hari
Kontraindikasi : Aspirin/NSAID-induced
asthma
Adverse reaction : Dizziness, rash, pruritus,
GI upset
Ketorolac Dosis : 60 mg IM/ 15-30 menit/ 15-30 min
Dosis maksimal: 120 mg/hr. Tidak lebih dari
5 hari
Kontraindikasi: Aspirin induced asthma,
hamil, perdarahan serebrovaskular
Adverse react : Edema, drowsiness, dizziness,
GI upset
Diclofenac potasium Dosis: 50mg-100mg/d single dose
Kontraindikasi : asthma, gangguan hepar,
cardiac, renal, diuretic
Adverse react : dizziness, rash, peptic ulcer,
GI upset
Narkotik Analgetik
Meperidine Dosis : 50-150 mg IM or IV/ 3-4 jam
Kontra indikasi : hamil, menyusui, MAOI
Adverse react : Hipotensi, fatigue,
drowsiness, dizziness, vomiting, muscle
weakness, respiratory depression
Butophanol Dosis : spray (1 mg) sediaan nostril, dapat
diulang 1 jam lagi, Maksimal 4 spray/hr.
Penggunaan terbatas 2x seminggu
Kontraindikasi : gagal ginjal, hepar, pulmonal
Adverse react : Drowsiness
Adjuntive Therapy
Metoclopramide Dosis : 10 mg IV atau oral 20-30 min sebelum
atau bersamaan dengan pemberian analgetik,
NSAID, atau ergotamine derivative
Kontraindikasi : seizure disorder, GI bleeding,
GI obstruction
Adverse react : Restlessness, drowsiness,
muscle weakness, dystonic reaction
Prochlorperazine Dosis : 25 mg oral atau suppose.Dosis maks 3
dosis per 24/jam
Kontraindikasi : CNS depression
Adverse react : Hypotension, arrhythmias,
pseudo-parkinsonism, dystonia, dizziness,
urinary retention, nasal congestion
Isometheptene, Dosis : Maksimal dosis initial: 2 kapsul,
acetaminophen, diulang 1 caps/jam sampai maksimal 5 kaps
dichloralphenazone per 12 jam ( 20 caps perbulan), penggunaan
terbatas 2 x seminggu
Kontraindikasi : gangguan hepar, renal,
diabetes, MAOI hipertensi, glaukoma,
penyakit jantung
Adverse react : Hypertension, dizziness, rash
Triptans
Untuk migren sedang sampai berat atau migren ringan sampai
sedang yang tidak respon terhadap analgesik atau NSAIDs.
Tabel 2. Obat migren spesifik
Jenis Obat
Ergotamine Dosis : 1-2 mg oral/jam, maksimal 3 dosis
sehari, gunakan dosis efektif terkecil Suppos :
1 mg, dosis maks, 2-3/ hr dan 12/bulan
D. Terapi preventif
Prinsip umum terapi preventif :
1) Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan
2) Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan
3) Meningkatkan aktivitas sehari-hari, serta pengurangan disabilitas
Pemakaian obat :
Dosis rendah yang efektif dinaikkan pelan-pelan (start low go slow)
sampai dosis efektif. Efek klinik tercapai setelah 2-3 bulan
Pendidikan terhadap penderita :
Teratur memakai obat, perlu diskusi rasional tentang pengobatan, efek
samping.
Evaluasi : “Headache diary” merupakan suatu “gold standart” evaluasi
serangan, frekuensi, lama, beratnya serangan, disabilitas dan respon
obat
Kondisi penyakit lain : Pedulikan kelainan yang sedang diderita
seperti stroke, infark myocard, epilepsi dan ansietas, penderita hamil
(efek teratogenik), hati-hati interaksi obat-obat.
2.9 Prognosis
Untuk banyak orang, migraine dapat remisi dan menghilang secara
utuh pada akhirnya, terutama karena faktor penuaan/usia. Penurunan kadar
estrogen setelah menopause bertanggungjawab atas remisi ini bagi
beberapa wanita. Walaupun demikian, migraine juga dapat meningkatkan
faktor risiko seseorang terkena stroke, baik bagi pria maupun wanita
terutama sebelum usia 50 tahun. Sekitar 19% dari seluruh kasus stroke
terjadi pada orang-orang dengan riwayat migraine. Migrain dengan aura
lebih berisiko untuk terjadinya stroke khususnya pada wanita.Selain itu,
migraine juga meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Para peneliti
menemukan bahwa 50% pasien dengan Patent Foramen Ovale menderita
migraine dengan aura dan operasi perbaikan pada pasien Patent Foramen
Ovale dapat mengontrol serangan migraine
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA